Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
Disusun oleh :
MARET 2019
KATA PENGANTAR
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung, membimbing dan membantu dalam pembuatan makalah ini hingga
selesai, terutama kepada yang terhormat, Bapak Drs. Waris M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan, seluruh kelas PBA B yang telah
membantu baik material maupun non material dan kepada semua pihak yang
langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Disamping itu kami sadar bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga
tugas penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca.
Kelompok 3/PBA B
ii
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang Filsafat Ilmu, pasti akan menjumpai istilah
Epistimologi. Sebab manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok
saja, melainkan juga memerlukan Informasi untuk mengetahui keadaan
lingkungan mereka. Dalam upaya untuk memperoleh informasi, biasanya
manusia melakukan komunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Salah satu
informasi yang didapat dari komunikasi adalah Pengetahuan.
Pengetahuan sangat diperlukan bagi kehidupan manusia, karena
dapat memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan. Dalam mencari
pengetahuan tak jarang manusia mempelajari Epistemologi. Epistemologi
disebut juga teori pengetahuan karena mengkaji seluruh tolak ukur ilmu-
ilmu manusia, termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu manusia yang bersifat
gamblang. Hal tersebut merupakan dasar dan pondasi segala ilmu dan
pengetahuan.
Maka dari itu, dalam kesempatan ini kami akan membahas tentang
“Epistemologi” secara ringkas dengan harapan agar mudah dipahami dan
dimengerti oleh pembaca.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Epistemologi?
2. Bagaimana Struktur Epistemologi?
3. Apa saja Sumber Pengetahuan dan Pendidikan Islam itu?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi
2
3
2
Jalaluddin, “Fisalfat Ilmu Pengetahuan”, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2014) Hal. 166
3
Loekisno Choiril Warsito dkk, “Pengantar Fisalfat”. Hal. 81
4 Ibid, Hal.82
4
B. Struktur Epistemologi
Struktur atau situasi pengetahuan (the knowledge situation)
membahas bagaimana hubungan antara ilmuwan (the knower, self) dengan
sense atau data (experience) atau hal/objek yang diketahui (thing sknown,
world). Struktur pengetahuan disebut juga situasi pengetahuan atau
fenomenologi pengetahuan. Hubungan antara subjek yang mengetauhi dan
objek yang diketahui tergambar dari beberapa pandangan. Beberapa
pandangan tersebut adalah objektivitas, subjektivitas, skeptisisme,
relativisme, dan fenomenalisme. Disini secara ringkas akan dibahas terkait
pandangan-pandangan tersebut.
1. Objektivisme
Pendukung Objektivisme berpendapat bahwa objek-objek fisis yang
diobservasi/teliti bersifat independen di hadapan subjek yang
meneliti/mengetahui. Realitas, data, sensasi adalah sama atau satu. Dengan
demikian subjek yang mengetahui hanya mencerminkan realitas pada
adanya. Pandangan ini biasa disebut dengan realismenaif (naive realisme).
Kaum Objektivisme Ini berpendapat bahwa subjek (ilmuwan) bersifat pasif
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Objek justru dianggap paling
berperan. Posisi ilmuwan tak ubah seperti cermin yang memantulkan
realitas luar secara apa adanya. Aliran empirisme dan positifisme umumnya
menerima pandangan Objektivisme ini. Pandangan seperti ini disebut
dengan realisme epistemologis atau monisme epistemologis.
5
2. Subjektivisme
Subjektivisme adalah pandangan yang menekankan peran
unsure/dimensi subjek dalam menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan kita
merupakan ide-ide dalam pikiran orang yang mengetahui (the knower).
Karena itu, tidak mungkin kita mengetahui sesuatu (objek, fenomena) di
luar ide-ide tersebut. Dalam epistimologi terkandung beberapa pengertian
subjektivisme: a) sumber dan keabsahan pengetahuan ditentukan oleh
subjek yang mengetahui (the knower), b) pengetahuan tentang apa pun
yang dinyatakan objektif dan real secara eksternal diandaikan atau
didasarkan pada penyimpulan dari keadaan mental subjek. Segala sesuatu
yang diketahui adalah produk yang distruktur secara selektif dan diciptakan
oleh orang (subjek) yang mengetahui. 5
3. Skeptisisme
Skeptisisme adalah paham yang menyatakan ketidakmungkinan
untuk mencapai/memperoleh kebenaran objektif (akhir, final)
pengetahuan/ilmu pengetahuan. Gorgias mengemukakan satu bentuk
Skeptisisme ekstrem, sementara David Hume (1711-1776) bertolak dari
prinsip empirisme yang menolak untuk menerima sesuatu di luar empiri.
Hume menolak (meragukan) gejala kausalitas dan metode induksi yang
justru dominan dalam paradigma positivisme, karena bagi Hume kausalitas
dan induksi itu tidak dapat diamati secara langsung. Hume menyatakan
bahwa pengamatan hanya menghasilakn areus persepsi sebagai kesan-kesan
dan ide-ide saja. Karl Raimund Popper kemudian melanjutkan penolakan
Hume ini denagn mengajukan prinsip falsifikasi.
4. Relativisme
Relativisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa kebenaran
tidak bersifat absolute atau universal. Contohnya pandangan Protagoras
bahwa individu menjadi ukuran segala hal disebut relativisme
(epistemologis) lantaran ia menyatakan kerelatifan nilai kebenaran
Persada),1992,hal. 47
6
6 Ibid, Hal.50
7 Loekisno Choiril Warsito dkk, “Pengantar Fisalfat” Hal. 87
8 Ibid Hal. 89
7
manusia. Jiwa terdiri atas dua dunia, yaitu alam sadar dan alam bawah sadar.
Keduanya senantiasa ada bersama dalam satu waktu.9
Dari rangkaian diatas dapat disimpulkan, Struktur Epistemologi berisi
pembahasan tentang Ilmuwan dengan Objek yang diketahui atau di
experimen kan. Selain itu struktur Epistemologi dapat disebut juga sebagai
situasi Pengetahuan atau Fenomenologi Pengetahuan. Tambahan pula,
Pengetahuan adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia, namun
yang menjadi permasalahannya, darimana pengetahuan itu berasal,
sehingga menjadi sesuatu yang diketahui oleh manusia.
9 Tri Prasetyo, “Filsafat Pendidikan”,(Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997) Hal. 111-112
10 Loekisno Choiril Warsito dkk, “Pengantar Fisalfat”, Hal. 89
8
11 Ibid, Hal. 90
12 Ibid, Hal. 91
9
14 Ibid, Hal. 18
11
15
Ibid, Hal. 19
12
b. As-Sunnah
As-sunnah menurut pengertian bahasa berarti tradisi yang bisa
dilakukan, atau jalan yang dilalui (al-thariqah al-maslukah) baik yang
terpuji maupun yang tercela. Assunnah adalah: “segala sesuatu yang
dinukilkan kepada Nabi saw berikut berupa perkataan, perbuatan, taqrir-nya,
ataupun selain dari itu.” Termasuk ‘selain itu’ (perkataan, perbuatan, dan
ketetapannya) adalah sifat-sifat, keadaan, dan cita-cita (himmah) Nabi saw.
Yang belum kesampaian. Misalnya, sifat-sifat baik beliau, silsilah (nasab),
nama-nama dan tahun kelahirannya yang ditetapkan oleh para ahli sejarah,
dan cita-cita beliau. Robert L. Gullick dalam Muhammad The Educator
menyatakan: “Muhammad betul-betul seorang pendidik yang membimbing
manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar serta
melahirkan ketertiban dan stabilitas yang mendorong perkembangan budaya
Islam serta revolusi sesuatu yang mempunyai tempo yang tak tertandingi
dan gairah yang menantang. Dari sudut pragmatis, seseorang yang
mengangkat perilaku manusia adalah seorang pangeran diantara para
pendidik. Kutipan itu diambil dari ensiklopedia yang melukiskan Nabi
Muhammad saw. Sebagai seorang nabi, pemimpin, militer, negarawan, dan
pendidik umat manusia.
c. Kata-kataSahabat
Sahabat adalah orang yang berjumpa dengan Nabi saw. Dalam
keadaan beriman dan mati dalam keadaan beriman juga. Para sahabat Nabi
saw. Memiliki karakteristik yang unik dibanding kebanyakan orang. Fazlur
Rahman berpendapat bahwa karakteristik sahabat Nabi saw antara lain:
1. Tradisi yang dilakukan para sahabat secara konsepsional tidak terpisah
dengan Sunnah Nabi saw.
2. Kandungan yang khusus dan actual tradisi sahabat sebagian besar produk
sendiri
3. Unsur kreatif dari kandungan merupaan ijtihad personal yang mengalami
kristalisasi dalm ijma’, yang disebut dengan madzhab shahabi (pendapat
13
sahabat). Ijtihad ini tidak terpisah dari petunjuk Nabi saw terhadap
seseuatu yang bersifat spesifik
4. Praktek amaliah dasar Al-Qur’an tanpa sedikit pun menghindarinya dasar
Al-Qur’an tanpa sedikit pun menghindarinya sahabat identik dengan ijma
(consensus Umum).
d. Kemaslahatan Umat atau sosial
Mashalil al-mursalah adalah menetapkan undang-undang, peraturan
dan hukum tentang pendidikan dalam hal-hal yang sama sekali tidak
disebutkan dalam nash, dengan pertimbangan kemaslahatan hidup
bersama, dengan bersendikan asas menarik kemaslahatan dan menolak
kemudaratan. Mashalil al-mursalah dapat diterapkan jika benar-benar
dapat menarik mashlahat dan menolak mudharat melalui penyelidikan
terlebih dahulu. Ketetapannya bersifat umum bukan untuk kepentingan
perseorangan serta tidak bertentangan dengan nash. Para ahli pendidikan
berhak menentukan undang-undang atau peraturan peraturan pendidikan
Islam sesuai dengan kondisi lingkungan di mana ia berada. Ketentuan
yang dicetuskan berdasarkan mashalil murshalah paling tidak memiliki
tiga kriteria
a. Apa yang dicetuskan benar-benar membawa kemashlahatan dan
menolak kerusakan setelah melalui tahapan observasi dan analisis,
misalnya pembuatan ijazah dengan foto pemiliknya
b. kemashalatan yang diambil merupakan kemashalahatan yang bersifat
universal, yang mencakup seluruh lapisan masyarakat, tanpa adanya
diskriminasi,
c. keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar
Al-Qur’an dan Assunnah.
e. Tradisi dan Adat Kabiasaan Masyarakat (Urf)
Tradisi (urf/adat ) adalah kebiasaan masyarakat baik berupa
perkataan maupun perbuatan yang dilakukan secara kontinu dan seakan-
akan merupakan hukum tersendiri, sehingga jiwa merasa tenang dalam
melakukannya karena sejalan dengan akal dan diterima oleh tabiat yang
14
(Penalaran, Pengalaman, Intuisi, Ilham dan Wahyu)”. Jurnal Sumber Pendidikan Vol. 1 No. 1, Hal 140-145
15
KESIMPULAN
1. Jadi Epistemologi adalah sebuah cabang ilmu filsafat yang mengkaji tentang
usaha dan upaya untuk mencari tahu suatu kebenaran. Epistemologi dimulai
sejak zaman Yunani Kuno, ketika itu mereka mulai sadar akan kepentingan
pengetahuan bagi manusia. Pandangan itu sendiri merupakan kebudayaan
masyarakat athena serta masyarakat athena sendiri dikenal dengan
intelektualismenya.
2. Struktur Epistemologi berisi pembahasan tentang Ilmuwan dengan Objek
yang diketahui atau di experimen kan. Selain itu struktur Epistemologi dapat
disebut juga sebagai situasi Pengetahuan atau Fenomenologi Pengetahuan.
Tambahan pula, Pengetahuan adalah bagian terpenting dalam kehidupan
manusia, namun yang menjadi permasalahannya, darimana pengetahuan itu
berasal, sehingga menjadi sesuatu yang diketahui oleh manusia.dalam hal
ini pula dijelaskan ada beberapa sumber pengetahuan antara lain penalaran
indra, otoritas, wahyu, dan lain sebagainya.
3. Jadi ada beberapa hal yang menjadi sumber pendidikan yaitu, Pengalaman
indra, nalar, otoritas, intuisi, faith, dan wahyu. Adapun aliran-aliran yang
meyakini adanya sumber-sumber tersebut seperti aliran Rasionalisme,
Empirisme, dan Kritisisme. Masing-masing aliran memiliki pandangan
yang berbeda tentang sumber pengetahuan tersebut. Salah satu contohnya
aliran rasionalisme yang menganggap bahwa pengetahuan terbatas oleh akal
dan pikiran, aliran Empirisme berpendapat adanya sumber pengetahuan
berasal dari panca indra, serta aliran Kritisisme yang memadukan antara
akal pikiran dan panca indra.
12
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar Yusuf Lubis. 1992. “Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer” Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Jalaluddin. 2014. “Fisalfat Ilmu Pengetahuan”. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Loekisno Choiril Warsito dkk. 2011. “Pengantar Fisalfat”. Surabaya : IAIN Sunan
Ampel Press.
Soegeng. 2016. “Filsafat Ilmu”. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama.
Tri Prasetyo. 1997. “Filsafat Pendidikan”. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Wahyuddin,“SUMBER-SUMBER PENDIDIKAN ISLAM (Penalaran, Pengalaman,
Intuisi, Ilham dan Wahyu)”. Jurnal Sumber Pendidikan 7(1), Hal 140-145
17