Anda di halaman 1dari 5

PUISI-PUISI D.

ZAWAWI IMRON

HANYA SEUTAS PAMOR BADIK

Dalam tubuhku kau nyalakan dahaga hijau


Darah terbakar nyaris ke nyawa
Kucari hutan
Sambil berdayung di hati malam
Bintang-bintang mengantuk
Menunggu giliran matahari
Ketika kau tegak merintis pagi
Selaku musafir kucoba mengerti:
Ternyata aku bukan pengembara
Kata-kata dan peristiwa
Telah lebur pada makna
Dalam aroma rimba dan waktu
Hanya seutas pamor badik, tapi
Tak kunjung selesai dilayari
SEBUAH ISTANA

Tepi jalan antara sorga dan neraka


Kumasuki sebuah istana
Tempat sejarah diperam
Menjadi darah dan gelombang
Lewat jendela sebelah kiri
Kulihat matahari menjulurkan lidah
Seperti anjing lapar
Aku makin tak’ ngerti
Mengapa orang-orang memukul-mukul perutnya
Jauh di batas gaib dan nyata
Kabut harimau menyembah cahaya
Kutarik napas dalam-dalam
Dan kupejamkan mata
Alangkah kecil dunia!
TELUK

Kaubakar gema di jantung waktu


Bibir pantai yang letih nyanyi
Sembuh oleh laut yang berloncatan
Memburu takdirmu yang menderu
Dan teluk ini
Yang tak berpenghuni kecuali gundah dan lampu
Memberangkatkan dahaga berlayar
Berkendara seribu pencalang
Ke arah airmata menjelma harimau
Pohon-pohon nyiur pun yakin
Janjimu akan tersemai
Dan di barat piramid jiwa
Berkat lambaian akan tegak mahligai senja
Senyum pun kekal dalamnya
MENYANDARKAN DIRI KE PILAR

Menyandarkan diri ke pilar


Langit pun menggelegar
Aku tak paham, menggapa layang-layang yang sobek itu
Masih kuasa menjatuhkan bintang
Titik dimana aku harus berdiri
Ternyata pusat semesta
Bahkan tangga ke sorga akan tegak di tempat ini
Memang aku terlambat tahu
Hingga jasad terasa hanyalah kelopak duka
Tapi aku masih punya sisa gerak
Meski bergerak mungkin bernilai dosa
Nyawa pun terasa kental tiba-tiba
Sesaat heningmu yang kencana
Merangaskan waswas yang lebat bunga

DARI KANDANG KE LADANG

Buat Anang Rahman


Sekitar kandang itu mekarlah kesegaran
Harapan di ujung jangkauan
Menyiduk-nyiduk gelagat danau
( Anak-anak lapar menjilat langit biru
Membatalkan sujudku semalam penuh
Siang itu cuaca tersiram susu
Mesjidku jadi megah
Tegak di delta sungai jiwaku
Di sini ‘kan kuucapkan sejuta bisik
Buat mengetuk semesta pintu )
Dari kandang itu ke ladang
Berguna sebuah titian
Di bawahnya jurang maha dalam
Tempat mencuci perasaan

Anda mungkin juga menyukai