Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH STUDI KEISLAMAN III

NAJIS

Diajukan untuk memenuhi tugas Studi Keislaman III

Disusun Oleh :

Fatin Furoidah (7312002)


Riko Jibril B. (7312020)

Nurria Maskurin U. (7312031)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

Jl. Rejoso Kompleks Ponpes Darul Ulum Peterongan Jombang

Tahun Ajaran 2013-2014

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Najis”.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Keislaman III di Universitas Pesantren Tinggi
Darul „Ulum (Unipdu) Jombang.

Dalam Penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami
harapkan, demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Kami menyampaikan ucapan
terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya dalam memajukan pendidikan. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, amin.

Jombang, 23 Oktober 2013

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Najis...........................................................................................................3
2.2 Hukum Bersuci dari Najis............................................................................................3
2.3 Macam-Macam Najis...................................................................................................4
2.4 Cara Mensucikan Barang yang Terkena Najis..............................................................4
2.5 Najis yang Dimaafkan (Ma‟fu)....................................................................................5
2.6 Najis yang Berlaku Khusus bagi Perempuan................................................................5
BAB III........................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................7

iii
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan umat islam masyarakat meyakini dan mengetahui


bahwa shalat merupakan perintah yang harus di lakukan atau di anjurkan oleh
ummat islam itu sendiri. Didalam pelaksanaan sholat ada beberapa hal yang
harus di lakukan seseorang yang hendak melaksanakan sholat seperti
mempunyai wudu‟, suci tempatnya atau pekayannya karena kedua hal tersebut
merupakan salah satu dari syarat shalat sehingga ketika seseorang melakukan
shalat dan keduanya ditinggalkan maka hal tersebut dapat membatalkan shalat
seseorang karena ketika salah syarat sahnya shalat ditinggalkan maka secara
langsung shalatnya itu tidak diterima oleh Tuhan, baik itu shalat yang wajib
ataupun shalat sunnah, yang keduanya itu pernah di lakukan/dipraktekkan oleh
Nabi Muhammad SAW sehingga sampai sekarang hal itu dilakukan secara
berkesinambungan. Maka dari itu dalam makalah ini kelompok kami akan
menjelaskan tentang najis agar para pembaca dapat menambah pengetahuannya
tentang najis.
Pembahasan yang mencakup dasar-dasar dan kaidah bersuci yang satu
ini teringkas dalam enam rangkaian. Pertama, tentang hukum bersuci dari najis.
Maksudnya, secara mutlak atau disyaratkan harus dalam shalat. Kedua, tentang
jenis-jenis najis. Ketiga, tentang kapan najis harus dihilangkan. Keempat,
tentang sesuatu yang karenanya najis menjadi hilang. Kelima, tentang tata cara
mengihilangkan najis.Keenam, Tentang adab-adab menghilangkan najis.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian najis itu?
b. Bagaimana hukum bersuci dari najis?
c. Apa saja macam-macam najis?

1
d. Bagaimana cara menghilangkan najis?
e. Adakah najis yang dimaafkan (ma‟fu) ?
f. Apa saja najis yang khusus ada pada wanita?

1.3 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui tentang najis, macam najis dan bagaimana
cara menghilangkan najis sesuai hukum islam untuk menyempurnakan
kewajiban sholat dalam agama islam.

2
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian Najis


Najis adalah suatu benda yang kotor menurut syara‟, misalnya :

1. Bangkai, kecuali manusia, ikan dan belalang.


2. Darah.
3. Nanah.
4. Segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur.
5. Anjing dan babi.
6. Minuman keras seperti arak dan sebagainya.
7. Bagaimana anggota badan bintang yang terpisah karena dipotong dan
sebagainya selagi masih hidup.

Najis adalah suatu kotoran, jika kotoran tersebut menempel pada pakaian
atau tempat, maka pakaian atau tempat tersebut tidak dapat digunakan untuk
beribadah (semisal shalat) sebelum kotoran tersebut disucikan dengan cara-cara
tertentu sesuai dengan tingkatan najis tersebut. (Ust.H. Faktur R, 34)

2.2 Hukum Bersuci dari Najis


Najis adalah kotoran yang harus dibersihkan oleh orang muslim dan
mengharuskannya untuk mencuci segala sesuatu yang dikenainya. Allah
berfirman :

“dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al-Muddatstsir(74):4)

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai


orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah (2) : 22)

Adapun yang berasal dari as-Sunnnh adalah beberapa hadist yang cukup banyak.
Diantaranya :

“Barangsiapa berwudhu hendaklah ia meratakan air. Dan barangsiapa


cebok,hendaklah mengganjilkan siraman.” (Sabda Nabi shallallahu alaihi wa
sallam)

3
2.3 Macam-Macam Najis
Najis itu dapat dibagi 3 bagian :
1. Najis Mukhaffafah (ringan)
Najis Mukhaffafah adalah najis ringan yang berupa air kencing bayi laki-laki
yang belu berumur 2 tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali air susu
ibunya.
2. Najis Mughallazhah (berat)
Najis Mughallazhah adalah najis brerat yang berupa najis anjing dan babi
dan keturunannya.
3. Najis Mutawassithah (sedang)
Najis Mutawassithah adalah najis yang selain dari dua najis tersebut diatas,
seperti segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur manusia dan
binatang, kecuali air mani, barang cair yang memabukkan, susu hewan yang
tidak halal dimakan, bangkai, juga tulang dan bulunta, kecuali bangkai-
bangakai manusia dan ikan serta belalang.
Najis Mutawassithah dibagi menjadi dua :
 Najis „ainiyah ; adalah ajis yang berujud, yakni yang nampak dapat
dilihat.
 Najis hukmiyah ; adalah najis yang tidak kelihatan bendanya, seperti
bekas kencing, atau arak yang sudah kering dan sebagainya.

2.4 Cara Mensucikan Barang yang Terkena Najis


1. Najis Mughalladlah dapat menjadi suci dengan tujuh kali basuhan setelah
menghilangkan keadaan najis, salah satu dari tujuh basuhan itu harus
dicampuri dengan tanah (debu).
2. Najis Mukhaffafah dapat menjadi suci dengan menyiramkan air pada najis
tersebut dengan merata dan sebelumnya keadaan najis harus dibuang.
3. Najis Mutawassithah terbagi atas dua macam, yaitu najis „aniyyah dan najis
hukmiyyah. Najis „aniyyah adalah najis yang memiliki warna, bau, dan
rasa. Untuk bisa suci harus dihilangkan warna, bau, dan rasanya. Sedangkan
Najis Hukmiyyah adalah najis yang tidak memiliki warna, bau, dan rasa.
Untuk mensucikannya, cukup dengan mengalirkan air diatasnya.

4
2.5 Najis yang Dimaafkan (Ma’fu)
Najis yang dimaafkan artinya tak usah dibasuh / dicuci, misalnya najis
bangkai hewan yang tidak mengalir darahnya, darah atau nanah yang sedikit,
debu dan air lorong-lorong yang memercik sedikit yang sukar
menghindarkannya.

Adapun tikus atau cicak yang jatuh kedalam minyak atau makanan yang
beku, dan ia mati didalamnya, maka makanan yang wajib dibuang itu atau
minyak yang wajib dibuang itu, ialah makanan atau minyak yang dikenai itu
saja. Sedang yang lain boleh dipakai kembali. Bila minyak atau makanan yang
dihinggapinya itu cair, maka semua makanan atau minyak itu hukumnya najis.
Karena yang demikian itu tidak dapat dibedakan mana yang kena najis dan mana
yang tidak.

2.6 Najis yang Berlaku Khusus bagi Perempuan


a. Darah Haid adalah darah yang keluar dari kemaluan perempuan ketika
dalam kondisi sehat, bukan karena penyakit maupun akibat kehamilan.
b. Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita pada saat melahirkan
atau setelahnya jika bayi lahir prematur.
c. Istihadhah adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita karena adanya
suatu penyakit, diluar masa haid dan nifas. Salah satu cirinya adalah ia tidak
berbau anyir. (Fiqh Ibadah, 126).

5
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Najis adalah suatu benda yang kotor menurut syara‟, misalnya :

1. Bangkai, kecuali manusia, ikan dan belalang.


2. Darah.
3. Nanah.
4. Segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur.
5. Anjing dan babi.
6. Minuman keras seperti arak dan sebagainya.
7. Bagaimana anggota badan bintang yang terpisah karena dipotong dan
sebagainya selagi masih hidup.

Najis dibagi menjadi 3 bagian :

- Najis Mukhaffafah (ringan)


- Najis Mughallazhah (berat)
- Najis Mutawassithah (sedang)

6
DAFTAR PUSTAKA

Asrori, A. Labib.1995.Acuan Dasar Fiqih Islam.Surabaya:Al-Miftah.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad.2009.Fiqh Ibadah.Jakarta:Amzah.

Rahman, Fatkhur.2004.Pintar Ibadah.Surabaya:Pustaka Media.

Rasjid, Sulaiman.1996.Fiqih Islam.Bandung:Sinar Baru Algensindo.

Rifa‟i, Moh.2009.Risalah Tuntunan Shalat Lengkap.Semarang:Karya Toha Putra.

Rusyd, Ibnu.2013.Bidayatul Mujtahid.Jakarta:Akbar Medika.

Anda mungkin juga menyukai