Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FILSAFAT ILMU
“METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH”

KELOMPOK 7 :

 A. UMMI KALZUM (1928042003)

 SURTI (1928041037)

 NURANI (1928041036)

KELAS PKK O2 BUSANA


PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikaum Warahmatullahi Wabarakatu. Puji syukur kami
panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat limpahan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Dengan Rahmat kesehatan fisik dan akal pikiran yang diberikan, kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Metode Ilmiah Dan Penelitian
Ilmiah”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua, dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah membantu kami dalam penyusunan Makalah ini baik
dalam bentuk doa maupun materi. Kami menyadari Makalah ini masih banyak
kekurangan dalam penyusunannya, oleh karena itu kami sangat membutuhkan
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah kami kedepannya.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi saya pribadi.
Terima Kasih.

Makassar, 10 Oktober 2021


Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................2

A. Pengertian Metode Ilmiah............................................................................2


B. Dasar-dasar Metode Ilmiah..........................................................................3
C. Kebenaran Ilmiah dan Kebenaran Non Ilmiah.............................................4
D. Macam-Macam Metode Ilmiah....................................................................5
E. Hubungan Filsafat Ilmu dengan Metode Penelitian.....................................6
F. Landasan Ilmu dan Kinerjanya dalam Metode Penelitian...........................8
G. Prosedur Berpikir Ilmiah..............................................................................8
H. Sikap dan Aktifitas Ilmiah...........................................................................9

BAB III PENUTUP............................................................................................11

A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kita ketahui bersama, bahwa di era post-modern saat ini telah begitu banyak
ditemukan penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan. Penemuan-
penemuan tersebut dapat kita rasakan hampir dalam segala bidang dan lingkungan
di mana kita berada. Misalnya, keberadaan ilmu tekhnologi yang semakin hari
semakin canggih. Hasil penemuan baru tersebut tentunya melalui sejumlah proses
yang memakan waktu cukup relatif panjang. Hal ini (semakin pesatnya
penemuan-penemuan baru) merupakan suatu yang tidak dapat terelakkan lagi,
karena ia merupakan tuntutan dari keberadaan manusia itu sendiri, yakni
keberadaan kebutuhan dan keinginan manusia yang semakin tinggi dan beragam.
Di dalam proses penelitian tentang suatu ilmu tersebut maka diperlukan yang
namanya metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil yang sesuai dengan
keilmuannya, karena itulah kami mengambil judul tersebut sebagai topik utama
dalam makalah ini.

Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia, pastilah menuntut metode
tertentu. Seperti halnya dalam memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu, mungkin
membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut
berbagai metode. Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa suatu memiliki
berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode.

Untuk memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah.


Namun tidak semua pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah. Tetapi agar
ilmu berkembang dan tetap eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang
dihadapi, maka digunakanlah metode ilmiah ini

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Pengertian Metode Ilmiah?
2. Bagaimanakah Dasar-dasar Metode Ilmiah?
3. Seperti Apa Kebenaran Ilmiah dan Kebenaran Non Ilmiah?
4. BagaimanaMacam-Macam Metode Ilmiah?
5. Bagaimana Hubungan Filsafat Ilmu dengan Metode Penelitian?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Pengertian Metode Ilmiah
2. Untuk Mengetahui Bagaimanakah Dasar-dasar Metode Ilmiah
3. Untuk Mengetahui Seperti Apa Kebenaran Ilmiah dan Kebenaran Non
Ilmiah
4. Untuk Mengetahui BagaimanaMacam-Macam Metode Ilmiah
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Hubungan Filsafat Ilmu dengan Metode
Penelitian

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap


penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Juga dapat diartikan bahwa
metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu
interelasi.

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang


disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis
dari fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Oleh
karena itu, penelitian dan metode ilmiah sebenarnya mempunyai hubungan yang
sangat erat.

Seperti diketahui bahwa berfikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan


pengetahuan. Dalam konteks yang demikian, T.H. Huxley menyatakan bahwa
metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja fikiran. Dengan cara
bekerja seperti ini, maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai
karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah yakni
sifat rasional dan teruji yang memungkinkan dalam pengetahuan yang disusunnya
dapat diandalkan. Dalam hal ini, metode ilmiah mencoba menggabungkan cara
berfikir deduktif dan cara berfikir induktif dalam membangun pengetahuannya.

Adapun Pelaksanaan metode ilmiah ini meliputi tujuh tahap, yaitu :

1) Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.


2) Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat
pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian
pustaka.
3) Menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun
berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau
telaah pustaka.
4) Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5) Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistik
untuk menghasilkan kesimpulan.Hasil penelitian dengan metode ini adalah
data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan
universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil
yang sama).
6) Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil
percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa
mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan
bahkan menjadi teori.

2
7) Menulis laporan Ilmiah. Untuk mengkomunikasikan hasil penelitian kepada
orang lain sehingga orang lain tahu bahwa kita telah melakukan suatu
penelitian ilmiah.

B. Dasar-dasar Metode Ilmiah

Agar suatu metode yang digunakan dalam suatu penelitian disebut dengan
metode ilmiah, maka ia harus memiliki beberapa hal, yaitu:

1. Berdasarkan fakta

Keteragan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan


dikumpulkan dan yang dianalisis harus berdasarkan fakta-fakta, dan bukan
merupakan penemuan atau pembuktian yang berdasarkan pada daya khayal, kira-
kira, legenda, atau kegiatan sejenis.

2. Bebas dari prasangka

Metode ilmiah harus memiliki sifat bebas dari prasangka, bersih dan jauh dari
pertimbangan-pertimbangan subyektif. Menggunakan suatu fakta harus dengan
alasan atau bukti lengkap dan pembuktian yang obyektif.

3. Menggunakan prinsip analisis

Dalam memahami serta member arti terhadap fenomena yang kompleks harus
menggunakan prinsip analisis. Semua masalah harus dicari dan temukan sebab
musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisis yang logis. Fakta
yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat
deskripsinya saja. Akan tetapi semua kejadian harus dicari sebab akibat dengan
menggunakan analisis yang tajam.

4. Menggunakan hipotesis

Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berfikir dengan
menggunakan analisis. Hipotesis harus ada untuk mengakumulasi permasalahan
serta memadu jalan fikiran kea rah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang
ingin deperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesis merupakan
peganganyang khas dalam menentukan jalan penilaian peneliti.

5. Menggunakan ukuran objektif

Kerja penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif.
Ukuran tidak boleh degan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-
pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang
sehat.

3
6. Menggunakan teknik kuantifikasi

Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan,


kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan. Ukuran-ukuran
seperti: ton, kilogram, millimeter per detik, ohm, dan sebagainya harus selalu
digunakan. Oleh karena itu harus dihindari ukuran-ukuran semisal sejauh mata
memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagainya. Kuantifikasi
yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking, dan rating.

C. Kebenaran Ilmiah dan Kebenaran Non Ilmiah

Kebenaran tertuang dalam ungkapan-ungkapan yang dianggap benar,


misalnya hukum-hukum, teori-teori, ataupun rumus-rumus filasafat, juga
kenyataan yang dikenal dan diungkapkan. Mereka muncul dan berkembang maju
sampai pada taraf kesadaran dalam diri pengenal dan masyarakat pengenal.[8]

Sebelum mencapai kebenaran yang berupa pernyataan dengan pendekatan


teori ilmiah sebagaiamana kerangka ilmiah, akan lebih baik jika kita mengetahui
terlebih dahulu pengetauan ini bersifat logis, rasional tidak. Sebagaimana
diungkap Ahmad Tafsir dalam kerangka berfikir sebagai berikut:

a. Yang logis ialah yang masuk akal


b. Yang logis itu mencakup yang rasional dan supra-rasional
c. Yang rasional ialah yang masuk akal dan sesuai dengan hukum alam
d. Yang supra-rasional ialah yang masuk akal sekalipun tidak sesuai
dengan hukum alam.
e. Istilah logis boleh dipakai dalam pengertian rasional atau dalam
pengertian supra rasional.[

Beberapa definisi kebenaran dapat kita kaji bersama dari beberapa sumber,
antara lain, Kamus umum Bahasa Indonesia ( oleh Purwadarminta), arti
kebenaran yaitu:

1. Keadaan yang benar ( cocok dengan hal atau keadaan sesungguhnya)


2. Sesuatu yang benar ( sunguh-sungguh ada, betul demikian halnya)
3. Kejujuran, ketulusan hati,
4. Selalu izin,perkenan,
5. Jalan kebetulan.

Imam Wahyudi, seorang dosen Filsafat Pengetahuan dan filsafat Ilmu UGM,
kebenaran dikelompokkan dalam tiga makna, yaitu kebenaran moral, kebenaran
logis dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasan etika, ia
menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan.
Kebenaran logis menjadi bahasan epistemology, logika dan psikologi, ia
merupakan hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif. Sedangkan
kebenaran metafisik berkaitan dengan yang ada sejauh berhadapan dengan akal

4
budi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang ada
merupakan dasar dari kebenaran, dan akal budi yang menyatakannya.

Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan logika ilmiah,


ada juga kebenaran karena factor-faktor non ilmiah. Diantaranya adalah:

a. Kebenaran karena kebetulan

Yaitu kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah.

b. Kebenaran karena akal sehat (common sense)

Yaitu serangkaian konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara


praktis.

c. Kebenaran agama dan wahyu

Yaitu kebenaran mutlak dan asasi dari Allah dan Rasulnya.

d. Kebenaran intuitif

Yaitu kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan
penalaran dan proses berfikir.

e. Kebenaran karena Trial dan Error

Yaitu kebenaran yang diperoleh karena mengulang-ulang pekerjaan, baik metode,


teknik, materi dan parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu.

f. Kebenaran spekulatif

Yaitu kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang dipikirkan secara


matang.

g. Kebenaran karena kewibawaan

Yaitu kebenaran yang diterima karena pengaruh kewibawaan seseorang.

D. Macam-Macam Metode Ilmiah

Berdasarkan objek pengamatannya dibagi menjadi dua yaitu:

a. Metode siklus-empirik.

Metode siklus-empirik ini menunjukan pada dua macam hal yang pokok, yaitu
siklus yang mengandaikan adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan berulang-
ulang, dan empirik yang menunjukan pada sifat bahan yang diselidiki, yaitu hal-
hal yang dalam tingkatan pertama dapat diregristasi secara indrawi.Metode ini
digunakan dalam ilmu-ilmu kealaman (naturwissenschaft).

5
b. Metode linier.

Metode linier pada umumnya digunakan dalam ilmu-ilmu sosial dan


humanistik (Geisteswissenschaft yang dalam bahasa inggris dikenal sebagai the
humanities).

E. Hubungan Filsafat Ilmu dengan Metode Penelitian

Keterkaitan antara filsafat ilmu dengan metode penelitian jelas ada, serta sulit
dibantah. Filsafat ilmu jelas merupakan dasar keilmuan, yang banyak dijadikan
fondasi metode penelitian. Metode penelitian merupakan jalur andal bagi filsafat
ilmu untuk menemukan kebenaran. Menurut Bahtiar, filsafat ilmu merupakan
kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu. Ilmu tidak akan lepas dari
sebuah metode penelitian. Metode penelitian merupakan upaya untuk
pengembangan ilmu. Ilmu pula yang melandasi pengetahuan tertentu dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian filsafat ilmu merupakan cabang dari
filsafat yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu untuk mencapai suatu
kebenaran. Metodologi penelitian adalah berarti ilmu tentang metode. Sedang
penelitian adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data kemudian mengolah,
menganalisa dan mengkaji data yang dilakukan secara sistematis dan objektif.

Jadi metodologi penelitian ilmu yang mempelajari, menelusuri, mencari dan


mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisa dan menyajikan data yang
dilakukan secara sistematis supaya diperoleh suatu kebenaran yang objektif.
Secara terminology, metodologi penelitian atau metodologi riset (science research
atau method), metodologi berasal dari kata methodology, maknanya ilmu yang
menerangkan metode-metode atau cara-cara. Penelitian adalah terjemahan dari
bahasa Inggris “research” yang terdiri dari kata “re” (mengulang) dan search
(pencarian, pengejaran, penelusuran, penyelidikan atau penelitian) maka research
berarti berulang melakukan pencarian. Metodologi penelitian merupakan
bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis
tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah,
dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.

Data-data tersebut digali, diolah, disintesiskan menggunakan prinsip-prinsip


berfikir filsafat. Berfikir filsafat selalu mengikuti penalaran yang logic dan
mendasar. Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, jika
kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara sistematis, jadilah ia sistematika
filsafat. Sistematika filsafat itu biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat,
yaitu: (1) teori pengetahuan, (2) teori hakikat dan (3) teori nilai. Itulah sebab
sebuah penelitian perlu memerhatikan ketiga cabang berfikir filsafat itu untuk
menemukan sebuah kebenaran. Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang
dipikirkan, objek yang dipikirkan oleh filsuf ialah segala yang ada dan yang
mungkin ada. Jadi filsafat sebagai suatu proses berfikir bebas, sistematis, radikal
dan mencapai dataran makna yang mempunyai cabang ontologi, epistimologi dan

6
aksiologi. Cabang-cabang ini apabila diikuti oleh langkah metodologi penelitian,
tentu akan menghasilkan kebenaran sejati. Paling tidak dalam sebuah penelitian
akan memunculkan hasil yang mendekati realitas.

Penelitian membutuhkan pemikiran ontology, yaitu sebagai teori hakikat.


Teori hakikat ini sangat luas, segala yang ada mungkin ada, yang boleh juga
mencakup pengetahuan-pengetahuan dan nilai (yang dicarinya ialah hakikat
pengetahuan dan hakikat nilai). Setiap cabang penelitian, pasti terkait dengan
persoalan yang sedang diteliti. Di dalam ontology membahas dua bidang yaitu: (1)
kosmologi membicarakan hakikat asal, hakikat susunan, hakikat berada, juga
hakikat tujuan, kosmos. (2) Metafisik atau antropologi secara etimologis berarti
dibalik atau di belakang fisika artinya ia ingin mengerti atau mengetahui apa
yang ada dibalik dari ala mini atau suatu yang tidak Nampak. Jadi kosmologi
adalah cabang filsafat yang mengelidiki hakikat asal, susunan, tujuan alam besar,
yang dibicarakan di dalam cabang ini missal hakikat kosmos, bagaimana caranya
ia menjadi (how does it come to being) dan lain-lain. Dalam metode penelitian,
secara tegas akan mengaitkan persoalan apa fenomena yang diteliti, ada apa
dibalik fenomena itu, dan sejauhmana eksistensi fenomena yang diteliti. Hal ini,
dalam konteks filsafat ilmu sering dibahas dalam epistemology.

Menurut Bahtiar, tujuan filsafat adalah: (1) Mendalami unsur-unsur pokok


ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber hakikat dan
tujuan ilmu, (2) Memahami sejarah pertumbuhan , perkembangan dan kemajuan
ilmu diberbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secara historis. Metodologi bisa juga diartikan ilmu yang membahas
konsep berbagai metode, tentang apa kelebihan dan kekurangan, dan bagaimana
seseorang memilih suatu metode. Sedangkan penelitian bertujuan menghimpun
data yang akurat yang kemudian diproses sehingga menemukan kebenaran atau
teori atau ilmu dan mungkin pula mengembangkan kebenaran terdahulu atau
menguji kebenaran tersebut.

Jadi metode ilmiah untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang benar


diperlukan cara-cara yang benar pula. Meurut para pakar, mencari kebenaran,
cara-cara memperoleh kebenaran ilmiah disebut metode ilmiah, yang terdiri dari
proses (1) mencari masalah, (2) menentukan hipotesis, (3) menghimpun data, (4)
menguji hipotesis, (5) prinsip ini berlaku untuk semua sains operasionalisasi
Metode ilmiah itu dikatakan pada bidang studi metodologi penelitian. Dari sini
tampak dengan jelas hubungan antara filsafat ilmu dengan metodologi penelitian.

Keterkaitan antara filsafat ilmu dan metode penelitian. Keduanya sama-sama


hendak menemukan kebenaran ilmiah. Filsafat ilmu menjadi landasan berfikir,
sedangkan metode penelitian sebagai realisasi berfikir ilmiah. Adapun metodologi
merupakan hal yang mengkaji langkah-langkah yang ditempuh supaya
pengetahuan yang diperoleh memenuhi pengetahuan yang ilmiah. Untuk
memahami prinsip-prinsip metode filsafat perlu dibahas pengertian metodologi,

7
unsur-unsur metodologi, dan beberapa pandangan tentang prinsip metodologi bagi
para filsuf.

F. Landasan Ilmu dan Kinerjanya dalam Metode Penelitian

Filsafat ilmu merupakan kajian atau telaah secara mendalam terhadap hakekat
ilmu.

Secara singkat uraian landasan ilmu itu adalah sebagai berikut :

a) Landasan ontologis adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini
berarti tiap ilmu harus mempunyai objek penelaahan yang jelas. Karena
diversivikasi ilmu terjadi atas dasar spesifikasi objek telaahannya maka
tiap disiplin ilmu mempunyai landasan ontologi yang berbeda.
b) Landasan epistemologi adalah cara yang digunakan untuk mengkaji atau
menelaah sehingga diperolehnya ilmu tersebut. Secara umum, metode
ilmiah pada dasarnya untuk semua disiplin ilmu yaitu berupa proses
kegiatan induksi-deduksi-verivikasi seperti telah diuraikan diatas.
c) Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut
dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa
yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu serta
membagi peningkatan kualitas hidup manusia.

G. Prosedur Berpikir Ilmiah

Prosedur berfikir ilimiah modern, masih selalu teatp menggunakan kaidah


keilmuan barat yang hanya melandaskan fikirannya pada penalaran rasional dan
empiris. Metode ilmiah adalah ekspresi tentang cara berfikir menurut kaidah
ilmiah. Melalui metode ini, diharapakan dapat menghasilkan karakteristik tertentu
yang diminta pengetahuan ilmiah.Karakteristik yang dimaksud bersifat rasional
(deduktif) dan teruji secara empiris. Metode ilmiah dengan demikian adalah
pengggabungan antara cara berfikir deduktif dalam membangun tubuh
pengetahuan.

Prosedur ilmiah mencakup 7 langkah, yaitu:

1. Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang


bertantangan atau kabur yang menghasilkan penyelidikan.
2. Menyatakan masalah-masalah dalam istilah spesifik
3. Merumuskan suatu hipotesis
4. Merancang suatu metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan
pengamatan atau percobaan
5. Mengumpulkan dan mencatat data kasar, agar mempunyai suatu
pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan
6. Melakukan penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan

8
7. Melakukan penegasan terhadap apa yang disebut dengan metode ilmiah.

Permasalahan akan menentukan ada atau tidaknya ilmu. Tanpa ada masalah,
maka tidak akan ada ilmu. Langkah pertama suatu penelitian adalah mengajukan
sesuatu yang dianggap sebagai masalah. Sesuatu yang dianggap sebagai masalah
apabila terdapat pertentangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya,
dengan kenyataan yang sebenarnya ada.

Permasalahan dalam ilmu pengetahuan, memiliki 3 ciri:

1. Dapat di komunikasikan dan dapat menjadi wacana publik


2. Dapat diganti dengan sikap ilmiah
3. Dapat ditangani dengan metode ilmiah

H. Sikap dan Aktifitas Ilmiah


1. Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah merupakan bagian penting dari prosedur berfikir ilmiah. Sikap
ilmiah memiliki 6 karakteristik, yaitu:

a. Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu yang menjadi pemicu munculnya pertanyaan serta


dilakukannya penyelidikan, pemeriksaan, penjelajahan dan percobaaan dalam
rangka mencapai pemahaman.

b. Spekulatif

Spekulatif ini adalah sikap ilmiah yang diperlakukan untuk mengajukan


hipotesis-hipotesis (tentu bersifat dedukatif) untuk mencari solusi terhadap
permasalahan.

c. Objektifitif

Objektifitif ini dimaknai dengan sikap yang selalu sedia untuk mengakui
subjektivitas terhadap apa yang dianggapnya benar.

d. Keterbukaan

Sikap terbuka adalah kesediaan untuk mempertimbangkan semua masukan


yang relevan.

e. Kesediaan untuk menunda penilaian.

Kesediaan untuk menunda penilaian, artinya tidak memaksakan diri untuk


memperoleh jawaban, jika peneyelidikan belum memperoleh bukti yang
diperlukan.

9
f. Tentatif

Bersikap tentatif artinya tidak bersikap dogmatis terhadap hipotesis maupun


simpulan.

2. Aktivitas Ilmiah

Aktivitas ilmiah merupakan sebuah pekerjaan yang terus-menerus melakukan


research ilmiah untuk mencapai kebenaran.

Para ilmuan sering melakukan aktivitas ilmiah ini, secara terus menerus untuk
mencapai pada apa yang disebutnya benar.

Menurut Walter R Borg and Meredith D Gall, menyebutkan ada 7 langkah


yang ditempuh seorang peneliti dalam melakukan penelitiannya. 7 langkah
tersebut diantaranya:

a. Menyusun sesuatu yang disebut masalah


b. Melakukan perumusan masalah atau mendefinisikan masalah kedalam
bentuk yang operasional
c. Menyusun hipotesis/dugaan sementara
d. Menetapkan tekhnik dan menyusun instrumen penelitian
e. Mengumpulkan data yang diperlukan
f. Melakukan analisis terhadap data yang terkumpul
g. Menggambarkan kesimpulan yang berhasil dipecahkan

Dalam melakukan reserch, para ilmuan mempunyai dua aspek, yaitu aspek
invidual yang mengacu pada ilmuan sebagai aktifitas ilmuan dan aspek sosial
yang mengacu kepada ilmu sebagai suatu komunitas ilmiah dan kumpulan para
ilmuan.Komunitas ini berinteraksi dengan intuisi-intuisi lain dalam masyarakat.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup tindakan pikiran, pola


kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan atau
mengembangkan pengetahuan. Pola umum tata langkah metode ilmiah mencakup
Kesadaran akan adanya problema, pengumpulan data, penertiban data,
pembentukan hipotesis, penarikan deduksi/kesimpulan dari hipotesis, dan terakhir
verifikasi.Ilmu-ilmu kealaman pada umumnya menggunakan metode siklus-
empiris.Metode siklus-empiris terdiri dari 5 tahapan yaitu observasi, induksi,
deduksi, eksperimen, dan evaluasi. Ilmu-ilmu sosial dan humanistik pada
umumnya menggunakan metode linier dan analisisnya dimaksudkan untuk
menemukan arti, nilai dan tujuan.Metode liner memiliki tiga tahap, yaitu persepsi,
konsepsi, dan prediksi.

Metode ilmiah digunakan untuk mengungkap dan mengembangkan ilmu,


melalui cara kerja penelitian. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode
ilmiah, memegang peranan penting dalam membantu manusia untuk memecahkan
setiap masalah yang dihadapinya.

Prosedur ilmiah mencakup 7 langkah, yaitu:

1. Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang


bertentangan atau kabur yang menghasilkan penyelidikan.
2. Menyatakan masalah-masalah dalam istilah spesifik
3. Merumuskan suatu hipotesis
4. Merancang suatau metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan
pengamatan atau percobaan
5. Mengumpulkan dan mencatat data kasar, agar mempunyai suatu
pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan
6. Melakukan penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan
7. Melakukan penegasan terhadap apa yang disebut dengan metode ilmiah.

B. Saran

Dalam melakukan sebuah penelitian, sebaiknya digunakan metode yang


tepat.Salah satu metode yang sering digunakan adalah metode ilmiah.Dengan
metode ini dapat mengungkapkan dan mengembangkan ilmu.

11
DAFTAR PUSTAKA
Suria sumantri, Jujun. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.

Sumadi. 2010. Filsafat Ilmu Pengantar Konsep dan Analisis. Ciamis: Institut
Agama Islam Darussalam.

A. Mirawihardja, Sutardjo. 2006. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika


Aditama.

Ahmad Saebani, Beni. 2009. Filsafat Ilmu. Bandung: CV Pustaka Setia.

Wahyudi, Imam. 2004. Refleksi Tentang Kebenaran Ilmu dalam Jurnal


Filsafat. Desember. Jilid 38. Nomor 3

Dwi Citra Nur Hariyanti, Dasar Dasar Pengetahuan,


https://dwicitranurhariyanti.wordpress.com/filsafat-ilmu/dasar-dasar
pengetahuan/diakses pada 14 maret 2015 pukul 23:37

12

Anda mungkin juga menyukai