Anda di halaman 1dari 25

I

MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI SD


MUHAMMADIYAH GISTING TANGGAMUS

Proposal Skripsi

Oleh:

YUDHA ADWIN SEFALI


NPM :
1911030231

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
2023 M/1444H

i
MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
DI SD MUHAMMADIYAH GISTING TANGGAMUS

Proposal

Diajukan Untuk Diseminarkan Sebagai Syarat Untuk Melanjutkan Penulisan


Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu
Manajemen Pendidikan Islam

Oleh:
Yudha Adwin Sefali
1911030231

Prodi : Manajemen Pendidikan Islam

Pembimbing I : Dr. Oki Dermawan, M. Pd.

Pembimbing II : Iqbal, MM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
2023 M/1444H

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii


A. Penegasan Judul .................................................................................................................. 1
B. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
C. Fokus Dan Sub Fokus Penelitian .......................................................... 3
D. Rumusan Penelitian ............................................................................... 3
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
G. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan .......................................... 4
H. Metode Penelitian .................................................................................. 6
I. Sistematika Pembahasan ........................................................................ 8
J. Kerangka Teoritik ................................................................................... 8
1. Manajemen Pembiayaan Pendidikan ............................................... 8
a. Pengertian Manajemen Pembiayaan Pendidikan ........................ 8
b. Prinsip-Prinsip Manajemen Pembiayaan Pendidikan ................. 9
c. Jenis-Jenis Pembiayaan Pendidikan ........................................ 10
d. Sumber Pembiayaan Pendidikan .............................................. 10
e. Tujuan Manajemen Pembiayaan Pendidikan ........................... 11
2. Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan ............................................. 11
a. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan ........................................ 12
b. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan ........................................ 13
c. Evaluasi Pembiayaan Pendidikan ............................................. 14
d. Pertanggungjawaban Pembiayaan Pendidikan .......................... 15

DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN

iii
1

A. Penegasan Judul
Untuk memperjelas judul yang penulis teliti, maka penulis terlebih dahulu akan menegaskan judul
yang ada, agar tidak terjadi kerancuan dan kesalahpahaman dari pembaca. Penelitian ini berjudul :
“MANAJEMEN PEMBIAYAAN DI SD MUHAMMADIYAH GISTING TANGGAMUS”
1. Manajemen
Menurut pendapat G.R Terry yang dikutip oleh Saefullah Manajemen adalah proses khas yang
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya.1

2. Pembiayaan Pendidikan
Menurut Nanang Fattah pembiayaan pendidikan adalah jumlah uang yang dihasilkan dan
dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru,
peningkatan profesional guru, pengadaan sarana ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan
peralatan/mobile, pengadaaan alat-alat dan buku pelajaran, alat tulis kantor (ATK), kegiatan
ekstrakulikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan dan supervisi pendidikan.2

3. SD Muhammadiyah Gisting Tanggamus


SD Muhammadiyah Gisting Tanggamus merupakan salah satu lembaga Pendidikan formal swasta
tingkat sekolah dasar yang terletak di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, dimana penulis
akan melakukan penelitian di sekolah tersebut.
Dari masing-masing penegasan kata yang terdapat dalam judul skripsi ini, maka dapat ditegaskan
bahwa yang dimaksud dengan skripsi ini yaitu suatu penelitian mengenai “Manajemen Pembiayaan
Pendidikan di SD Muhammadiyah Gisting Tanggamus”.

B. Latar Belakang Masalah


Proses pendidikan dari masa ke masa akan terus melakukan inovasi sesuai dengan perkembangan
dan kemampuan manusia itu sendiri, sehingga pendidikan mengalami kemajuan yang cukup pesat. Oleh
karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia adalah melalui pendidikan.
Salah satu masalah penting dalam dunia pendidikan adalah masih rendahnya kualitas pendidikan. Pada
hakikatnya, faktor utama yang menentukan kualitas tersebut adalah pada proses belajar mengajar. Untuk
mendukung hal tersebut akan sulit tercapai apabila tidak didukung dengan penyediaan biaya yang
memadai. Upaya menyelenggarakan dan meningkatkan sistem pendidikan yang berkualitas, biaya
merupakan komponen yang sangat penting, dan dapat dikatakan bahwa proses pendidikan tidak dapat
berjalan tanpa dukungan biaya.
Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan, pada Pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa terdapat 8 standar Nasional
Pendidikan, yaitu: 1) Standar Isi, 2) Standar Proses, 3) Standar Kompetensi Lulusan, 4) Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 5) Standar Sarana dan Prasarana, 6) Standar Pengelolaan, 7)
Standar Pembiayaan, dan 8) Standar Penilaian Pendidikan.3
Pemerintah telah menetapkan 8 standar tersebut sebagai acuan untuk menciptakan pendidikan yang
berkualitas. Standar pembiayaan pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan
tersebut. Dapat dikatakan tanpa adanya biaya, segala aktivitas pendidikan tidak akan dapat terlaksana
secara efektif dan efisien.

1 Mesiono, Manajemen dan Organisasi (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), 2.


2 Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), 112.
3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 2 ayat 1.
2

Sehubungan dengan begitu pentingnya pembiayaan pendidikan, maka pemerintah menetapkan


dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 46 ayat 2,
bahwa “Pendanaan Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah daerah,
dan Masyarakat”.4
Berdasarkan Undang-undang diatas, dijelaskan bahwa sumber utama dari pendanaan pendidikan
berasal dari pemerintah yang kemudian di dukung oleh masyarakat. Masyarakat dituntut untuk
mendukung secara aktif dalam mensukseskan proses pendidikan, baik dengan dukungan secara finansial
maupun non finansial seperti dengan menciptakan lingkungan yang kondusif. Komponen keuangan
sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan belajar mengajar
bersama komponen-komponen yang lain.
Diantaranya komponen- komponen tersebut penyelenggaraan pendidikan yang Perlu dialokasikan
dana khusus yang antara lain: 1) Kegiatan identifikasi input siswa, 2) Modifikasi kurikulum, 3) Insentif
bagi tenaga kependidikan yang terlibat, 4) Pengadaan sarana dan prasarana, 5) Pemberdayaan peran
serta masyarakat, 6) Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.5
Berbicara mengenai keuangan berarti ada aspek amanah yang dipertanggung jawabkan untuk
disampaikan pihak yang berwenang. Hal ini yang Terkandung dalam QS. An-Nisa (4): 58:

ُ ‫ّٰللاَ نِ ِع َّما يَ ِع‬


ۗ ‫ظ ُك ْم بِ ٖه‬ ِ َّ‫ت ا ِٰلٰٓى اَ ْه ِل َه ۙا َواِذَا َحك َْمت ُ ْم بَيْنَ الن‬
‫اس اَ ْن تَحْ ُك ُم ْوا بِ ْالعَ ْد ِل ۗ ا َِّن ه‬ ِ ‫ّٰللاَ يَأ ْ ُم ُر ُك ْم اَ ْن ت ُ َؤدُّوا ْاْلَمٰ ٰن‬
‫ا َِّن ه‬
)٥٨:‫صي ًْرا (النساء‬ ِ ‫س ِم ْي ًع ۢا َب‬
َ َ‫ّٰللاَ َكان‬ ‫ا َِّن ه‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. An-Nisa (4):58)

Berdasarkan ayat tersebut, bahwa setiap penggunaan dana sekolah yang telah diterima perlu
dipertanggungjawabkan pada sumbernya melalui pengelolaan keuangan secara transparansi maupun
akuntabilitas. Pertanggung jawaban dilakukan kepada orang tua siswa, masyarakat maupun pemerintah
harus jelas sehingga memudahkan pihak yang berkepentingan mengetahuinya, selain itu juga
menciptakan kepercayaan timbal balik kepada pihak yang terkait.
Dalam penyelenggarakan pembiayaan pendidikan harus pula didukung dengan kemampuan
manajemen yang layak, dengan memberdayakan fungsi-fungsinya yang dirumuskan oleh George R.
Terry yang meliputi Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengawasan.6
Hal ini sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara,
pada penjelasan pasal 3 ayat 1 yang disebutkan bahwa: Setiap penyelenggara negara wajib mengelola
keuangan negara secara tertib, taat kepada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.7 Pengelolaan
dalam ayat ini mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, penguasaan, penggunaan, pengawasan dan
pertanggungjawaban.
Sejalan dengan pendapat Matin yang menyatakan bahwa: “Manajemen pembiayaan pendidikan
terdiri dari perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran, akuntansi berikut pertanggungjawaban
keuangan pendidikan, serta pemeriksaan dan pengawasan anggaran”.8 Serta didukung oleh pendapat E.
Mulyasa yang menyatakan bahwa: “Manajemen keuangan sekolah merupakn bagian dari kegiatan

4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 46 ayat 2.
5 Nuraiedi, Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2015), 152.
6 George R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: Bumi Asara, 2010), 9.
7 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Pasal 3 ayat 1.
8 Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), 4.
3

pembiayaan pendidikan, yang secara keseluruhan menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan secara efektif dan efisien”.9
Perencanaan pembiayaan merupakan kegiatan penyusunan anggaran. Anggaran merupakan rencana
operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Dalam
penyusunan anggaran pengelola keuangan perlu memperhatikan sumber-sumber keuangan yang ada,
baik itu bersumberkan dari pemerintah, pemerintah daerah maupun masyarakat.
Pelaksanaan keuangan dalam garis besarnya dapat dikelompokan ke dalam dua kegiatan, yakni
penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah yang diperoleh dari
sumber-sumber dana perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang selaras dengan
kesepakatan yang telah disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun peraturan pemerintah.
Evaluasi pembiayaan adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi
yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan
independen untuk dapat melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Pertanggung jawaban adalah pelaporan dibuat sebagai bentuk pertanggung jawaban
keuangan kepada kalangan internal lembaga atau eksternal yang menjadi stakeholder lembaga
pendidikan.
SD Muhammadiyah Gisting merupakan salah satu sekolah swasta yang terletak di Jl.Irigasi Gisting
Bawah Tanggamus, Gisting Bawah, Kec. Gisting, Kab. Tanggamus.. SD Muhammadiyah Gisting
tergolong SD favorit dan banyak masyarakat sekitar atau orang tua yang antusias untuk memasukkan
putra dan putrinya untuk dapat mengemban pendidikan sekolah tersebut. Mengapa demikian karena di
SD Muhammadiyah Gisting ini selain mempelajari pelajaran umum juga mempelajari ilmu–ilmu
keislaman, dan memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan selalu meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan hasil pra penelitian yang penulis lakukan pada tanggal 26 Januari 2023 di SD
Muhammadiyah Gisting Tanggamus menunjukkan bahwa seluruh pembiayaan yang ada di sekolah
tersebut berasal dari dana komite yang diberikan oleh orang tua siswa dan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) dari pemerintah. Digunakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang
mencakup gaji guru, peningkatan profesional guru, memperbaiki fasilitas dan bangunan sekolah,
pengadaan sarana ruang belajar, perbaikan ruang pengadaan peralatan, pengadaan alat-alat dan buku
pelajaran, alat tulis kantor (ATK), kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan
supervisi pendidikan yang semua itu guna meningkatkan kualitas dan kuantitas sekolah itu sendiri. Pihak
sekolah mengakui bahwa untuk menjalankan itu semua para orang tua diharapkan dapat berpartisipasi
dalam melaksanakan tujuan sekolah yang dalam hal ini adalah masalah pembiayaan.
Dari latar belakang permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih jauh
dengan judul “Manajemen Pembiayaan Pendidikan di SD Muhammadiyah Gisting Tanggamus’’

C. Fokus Dan Sub Fokus Penelitian


a. Fokus Penelitian
Dari latar belakang yang di uraikan diatas maka penulis menetapkan fokus masalah yaitu
“Manajemen Pembiayaan di SD Muhammadiyah Gisting Tanggamus “.

b. Sub Fokus Penelitian


Sub fokus pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan manajemen pembiayaan pendidikan di SD Muhammadiyah Gisting Tanggamus
2. Pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di SD Muhammadiyah Gisting Tanggamus
3. Evaluasi manajemen pembiayaan pendidikan di SD Muhammadiyah Gisting Tanggamus

9 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 47.


4

4. Pertanggung jawaban manajemen pembiayaan pendidikan di SD Muhammadiyah Gisting


Tanggamus

D. Rumusan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis merumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana perencanaan manajemen pembiayaan pendidikan di SD Muhammadiyah Gisting
Tanggamus ?
2. Bagaimana pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di SD Muhammadiyah Gisting
Tanggamus ?
3. Bagaimana evaluasi manajemen pembiayaan pendidikan di SD Muhammadiyah Gisting Tanggamus
?
4. Bagaimana pertanggung jawaban manajemen pembiayaan pendidikan di SD Muhammadiyah
Gisting Tanggamus ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perencanaan manajemen pembiayaan pendidikan di SD Muhammadiyah Gisting
Tanggamus
2. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di SD Muhammadiyah Gisting
Tanggamus
3. Untuk mengetahui evaluasi manajemen pembiayaan pendidikan di SD Muhammadiyah Gisting
Tanggamus
4. Untuk mengetahui pertanggung jawaban manajemen pembiayaan pendidikan di SD Muhammadiyah
Gisting Tanggamus

F. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukan penelitian mengenai “Manajemen Pembiayaan Pendidikan di SD Muhammadiyah
Gisting Tanggamus”. Diharapkan dapat Memberikan manfaat diantaranya:
1. Teoritis
a. Sebagai sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya manajemen
pembiayaan pendidikan.
b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya dalam topik yang relevan.

2. Praktis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai input bagi pemimpin dalam menentukan kebijakan-
kebijakan yang berhubungan dengan manajemen pembiayaan pendidikan di madrasah.
b. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran gun meningkatkan optimalisasi
penggunaan pembiayaan pendidikan di SD Muhammadiyah Gisting Tanggamus
c. Bagi peneliti penelitian ini merupakan usaha untuk memperdalam dan menambah pengetahuan,
pengalaman mengenai manajemen pembiayaan. Selain itu juga sebagai pelatihan berkenaan
dengan penelitian manajemen kearsipan yang mampu menambah wawasan, pengetahuan serta
pengalaman peneliti.
5

G. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan


Dalam telaah pustaka ini penulis akan mendeskripsikan beberapa penelitian yang ada relevansinya
dengan judul penulis.
1. Jurnal yang ditulis M. Sugandi dan Susanti10, hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Pengangaran
pembiayaan pendidikan di MTs Al-Ikhlas Campaka telah dilaksanakan secara baik dan transparan,
2) Sumber Pembiayaan pembiayaan di MTs Al-Ikhlas Campaka diperoleh dari orang tua peserta
didik (SPP) dan dari pemerintah berupa dana BOS, 3) Pelaksanaan pembiayaan pendidikan di MTs
Al-Ikhlas Campaka berdasarkan anggaran yang sudah dibuat (RKAS). Pengawasan dan
Pertanggungjawaban pembiayaan dilakukan kepala sekolah dan yayasan, 4) Pengelolaan
pembiayaan pendidikan di MTs Al-Ikhlas Campaka masih ada kekurangannya yaitu belum semua
pos dituangkan dalam RKAS, karena masih ada pengeluaran diluar RKAS untuk proses kelancaran
KBM.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu terletak pada lokasi
penelitian. Dan persamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah sama-sama
membahas tentang pengelolaan Pembiayaan Pendidikan.
2. Jurnal yang ditulis Nur Gamar11, hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Sumber-sumber
pembiayaan pendidikan bersumber dari masyarakat umum, orang tua santri, dan donator tetap, 2)
prosedur Manajemen anggaran pendapatan pembiayaan pendidikan sudah dibuat dalam bentuk
program pencapaian anggaran pendapatan. Program-program tersebut berdasarkan jangka waktu
yang telah ditetapkan, yaitu: Manajemen anggaran pendapatan pembiayaan jangka pendek dan
menengah; 3) penggunaan anggaran belanja pembiayaan pendidikan disesuaikan dengan manajemen
awal yang telah dibuat dan disepakati bersama dengan berdasarkan panduan atau patokan yang ada;
4) pertanggungjawaban pembiayaan pendidikanm MTs Darul Khair Masing Luwuk Banggai sudah
sesuai dengan manajemen dan dilaksanakan pada akhir tahun. Pelaku penanggungjawab penggunaan
anggaran pembiayaan di tersebut adalah bendahara selaku koordinator keuangan; dan 5) dan
pengawasan pembiayaan pendidikan MTs Darul Khair Masing Luwuk Banggai ditugaskan pada tim
khusus yang bertugas mengawasi dan mengotrol keuangan. Tim yang terlibat dalam pengawas
anggaran adalah masyarakat selaku orang tua santri, humas, stakeholders pondok, dan pembina
santri.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian ini
memfokuskan pada sumber-sumber dana pembiayaan pendidikan, dan pengelolaan nya. Sedangkan
persamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas manajemen
pembiayaan pendidikan.
3. Jurnal yang ditulis Aisyatur Rasyidah, Rina Sarifah, Lustia Bekti, Djamaluddin Perawironegoro12,
hasil penelitian ini menunjukan SD Muhammadiyah Ngestiharjo merealisasikan program pendidikan
gratis oleh pemerintah. Melalui program tersebut, maka pengelolaan pembiayaan pendidikan yang
dilakukan oleh SD Muhammadiyah Ngestiharjo menjadi disiplin melalui perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pertanggungjawaban. Pengelolaan ini sesuai dengan teori manajemen keuangan
yaitu melalui input-proses-output, Kegiatan tersebut dilakukan agar pembiayaan dalam sekolah
terealisasikan dan terjaga sehingga visi-misi sekolah dapat tercapai.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian ini fokus
pada pengelolaan pembiayaan sekolah, dan cara sekolah meningkatkan mutu pendidikan agama
Islam. Sedangkan persamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah sama-sama
membahas tentang pengelolaan Pembiayaan.

10 Moh. Sugandi, dan Susanti, “PENGELOLAAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI MTS AL-IKHLAS CAMPAKA”,

Jurnal Manajemen dan Ilmu Pendidikan, Volume 1, Nomor 2, (2019): 142-151


11 Nur Gamar, “Implementasi Manajemen Pembiayaan Pendidikan (Study Kasus MTs. Darul Khair Masing, Kec. Batui,

Kab. Banggai,Sulawesi Tengah)”, Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 7, Nomor 1, (2019): 11-20
12
Djamaluddin Aisyatur Rasyidah, Rina Sarifah, Lustia Bekti dan Perawironegoro, “Pembiayaan Pendidikan
dalam Meningkatkan Mutu PAI di SD Muhammadiyah Ngestiharjo,” Journal Al-Fikrah Vol 11 No (2022): 69-78
6

4. Jurnal yang ditulis Tarmizi, Jamaluddin Idris, dan Djailani13, hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)
Sumber dana pembiayaan pendidikan MIN Cempala Kuneng belum terarah pada peningkatan mutu
pendidikan. Artinya,kebutuhan biaya yang secara langsung berhubungan dengan PBM (proses
belajarmengajar) dan pembinaan guru dan siswa,belum mendapatkan skala prioritas. 2) Pengawasan
terhadap penggunaan biaya pendidikan pada MIN Cempala Kuneng masih rendah, sehingga sumber-
sumber pendidikan yang terbatas belum memberikan dampak yang optimal. Hal ini disebabkan
pemanfaatan biaya masih kurang tepat.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian ini lebih
fokus membahas pengelolaan dana BOS. Sedangkan persamaan penelitian tersebut dengan penelitian
penulis adalah sama-sama membahas pengelolaan Pembiayaan pendidikan.
5. Jurnal yang ditulis Ahmad Ridwan dan Halimatun Sakdiyah14, hasil penelitian disimpulkan sumber-
sumber dana sekolah yang dapat dijadikan sebagai alasan bahwa Yayasan Perguruan Islam al-
Kautsar memiliki kemampuan untuk menjalankan roda pendidikannya dengan baik. Adapun sumber
dana yang dimaksud berasal dari: 1). Pemerintah, yang meliputi bantuan operasional sekolah (BOS)
2). Usaha mandiri sekolah, yang berupa kegiatan: pengelolaan kantin sekolah, koperasi sekolah, 3).
Orang tua siswa, yang berupa sumbangan fasilitas belajar siswa, sumbangan pembangunan gedung,
iuran SPP; 4). Para dermawan dan pengusaha, yang dilakukan melalui kerjasama dalam berbagai
kegiatan, baik berupa bantuan uang maupun fasilitas sekolah; 5). Infak atau Hibah yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, di mana kepala sekolah perlu menyusun
proposal yang menguraikan kebutuhan pengembangan program sekolah; 6). Pengelola Yayasan
penyelenggara pendidikan bagi lembaga al-kautsar serta 7). Masyarakat luas. Besar kecilnya biaya
pendidikan, terutama pada Yayasan perguruan Islam Al-Kautsar sangat berhubungan erat dengan
mutu pendidikan, seperti pelayanan siswa, kebersihan dan lain sebagainya.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian ini hanya
berfokus pada sumber-sumber dana pembiayaan pendidikan. Sedangkan persamaan penelitian
tersebut dengan penelitian penulis adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.

H. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu pengumpulan data pada suatu latar
alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci.15
Menurut Mantra, mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu,
kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci,
dalam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.16
Pada penelitian ini metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode kualitataif
deskriptif, metode ini dinilai dapat menggambarkan, atau menjelaskan objek evaluasi yang terjadi
dengan cara mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasikan, menganalisis dan
menginterpretasikan dari hasil wawancara dan studi dokumen.17

13
Tarmizi, Jamaluddin Idris, dan Djailani, “PENGELOLAAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN MELALUI BANTUAN
OPERASIONAL SEKOLAH PADA MIN CEMPALA KUNENG KABUPATEN PIDIE”, Jurnal Administrasi Pendidikan, vol.
3, No 4, (2015): 92-101
14 Ahmad Ridwan dan Halimatun Sakdiyah, “ANALISIS SUMBER DANA PENDIDIKAN YAYASAN

PERGURUAN ISLAM AL-KAUTSAR KECAMATAN MEDAN JOHOR”, Hibrul Ulama : Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Keislaman. Vol. 4, Nomor 1, (2022): 19-27
15 Albi Anggito and Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jawa Barat: CV Jejak, 2018), 8.
16 Sandu Siyoto and Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media Publishing, 2015), 28.
17 Zainal Arifin, Evaluasi Program (Bandung: Rosdakarya, 2019), 227.
7

Metode ini menggambarkan kondisi apa adanya manajemen pembiayaan pendidikan di SD


Muhammadiyah Gisting. Proses penyajian dan pembahasan lebih sederhana dan akurat karena
berdasarkan fakta lapangan.

2. Metode Pengumpulan Data


Suatu fenomena dapat kita pahami lebih baik jika kita mencari langsung ke lapangan tentang
fakta agar dapat kita maknai, untuk itu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dokumentasi dan mempelajari dokumen tertentu untuk mendapatkan fakta
pelaksanaan manajemen kearsipan. Berikut adalah uraian mengenai pengambilan data:
a. Observasi
Observasi atau disebut dengan pengamatan adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap
sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera seperti indera penglihatan, pendengaran
penciuman, peraba sera pengecap.18
Observasi dilakukan dengan mengunakan rekaman gambar, rekaman suara. Observasi
dilakukan secara sistematis oleh peneliti dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen
pengamatan seperti daftar ceklis, dan jadwal kegiatan. Observasi digunakan untuk memperoleh
data tentang pengelolaan dan pelaksanaan manajemen kearsipan.
b. Wawancara
Metode interview atau wawancara yaitu alat pengumpul data atau informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Pedoman
wawancara dilakukan untuk meningkatkan interviewer mengenai aspek-aspek yang harus
dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek yang relevan tersebut
telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interview harus memikirkan
bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkrit dalam kalimat tanya, sekaligus
menyesuaikan pertanyaan dalam konteks actual atas wawancara berlangsung.19
c. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti profil
sekolah, visi misi, data guru, data peserta didik, data sarana prasarana, dan data
prestasi.20Dokumen yang disebutkan tadi digunakan sebagai pelengkap data penelitian
sehingga dapat ditampilkan sebagai gambaran tentang objek penelitian.

3. Analisis Data
Sugiyono mendefinisikan analisis data merupakan “proses mencari dan menyusun secara
sistematif data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.
a. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya sangat banyak, untuk itu perlu dicatat dan
diteliti secara rinci. Mereduksi data yaitu merangkum halhal dari data dan informasi yang
diperoleh menjadi suatu fokus agar dapat menemukan pola dan juga tema. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya21
b. Penyajian data

18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Revisi V (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 133.
19 Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), 3.
20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Revisi V (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 135.
21 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Cet. 26 (Bandung: Alfabeta, 2017), 247.
8

Yaitu uraian singkat data yang telah dirangkum bisa berupa bagan, atau hubungan antar
kategori. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori. Paling sering digunakan dalam menyajikan data penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif.22
c. Konklusi
Konklusi adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. kesimpulan dapat ditarik bila
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti ke lapangan. Kesimpulan bisa
berupa deskripsi gambaran secara jelas tentang suatu objek yang baru ditemukan dapat berupa
teori atau bersifat hipotesis.23

4. Penguji Keabsahan
Untuk memperoleh data yang akurat, maka peneliti perlu menguji keabsahan data dalam
penelitian. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai
pengecekkan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan
triangulasi berarti peneliti membandingkan penjelasan dari narasumber pada saat wawancara
dengan kenyataan yang ada melalui pengamatan, analisis dokumen atau dengan rekan narasumber.
Berikut adalah jenis pengecekan sumber pada triangulasi:
a. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber adalah beragam beragam sumber digunakan lebih dari satu sumber
untuk memastikan datanya apakah datanya benar atau tidak. Peneliti tidak boleh begitu saja
percaya pada satu sumber saja
b. Triangulasi Teknik
Beragam teknik digunakan secara bergantian untuk memastikan kebenaran data cara yang
digunakan bisa dengan wawancara, pengamatan, analisis dokumen, atau angket bila perlu
c. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu yaitu memeriksa keterangan dari sumber yang sama pada berbagai
kesempatan yang berbeda, seperti membandingkan penjelasan sumber ketika ia berbicara
berdua dengan peneliti dengan ketika ia berbicara dengan rekannya.24
Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi teknik. Penulis melakukan pengecekan
data yang berasal dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi berkaitan dengan manajemen
pembiayaan pendidikan di SD Muhammadiyah Gisting Tanggamus, bila pengujian menghasilkan
data yang berbeda maka peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan untuk memastikan data yang benar.

I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yaitu urutan atau penjabaran secara deskriptif tentang hal-hal yang
akan ditulis berkaitan maka membentuk totalitas dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini merupakan pendahuluan yang berupagaris besar dari semua pola berfikir yang
dijabarkan dalam konteks yang jelas dan padat diawali dari penegasan judul, latar belakang
masalah, rumusan masalah agar lebih jelas di cantumkan tujuan dan manfaat penelitian, kajian
terdahulu yang relevan, metode penelitian,kajian teori dan sistematika pembahasan.
BAB II KERANGKA TEORI

22 Ibid., 249.
23 Ibid., 252.
24
Nusa Putera, Penelitian Kualitatif: Proses Dan Aplikasi (Jakarta: Indeks, 2012), 190-192.
9

Pada bab ini membahas landasan teori yang digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan
manajemen pembiayaan pendidikan yang di dalammnya membahasa tentang: ruang lingkup
manajemen pembiayaan pendidikan, dan pengelolaan pembiayaan pendidikan
BAB III METODE PENELITIAN
Pada Bab ini mendeskripsikan Objek Penelitian. Pada Bab ini memuat tentang penyajian data
penelitian yang berupa gambaran umum objek, penyajian fakta, dan data penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini berisi tentang deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian dan analisis data
penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan yang sudah di anjurkan pada bab selanjutnya
dan rekomendari dari penulis.kesimpulan dibuat secara singkat yang membuat semua temuan
penelitian tentang masalah penelitian dan diambi

J. Kerangka Teoritik
1. Manajemen Pembiayaan Pendidikan
a. Pengertian Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh satu pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan
kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan. Investasi sebagai suatu konsep umum dapat diartikan sebagai upaya untuk
meningkatkan nilai tambah barang ataupun jasa dikemudian hari dengan mengorbankan nilai
konsumsi sekarang.25
Nanang Fattah mendefinisikan biaya pendidikan sebagai sejumlah uang yang dihasilkan dan
dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru,
peningkatan kemampuan professional guru, pengadaan sarana ruang belajar, perbaikan ruang
belajar, pengadaan prabot/mobiler, pengadaan alat-alat pelajaran pengadaan buku-buku
pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstra kurikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan
supervisi pembinaan pendidikan serta ketatausahaan sekolah.26
Agus susanto mendefinisikan biaya pendidikan sebagai salah satu komponen instrumental
yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Biaya dalam pengertian ini memiliki
cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan, baik dalam bentuk uang ataupun barang dan tenaga (yang dapat dihargai dengan
uang).27
Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan adalah seluruh dana yang diperoleh dan
dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan baik dalam bentuk uang,
barang ataupun jasa yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
lembaga pendidikan.
Kemudian penjelasan di atas dapat disatukan membentuk pengertian manajemen pembiayaan
pendidikan. Sebelumnya beberapa ahli telah memberikan definisinya mengenai pengertian
manajemen pembiayaan pendidikan, seperti Matin yang menyatakan bahwa manajemen
pembiayaan terdiri dari perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran, akuntansi berikut
pertanggung jawaban keuangan pendidikan, serta pemeriksaan dan pengawasan anggaran.28
Muhammad Rifa’I menyatakan bahwa manajemen keuangan merupakan suatu aktivitas
lembaga, organisasi atau perusahaan berhubungan dengan, perencanaan, pengorganisasian,

25
Muhammad, Manajemen Pembiayaan, (Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2010), 17.
26 Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), 112.
27 Agus Irianto, Pendidikan Sebagai Investasi dalam Pembangunan Suatu Bangsa (Jakarta: Kencana, 2011), 61.
28 Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), 4.
10

pelaksanaan, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian dana yang dimiliki oleh suatu organisasi
atau perusahaan.29
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen pembiayaan pendidikan
adalah suatu kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengevaluasi dan
mempertanggungjawabkan segala kegiatan yang dilakukan selama menggunakan dana yang
diperoleh untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan baik dalam bentuk uang, barang
ataupun jasa dengan memanfaatkan kemampuan dari staf penanggungjawab keuangan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga pendidikan.

b. Prinsip-Prinsip Manajemen Pembiayaan


Pengelolaan pembiayaan/keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip prinsip
agar dalam pelaksanaannya penegelolaan itu dapat berlangsung efektif dan efisien. Prinsip
pengelolaan keuangan sekolah tertuang dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 48 yang
menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada Prinsip keadilan, Efesiensi,
Transparansi, dan Akuntabilitas Publik.30
1) Transparan
Transparan dapat dikatakan sebagai keterbukaan sumber dana dan jumlah secara terinci
dalam penggunaan dana, dan memiliki pertanggung jawaban yang jelas, sehingga
memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui.
2) Akuntabilitas
Akuntabilitas ialah keadaan seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas
performansinya dalam menyelesaikan tugas agar mencapai suatu tujuan yang akan menjadi
tanggungjawabnya.dalam hal contoh menggunaan dana pendidikan harus dapat
mempertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah diterapkan.
3) Efektifitas
Efektifitas dapat diartikan sebagai proses pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Adapun pengelolaan dana dapat dikatakan memenuhi prinsip efektifitas jikalau kegiatan
tersebut dilakukan dapat mengatur dana yang tersedia untuk membiayai aktifitas dalam suatu
pencapaian tujuan pendidikan.
4) Efisiensi
Efisiensi merupakan penekanan pada suatu hasil kegiatan. Dan juga efisiensi secara
definisinya yaitu perbandingan yang terbaik dalam bentuk pemasukan (input) dan
pengeluaran (output) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud ialah tenaga, pikiran,
waktu, dan biaya.

c. Jenis-Jenis Pembiayaan Pendidikan


Menurut Supandi sebagaimana dikutip oleh Muflihin, jenis biaya pendidikan dapat
digolongkan menjadi empat yaitu :31
1) Biaya langsung, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kebutuhan yang
berkaitan secara langsung dengan hal-hal mendasar yang menjadikan suatu pendidikan dapat
terlaksana atau tidak, misalnya biaya untuk menggaji guru, pembimbing, pegawai, pimpinan,
pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan material alat-alat kantor, pembelian tanah, dan
termasuk pembangunan gedung.
2) Biaya tidak langsung, merupakan biaya yang harus dikeluarkan sekolah atau dibayarkan oleh
orang tua siswa (secara tidak langsung), oleh karena muncul sebagai implikasi dari

29 Muhammad Rifa’i, Manajemen Organisasi Pendidikan (Malang: CV. Humanis, 2019), 36.
30 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang prinsip pengelolaan dana Pendidikan Pasal 48 Ayat 1.
31 M. Hizbul Mufhin, Administrasi Pendidikan: Teori dan Aplikasi (Klaten: Gema Nusa, 2015), 265.
11

penggunaan suatu fasilitas sarana dan prasarana, misalnya pajak listrik, air, kendaraan
bermotor, bangunan, dan fasilitas-fasilitas lain yang telah ditetapkan pemerintah.
3) Biaya pribadi, merupakan biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh setiap orang tua
siswa yang berkaitan dengan kelancaran belajar anaknya, contohnya pembelian buku, alat
tulis, ongkos transportasi siswa, serta biaya makan dan minum.
4) Biaya sosial, merupakan biaya yang dikeluarkan atau dibutuhkan oleh pihak siswa yang ada
kaitannya dengan kelancaran siswa dalam menempuh studi. Biaya ini dibayarkan secara
tidak langsung oleh orang tua siswa melalui pihak sekolah dengan membayar pajak kepada
pemerintah, kemudian pemerintah memberi kompensasi hibah kepada masyarakat melalui
sekolah, misalnya berupa hibah, sumbangan, dan sejenisnya.

d. Sumber Pembiayaan Pendidikan


Keputusan mendiknas Nomor 056/U/2001 tentang pedoman pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan disekolah pasal 6 ayat 2 menyebutkan pembiayaan penyelenggaran pendidikan
disekolah dilakukan melalui pemberdayaan peran serta masyarakat dan orang tua, penggunaannya
untuk pengembangan, dan peningkatan mutu pendidikan di madrasah.
Sujari Rahmanto menjelaskan bahwa umber-sumber keuangan sekolah diperoleh dari
beberapa sumber, yaitu:32
1) Pemerintah
Sumber dana dari pemerintah pusat adalah berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) baik untuk membiayai kegiatan rutin yang tercantum dalam Daftar Isian
Kegiatan (DIK) maupun untuk membiayai kegiatan pembangunan yang tercantum dalam
Daftar Isian Proyek (DIP). Selain itu juga terdapat bantuan dana berupa Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) yang sudah ditentukan jumlahnya berdasarkan pada karakteristik siswa dan
jenjang pendidikannya.
Dana dari pemerintah daerah berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
tingkat kabupaten/kota. Dana dari APBD digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan
rutin maupun untuk kegiatan pembangunan.
2) Orang tua peserta didik
Sumber keuangan sekolah yang berasal dari orang tua yang dapat berbentuk sumbangan
penyelenggaraan pembinaan Pendidikan (SPP), Dana Pembangunan Pendidikan (DPP),
iuran pendidikan, dan Lainnya.
3) Masyarakat
Dana tersebut kebanyakan berupa donasi tak terikat/sukarela dari warga masyarakat yang
memperhatikan terhadap program pendidikan.
4) Dari lulusan
Bantuan alumni bukan selalu dalam bentuk uang, bisa berupa perlengkapan pembelajaran,
buku, atau alat yang dapat menunjang peningkatan kualitas lembaga. Dan bantuan yang
berupa dana dikumpulkan dari alumni-alumni bersifat bantuan tak mengikat/sukarela dari
alumni yang tergerak berpartisipasi memajukan dan mengembangkan pendidikan di sekolah.
Dana tersebut bisa diterima dari alumni secara langsung ataupun melalui even/program
tertentu.
5) Sumber dana dari anggota kegiatan
Dana ini diperoleh dari siswa/masyarakat yang mengikuti layanan program pendidikan
ekstra/ekstra kulikuler, contohnya; les bahasa Inggris, pelatihan komputer dan bidang
keterampilan lainnya.
6) Sumber dana dari kegiatan wirausaha lembaga Pendidikan

32 Sujari Rahmanto, Manajemen Pembiayaan Sekolah (Yogyakarta: Gre Publishing, 2019), 79-81.
12

Terdapat sekolah-sekolah yang menyelenggarakan program usaha yang bertujuan untuk


menambah pemasukan. Dana tersebut adalah hasil dari setiap program wirausaha yang
dikelola oleh sekolah melalui tenaga karyawan sekolah ataupun para murid sendiri.
Contohnya: kantin, print dan fotocopy, koperasi, even, bazar, dll.

e. Tujuan Manajemen Pembiayaan


Menurut Jamal, melalui manajemen pembiayaan, kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah
dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan serta transparan, dan digunakan untuk
membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Untuk itu, tujuan manajemen
keuangan adalah33
1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah
2) Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah
3) Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah
Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan kreativitas kepala sekolah, dalam menggali
sumber-sumber dana, menempatkan bendaharaan yang menguasai dalam pembukuan dan
pertanggungjawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.

2. Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan


a. Perencanaan pembiayaan pendidikan
Perencanaan merupakan alat untuk menganalisis segala kebutuhan manajemen pembiayaan
pendidikan tidak terlepas dari penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS). Landasan dasar dalam pembuatan RAPBS meliputi sumber pendapatan dan
pengeluaran. Perencanaan pembiayaan pendidikan atau Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS) adalah anggaran terpadu antara penerimaan dan penggunaan dana serta
pengelolaannya dalam memenuhi seluruh kebutuhan sekolah selama satu tahun pelajaran berjalan.
Dimana sumber dananya berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan orang
tua/wali peserta didik. Sumber dana perolehan dan pemakaian dana dipadukan dengan kondisi
objektif kepentingan sekolah dan penyandang dana.34 Proses penyusunan perencanaan pembiayaan
sekolah mencakup dua kegiatan, yakni penyusunan anggaran dan pengembangan Rencana
Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS).
Perencanaan dalam manajemen keuangan ialah kegiatan merencanakan sumber dana untuk
menunjang kegiatan pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah.35 Perencanaan
menghimpun sejumlah sumber daya yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan berhubungan
dengan anggaran atau budget, sebagai penjabaran suatu rencana ke dalam bentuk dana untuk setiap
komponen kegiatan.
Prinsip-prinsip penyusunan anggaran, apabila dikaitkan dengananggaran sebagai alat
perencanaan dan pengendalian antara lain:
1) Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam sistem menajemen
organisasi.
2) Adanya sistem akutansi yang memadai dalam melaksanakan anggaran.
3) Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja organisasi.
4) Adanya dukungan dari pelaksana dari tingkat atas hingga yang paling bawah.
Penyusunan anggaran merupakan visualisasi atau gambaran terhadap kegiatan-kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan yang dapat diketahui pula penentuan satuan biaya
untuk tiap-tiap kegiatannya. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk perencanaan dan pengendalian

33 Jamal M. Asmani, Tips Aplikasi Manajemen Sekolah (Yogjakarta: Diva Press, 2012), 218.
34 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia (Bogor: Kencana,
2003), 102.
35 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 173.
13

juga merupakan alat bantu bagi manajemen untuk mengarahkan lembaga pada pelaksanaan
kegiatan-kegiatannya. Selain itu pula anggaran mempunyai manfaat atau berfungsi yang dapat
digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:36
1) Sebagai alat penafsir yaitu untuk memperkirakan besarnya pendapatan dan pengeluaran,
sehingga dapat dilihat kebutuhan dana yang diperlukan untuk merealisasikan kegiatan
pendidikan di lembaga.
2) Sebagai alat kewenangan yaitu dapat memberikan kewenangan untuk pengeluaran dana,
sehingga melalui anggaran dapat diketahui besarnya uang atau dana yang boleh dikeluarkan
untuk membiayai kegiatan berdasarkan perencanaan anggran sebelumnya.
3) Sebagai alat efisiensi yaitu dapat diketahuinya realisasi sebuah kegiatan yang kemudian dapat
dibandingkan dengan perencanaan, sehingga dapat dianalisis ada tidaknya pemborosan atau
bahkan adanya penghematan anggaran.
Dalam penyusunan anggaran ada 4 fase kegiatan pokok antara lain:
1) Perencanaan anggaran, merupakan kegiatan mengidentifikasi tujuan menentukan prioritas,
menjabarkan tujuan dalam penampilan oprasional yang dapat diukur, menganalisis alternatif
pencapaian tujuan dengan analisa, membuat rekomendasi alternatif. Pendekatan untuk
mencapai sasaran.
2) Mempersiapkan anggaran: yaitu penyesuaian kegiatan dengan mekanisme anggaran yang
berlaku bentuknya distribusi dan sasaran program pengejaran perlu dirumuskan yang jelas.
Melakukan inventarisasi perlengkapan peralatan, dan bahan-bahan yang tersedia.
3) Mengelola pelaksanaan anggaran, yaitu mempersiapkan pembukuan, melakukan pembelajaran
dan membuat transaksi, membuat perhitungan, mengawasi pelaksanaan sesuai dengan
prosedur kerja yang berlaku serta membuat laporan dan pertanggungjawaban keuangan.
4) Menilai pelaksanaan anggaran, antara lain menilai proses belajar mengajar menilai bagaimana
pencapaian sasaran program, serta membuat rekomendasi untuk perbaikan anggaaran yang
akan dating.37
Proses penyusunan anggaran memerlukan data yang akurat dan lengkap sehingga semua
perencanaan kebutuhan untuk masa yang akan datang dapat diantisipasi dalam rencana anggaran.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses penyusunan anggaran pendidikan di sekolah, seperti
perkembangan peserta didik, perekonomian negara, pengembangan program, dan perbaikan sarana
prasarana.
Dalam penyusunan RAPBS, kepala sekolah dan bawahannya secara bersama-sama ikut
berperan. Hal ini dilakukan untuk memastikan agar pendapatan dan pengeluaran yang akan
dijalankan sesuai rencana dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan yang ada.
Menurut Nanang Fattah Prosedur penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:38
1) Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan apa saja yang akan di laksanakan selama periode
penganggaran.
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat diaplikasikan dalam bentuk uang, jasa dan
barang.
3) Semua sumber dapat dinyatakan dalam bentuk pembiayaan sebab anggaran pada dasarnya
merupakan pernyataan finansial.
4) Memformulasikan anggaran dalam format bentuk yang telah disetujui dan dipergunakan oleh
instansi tertentu.
5) Menyusun apa yang sudah di usulkan dalam bentuk anggaran untuk memperoleh persetujuan
dari pihak yang berwenang.
6) Melakukan revisi usulan anggaran.

36 Nanang Fattah, Standar Pembiayaan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 54.
37 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 174-175.
38 Ibid,, h. 55.
14

7) Persetujuan revisi usulan anggaran.


8) Pengesahan anggaran
Langkah-langkah menyusun anggaran :39
1) Menginventarisasikan rencana yang akan dilaksanakan.
2) Menyusun rencana berdasar skala prioritas untuk pelaksanaan anggaran..
3) Menentukan program kerja angaran dan rincian program anggaran.
4) Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan dan membuat rincian-rincian program.
5) Menghitung pembiayaan yang akan dibutuhkan.
6) Menentukan sumber pembiayaan untuk membiayai rencana agar terlaksana
Untuk mengefektifkan pembuatan perencanaan pembiayaan sekolah, maka yang sangat
bertanggungjawab sebagai pelaksana adalah kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu
mengembangkan sejumlah dimensi pengembangan administrative. Pihak sekolah harus mampu
membuat perencanaan tentang bagaimana cara memperoleh dana, bagaimana mengolah dana
secara efektif dan efisien, serta bagaimana mencari sumber dana agar dapat mendukung dalam
pengembangan kualitas dari lembaga pendidikan yang di pimpinnya.

b. Pelaksanaan pembiayaan pendidikan


Menurut Minarti pelaksanaan pembayaan pendidikan mengacu pada perencanaan yang telah
ditetapkan. Hal ini terkait dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dimana seluruh
sumber daya yang ada perlu dikelola secara terpadu.40
Dengan kata lain, pelaksanaan harus dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
agar dapat mengelola segala sumber daya secara terpadu, serta tidak ada satu kegiatan ataupun
kebutuhan yang tidak bermanfaat untuk meningkatkan mutu sekolah. Dalam melaksanakan
anggaran pendidikan, hal yang perlu dilakukan adalah pembukuan (accounting). Dalam UU No. 28
Tahun 2007 Pasal 1 ayat 29, pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang dittutup
dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak
tersebut.41
Pelaksanaan keuangan sekolah secara garis besar dikelompokkan dalam dua kegiatan yakni
penerimaan dan penggunaan:42
1) Penerimaan
Penerimaan keuangan sekolah dari sumber-sumber dana perlu dibukukan berdasarkan prosedur
pengelolaan yang selaras dengan ketetapan yang disepakati, baik berupa konsep teoritis
maupun peraturan pemerintah;
2) Penggunaan
Pengeluaran sekolah berhubungan dengan pembayaran keuangan sekolah untuk pembelian
beberapa sumber atau input dari proses sekolah seperti tenaga administrasi, guru, bahan-bahan,
perlengkapan, dan fasilitas.

Biaya yang diperoleh baik dari pemerintah maupun masyarakat harus digunakan decara efektif
dan efisien. Pengeluaran yang dilakukan harus sesuai dengan perencanaan pembiayaan pendidikan
yang telah ditetapkan, yaitu tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas peserta didik.
Segala pengeluaran dalam pembiayaan pendidikan tidak hanya terbatas pada kegiatan yang formal
saja seperti kegiatan belajar mengajar (KBM), melainkan juga untuk kegiatan informal seperti

39 Abu Bakar Taufani C. Kurniatun, Manajemen Keuangan Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), 260.
40 Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri (Yogyakarta; Ar-Ruzz Media,
2011), 242.
41 Undang-undang RI No. 28 Tahun 2007
42 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 177.
15

ekstrakulikuler. Karena peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda, sehingga untuk
mengembangkannya juga dengan cara yang berbeda-beda. Peserta didik yang memiliki potensi
dalam bidang akademik, dalam mengembangkan potensinya bisa melalui KBM. Sedangkan bagi
siswa yang memiliki potensi dalam bidangnon akademik, pengembangan peserta didik dapat
dilakukan melaui ekstrakulikuler.
Segala bentuk penerimaan dan pengeluaran tersebut harus dicatat dalam pembukuan, tujuan
dilakukannya pembukuan tersebut adalah supaya dapat membuat suatu laporan keuangan dan
penggunaannya yang jujur dan dapat dipertanggungjawabkan dan untuk menyediakan gambaran
tentang keadaan keuangan pada lembaga pendidikan. Laporan yang dibuat harus disajikan dengan
sejelas mungkin agar tidak terjadi kekeliruan. Penerimaan maupun pengeluaran keuangan sekolah
harus dilakukan seara tertib, teratur dan benar hal ini dimaksudkan agar penggunaan keuangan
dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan yang ada sehingga dapat dibuat laporan
pertanggung jawaban yang akuntabel. Setiap penerimaan dan pengeluaran uang sekolah harus
dicatat oleh bendahara sekolah.
Prosedur pembukuan penerimaan keuangan sekolah memadukan antara pemerintah pusat dan
pihak sekolah. Artinya ada beberapa kebijakan pemerintah yang tidak bisa dirubah oleh pihak
sekolah dalam hal pengalokasian anggaran. Pihak sekolah hanya bertindak sebagai pelaksana
pengguna. Berbeda halnya dengan adanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dimana pihak
sekolah memiliki wewenang dan keleluasaan untuk mengelola dana dalam mencapai efektifitas
tujuan sekolah.
Siklus dalam Badan Hukum Pendidikan Dasar dan Menengah (BHPDM) dapat dikelompokkan
dalam tiga tahap, yaitu:43
Tabel 1
Siklus Akuntansi

No Tahapan Kegiatan
1. Kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran bukti transakasi
serta bukti pencatatan.
Pencatatan
2. Kegiatan pencatatan bukti transaksi ke dalam buku harian atau
1
jurnal.
3. Memindahbukukan (posting) dari jurnal berdasarkan kelompok
atau jenisnya kedalam akun buku besar
1. Penyusunan neraca saldo (trial balance) berdasarkan akun-akun
buku besar.
2. Pembuatan ayat jurnal penyesuaian (adjusting
entries)
3. Penyusunan kertas kerja (work sheet) atau neraca lajur.
2 Pengikhtisaran
4. Pembuatan ayat jurnal penutup (closing entries)
5. Pembuatan neraca saldo setelah penutupan (post closing trial
balance).
Pembuatan ayat jurnal pembalik (reversing entries)

1. Laporan surplus defisit


2. Laporan arus kas
3 Pelaporan
3. Neraca
Catatan atas laporan keuangan

43
Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan (Jakarta: Erlangga, 2007), 94.
16

c. Evaluasi pembiayaan pendidikan (Controling)


Pengawasan merupakan merupakan proses memantau berbagai program lembaga. Tujuannya
untuk menetapkan tujuan yang dapat diwujudkan secara nyata dan memperbaiki semua
penyimpangan.44 Pengawasan ini diharapkan dapat mengetahui sampai dimana tingkat efektivitas
dan efisiensi dari penggunaan sumber dana yang tersedia.
Jika dikaitan dengan pembiayaan pendidikan di sekolah, pengawasan merupakan proses untuk
memantau segala pengelolaan pembiayaan di sekolah apakah telah dialokasikan dan dimanfaatkan
dengan efektif dan efisien dalam program kegiatan yang mendukung pencapaian tujuan lembaga
pendidikan.
Dalam kebijakan umum pengawsan departemen pendidikan dan kebudayaan Rapat Kerja
Nasional (Rakernas) dalam Nanang Fattah, dinyatakan bahwa sistem pengawasan harus
berorientasi pada hal-hal berikut:45
1) Sistem pengawasan fungsional yang dimulai sejak perencanaan yang menyangkut aspek
penilaian kehematan, efisiensi, efektivitas yang mencakup seluruh aktivitas program bidang
organisai.
2) Hasil temuan pengawasan harus ditindaklanjuti dengan koordinasi antara aparat pengawas
dengan aparat penegak hukum serta instansi terkait turut menyamakan persepsi.
3) Kegiatan pengawaan hendaknya lebih diarahkan pada bisang-bidang yang strategis dan bisa
memperhatikan aspek manajemen.
4) Kegiatan pengawasan hendaknya memberi dampak terhadap penyeleksian masalah dengan
konsepsional dan menyeluruh.
5) Kegiatan pengawasan hendaknya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kompetensi
teknis, sikap, dedikasi, dan integritas pribadi yang baik.
6) Akurat, artinya informasi tentang kinerja yang diawasi memiliki ketepatan data atau informasi
yang sangat tinggi.
7) Tepat waktu, artinya data yang dihasilkan dapat digunakan sesuai dengan saat untuk melakukan
perbaikan.
8) Objektif dan komprehenshif
9) Tidak mengakibatkan pemborosan atau in-efisiensi
10) Tindakan dan kegiatan pengawasan bertujuan untuk menyamakan rencana atau keputusan yang
telah dibuat.
11) Kegiatan pengawasan harus mampu mengoreksi dan menilai pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan rencana semula.
Dengan adanya sistem yang dikeluarkan oleh Kemendikbud tersebut, maka akan
mempermudah dalam melakukan pengawasan. Sistem pengawasan diatas dapat dijadikan acuan
bagi pihak pengawas dalam melakukan pemantauan terhadap penggunaan anggaran oleh pihak
lembaga pendidikan. T. Hani Handoko yang menyatakan bahwa terdapat tiga tipe dasar
pengawasan, yaitu pengawasan pendahuluan, pengawasan yang dilakukan berbarengan dengan
pelaksanaan kegiatan dan pengawasan umpan balik.46
1) Pengawasan Pendahuluan, pengawasan pendahuluan ini dapat diterapkan oleh pihak sekolah
untuk mengantisipasi masalah-masalah yang kemungkinan muncul dan menyimpang dari
tujuan awal. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh pihak sekolah sebelum kegiatan pendayagunaan
anggaran selesai dilaksanakan. Pengawasan ini mengharuskan pihak sekolah untuk lebih aktif
dan agresif atau peka, dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang
diperlukan sebelum suatu masalah yang berkenaan dengan masalah anggaran itu terjadi.

44 Brahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekoah Dasar dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi (Jakarta:

Bumi Aksara, 2013), 46.


45 Nanang Fattah, Standar Pembiayaan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 205.
46 T. Hani Handoko, Manajemen, Cet. Ke-18 (Yogyakarta: BPFE, 2003), 361.
17

2) Pengawasan yang dilakukan berbarengan dengan pelaksanaan kegiatan, pengawasan ini


dilakukan disaat kegiatan sedang berlangsung, disaat melihat penyimpangan terjadi maka pihak
sekolah langsung berupaya untuk menyelesaaikan permasalahan yang terjadi.
3) Pengawasan umpan balik, pengawasan ini dilakukan untuk mengukur hasil dari kegiatan
penganggaran yang telah dilaksanakan.
Dalam melakukan pengawasan, tidak hanya dilakukan pada saat awal pelaksanaan dan akhir
pelaksanaan kegiatan saja, melainkan juga bisa dilakukan pada saat proses pelaksanaan kegiatan
sedang berjalan. Langkah-langkah atau tahapan yang harus dilakukan dalam proses pengawasan,
yaitu :47
1) Penetapan standar atau patokan yang digunakan berupa ukuran kuantitas, kualitas, biaya dan
waktu.
2) Mengukur dan membandingkan
3) Mengidentifikasi penyimpangan.
4) Menentukan tindakan perbaikan atau koreksi yang kemudian menjadi materi rekomendasi.
Tahapan pengawasan dalam suatu anggaran tidak hanya sebatas pada berjalan atau tidaknya
rencana yang ditetapkan pada awalnya. Akan tetapi harus melihat pada tiga aspek, yaitu kuantitas,
kualitas biaya dan waktu. Proses pengawasan kegiatan yang telah dilakukan akan memperlihatkan
apakah terjadi peningkatkan kualitas yang lebih baik lagi dari sebelumnya atau tidak dalam
pencapaian tujuannya.
Evaluasi merupakan tahap terakhir setelah tahap perencanaan, pengorganisasian, pengawasan
dan evaluasi. Evaluasi didefinisikan oleh Nanang Fattah sebagai proses pembuatan pertimbangan
menurut suatu perangkat criteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan. Fattah juga
mengemukakan bahwa diantara tujuan evaluasi adalah untuk:
1) Memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode kerja, apa yang telah dicapai, dan
apa yang perlu mendapat perhatian khusus.
2) Menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa organisasi kepada penggunaan
sumber daya pendidikan (manusia atau tenaga, sarana dan prasarana, biaya) secara efisien dan
ekonomis.
3) Memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpanan dilihat dari aspek tertentu seperti
program tahunan, kemajuan belajar.48

Mulyasa menjelaskan dalam evaluasi keuangan sekolah, pengawasan merupakan salah satu
proses yang harus dilakukan dalam manajemen berbasis sekolah. Dalam keuangan manajemen
sekolah, kepala sekolah perlu melakukan pengendalian pengeluaran keuangan sekolah selaras
dengan anggaran-anggaran belanja yang telah di tetapkan.49
Melalui evaluasi pembiayaan pendidikan, pihak sekolah akan mengetahui seberapa besar dana
yang telah dihabiskan dalam anggaran tersebut serta akan diketahui apakah program pendidikan
yang telah direncanakan dan yang telah diselenggarakan telah sesuai denga yang diharapkan atau
belum. Dan dengan evaluasi tersebut semua pembiayaan yang tersalurkan di lembaga pendidikan
akan berjalan dengan semestinya. Selain itu, evaluasi yang merupakan bagian akhri dari proses
manajemen pembiayaan pendidikan berfungsi dalam memberikan bantuan terhadap pihak sekolah
terkait dengan program yang telah mereka rencanakan dan laksanakan. Jika hasil evaluasi
menunjukkan hasil yang baik, maka pihak sekolah hanya perlu mempertahankan atau
mengembangkan program yang sudah ada. Namun jika hasil evaluasi menunjukkan hasil yang
tidak baik, maka pihak sekolah bisa mengambil keputusan terbaik untuk mengatasinya. Apakah
dengan mengambil keputusan untuk mengubah program dengan menggantikan pada program baru,

47 Nanang Fattah, Standar Pembiayaan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 67.
48 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 101.
49 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah ( Bandung: Rosdakarya, 2007), 178
18

atau tetap mempertahankan program dengan berupaya memperbaiki nya. Evaluasi dan pertanggung
jawaban keuangan sekolah dapat diidentifikasi ke dalam tiga hal, yaitu pendekatan pengendalian
penggunaan alokasi dana, bentuk pertanggung jawaban keuangan sekolah, dan keterlibatan
pengawasan pihak eksternal sekolah.

d. Pertanggungjawaban pembiayaan pendidikan


Pertanggung jawaban keuangan sekolah menyangkut seluruh pengeluaran dana sekolah dalam
kaitannya dengan apa yang telah dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.50 Pertanggung
jawabkan merupakan pembuktian dan penentuan bahwa apa yang dimaksud sesuai dengan yang
dilaksanakan, sedangkan apa yang dilaksanakan sesuai dengan tugas. Proses ini menyangkut
pertanggung jawabkan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran dana.
Pertanggungjawaban dilaporkan setiap bulan dan triwulan kepada Kepala Dinas Pendidikan,
Badan Adminitrasi Keuangan Daerah dan Dinas Pendidikan khusus untuk keuangan komite
sekolah,bentuk pertanggungjawaban sangat terbatas pada tingkat pengurus dan tidak secara
langsung kepada orang tua peserta didik. Laporan Pertanggungjawaban keuangan sekolah harus
dibukukan secara terperinci. Semua keuangan yang masuk dan keluar harus diperinci secara
mendetail. Dalam pelaporan pertanggungjaban harus dilampirkan juga bukti-bukti pengeluaran,
baik berupa kwitansi maupun bon pembelian secara lengkap dan jelas. Laporan pertanggung
jawaban keuangan madrasah dibuat oleh bendahara madrasah yang berisi uraian penerimaan dan
pengeluaran keuangan madrasah.

50
Ibid., 177-178..
19

DAFTAR RUJUKAN

Abu Bakar Taufani C. Kurniatun. “Manajemen Keuangan Pendidikan” (Bandung:


Alfabeta, 2013)
Aiedi, Nur. “Dasar-dasar Manajemen Pendidikan” (Yogyakarta: Gosyen publishing,
2015)
Aisyatur Rasyidah, Rina Sarifah, Lustia Bekti, Djamaluddin, dan Perawironegoro.
“Pembiayaan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu PAI di SD Muhammadiyah
Ngestiharjo.” Journal Al-Fikrah Vol 11 No (2022).
Arifin, Zainal, “Evaluasi Program” (Bandung: Rosdakarya, 2019)
Arikunto, Suharsimi, “Prosedur Penelitian”, Revisi V (Jakarta: Rineka Cipta, 2002)
Asmani, Jamal M, “Tips Aplikasi Manajemen Sekolah” (Yogjakarta: Diva Press, 2012)
Bafadal, Ibrahim, “Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar dari Sentralisasi Menuju
Desentralisasi” (Jakarta: Bumi Aksara, 2013)
Bungin, “Penelitian Kualitatif” (Jakarta: Prenada Media Group, 2007)
Fattah, Nanang, “Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan” (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006)
Fattah, Nanang, “Standar Pembiayaan Pendidikan” (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012)
Gamar, Nur, “Implementasi Manajemen Pembiayaan Pendidikan (Study Kasus MTs.
Darul Khair Masing, Kec. Batui, Kab. Banggai,Sulawesi Tengah)”, Tadbir: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 7, Nomor 1, (2019)
Indra Bastian, “Akuntansi Pendidikan” (Jakarta: Erlangga, 2007)
Irianto, Agus, “Pendidikan Sebagai Investasi dalam Pembangunan Suatu Bangsa”
(Jakarta: Kencana, 2011)
Matin, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya” (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014)
Mesiono, “Manajemen dan Organisasi”, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010)
Minarti, Sri, “Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri”
(Yogyakarta: Ar-Ruuz Media, 2010)
Mufhin, M. Hizbul, “Administrasi Pendidikan: Teori dan Aplikasi” (Klaten: Gema Nusa,
2015)
Muhammad, “Manajemen Pembiayaan” (Yogyakarta: UPP-AMP YKPN, 2010)
Mulyasa, E, “Manajemen Berbasis Sekolah” (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006)
Nata, Abuddin, “Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia” (Bogor: Kencana, 2003)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 2 ayat 1.
Putera, Nusa, “Penelitian Kualitatif: Proses Dan Aplikasi” (Jakarta: Indeks, 2012)
Rahmanto, Sujari, “Manajemen Pembiayaan Sekolah” (Yogyakarta: Gre Publishing, 2019)
Ridwan, Ahmad dan Sakdiyah, Halimatun, “ANALISIS SUMBER DANA
PENDIDIKANYAYASAN PERGURUAN ISLAM AL-KAUTSAR KECAMATAN
MEDAN JOHOR’, Hibrul Ulama : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Keislaman. Vol. 4,
Nomor 1, (2022)
Rifa’I, Muhammad, “Manajemen Organisasi Pendidikan” (Malang: CV. Humanis, 2019)
Siyoto, Sandu, and Ali Sodik, “Dasar Metodologi Penelitian” (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015)
Sugandi, Muhammad dan Susanti, “PENGELOLAAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI
MTS AL-IKHLAS CAMPAKA”, Jurnal Manajemen dan Ilmu Pendidikan, Volume 1,
Nomor 2, (2019)
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D”, Cet. 26
20

(Bandung: Alfabeta, 2017)


Tarmizi, Jamaluddin Idris, dan Djailani, “PENGELOLAAN PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN MELALUI BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADA MIN
CEMPALA KUNENGKABUPATEN PIDIE”, Jurnal Administrasi Pendidikan, vol. 3,
No 4, (2015)
Terry, George R. dan Leslie W. Rue, “Dasar-dasar Manajemen”. Cet. Ke-11 (Jakarta:
Bumi Asara, 2010)
T Hani Handoko, “Manajemen” (Yogyakarta: BPFE, 2003)
UIN Raden Intan Lampung. Pedoman Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Program
Sarjana, 2020.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara pasal 3 ayat 1.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 46
ayat 2.
UU RI No. 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang No. 6 Tahun
1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 Ayat 29.
21

LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Pra Penelitian


22

Lampiran 2 Surat Balasan Pra Penelitian

Anda mungkin juga menyukai