3. Diagnosis
Aksis I : Klinis
Aksis II : Kepribadian
Aksis III : Kondisi medik
Aksis IV : Psiko-sosial
Aksis V : Taraf fungsi
4. Terapi
Farmakoterapi
Psikoterapi
Terapi sosial
Terapi okupasional
5. Tindak lanjut
Evaluasi terapi
Evaluasi diagnosis
Dengan rumusan matemtis dapat disimpulkan bahwa :
DIAGNOSIS= ANAMNESIS + PEMERIKSAAN
(data subjektif) (data objektif)
Diagnosis multi aksial terdiri dari5 aksis:
1. Aksi 1
atau pandangan tapi bukan gangguan mental, seperti
problem akademik, pekerjaan atau sosial, faktor Gangguan
Klinis, kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
gangguan klinis merupakan pola perilaku abnormal
(gangguan mental) yang meenyebabkan hendaya fungsi dan
perasaan tertekan pada individu. Kondisi lain yang mungkin
menjadi fokus perhatian: masalah lain yang menjadi fokus
diagnosis psikologi yang mempengaruhi kondisi medis.
2. Aksis II: Gangguan Kepribadian, Retardasi Mental
Gangguan kepribadian mencakup pola perilaku
maladaptif yang sangat kaku dan biasanya merusak
hubungan antar pribadi dan adaptasi sosial. Gangguan
kepribadian, seperti gangguan kepribadian paranoid,
gangguan kepribadian skizoid, gangguan kepribadian
skizotipal, gangguan kepribadian antisosial, dll.
3. Aksis III: Kondisi Medik Umum
Kondisi medis umum dan kondisi medis yang mugkin
penting bagi pemahaman atau penyembuhan atau
penanganan gangguan mental individu. Meliputi
kondisi klinis yang diduga menjadi penyebab atau
bukan penyebab gangguan yang dialami individu.
4. Aksis IV: Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah dengan “primary support group” (keluarga)
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Masalah pendidikan
Masalah pekerjaan
Masalah perumahan
Masalah ekonomi
Masalah akses ke pelayanan kesehatan
Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal
Masalah psikososial dan lingkungan lain
5. Aksis V: Penilaian Fungsi secara
Global (Global Assesment of Functioning (GAF)
Scale)
Assessment fungsi secara global mencakup
assessment menyeluruh tentang fungsi
psikologis sosial dan pekerjaan
klien. Digunakan juga untuk
mengindikasikan taraf keberfungsian
tertinggi yang mungkin dicapai selama
beberapa bulan pada tahun sebelumnya.
Pada beberapa jenis gangguan jiwa (misalnya: gangguan
mental organik) terdapat berbagai tanda dan gejala yang
sangat luas. Pada beberapa gangguan jiwa lainya (seperti:
gagguan cemas) hananya terdapat tanda dan gejala yang
sangat terbatas. Atas dasar ini dilakukan suatu urutan
penyusunan blok-blok diagnosis yang berdasarkan hierarki,
dimana suatu gangguan yang terdapat dalam urutan hierarki
yang lebih tinggi, mungkin mempunyai ciri-ciri dari gagguan
yang terletak dalam hierarki lebih rendah, tetapi tidak
sebaliknya. Terdapatnya hubungan hierarki ini
No PPDGJ-I PPDGJ-II PPDG-III
I
290 - 294 290 – 294 F00 - F09
Psikosa organik Gg. Mental organik (psikotik-nonpsikotik) Gg. Mental organik
(termasuk gg. Mental simtomatik)
F10 - F29
Gg. Mental dan perilaku akibat zat
psikoaktif.
II
295 - 299 295 – 299 F20 - F29
Psikosa fungsional G.g psikotik lainnya Skizofrenia,
Gg. Skizopital dan
Gg. Waham
F30 – F39
Gg. SuasanaPerasaan
(“mood” / afektif)
III 300 – 309 300 – 316 F40 – F48
Neurosa, Gg. Neurotik, Gg. Neurotik
Gg. Kepribadian, Gg. Kepribadian Gg. SomatoformDan
Gg. Jiwa nonpsikosa Dan gg. Mental non psikotik Gg. Terkait stres
317 lainnya. F50 – F59
Kondisi yang terkait 307. 19 – 307. 92 SindromPerilaku
padaKebudayaan Penomena dan BerhubunganDengan
Setempat Sindrom yang Gg. Fisiologis dan
Berkaitan Faktor fisik
Dengan faktor F60 – F69
Sosial budaya di Gg. Kepribadian
Indonesia. Dan perilaku
Masa dewasa.
IV 310 – 315 317 – 319 F70 – F79
Retardasi mental Retardasi mental Retardasi mental
KODE 316 dan 138 Kondisi yang tidak Kondisi lain Yang menjadi fokus
V Kegagalan Tercantum sebagai perhatiannyaKlinis.
Penyesuaian sosial Gangguan jiwa,Tetapi
Tanpa gg. Psikiatrik menjadiPusat perhatian
Yang nyata. Atau terapi.
KELOMPOK 5
RASI
ALI
DWI
MUTIA
TIYA
DSM merupakan kependekan dari Diagnostic and
Statistical Manual for Mental Disorder. yang artinya, DSM
merupakan buku manual yang sangat penting digunakan
untuk melakukan diagnosis terhadap gangguan –
gangguan mental. Buku ini menjadi panduan bagi untuk
menentukan dan mencocokan, gejala gangguan mental
yang ada saat ini.
DSM Pertama Kali di terbitkan pada tahun 1952
DSM merupakan manual diagnosis gangguan dan masalah mental
yang diluncurkan pertama kali pada tahun 1952. Peluncuran ini
dilakukan setelah berakhirnya perang dunia ke dua, dimana pada
masa itu, banyak muncul masalah – masalah dam gangguan
mental. Peluncuran DSM ini juga dipicu oleh masuknya Mental
Disorder atau gangguan mental pada ICD 6 (merupakan pedoman
diagnostic untuk kesehatan, International Classification Disease)
oleh WHO. Sejak saat itu, DSM dan juga ICD berbagi peran,
dimana beberapa diagnostic gangguan mental di dalam DSM turut
dipengaruhi oleh kode – kode diagnostic yang ada pada ICD.
DSM Diterbitkan oleh asosiasi psikiatri, bukan asosiasi
psikologi
DSM biasa digunakan oleh psikiater dan juga psikolog
dalam menegakkan diagnosis. Namun, meski digunakan
oleh psikolog, DSM sendiri bukan diterbitkan oleh
asosiasi psikolog, namun diterbitkan oleh asosiasi
psikiater, yaitu American Psychiatry Association.
Asosiasi ini memang memiliki singkatan yang sama
dengan asosisasi psikologi, yaitu American Psychologica
Association. Meskipun begitu dengan adanya buku ini di
harapkan adanya hubungan yang saling melengkapi
DSM terdiri dari ratusan diagnosis gangguan
Secara general, mulai dari DSM pertama hingga DSM
terbaru, terdapat banyak sekali diagnosis gangguan yang
ada. Gangguan penyalahgunaan obat – obatan merupakan
diagnosis gangguan yang paling banyak. Hal ini membuat
pemahaman akan masing – masing diagnosis gangguan
dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis dengan tepat.
DSM menggunakan prinsip diagnosis multiaksial dalam menegakkan diagnosis
Dalam penegakkan diagnosis menggunakan DSM, terdapat istilah diagnosis
multiaksial. Diagnosis multiaksial ini menggunakan 5 aksis untuk menentukan
gangguan – gangguanyang dimiliki oleh individu. berikut ini adalah kelima aksis
tersebut :
Aksis I = Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Aksis II = Gangguan Klinis, dan Gangguan yang menjadi focus atau perhatian
klinis
Aksis III = Riwayat kesehatan dan medikasi
Aksis IV = Masalah Psikosial
Aksis V = GAF / General Assessment Functioning
Ciri – ciri gangguan pada DSM seringkali mirip antar gangguan, sehingga
membutuhkan diagnosis banding
Dalam melakukan penegakan diagnosis menggunakan DSM, maka praktisi
harus teliti dan juga berhati – hati dalam memberikan diagnosis. Terdapat
beberapa diagnosis yagn memiliki kriteria atau ciri – ciri yang hampir mirip,
sehingga perlu dilakukan diagnosis banding.
Contohnya ketika mendiagnosa kenakalan remaja yang senang tawuran. Perilaku tawuran ini
bisa dikategorikan dalam beberapa diagnosis, seperti :
Perilaku konduksi / conduct disorder
Gangguan kepribadian antisosial
Masalah dengan hukum (masalah psikososial)