Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Model Pembelajaran Discovery dan Inquiri

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran Matematika


Dosen Pengampu : Drs. Rudol Barmen Manurung, M.Pd.

Oleh
Kelompok 5
Lasmaria R. Simanjuntak (1901070059)
Frans Perdinan Pane (1901070061)
Selvia N. S. R. Sitanggang (1901070063)

Pendidikan Matematika
Semester 4

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN


PEMATANGSIANTAR
STAMBUK 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana atas rahmat-
Nya dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah “Model Pembelajaran Discovery dan Inquiri”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebenar-benarnya kepada
dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika yang telah memberikan tugas terhadap
kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................2
A. Model Pembelajaran Discovery........................................................................................2
- Sintaks Model Pembelajaran Discovery.....................................................................3
B. Model Pembelajaran Inquiri.............................................................................................4
- Jenis Pembelajaran Inquiri.......................................................................................15
BAB III PENUTUP....................................................................................................................18
A. Kesimpulan....................................................................................................................18
B. Saran...............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan bukanlah sesuatu yang statis melainkan sesuatu yang dinamis sehingga
menuntut adanya suatu perbaikan yang terus menerus. Dunia pendidikan memiliki tujuan
yang harus dicapai dalam proses pembelajarannya. Pendidikan tidak hanya ditekankan pada
penguasaan materi, tetapi juga ditekankan pada penguasaan keterampilan. Siswa juga harus
memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan mengguna-kan proses dan prinsip
keilmuan yang telah dikuasai, dan learning to know (pembelajaran untuk tahu) dan learning
to do (pembelajaran untuk berbuat) harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Permasalahan pada pembelajaran konvensional dapat diatasi dengan penerapan
pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang mampu menarik
perhatian siswa melalui pelibatan aktif siswa yang bersangkutan. Berkaitan dengan hal
tersebut, perlu dirancang suatu kegiatan belajar yang menarik bagi siswa Pembelajaran inovatif
diharapkan mampu meningkatkan keterampilan peserta didik
Siswa mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan
contoh-contoh konkrit merupakan salah satu alasan yang melandasi perlunya diterapkan
keterampilan proses sains. [Dimyati dan Moedjiono (2002: 141)], ada berbagai keterampilan
proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan dasar proses sains (basic
skill), dimulai dari mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyim-pulkan
dan mengkomunikasikan, dan keterampilan terpadu proses sains (integrated skill), dari
identifikasi variabel sampai dengan yang paling kompleks, yaitu eksperimen. Keterampilan
proses dapat mengembangkan kemampuan mengamati, menggolongkan/ mengklasifikasikan,
menaksir/ menginterpretasikan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian,
mengkomunikasikan.
Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan
keterampilan dalam melihat, menganalisis, dan memecahkan masalah, membuat rencana dan
mengadakan pembagian kerja; dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari
ativitas belajar ini mendapatkan penilaian. [Joyoatmojo (2006)], menyimpulkan pendapat
beberapa ahli dan menyatakan keterampilan-keterampilan atau kemampuan-kemampuan serta
sikap seperti itu dapat menjadikan seseorang yang memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam
penghadapi perubahan di sekitarnya, termasuk dalam pergaulan, dalam pekerjaan, maupun
dalam suatu lembaga/organisasi. Seseorang yang sudah terlatih dengan keterampilan proses
sains akan memiliki kepribadian yang jujur, dan teliti, sehingga mampu bersosialisasi dengan
masyarakatlebih mudah. Metode yang terbanyak menampilkan segi-segi keterampilan proses,
menurut Djamarah (2000: 191) adalah metode diskusi, eksperimen dan pemberian tugas.
Inquiry terbimbing merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana
pola pembelajaran kelas. Pembelajaran inquiry terbimbing merupakan pembelajaran
kelompok dimana siswa diberi kesempatan untuk berfikir mandiri dan saling membantu
dengan teman yang lain. Pembelajaran inquiry terbimbing membimbing siswa untuk
memiliki tanggung jawab individu dan tanggung jawab dalam kelompok atau pasangannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY


Discovery learning adalah model pembelajaran yang membantu peserta didik untuk
mengalami dan menemukan pengetahuannya sendiri sebagai wujud murni dalam proses
pendidikan yang memberikan pengalaman yang mengubah perilaku sehingga dapat
memaksimalkan potensi diri.
1..   Latar Belakang Filosofis Model Pembelajaran Penemuan (Discovery
Learning)
Pendidikan merupakan komponen utama dalam membentuk generasi muda yang
berkualitas. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Tim penyusun (2013) menuliskan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
tersebut diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar
kompetensi lulusan yang mencakup ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan secara
terpadu. Lebih lanjut lagi Tim Penyusun (2013) menjelaskan bahwa ketiga ranah ketiga ranah
tersebut diperoleh melalui aktivitas psikologi yang berbeda-beda. Ranah sikap diperoleh
melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan; ranah
pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengeva-luasi dan mencipta; serta ranah keterampilan diperoleh melalui aktivitas
mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Aktivitas-aktivitas tersebut tidak dapat terjadi tanpa adanya peran guru yang kreatif yang
dalam proses pembelajarannya menyediakan model pembelajaran yang sesuai.
Salah satu model pembelajaran yang direkomdasikan dalam kurikulum 2013 adalah
model Discovery Learning. Menurut Joolingen dalam Fathur dkk (2012) discovery
learning adalah suatu tipe pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan mereka
sendiri dengan mengadakan suatu percobaan dan menemukan sebuah prinsip dari hasil
percobaan tersebut.
2.  Konsep Dasar Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa:
“Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not
presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self”
(Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang
menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.

Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, di mana murid


mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41).
Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih,
2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui
observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut
disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of
assimilatig conceps and principles in the mind  (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan


inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah
ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang
sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa
pada discovery  masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang
direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga
siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-
temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.

Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah.


Akan tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery Learning adalah materi atau
bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi
siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui
dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk
(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang dapat
meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan
metode Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan
kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah
modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke
modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.

Pembelajaran penemuan  (Discovery Learning) adalah suatu proses dimana para siswa


berinteraksi dengan lingkungannya dan memperoleh informasi bagi diri mereka sendiri,
dengan menelusuri dan memanipulasi objek atau dengan melakukan percobaan laboratorium
yang sistematis. Siswa terkadang mengingat dan mentransfer informasi secara lebih efektif
ketika mereka mengkonstruksinya sendiri ketimbang hanya membacanya atau mendengarnya
(de Jong dan van Joolingen, 1998; M.A. McDaniel dan Schlager, 1990; D.S. McNamara dan
Healy, 1995). Kita dapat dengan mudah menjelaskan temuan ini dengan menggunakan
prinsip-prinsip psikologi kognitif. Ketika para siswa menemukan sesuatu sendiri, mereka
dapat memberikan lebih banyak pikiran ke informasi atau keterampilan itu dibandingkan jika
sebaliknya.
          Ada beberapa kesimpulan umum tentang pembelajaran penemuan yang dapat diperoleh
dari temuan-temuan penelitian ini :
a)    Ketika kita mempertimbangkan prestasi akademik secara keseluruhan, pembelajaran
penemuan tidak lebih baik atau lebih buruk dibandingkan pendekatan yang lebih
ekspositoris.
b)    Ketika kita mempertimbangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, pembelajaran
pemnemuan terkadang lebih disukai untuk mengembangkan transfer, pemecahan
masalah, kreatifitas dan pembelajarang yang diatur sendiri (self-reguled learning).
c)    Ketika kita mempertimbangkan manfaat motivasi dan afektif, pembelajaran penemuan
seringkali meningkatkan sikap yang lebih positif terhadap guru dan tugas-tugas sekolah
ketimbang pengajaan tradisional.
Kita juga harus mempertimbangkan tiga masalah potensial dalam pembelajaran
penemuan (Karpov, 2003; Schauble, 1990; B.Y White dan Frederiksen , 2005). Pertama,
siswa tidak selalu memiliki keterampilan metakognitif yang memadai atau secara efektif
mengarahkan eksplorasi mereka dan memantau penemuan mereka. Kedua, siswa terkadang
mengonstruksi pemahaman yang keliru dari aktivitas-aktivitas penemuan, misalnya mereka
salah menafsirkan atau mendistorsi bukti yang mereka kumpulkan dalam suatu percobaan,
dengan mencari dukungan terhadap miskonsepsi yang ada. Terakhir, aktivitas pembelajaran
penemuan seringkali membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan pengajaran
ekspositoris, dan para guru merasa bimbang antara memberikan pengalaman penemuan dan
menyampaikan semua topik yang diwajibkan dalam kurikilum.
Dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery Learning guru berperan
sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara
aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan.  Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar
mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.

Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya


untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika.
Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan
berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Discovery Learning dapat:
a)   Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan
proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang
tergantung bagaimana cara belajarnya.
b)   Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
c)   Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
d)   Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannya sendiri.
e)   Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya
dan motivasi sendiri.
f)    Model pembelajaran discovery learning ini dapat membantu siswa memperkuat konsep
dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
g)   Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.
Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi
diskusi.
h)   Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada 
kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
i)    Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
j)    Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar  yang
baru;
k)   Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
l)    Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
m)  Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih
terangsang;
n)   Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia 
seutuhnya;
o)   Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
p)   Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;
q)   Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Model pembelajaran discovery learning ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan
pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau
berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan,
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

Model pembelajaran discovery learning ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa


yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan
teori atau pemecahan masalah lainnya. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini
dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar
yang lama.

Model pembelajaran discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan


pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang
fasilitas untuk mengukur gagasan  yang dikemukakan oleh para siswa. Model
pembelajaran discovery learning tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir
yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

Panduan meningkatkan pembelajaran penemuan atau mengimplementasikan aktivitas


pembelajaran penemuan secara efektif.
·           Pastikan siswa memiliki pengetahuan yang mereka butuhkan untuk
menafsirkan temuan mereka secara tepat.
Siswa akan mendapatkan manfaat dari aktifitas pembelajaran penemuan ketika mereka
memiliki pengetahuan awal yang dibutuhkan untuk menafsirkan pengamatan mereka secara
tepat (de Jong dan van Joolingen, 1998; N. Frederiksen, 1984; Moreho, 2006). Misalnya,
meminta siswa melakukan eksperimen untuk menentukan pengaruh gravitasi terhadap
kecepatan suatu benda yang jatuh biasanya akan lebih bermanfaat jika siswa telah mengenal
konsep gravitasi dan kecepatan.
Sediakan struktur tertentu untuk memandu aktivitas penemuan siswa.
Anak kecil sering belajar dari eksplorasi acak terhadap lingkungan mereka-misalnya
dengan bereksperimen dan menemukan sifat-sifat pasir kering, pasir basah, dan air (Hutt,
Tyler, Hutt & Christopherson, 1989). Meski demikian, umumnya siswa mendapat manfaat
lebih dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan dan dirancah (schffold) dengan hati-hati yang
membantu mereka mengontruksi tafsiran-tafsiran yang tepat (Hickey, 1997; Mayer, 2004;
B.Y White & Frederiksen, 1990)

3.   Sintaks Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)


Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning         
a. Langkah Persiapan
Langkah persiapan model pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah sebagai
berikut:
·  Menentukan tujuan pembelajaran
·  Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya  belajar, dan
sebagainya)
·  Memilih materi pelajaran.
·  Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh
generalisasi)
·  Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan
sebagainya untuk dipelajari siswa
·  Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang  konkret ke
abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
·  Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

b. Pelaksanaan
 Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa
dalam mengeksplorasi bahan.
 Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

 Data collection (Pengumpulan Data).


Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan
atau membuktikan benar tidaknya  hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan
untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.

 Data Processing (Pengolahan Data)


Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu

 Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan
hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang
ia jumpai dalam kehidupannya.
 Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka 
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi

4.  Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

 Kelebihan Model Discovery Learning


Ini dijelaskan pula oleh Sudirman dkk, dalam buku ilmu pendidikan, sebagai berikut.
Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered Prof. Bruner,
mengemukakan pendapat beberapa keunggulan model penemuan ini, yaitu :
1. siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik
2.  membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar
yang baru
3. mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri
4. mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri
5. memberikan keputusan yang bersifat intrinsi
6. situasi proses belajar menjadi lebih terangsang
7. proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia
seutuhnya
8. meningkatkan tingkat penghargaan siswa
9. kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber  belajar.
10. dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu
11. menghindarkan cara belajar tradisional

 Kekurangan Model  Discovery Learning


Ada beberapa kelemahan Model discovery Learning, yaitu sebagai berikut.
1. Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa
yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. Di pihak lain justru menyebabkan akan
timbulnya kegiatan diskusi.
2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan
siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
5. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan
yang dikemukakan oleh para siswa
6. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan bagi berfikir yang akan ditemukan oleh
siswa telah dipilih lebih dahulu oleh guru, dab proses penemuannya adalah dengan
bimbingan guru.

B. MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY


Model pembelajaran inquiry learning adalah kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi
peserta didik untuk mengajukan pertanyaan, melakukan penyelidikan atau pencarian,
eksperimen hingga penelitian secara mandiri untuk mendapatkan pengetahuan yang mereka
butuhkan. Dalam model ini, peserta didik diarahkan agar dapat mencari tahu sendiri materi
yang disajikan dalam pembelajaran dengan cara mengajukan pertanyaan dan investigasi
mandiri.
Sintak Inquiry Learning (Langkah)
Menurut Hanafiah dan Sudjana 2010 (dalam Wardoyo 2015, hlm. 68) sintak atau
langkah langkah pembelajaran inquiry learning adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan siswa
2. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari
3. Seleksi bagian materi yang akan dipelajari
4. Menentukan peran yang harus dilakukan masing-masing siswa
5. Melakukan penjagaan terhadap kemampuan awal siswa terkait materi yang akan
diberikan
6. Mempersiapkan kelas
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan
penganalisisan data yang ditemukan dalam rangka menemukan hal baru dalam
pembelajaran
8. Melakukan tindakan penguatan

Jenis Pembelajaran Inquiri


Perlu menjadi catatan bahwa inquiry learning memiliki jenis atau turunan yang berbeda
berdasarkan peran guru dalam kegiatan penyelidikannya. Menurut Kindsvatter (Wisudawati,
Asih W dan Eka Sulistyowati, 2017, hlm. 84-85) berdasarkan peran guru dalam
penyelidikan, inquiry learning terbagi menjadi dua jenis, yakni sebagai berikut.
1. Guided Inquiry (Inquiry terbimbing)
Pada jenis ini, peran guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam
penyelidikan sangat besar. Guru beperan menentukan topik penelitian yang akan
dilakukan, mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan topik yang
akan diselidiki, menentukan prosedur atau langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
peserta didik, hingga membimbing peserta didik dalam menganalisis data,
menyediakan worksheet yang telah berbentuk kolom-kolom sehingga peserta didik
cukup melengkapi dan membantu membuat kesimpulan.
2. Open Inquiry (Inquiry terbuka)
Pada tipe ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran,
sejauh yang diminta oleh peserta didik. Peserta didik kemudian diberikan kebebasan
dan inisiatif dalam memikirkan bagaimana akan memecahkan masalah yang dihadapi.

Ciri Model Pembelajaran Inquiry


Meskipun dapat terbagi menjadi dua jenis yang berbeda, model
pembelajaran inquiry tetap memiliki ciri dan karakter kuat yang membedakannya dari model
yang lain termasuk discovery learning. Menurut Sanjaya 2007 (dalam Warmi 2016, hlm. 73)
ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dalam model pembelajaran inquiry yaitu sebagai
berikut.
 Strategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
 Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
 sikap percaya diri yang artinya dalam pendekatan inkuiri guru ditempatkan bukan
sebagai sumber belajar, melainkan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
 Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental

Karakteristik Inquiry
Berikut adalah karakteristik pembelajaran inquiry:
1. Menekankan pada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan
menemukan yang artinya menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu hal yang dipertanyakan, sehingga hal
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri dan menempatkan guru
sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik.
3. Mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses perkembangan
mental. Dengan demikian, peserta didik tak hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajaran, akan tetapi lebih pada bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya untuk lebih mengembangkan pemahamannya terhadap materi pelajaran
tertentu.

Kelebihan dan Kekurangan Inquiry Learning


Tentunya, sebagai salah satu model pembelajaran yang merupakan alternatif dari model
lain, inquiry learning memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri pula. Keunggulan
strategi pembelajaran inquiry menurut Roestiyah (2012, hlm. 76) dikemukakan sebagai
berikut.
1. Dapat membentuk dan mengembangkan (self-concept) pada diri siswa, sehingga
siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide pokok dengan lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang
baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap
objektif, jujur dan terbuka.
4. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. ‘
9. Dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional.
10. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Selain memiliki keunggulan model pembelajaran inquiry juga memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan model pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut.
1. Kesulitan pengontrolan kegiatan dan keberhasilan peserta didik
2. Model pembelajaran inkuiri sulit dilaksanakan karena terbentur dengan kebiasaan
peserta didik dalam belajar
3. Terkadang dalam implementasinya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering
pendidik sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta menguasai
materi pelajaran, maka model pembelajaran ini akan sulit diimplementasikan oleh
setiap pendidik.
Contoh dalam Pembelajaran Matematika

Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel


Setiap persamaan yang berbentuk ax + by + cz = d dengan a, b, c, dan d adalah konstanta dan
a, b, dan c tidak nol, maka persamaan tersebut adalah “persamaan linear dalam tiga variabel”.
Himpunan titik – titik yang memenuhi persamaan tersebut, yaitu (x, y,z)ax + by + cz
adalah suatu bidnag datar dalam sumbu – sumbu orthogonal X, Y, dan Z. Bentuk umum
sistem persamaan linear tiga variabel adalah sebagai berikut

yang hanya mempunyai satu penyelesaian untuk x, y, dan z, yaitu (x, y, z).

A. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel

Metode atau cara yang umum untuk menyelesaikan sistem persamaan linear tiga
variabel adalah sebagai berikut :

1. Metode Substitusi
Penyelesaian SPLTV (dalam variabel x, y, dan z) dengan mengunakan metode
substitusi ditentukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Pilihlah salah satu persamaan yang sederhana, kemudian nyatakan x sebagai fungsi
y dan z, atau y sebagai fungsi x dan z, atau z sebagai fungsi x dan y.
b. Substitusikan x atau y atau z yang diperoleh pada langkah (a) ke dua persamaan
yang lainnya sehingga diperoleh sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).
c. Selesaikan SPLDV yang diperoleh pada langkah (b).
d. Substitusikan dua nilai variabel yang diperoleh pada langkah ( c ) ke salah satu
persamaan semula untuk memperoleh nilai variabel yang ketiga.

2. Metode Eliminasi
Penyelesaian SPLTV (dalam variabel x, y, dan z) dengan mengunakan metode
eliminasi ditentukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Eliminasi salah satu variabel , x atau y atau z, sehingga diperoleh SPLDV.
b. Selesaikan SPLDV pada langkah (a) dengan mengeliminasi variabel kedua untuk
mendapatkan nilai variabel ketiga atau mengeliminasi variabel ketiga untuk
mendapatkan variabel kedua.
c. Ulangi langkah (a) dan (b) dengan pemilihan variabel berbeda sampai didapatkan
nilai dari ketiga variabel.
3. Metode Gabungan (Eliminasi – Substitusi)
B. Masalah yang Melibatkan Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel
Dalam perhitungan matematika dan dalam kehidupan sehari – hari, seringkali
kita menemukan masalah yang dapat diterjemahkan ke dalam model matematika yang
berupa SPLTV. Untuk menyelesaikannya, diharuskan membuat model matematika
berupa sistem persamaan linear terlebih dahulu, kemudian baru menafsirkan
penyelesaiannya.
Model matematika adalah suatu cara sederhana untuk memandang suatu
masalah dengan menggunakan persamaan. Dengan kata lain, menyederhanakan
kalimat/masalah sehari – hari ke dalam bentuk SPLTV. Langkah – langkah dalam
merancang suatu model matematika adalah sebagai berikut :
a. Tetapkan besaran masalah di dalam soal sebagai variabel – variabel (dinyatakan
dalam variabel).
b. Rumuskan hubungan atau ekspresi matematika sesuai dengan keterangan atau
ketentuan yang ada.
Setelah merancang model matenatika yang berkaitan dengan suatu masalah SPLTV,
selanjutnya selesaikan permasalahan SPLTV sehingga ditemukan himpunan
penyelesaian dari permasalahan tersebut.

Contoh Soal :

Masa kehamilan rata-rata (dalam hari) dari sapi, kuda dan kerbau apabila dijumlahkan adalah
975 hari. Masa kehamilan kerbau lebih lama 85 hari dari masa kehamilan sapi. Dua kali masa
kehamilan sapi ditambah masa kehamilan kerbau sama dengan 3 kali masa kehamilan kuda
dikurang 65. Berapa hari ratarata masa kehamilan masing-masing hewan?

Penyelesaian :
Misal: masa kehamilan sapi sebagai x,
masa kehamilan kuda sebagai y,
masa kehamilan kerbau sebagai z.
x + y + z = 975 … (1)
z = 85 + x … (2)
2x + z = 3y – 65 … (3)

Substitusi persamaan (2) ke persamaan (1), diperoleh:


x + y + ( 85 + x ) = 975
2x + y + 85 = 975
2x + y = 890 . .. (4)

Substitusikan persamaan (2) ke persamaan (3), diperoleh


2x + ( 85 + x ) = 3y – 65
3x + 85 = 3y – 65
3x – 3y = -65 – 85
3x – 3y = – 150
x – y = -50 … (5)

Eliminasi variabel y pada persamaan (4) dan (5)


2x + y = 890
x – y = -50 +
3x = 840
x = 280
Substitusikan x ke persamaan (5), diperoleh:
280 – y = – 50
-y = -50 – 280
-y = – 330
y = 330

Substitusikan nilai x ke persamaan (2)


z = 85 + 280
z = 365
Jadi masa kehamilan sapi adalah 280 hari, kuda 330 hari, dan kerbau 365 hari.

Contoh Soal AKM Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel

1. Bu Siti mendapat tugas dari sekolah untuk menyiapkan paket hadiah untuk siswanya
yang berprestasi di sekolahnya. Bu Siti ingin membeli alat-alat tulis sebagai
hadiahnya. Alat-alat tulis yang ingin dibeli berupa buku tulis, bolpoin, dan penghapus.
Pada setiap pembelian alat tulis, pembeli dikenakan pajak sebesar 10%. Berkaitan
dengan tugas tersebut, bu Siti melihat beberapa paket alat tulis yang dijual di toko
Rejeki dan toko Makmur seperti pada gambar berikut.

Bu Siti membeli tiga paket alat tulis yang berisi lebih dari dua macam alat tulis (alat
tulis tersebut boleh berupa buku, bolpoin,  atau penghapus) baik itu di toko Rejeki
maupun di toko Makmur. Matriks yang sesuai untuk ketiga paket tersebut adalah ….

A.

B.
C.

D.

E.

Pembahasan :

Dari teks, disebutkan bahwa Ibu harus membeli hadiah yang berisi lebih dari dua alat tulis,

dengan kata lain, harus membeli paket alat tulis yang berisi tiga komponen.

Sehingga di toko Rejeki hanya bisa membeli paket hemat yang berisi 8 buku, 4 bolpen, dan 3

penghapus dengan harga 62.000.

Sedangkan di toko Makmur ada dua paket yang bisa dibeli, pertama paket sedang yang berisi

5 buku, 4 bolpen, dan 2 penghapus dengan harga 48.000. Kedua paket lengkap yang berisi 5

buku, 8 bolpen, dan 3 penghapus dengan harga 64.000.

Sehingga dapat kita tulis dalam bentuk matriks,

Karena untuk setiap pembelian dikenakan pajak 10%, maka Ibu Siti harus membayar harga

tersebut (100%) + 10% atau bisa ditulis 110%, sehingga diperolah persamaan matriks yang

baru,
Berdasarkan pemaparan di atas, maka matriks yang memenuhi adalah (D)

Penerapan Metode Discovery Learning dengan Materi Sistem Persamaan


Linear Tiga Variabel
1. Tahap Stimulation

Pada tahap ini guru meminta siswa untuk membaca materi “Sistem Persamaan Linear
Tiga Variabel”. Seperti materi yang tertera diatas yang telah disediakan kemudian guru
meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi tersebut. Selanjutnya guru
memberikan gambaran awal mengenai materi yang terdapat di kehidupan nyata. Contohnya
seperti perkiraan harga terhadap beberapa barang. Dimana kita ingin mengetahui harga dari 3
barang. Kita dapat menggunakan system persamaan tiga variable untuk menyelesaikan
masalah tersebut.

2. Tahap Problem Statement

Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi masalah yang telah diberikan. Masalah
yang diberikan adalah terkait "penyelesaian sistem persamaan linear 3 variabel dan
mengaitkannya dengan masalah sehari2 atau masalah cerita

3. Tahap data collection

Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen. Pada setiap
kelompok guru memberikan lembar kerja peserta didik (LKPD). Guru memberikan
kesempatan pada setiap kelompok untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
(data collection). LKPD merupakan alat bantu untuk membuktikan kebenaran dari dugaan
awal siswa.

4. Tahap Data Processing

Setelah melakukan data coleection siswa lanjut melakukan data processing. Pada
tahap ini guru meminta siswa untuk mengolah informasi yang telah didapat, sehingga siswa
mendapatkan pengetahuan baru tentang materi Sistem Persamaan linear 3 variabel.

5. Tahap Verification

Selanjutnya, guru memastikan setiap anggota kelompok


memahami tentang suatu konsep yang telah di temukan. Disini siswa terlebih dahulu
memahami materi sistem persamaan linear 3 variabel lalu diberikan Alternatif kegiatan yaitu
siswa diarahkan untuk menjawab latihan yang terdapat didalam LKPD.
6. Tahap Generalization

Kemudian siswa melakukan tahap terakhir yaitu Generalization. Pada tahap ini guru
dan siswa secara bersama untuk menyimpulkan permasalahan yang sudah terpecahkan. Siswa
dapat menyimpulkan bagaimana penyelesaian persamaan linear 3 variabel melalui metode
eliminasi, substitusi, dan campuran. Selain itu siswa jga bisa mengaitkan penyelesaian
persamaan linear 3 variabel dalam soal cerita.
Berdasarkan LKPD yang telah dikerjakan, siswa dalam lebih mendalami materi lewat soal
soal dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang dipelajari.

PENERAPAN METODE INQUIRI DENGAN MATERI SISTEM PERSAMAAN


LINEAR TIGA VARIABEL
Ada 2 jenis metode inquiry learning, yaitu guided Inquiry (Inquiry terbimbing) dan open
Inquiry (Inquiry terbuka)
1. Guided Inquiry
Dalam guided Inquiry disini pemeran utamanya adalah seorang guru. Contohnya kita
ambil materi "Persamaan linear 3 variabel". Dalam jenis inquiry ini seorang guru
memberikan mengajak siswa untuk memahami materi tersebut. Mulai dari metode
penyelesaian hingga berbagai contoh soal. Disini guru sebagai pembimbing. Contohnya tahap
awal perkenalan materi persamaan linear 3 variabel berupa apa yg dimaksud dan bentuk
umumnya. Setelah itu guru membimbing siswa untuk mencari metode2 apa saja yg bisa
digunakan dalam menyelesaikan sistem persamaan tersebut dan bagaimana jika dikaitkan
dengan berbagai masalah. Setelah itu guru menguji siswa dengan kemampuan bertanya dan
menjawab. Disini siswa bebas bertanya dan menjawab mengenai materi tersebut. Dan tahap
akhir, guru bersama siswa menarik kesimpulan tentang materi tersebut.

2.Open Inquiry
Dalam open inquiry disini pemeran utamanya adalah siswa. Guru hanya sebagai
fasilitator sejauh mana siswa membutuhkan. Tahap awal hingga akhir semuanya terpusat
pada siswa. Guru hanya mengawasi jalannya pembelajaran ini dan nantinya memberikan
kesimpulan bersama2 dengan siswa. Contohnya kita ambil materi "Persamaan linear 3
variabel". Disini guru hanya menentukan materi. Untuk semua sub materi. Metode hingga
contoh2 soal siswalah yang menyediakan dan soal tersebut dijawab secara mandiri. Sehingga
pada tahap akhir guru memeriksa lembar kerja siswa dan menarik kesimpulan bersama-sama.
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
            pembelajaran discovery-inquiry merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada
proses pemecahan masalah, sehingga peserta didik harus melakukan eksplorasi berbagai
informasi agar dapat menentukan konsep mentalnya sendiri dengan mengikuti petunjuk
pendidik berupa pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Konsep pembelajaran discovery inquiry merupakan rangkaian kegiatan belajar yang
menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir ini biasanya dilakukan dengan
kegiatan tanya jawab atau dialog dua arah antara guru dan peserta didik. Secara eksplisit
materi pembelajaran tidak diberikan secara langsung tetapi peserta didik mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing dalam kegiatan belajar.
Model pembelajaran discovery-inquiri dapat digunakan ketika pendidik ingin
mengkondisikan peserta didik untuk membudayakan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking/HOT), berpikir ilmiah, mandiri dan tidak hanya mengembangkan keterampilan
bernalarnya/kognitif dalam menyelesaikan permasalahan. Sehingga diharapkan pembelajaran
menjadi lebih berpusat pada peserta didik bukan pendidik. Higher Order of Thinking Skill
(HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif
yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut materi
pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan peserta didik mampu untuk
memprediksi, mendesain, dan memperkirakan.
B.     Saran

Untuk memahami materi mengenai model pembelajaran akan lebih efektif jika selain
mempelajari teorinya , kita juga bisa melihat langsung pelaksanaannya dengan cara turun
langsung ke sekolah-sekolah untuk melihat bagaimana model-model itu diterapkan. Selain itu
, memiliki banyak jumlah referensi juga akan sangat membatu pada proses pemahaman
model-model pembelajran ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://serupa.id/discovery-learning/

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7840/3/T1_292010081_BAB%20II.pdf

https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/bab21413163062.pdf

https://id.scribd.com/document/536016293/Model-Pembelajaran-Inquiry-Learning

Anda mungkin juga menyukai