Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN RISIKO SYOK HIPOVOLEMIK PADA KASUS HEMORRHAGIA

POST PARTUM (HPP)


DI RSU ANWAR MEDIKA SIDOARJO

Sri Wahyu Indah*), Ima Rahmawati**) Agus Haryanto***)


STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto

ABSTRAK

Perdarahan postpartum merupakan penyebab tersering dari keseluruhan kematian akibat perdarahan
obstetric. Komplikasi perdarahan pascapartum adalah syok hemoragi (hipovolemik) dan kematian dapat
terjadi akibat perdarahan yang tiba-tiba dan perdarahan yang berlebihan. Tujuan dari asuhan keperawatan ini
adalah mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan risiko syok hipovolemik pada kasus Hemorrhagia Post
Partum (HPP) di RSU Anwar Medika Sidoarjo. Desain penelitian ini adalah studi kasus. Partisipan dalam
studi kasus ini adalah Ny F dan Ny D dengan karakteristik mengalami atonia uteri atau sisa placenta dan
early HPP. Pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi.
Hasil dari asuhan keperawatan secara menyeluruh selama 3x24 jam pada klien, dalam pengkajian data dasar
ditemukan data subjektif dan data objektif yang menunjukkan kedua klien mengalami risiko syok
hipovolemik. Rencana asuhan sesuai dengan yang diimplementasikan dalam asuhan keperawatan. Perbedaan
hasil evaluasi pada klien 1 dan klien 2 disebabkan karena kadar hemoglobin dan hematokrit klien 1 lebih
rendah kadar hemoglobin dan hematokritnya karena perdarahan yang keluar juga lebih banyak pada klien 1
dimana klien 1 terdapat sisa placenta dan kontraksi uterus yang lembek sehingga tidak dapat menekan
pembuluh darah yang robek (vasokonstriksi) ditambah dengan sisa placenta sehingga memperbanyak darah
yang keluar sehingga jumlah eritrosit, kadar Hb dan Hct juga lebih rendah dibandingkan klien 2 yang tidak
mengalami sisa plasenta akan tetapi mengalami atonia uteri. Klien disarankan untuk melakukan kontrol
ulang, kunjungan nifas, dan mengkonsumsi makanan bergizi.

Kata Kunci: risiko syok hipovolemik, hemorraghia post partum

ABSTRACT

Postpartum hemorrhage is the most common cause of overall death from obstetric bleeding.
Complications of postpartum hemorrhage are hemorrhagic shock (hypovolemia) and death can occur due to
sudden bleeding and excessive bleeding. The aim of this nursing care is to be able to apply nursing care to
the risk of hypovolemic shock in cases of Hemorrhagia Post Partum (HPP) at Anwar Medika General
Hospital in Sidoarjo. The design of this study is a case study. Participants in this case study were Mrs. F and
Mrs. D with characteristics of experiencing uterine atony or residual placenta and early HPP. Data
collection techniques include interviews, observation, physical examination, and documentation studies. The
results of overall nursing care for 3x24 hours on the client, in the baseline data were found subjective data
and objective data that showed both clients were at risk of hypovolemic shock. Care plans are in accordance
with those implemented in nursing care. The difference in evaluation results on client 1 and client 2 is
because hemoglobin levels and client hematocrit 1 are lower in hemoglobin and hematocrit levels due to
more bleeding coming out on client 1 where client 1 has placental residue and softened uterine contractions
that cannot suppress blood vessels the tear (vasoconstriction) coupled with the remaining placenta so that
the amount of blood out so that the number of erythrocytes, Hb and Hct levels is also lower than client 2 who
does not have placental residue but experiences uterine atony. Clients are advised to re-control, postpartum
visits, and consume nutritious foods.

Keywords: risk of hypovolemic shock, hemorraghia post partum

PENDAHULUAN kematian akibat perdarahan obstetric


Hemorrhagic Post Partum (HPP) atau (Cunningham, 2012). Pengukuran darah yang
perdarahan post partum adalah perdarahan pada keluar sukar untuk dilakukan secara tepat. Jenis
kala IV yang lebih dari 500-600 mL dalam masa perdarahan dibagi dalam perdarahan postpartum
24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Nurarif & dini bila perdarahan terjadi dalam 24 jam pertama
Kusuma, 2015). Perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum lambat bila
merupakan penyebab tersering dari keseluruhan perdarahan terjadi setelah 24 jam pertama.

Jurnal DIII Keperawatan STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto Page 1


Penyebab utama perdarahan postpartum dini memberikan health education pada keluarga
antara lain atonia uteri, laserasi jalan lahir, tentang tanda dan gejala syok, serta cara
hematoma, sisa plasenta, ruptura uteri dan mengatasinya (Nurarif & Kusuma, 2015).
inversio uteri. Sedangkan penyebab utama dari Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti
perdarahan potpartum lambat adalah tertinggalnya tertarik untuk melakukan Asuhan keperawatan
sebagian besar plasenta, subinvolusi di daerah risiko syok hipovolemik pada kasus Hemorrhagia
insersi plasenta, dan dari luka bekas seksio sesaria Post Partum (HPP) di RS Anwar Medika
(Wiknjosastro, 2009). Komplikasi perdarahan Sidoarjo.
pascapartum adalah syok hemoragi (hipovolemik) .
dan kematian dapat terjadi akibat perdarahan yang METODE PENELITIAN
tiba-tiba dan perdarahan yang berlebihan (Bobak Desain penelitian ini adalah deskriptif yaitu
dkk, 2012). penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan,
WHO mencatat angka kematian ibu (AKI) memberi suatu nama, situasi atau fenomena dalam
sebesar 216/100.000 kelahiran hidup pada tahun menemukan ide baru (Nursalam, 2013). Jenis
2015 (WHO, 2017). Pada tahun 2015 di Indonesia penelitian deskriptif yang digunakan adalah studi
angka kematian ibu sebesar 305/100.000 kelahiran kasus yaitu meneliti suatu permasalahan melalui
hidup (Kemenkes RI, 2017). Profil Dinas studi kasus yang terdiri dari unit tunggal.
Kesehatan Provinsi Jawa Timur mencatat bahwa Partisipan merupakan objek yang akan diteliti
angka kematian ibu pada tahun 2015 sebesar dalam studi kasus yaitu pasien yang mengalami
89,6/100.000 kelahiran hidup dan di Kabupaten HPP dengan risiko syok hipovolemik. Jumlah
Sidoarjo sendiri tercatat 26 kasus kematian ibu di partisipan yang akan digunakan sebanyak 2 orang
sepanjang tahun 2015. Penyebab utama kematian dengan karakteristik mengalami atonia uteri atau
ibu 25% karena perdarahan post partum (Dinkes sisa placenta, dan mengalami early postpartum
Jawa Timur, 2016). Hasil studi pendahuluan di RS hemorrhagic. Penelitian ini dilakukan di RS
Anwar Medika Sidoarjo menunjukkan bahwa Anwar Medika Sidoarjo dalam rentang waktu
pada bulan Januari sampai Desember 2017 bulan Juli-Agustus 2018. Metode pengumpulan
terdapat 103 kasus HPP. Data bulan Juni 2018 data dalam studi kasus ini adalah dengan
menunjukkan bahwa di RS Anwar Medika wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik, dan
terdapat 7 kasus HPP dengan masalah studi dokumentasi.
keperawatan risiko syok hipovolemik sebanyak 5
kasus (71,4%). HASIL PENGKAJIAN
Risiko syok hipovolemik merupakan Pasien 1:
keadaan dimana klien berisiko terhadap Klien mengatakan melahirkan secara spontan
ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh tanggal 2 Agustus 2018 pukul 00.30 WIB, bayi
yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang laki-laki, BB 2700 gram, AS 7-8. Klien dirujuk
mengancam jiwa. Penyebab risiko syok oleh Bidan penolong persalinan dengan diagnosa
hipovolemik pada HPP disebabkan karena Hemorraghia Post Partum akibat sisa placenta,
involusio uterus, kontraksi uterus yang lambat, partus lama, TFU setinggi pusat dan keluar darah
atonia uteri, maupun robekan jalan lahir dapat aktif pervaginam, volume perdarahan ±800 cc.
menyebabkan terjadinya perdarahan. Akibat DO : TTV: TD: 110/70 mmHg, S : 360C, N : 80
perdarahan tersebut, volume cairan akan menurun x/menit, RR: 20x/menit, Pemeriksaan
dan ibu dapat mengalami anemia akut. Hal ini fisik:Konjungtiva anemis, terpasang nasal kanul
menyebabkan kadar hemoglobin dan oksigen dengan oksigen 4 lpm, stosel (+), Lab: Hb 9,9
menurun sehingga mengalami hipoksia yang g/dL, Hct : 30,1 %, eritrosit 3,57 juta/µL
dapat menyebabkan risiko syok hipovolemik Pasien 2:
(Nurarif & Kusuma, 2015). Risiko terjadinya syok Klien mengatakan melahirkan secara spontan
hipovolemik yang tidak tertangani akan tanggal 8 Agustus 2018 pukul 10.00 WIB pada
menyebabkan klien mengalami renjatan syok dan UK 37/38 minggu, bayi 1 laki-laki, BB 2000
kematian pada pasien (Wijaya & Putri, 2013). gram, AS 7-8, bayi 2 laki-laki BB 1900 gram AS
Upaya yang dapat dilakukan untuk 7-8, mengalami atonia uteri karena uterus lembek,
memberikan asuhan pada HPP dengan risiko syok volume perdarahan ±600 cc. TD : 120/80 mmHg,
hipovolemik adalah dengan memonitor status N: 84 x/menit, RR : 20 x menit, S: 36,40C, Hb 11
sirkulasi, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, g/dL, Hct : 34,1 %, eritrosit 3,76 juta/µL
dan ritme jantung, nadi perifer, serta kapiler refill;
memonitor tanda inadekuat oksigenasi, PEMBAHASAN
memonitor suhu dan pernafasan, memonitor input 1. Pengkajian
dan output, memonitor tanda awal syok,

Jurnal DIII Keperawatan STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto Page 2


Berdasarkan data yang diperoleh dari placenta, kontraksi uterus lembek, sedangkan
hasil pengkajian, menunjukkan bahwa Klien 1 klien 2 mengatakan mengalami perdarahan
mengatakan mengalami perdarahan setelah setelah melahirkan, data objektif
melahirkan, terpasang nasal kanul dengan menunjukkan bahwa terpasang nasal kanul
oksigen 4 lpm, akral dingin, konjungtiva dengan oksigen 3 lpm, akral dingin,
anemis, TD: 110/70 mmHg, S : 360C, N : 80 konjungtiva anemis, TD : 120/80 mmHg, N:
x/menit, RR: 20x/menit (lemah), Hb 9,9 g/dL, 84 x/menit, RR : 20 x menit (lemah), S:
Hct : 30,1 %, eritrosit 3,57 juta/µL, VT 36,40C, Hb 11 g/dL, Hct : 34,1 %, eritrosit
terdapat sisa placenta, kontraksi uterus 3,76 juta/µL, kontraksi uterus lembek.
lembek, volume perdarahan ± 800 cc Risiko syok hipovolemik merupakan
sedangkan klien 2 mengatakan mengalami keadaan dimana klien berisiko terhadap
perdarahan setelah melahirkan, data objektif ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh
menunjukkan bahwa terpasang nasal kanul yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler
dengan oksigen 3 lpm, akral dingin, yang mengancam jiwa. Penyebab risiko syok
konjungtiva anemis, TD : 120/80 mmHg, N: hipovolemik pada HPP disebabkan karena
84 x/menit, RR : 20 x menit (lemah), S: involusio uterus, kontraksi uterus yang
36,40C, Hb 11 g/dL, Hct : 34,1 %, eritrosit lambat, atonia uteri, maupun robekan jalan
3,76 juta/µL, kontraksi uterus lembek, volume lahir dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan ± 600 cc. perdarahan. Akibat perdarahan tersebut,
Perdarahan spontan di kulit dan atau volume cairan akan menurun dan ibu dapat
di perdarahan lain dan kegagalan sirkulasi, mengalami anemia akut. Hal ini menyebabkan
yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi kadar hemoglobin dan oksigen menurun
menurun (≤ 20 mmHg) atau hipotensi disertai sehingga mengalami hipoksia yang dapat
kulit dingin, lembab merupakan gejala pre menyebabkan risiko syok hipovolemik
syok hipovolemik (Widoyono, 2011). (Nurarif & Kusuma, 2015). Risiko terjadinya
Klien 1 dan 2 menunjukkan bahwa syok hipovolemik yang tidak tertangani akan
berdasarkan data umum dan data khusus menyebabkan klien mengalami renjatan syok
memperlihatkan tanda risiko terjadinya syok dan kematian pada pasien (Wijaya & Putri,
hipovolemik karena mengalami penurunan 2013).
hemoglobin dan hematokrit yang berfungsi Hasil pengkajian dari data subjektif
untuk mengangkut oksigen guna memenuhi dan objektif digunakan untuk menentukan
kebutuhan tubuh sehingga klien diberikan diagnosa, klien mengalami risiko syok
oksigen. Perbedaan pengkajian terjadi pada hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
kadar hemoglobin dan hematokrit dimana post partum karena klien 1 dan klien 2
klien 1 lebih rendah kadar hemoglobin dan mengalami perdarahan setelah melahirkan
hematokritnya karena perdarahan yang dimana klien 1 perdarahan post partum
keluarg juga lebih banyak pada klien 1 disebabkan karena sisa placenta dan atonia
dimana klien 1 terdapat sisa placenta dan uteri, sedangkan klien disebabkan atonia uteri
kontraksi uterus yang lembek sehingga tidak saja tanpa ada sisa placenta.
dapat menekan pembuluh darah yang robek 3. Intervensi
(vasokonstriksi) ditambah dengan sisa Intervensi keperawatan yang dapat
placenta sehingga memperbanyak darah yang diberikan pada pasien dengan risiko syok
keluar sehingga jumlah eritrosit, kadar Hb dan hipovolemik secara mandiri adalah pantau
Hct juga lebih rendah dibandingkan klien 2 tanda-tanda penurunan Hb dan Hct yang
yang tidak mengalami sisa plasenta akan disertai dengan tanda klinis, pantau status
tetapi mengalami atonia uteri. cairan, evaluasi asupan (parenteral dan oral),
2. Diagnosis Keperawatan haluaran dan pengeluaran lain (urine,
Diagnosa keperawatan kedua klien drainase, dan muntah), selang nasogastrik,
adalah sama yaitu risiko syok hipovolemik pantau tanda dan gejala syok, posisikan klien
berhubungan dengan perdarahan post partum dalam posisi terlentang, batasi pergerakan dan
yang ditandai dengan Klien 1 mengatakan aktivitas klien, gantikan cairan yang hilang
mengalami perdarahan setelah melahirkan, dengan kecepatan yang adekuat untuk
terpasang nasal kanul dengan oksigen 4 lpm, mempertahankan haluaran urine > 0,5
akral dingin, konjungtiva anemis, TD: 110/70 ml/kg/jam, kolaborasi dalam pemberian
mmHg, S : 360C, N : 80 x/menit, RR: oksigen, anjurkan klien untuk banyak
20x/menit (lemah), Hb 9,9 g/dL, Hct : 30,1 %, istirahat, berikan penjelasan klien dan
eritrosit 3,57 juta/µL, VT terdapat sisa keluarga untuk melaporkan bila terjadi

Jurnal DIII Keperawatan STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto Page 3


perdarahan, beri keyakinan, penjelasan untuk melaporkan bila terjadi perdarahan,
sederhana, dan dukungan emosional untuk keluarga kedua klien bersedia melaporkan bila
membantu menurunkan ansietas. ada perdarahan yang berlebihan. Memberi
Tujuan intervensi adalah setelah keyakinan, penjelasan sederhana, dan
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 dukungan emosional untuk membantu
jam diharapkan tidak terjadi syok hipovolemik menurunkan ansietas, klien merasa cemas.
dengan kriteria hasil tanda-tanda vital dalam . Implementasi yang komprehensif
batas normal dan jumlah trombosit > merupakan pengeluaran dan perwujudan dari
100.000/µL (Nurarif & Kusuma, 2016). rencana yang telah disusun pada tahap-tahap
Intervensi diberikan pada klien perencanaan dapat terealisasi dengan baik
dengan tujuan untuk mengatasi keluhan yaitu apabila berdasarkan hakekat masalah, jenis
tanda-tanda vital normal, tidak terjadi tindakan atau pelaksanaan bisa dikerjakan
perdarahan yang berlebihan (> 500 cc/hari), oleh perawat itu sendiri, kolaborasi sesama
hemoglobin dan hematokrit normal. Intervensi tim/kesehatan lain dan rujukan dari profesi
yang dilakukan pada kedua klien adalah sama. lain (Mubarak & Chayatin, 2012).
Tidak ada perbedaan intervensi antara klien 1 Intervensi sudah dapat
dan 2. diimplementasikan semua pada hari pertama,
4. Implementasi namun pada hari kedua, petugas
Implementasi yang sudah dilakukan menghentikan intervensi yang berupa anjuran
oleh penulis pada hari pertama sampai dengan yaitu melaporkan bila ada tanda perdarahan,
hari ketiga adalah dengan memantau tanda- banyak istirahat, membatasi aktivitas, tidur
tanda penurunan Hb dan Hct yang disertai terlentang, juga tentang dampak trombosit
dengan tanda klinis dimana klien 1 terjadi yang rendah. Perbedaan hanya terjadi pada
peningkatan kadar Hb dan Hct akan tetapi pemberian oksigen dimana klien 1 diberikan 4
masih di bawah normal, konjungtiva anemis, lpm, sedangkan klien 2 diberikan 3 lpm, hal
muka pucat, sedangkan klien 2 terjadi ini disebabkan karena kadar hemoglobin dan
peningkatan kadar Hb dan Hct memasuki nilai hematokrit klien 1 lebih rendah dibandingkan
normal. Memantau status cairan dimana dengan klien 2 sehingga suplai oksigen ke
kedua klien pada hari pertama mendapatkan tubuh lebih rendah dan membutuhkan
infus PZ 3000/24 jam dan diturunkan menjadi oksigenasi lebih banyak daripada klien 2.
1500 cc/24 jam pada hari kedua dan ketiga. 5. Evaluasi
Melakukan evaluasi asupan (parenteral dan Hasil yang dicapai oleh klien 1 pada
oral), haluaran dan pengeluaran lain (urine, hari ketiga adalah Klien mengatakan masing
drainase, dan muntah), selang nasogastrik pusing, TD: 110/70 mmHg, N : 80x/menit,
menunjukkan bahwa kedua klien jarang RR: 20x/menit, S : 36,50C, Hb : 10,8 g/dL,
minum dan buang air 6-7 x dalam sehari. Hct: 37,1 %, konjungtiva anemis, muka pucat,
Memantau tanda dan gejala syok sehingga tujuan belum tercapai pada hari
menunjukkan bahwa kedua klien tidak ketiga dan intervensi dilanjutkan oleh perawat.
mengalami tanda dan gejala syok, tanda vital Klien 2 mengatakan sudah tidak ada keluhan,
normal, akan tetapi terdapat tanda pre syok TD: 120/80 mmHg, N : 84x/menit, RR:
yaitu akral dingin dan muka pucat. 20x/menit, S : 36,80C, Hb : 11,6 g/dL, Hct: 40
Memposisikan klien dalam posisi terlentang, %, Konjungtiva merah muda, sehingga tujuan
kedua klien sudah diposisikan dalam posisi tercapai pada hari ketiga dan intervensi
terlentang. Membatasi pergerakan dan dihentikan.
aktivitas klien, kedua klien bed rest di atas Pada langkah ini dilakukan evaluasi
tempat tidur. Menggantikan cairan yang keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
hilang dengan kecepatan yang adekuat untuk meliputi pemenuhan kebutuhan, apakah
mempertahankan haluaran urine > 0,5 benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
ml/kg/jam, dimana kedua klien pada hari kebutuhan. Evaluasi harus menjelaskan
pertama mendapatkan infus PZ 3000/24 jam indikator keberhasilan intervensi yang
dan diturunkan menjadi 1500 cc/24 jam pada dilakukan oleh perawat sehingga suhu tubuh
hari kedua dan ketiga. Kolaborasi dalam klien dalam batas normal (Mubarak &
pemberian oksigen menunjukkan bahwa klien Chayatin, 2012).
1 diberikan oksigen 3lpm, dan klien 2 Perbedaan hasil evaluasi pada klien 1
diberikan 3 lpm. Menganjurkan klien untuk dan klien 2 disebabkan karena kadar
banyak istirahat, kedua klien hanya bed rest. hemoglobin dan hematokrit klien 1 lebih
Memberikan penjelasan klien dan keluarga rendah kadar hemoglobin dan hematokritnya

Jurnal DIII Keperawatan STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto Page 4


karena perdarahan yang keluar juga lebih kedua, petugas menghentikan intervensi yang
banyak pada klien 1 dimana klien 1 terdapat berupa anjuran
sisa placenta dan kontraksi uterus yang 5. Evaluasi pada klien 1 tujuan belum tercapai
lembek sehingga tidak dapat menekan pada hari ketiga, sedangkan klien 2 tujuan
pembuluh darah yang robek (vasokonstriksi) tercapai pada hari ketiga. Perbedaan hasil
ditambah dengan sisa placenta sehingga evaluasi pada klien 1 dan klien 2 disebabkan
memperbanyak darah yang keluar sehingga karena kadar hemoglobin dan hematokrit klien
jumlah eritrosit, kadar Hb dan Hct juga lebih 1 lebih rendah kadar hemoglobin dan
rendah dibandingkan klien 2 yang tidak hematokritnya karena perdarahan yang keluar
mengalami sisa plasenta akan tetapi juga lebih banyak pada klien 1 dimana klien 1
mengalami atonia uteri. terdapat sisa placenta dan kontraksi uterus
yang lembek sehingga tidak dapat menekan
SIMPULAN pembuluh darah yang robek (vasokonstriksi)
Hasil asuhan keperawatan pada klien 1 dan ditambah dengan sisa placenta sehingga
2 yang mengalami HPP di RSU Anwar Medika memperbanyak darah yang keluar sehingga
Sidoarjo selama 3 hari dapat disimpulkan bahwa : jumlah eritrosit, kadar Hb dan Hct juga lebih
1. Peneliti melakukan pengkajian secara subjektif rendah dibandingkan klien 2 yang tidak
yaitu Klien 1 mengatakan mengalami mengalami sisa plasenta akan tetapi
perdarahan setelah melahirkan, secara objektif mengalami atonia uteri
didapatkan akral dingin, konjungtiva anemis,
TD: 110/70 mmHg, S : 360C, N : 80 x/menit, SARAN
RR: 20x/menit (lemah), Hb 9,9 g/dL, Hct : 1. Perawat
30,1 %, eritrosit 3,57 juta/µL, VT terdapat sisa Melakukan evaluasi setiap selesai melakukan
placenta, kontraksi uterus lembek, sedangkan tindakan dan meningkatkan kualitas asuhan
secara subjektif klien 2 mengatakan 2. Rumah Sakit
mengalami perdarahan setelah melahirkan, Melakukan monitoring terdahap asuhan yng
data objektif menunjukkan bahwa akral dingin, diberikan oleh tenaga kesehatan yang ada di
konjungtiva anemis, TD : 120/80 mmHg, N: rumah sakit untuk meningkatkan kualitas
84 x/menit, RR : 20 x menit (lemah), S: asuhan
36,40C, Hb 11 g/dL, Hct : 34,1 %, eritrosit 3. Klien
3,76 juta/µL, kontraksi uterus lembek. a. Melakukan kontrol ulang 3 hari setelah
2. Diagnosa keperawatan yaitu risiko syok keluar dari rumah sakit
hipovolemik berhubungan dengan perdarahan b. Melakukan kunjungan nifas hingga 42 hari
post partum. Klien 1 disebabkan karena sisa post partum yaitu 1 kali pada minggu
placenta dan atonia uteri, sedangkan klien 2 pertama, 1 kali pada minggu kedua, dan 1
hanya karena atonia uteri. kali pada minggu ke-6
3. Intervensi yang dilakukan peneliti adalah c. Mengkonsumsi cairan yang cukup dan
pantau tanda-tanda penurunan Hb dan Hct makanan yang bergizi
yang disertai dengan tanda klinis, pantau status
cairan, evaluasi asupan (parenteral dan oral), DAFTAR PUSTAKA
haluaran dan pengeluaran lain (urine, drainase,
dan muntah), selang nasogastrik, pantau tanda Cunningham. 2012. Obstetri Wiliam. Jakarta :
dan gejala syok, posisikan klien dalam posisi Buku Kedokteran EGC
terlentang, batasi pergerakan dan aktivitas
klien, gantikan cairan yang hilang dengan Dinkes Jatim. 2016. Profil Kesehatan Provinsi
kecepatan yang adekuat untuk Jawa Timur Tahun 2015. Surabaya: Dinas
mempertahankan haluaran urine > 0,5 Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
ml/kg/jam, kolaborasi dalam pemberian
oksigen, anjurkan klien untuk banyak istirahat, Dinkes Kabupaten Sidoarjo. 2016. Profil
berikan penjelasan klien dan keluarga untuk Kesehatan Kabupaten Sidoarjo Tahun
melaporkan bila terjadi perdarahan, beri 2015. Sidoarjo: Dinas Kesehatan
keyakinan, penjelasan sederhana, dan Kabupaten Sidoarjo.
dukungan emosional untuk membantu
menurunkan ansietas. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar tahun
4. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan
asuhan pada hari pertama, namun pada hari Republik Indonesia.

Jurnal DIII Keperawatan STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto Page 5


Nurarif, AH & Kusuma, H. 2015. Asuhan
Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc
dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta:
Mediaction.

RS Anwar Medika Sidoarjo. 2016. Rekam Medik


tahun 2017. Sidoarjo: Bagian Rekam
Medik RS Anwar Medika Sidoarjo

WHO. 2017. World Health Statistics of 2017.


Tersedia dari http://www.who.int/ diakses
pada tanggal 27 Juli 2018.

Wijaya, AS & Putri, YM. 2013. KMB 2:


Keperawatan Medikal Bedah 2.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Wiknjosastro, H. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Jurnal DIII Keperawatan STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto Page 6

Anda mungkin juga menyukai