TINJUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
atas dimana fungsi fisiknya masih baik (potensia) dan karena suatu hal
(Flat, 2012).
2. Batasan-Batasan Lansia
pertengahan (middle age) mulai usia 45-59 tahun, usia lanjut (elderly)
mulai dari usia 60-74 tahun, dan usia lanjut usia (old) berusia 75-90
tahun, dan usia sangat tua (very old) lebih dari 90 tahun. Lanjut usia akan
komunitas masyarakat.
Menurut Husain (2014). Teori proses menua terbagi atas dua hal,
diantaranya :
1. Teori Genetik
jaringan.
dan pasangan kodon mRNA dan atikodon tRNA tidak akan tepat.
perubahan.
yang berurutan.
Fokus dari nucleus bagian luar seperti halnya organ dan system
letaknya berada diluar orbin yang di isi oleh ion yang tidak
2012).
terdiri dari diet rendah kalori dan tinggi nutrisi berguna untuk
dialami oleh orang dengan usia lanjut. Hal ini terjadi karena fungsi
1. Perubahan Fisik
1) Sel
Sel jumlahnya akan menjadi lebih sedikit dan ukuran sel menjadi
ginjal, darah, hati, serta jumlah dari sel otak juga mulai berkurang,
2) Sistem Persarafan
saat terjadi stress, saraf panca indra mulai mengecil, dan kurang
gangguan jiwa/stress.
3) Sistem Penglihatan
menghilang.
4) Sistem Kardiovaskuler
daya pompa otot jantung menurun, lanjut usia akan rentan sekali
5) Sistem Pengaturan
6) Sistem Respirasi
7) Sistem gastrointestinal
saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, atau pahit
semakin melemah.
8) Sistem Reproduksi
pada laki-laki masih bisa lebih baik dari pada perempuan asalkan
9) Sistem Perkemihan
serabut otot.
2. Perubahan Mental
apatis.
usia dapat terjadi pada semua lanjut usia. Salah satu yang mengalami
dari usia muda ke dewasa tengah, dan meningkat dari dewasa tengah
masyarakat.
perubahan psikososial.
pensiun adalah menikmati masa tua akan tetapi yang terjadi malah
sebaliknya.
depresi, lansia dapat ikut ambil bagian atau melakukan dua kegiatan
adalah :
a. Psikologis
b. Biologis
yang terjadi pada lansia terutama pada aspek biologis, pada biologis
c. Sosial
sendiri.
B. Konsep Hipertensi
1) Pengertian Hipertensi
normal yang terjadi pada dinding pembuluh darah (You et al, 2018).
120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Penyakit ini di
penyebab utama gagal ginjal kronik apabila terjadi pada kurun waktu
tekanan darah di atas ambang batas normal yang berdampak pada suplai
oksigen dan nutrisi keseluruh tubuh yang dibawa oleh darah terhambat
hipertensi apabila terjadi tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan
diastolik > 90 mmHg. Seseorang dengan tekanan darah sistolik lebih dari
> 140 mmHg dengan usia 50 tahun akan lebih berisiko menderita
dengan tekanan darah sistolnya lebih dari 140 mmHg dan diastolnya
hipertensi di biarkan dalam jangka waktu yang lama makan akan dapat
diantaranya :
dilakukan satu kali pemeriksaan saja, perlu fokus dan berhati-hati untuk
kekakuan pada katup jantung, serta terjadi penurunan elastisitas dari aorta
dan arteri-arteri besar lainnya. Selain hal itu, terjadi peningkatan resistensi
a. Umur
sudah mulai berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus menurun.
b. Jenis Kelamin
terjadinya aterosklerosis.
c. Riwayat Hipertensi
riwayat hipertensi.
3) Klasifikasi Hipertensi
Menurut Kartikasari, Chasani, & Ismail (2012), Hipertensi terdiri dari dua
golongan jika ditinjau dari faktor penyebabnya yaitu hipertensi primer dan
idiopatik dan sudah kurang lebih sekitar 95% kasus terjadi. Faktor yang
tidak diketahui asalnya dari mana, dari beberapa kasus yang terjadi ada
sekitar 10%. Gangguan sekresi hormon dan fungsi ginjal berhubungan
lanjut hal ini sering terjadi. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya
tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
usia, jenis kelamin dan faktor genetik (Başçiftçi, & Eldem, 2013).
bervariasi, bisa berupa sakit kepala, kepala terasa berat, jantung terasa
awalnya. Sebagian orang menganggap sakit kepala pada pagi hari serta
dada berdebar dan telinga seperti berdengung adalah tanda dari terjadinya
hipertensi, akan tetapi beberapa tanda tersebut dapat saja terjadi pada
tekanan darah adalah salah satu cara yang tepat untuk mengetahui apakah
hipertensi taraf lanjut atau bukan, biasanya hipertensi sudah terjadi dalam
waktu yang sangat lama hanya saja si penderita tidak mengetahuinya
(Yusuf, 2014).
5) Pencegahan Hipertensi
konsumsi garam hanya satu sendok teh per hari, serta pengendalian
lansia yang mengalami hipertensi dengan cara yang murah dan mudah
kerja bertujuan untuk mencegah kelelahan otot sehingga tubuh dan fikiran
menghindari asupan garam yang berlebihan cukup satu sendok teh per
hari, tidak megkonsumsi telur asin ataupun ikan yang di asinkan, serta
6) Manajemen Hipertensi
a. Aktivitas Fisik
otot aktif. Proses ini dicapai dengan kontraksi tidak sadar otot
Aktivitas fisik yang cukup dan teratur juga akan membuat jantung
lebih kuat. Jantung yang kuat dapat memompa darah lebih banyak
2014).
Melakukan olahraga seperti senam aerobik dan jalan cepat selama
merah, gula, serta minuman manis. Pola diet sesuai DASH ini
c. Mengurangi Stress
menyeimbangkan.
waktu untuk keluar dari kegiatan rutin dan berserah diri pada
al, 2018).
pengobatan hipertensi, dan self care, (IDF, 2005 cit Funnell et al.,
2008)
2014).
maupun berbaring secara perlaha dan juga retensi natrium dan air
(Muttaqin, 2009).
2014).
d. Diuretik
yang ada dalam tubuh, meningkatkan level gula darah, dan bahkan
C. Konsep Edukasi
1. Pengertian Edukasi
informasi atau ide baru (Craven dan Himle, 1996 dalam Sulih 2002).
2. Tujuan Edukasi
3. Sasaran Edukasi
pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap focus masalah yang
sedang diteliti. Focus Group Discussion (FGD) dibangun berdasarkan
yang akhirnya perlu voting sekalipun, maka dengan jumlah itu bisa
mutlak sifatnya.
2) Peserta FGD terdiri dari orang-orang dengan ciri-ciri yang sama atau
kelompok keluarga miskin tidak memiliki kartu sehat. Akan lebih baik
masalah.
5) FGD adalah diskusi terarah dengan adanya fokus masalah atau topik
ada informasi baru yang perlu dicari. Kegiatan FGD yang pertama kali
baru.
keyakinan khusus dan pola perilaku konseling. Harapan dari CBT yaitu
lebih baik.
dirinya baik secara fisik maupun psikis. CBT merupakan konseling yang
lebih baik, bepikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang
respons dan perilaku dari pasien. CBT berfokus pada masalah dan
dengan berfokus pada pikiran, keyakinan dan sikap yang kita pegang
(proses kognitif) dan bagaimana hal ini berhubungan dengan cara kita
2011).
Kognitif dari CBT adalah bahwa terapi ini berlangsung dalam jangka
pendek. Pasien dan terapis selama pengobatan ini, bekerja sama untuk
2003).
1. Manajemen kemarahan
5. Nyeri kronis
6. Depresi
11. Obsesif-kompulsif
variasi teknik perubahan kognisi, emosi dan tingkah laku menjadi bagian
situasi nyata.
bertindak tegas
CBT dapat digunakan mulai dari anak hingga lansia, (Yosep, 2009) karena
hal ini akan dijelaskan secara praktis pelaksanaan CBT yang merupakan
pesat, sesi dalam CBT lebih dari satu, dan pelaksanaan CBT dapat
dapat dipilh salah satu atau gabungan, dibawah ini yang merupakan contoh
penetapan rencana CBT. Pada tahapan ini menganut dari teori stages of
Peplau.
tahapan terminasi, hal tersebut sesuai dengan konsep teori peplau yang
empat fase, yaitu : fase orientasi, fase identifikasi, fase resolusi, fase
a. Fase Orientasi
mengkaji data awal sebelum masuk ditahap kerja, pada tahap ini
perawat harus mempunyai pemikiran bahwa dalam CBT ini pasien
perubahan tersebut, pada tahap ini pasien tidak berpikir bahwa mereka
berubah, dan perawat harus menerima kondisi pasien tanpa syarat dan
bersikap empati.
pada pasien bahwa masalahnya tidak akan selesai dalam satu sesi
terapi, terapi bisa selesai dalam waktu yang relatif singkat hingga
sangat lama yaitu 5 tahun (Stuart, G.W., 2009) lamanya terapi akan
interpersonal.
yang lebih tinggi berkomunikasi (Yosep I., 2009). Dalam kondisi ini
b. Fase Identifikasi
Menurut Peplau pada tahap ini hubungan perawat pasien dibina dan
diperkuat seiring dengan sikap awal pasien dan perawat. Persepsi dan
apa masalahnya.
c. Fase Kerja
Pada fase ini perawat melakukan terapi perilaku kognitif yang telah
perilaku tersebut.
diubah.
d. Tahap terminasi
bertahap pasien melepaskan diri dari perawat. Saat pasien dan perawat
dikenal dengan teori sosial kognitif pada tahun 1986. Self-efficacy ialah
tertentu sesuai harapan (Bandura, 1997 dalam Kusuma & Hidayati, 2013).
Wantiyah, 2010).
3) Persuasi verbal
2010).
3. Proses-proses self-efficacy
Bandura (1994) menyatakan bahwa self-efficacy terbentuk melalui 4
proses yaitu:
1) Proses kognitif
2) Proses motivasi
dari harapan seseorang dan nilai dari tujuan yang ditentukan (Rini,
2011).
3) Proses afeksi
Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan berperan dalam
4) Proses Seleksi
mereka yang siap dengan berbagai tantangan dan situasi maka mereka
2011).
4. Dimensi self-efficacy
2011). Dimensi yang ketiga adalah strength, dimensi ini berfokus pada
kekuatan/keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya
1) Usia
(Wantiyah, 2010). Menurut Potter dan Perry usia 40-65 tahun disebut
2) Tingkat pendidikan
lebih baik dari penderita hipertensi < 10 tahun, hal ini disebabkan
penyakitnya (Wu et al., 2006). Menurut Bai et al., (2009) hal ini
4) Penghasilan
5) Dukungan Keluarga
6) Depresi
7) Motivasi
Motivasi adalah dorongan yang berasal dari dalam diri ataupun dari
lanjut dan komplikasi (Bodenheimer et,.al., 2002 cit Linnell, 2005 cit
Kennedy et.,al., 2007). Menurut Orem, 1995 cit Chen & Wang, 2007 cit
Fan, 2008 menyatakan bahwa self care behavior adalah suatu bentuk
(Orem, 2001).
b. Jenis kelamin
c. Status Perkembangan
d. Status Kesehatan
Status kesehatan berdasarkan Orem antara lain status kesehatan ini,
Tinjauan dari self care menurut Orem, status kesehatan pasien yang
e. Sosiokultural
g. Sistem Keluarga
Peran atau hubungan anggota keluarga dan orang lain yang signifikan
h. Pola Hidup
Pola hidup yang dimaksut adalah aktivitas normal seseorang yang
i. Lingkungan
rumah.
j. Ketersediaan Sumber
E. Orem
Model konsep Dorothea E. Orem berfokus pada Self Care dan kebutuhan
atau penyakit.
Dalam teori Orem (1991) dalam (Alligood, 2017), ada 5 area aktifitas
keperawatan yaitu :
keperawatan.
memahami konsep self care, self care agency, basic conditioning factor
dan kebutuhan self care therapeutik. Self care adalah performance atau
self care dibentuk dengan efektif maka hal tersebut akan membantu
membentuk integrasi struktur dan fungsi manusia dan erat kaitannya
Konsep lain yang berhubungan dengan teori self care adalah self care
diri.
kehilangan rambut.
integritas individu untuk self care akibat suatu penyakit atau injury.
Dalam teori ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau pada
care dan kemampuan pasien melakukan self care. Jika ada self care
defisit, self care agency dan kebutuhan self care therapeutik maka
atribut yang lengkap diberikan untuk orang-orang yang telah didik dan
care, dan menerima self care secara langsung serta ambulasi harus
dikontrok dan pergerakan dimanipulatif atau adanya alasan-alasan
medis tertentu. Ada tiga kondisi yang termasuk dalam kategori ini
yaitu : tidak dapat melakuka tindakan self care misalnya koma, dapat
atau tindakan lain dan perawat atau pasien mempunyai peran yang
Pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat belajar membentuk
internal atau eksternal self care tetapi tidak dapat melakukannya tanpa
a. Pengkajian
lingkungan
istirahat
b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi Keperawatan
e. Evaluasi Keperawatan