Anda di halaman 1dari 17

I.

Tujuan
1. Mempelajari cara penentuan viskositas larutan newton dengan
viskosimeter Ostwald.
2. Mempelajari pengaruh kadar larutan terhadap viskositas larutan
3. Mampu melakukan pengukuran tegangan muka cairan/larutan.
4. Mengetahui cara pengukuran tegangan antar muka 2 cairan tak bercampur.
5. Mampu menentukan konsentrasi misel kritik surfaktan.

II. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Viskometer Ostwald
b. Pompa pipet
c. Penggaris
d. Gelas Beker
e. Stopwatch
f. Pipa kapiler
g. Gelas Beker
h. Penggaris
i. Filler
2. Bahan
a. Alkohol
b. Larutan gula 20%
c. Larutan gula 40%
d. Larutan gula 60%
e. Larutan gula X1%
f. Larutan gula X2%
g. Sodium lauryl sulfate 0.01%
h. Sodium lauryl sulfate 0.05%
i. Sodium lauryl sulfate 0.1%
j. Parafin cair
III. Cara Kerja
1. Penentuan Viskositas Larutan Newton

Disiapkan Viskometer Ostwald

Dimasukkan larutan gula ke dalam Viskometer


Ostwald sebanyak 15 ml

Ditarik larutan sampai dengan ketinggian garis


atas (titik A)

Dibiarkan mengalir sampai dengan garis bawah


(titik B)

Dicatat waktu alirnya sampai garis bawah


(titik B)

Dicatat waktunya dan hitung viskositasnya

Diulangi perlakuan dengan larutan gula (20%,


40%, 60%, dan X2 %
2. Penentuan Tegangan Permukaan
Larutan Uji (Sodium Lauryl Sulfate 0.01%, Sodium lauryl sulfate 0.05%,
Sodium lauryl sulfate 0.1%, dan Parafin cair).

Dituangkan larutan ke gelas beker kecil

Disiapkan pipa kapiler kemudian dimasukan ke


dalam gelas beker berisi larutan uji

Ditunggu kenaikan larutan hingga stabil

Dihitung dan dicatat tinggi kenaikan larutan


pada pipa kapiler

Diulangi untuk larutan uji Sodium Lauryl


Sulfate 0.01%, Sodium lauryl sulfate 0.05%,
Sodium lauryl sulfate 0.1%, dan Parafin cair
IV. Data Pengamatan
1. Viskositas Larutan Newton

No. Nama Zat Cair Waktu Viskositas


1 Alkohol 70% 30.5 s 0.0119140625 dyne/cm
2 Larutan Gula 20% 16.9 s 0.0066015625 dyne/cm
3 Larutan Gula 40% 24.32 s 0.0095 dyne/cm
4 Larutan Gula 60% 46.38 s 0.01811719 dyne/cm
5 Larutan Gula x1% 25.69 s 0.0100351563 dyne/cm
6 Larutan Gula x2% 34.86 s 0.0136171875 dyne/cm

2. Tegangan Permukaan

No. Nama Zat Cair Kerapatan Tinggi Tegangan


kenaikan muka
1 Sodium lauryl 0,965 2,8 cm 0,776825
sulfate 0.01%
2 Sodium lauryl 0,943 2,6 cm 0,7048925
sulfate 0.05%
3 Sodium lauryl 0,967 2,1 cm 0,58382625
sulfate 0.1%
4 Parafin cair 0,821 3,1 cm 0,73171625

V. Perhitungan
1. Viskositas Larutan Newton
𝑟2 × 𝑡 × 𝑝
Rumus : μ =
8× 𝑙 × ℎ
dengan, r = jari-jari viskometer Ostwald (cm)
t = waktu (s)
p = tekanan (Pa)
l = panjang pipa kapiler (cm)
h = ketinggian antara titik atas dan titik bawah (cm)
a. Alkohol 70 %
𝑟2 × 𝑡 × 𝑝
=
8× 𝑙 × ℎ
0,252 × 30,5 × 1
=
8 × 10 × 2
= 0,0119140625 dyne/cm
b. Larutan Gula 20%
𝑟2 × 𝑡 × 𝑝
=
8× 𝑙 × ℎ
0,252 × 16,9 × 1
=
8 × 10 × 2
= 0,0066015625 dyne/cm
c. Larutan Gula 40%
𝑟2 × 𝑡 × 𝑝
=
8× 𝑙 × ℎ
0,252 × 24,32 × 1
=
8 × 10 × 2
= 0,0095 dyne/cm
d. Larutan Gula 60%
𝑟2 × 𝑡 × 𝑝
=
8× 𝑙 × ℎ
0,252 × 46,38 × 1
=
8 × 10 × 2
= 0,01811719 dyne/cm
e. Larutan Gula x1%
𝑟2 × 𝑡 × 𝑝
=
8× 𝑙 × ℎ
0,252 × 25,69 × 1
=
8 × 10 × 2
= 0,01811719 dyne/cm
f. Larutan Gula x2%
𝑟2 × 𝑡 × 𝑝
=
8× 𝑙 × ℎ
0,252 × 34,86 × 1
=
8 × 10 × 2
= 0.0136171875 dyne/c
2. Tegangan Permukaan
1
Rumus : 𝑟×ℎ×𝑑×𝑔
2

dengan, r = jari-jari (cm)


h = ketinggian antara titik atas dan titik bawah (cm)
d = kerapatan
g = kecepatan gravitasi (m/s2 )

a. Sodium lauryl sulfate 0.01%


1
= 𝑟×ℎ×𝑑×𝑔
2
1
= 0, 0575 × 2,8 × 0,965 × 10
2

= 0,776825
b. Sodium lauryl sulfate 0.05%
1
= 𝑟×ℎ×𝑑×𝑔
2
1
= 0,0575 × 2,6 × 0,943 × 10
2

= 0,7048925
c. Sodium lauryl sulfate 0.1%
1
= 𝑟×ℎ×𝑑×𝑔
2
1
= 0,0575 × 2,1 × 0,967 × 10
2

= 0,58382625
d. Parafin cair
1
= 𝑟×ℎ×𝑑×𝑔
2
1
= 0,575 × 3,1 × 0,821 × 10
2

= 0,73171625
VI. Pembahasan
1. Viskositas Larutan Newton
Viskositas atau viscosity berasal dari bahasa Latin viscum yang
berarti pekat atau kental. Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida
yang disebabkan oleh intensitas gesekan dalam fluida terkait. Kekentalan
merupakan sifat zat cair (fluida) yang berhubungan dengan hambatan untuk
mengalir. Semakin besar nilai viskositas suatu fluida, maka semakin lambat
fluida tersebut untuk mengalir (kemampuan untuk mengalir rendah) dan
semakin sulit pula suatu benda untuk bergerak di dalam fluida tersebut.
(Khattab, 2012)
Viskositas pada zat cair berkaitan erat dengan gaya kohesi
antarpartikel di dalam zat cair terkait. Sedangkan dalam zat gas, viskositas
disebabkan oleh tumbukan antarmolekul. Perbedaan viskositas pada zat cair
menunjukkan perbedaan fungsi zat cair tersebut (Ibrahim, 2012).
Menurut Yulianti (2016), tingkat viskositas fluida dipengaruhi oleh
beberapa faktor, sebagai berikut.
a. Tekanan
Tekanan hanya akan memengaruhi viskositas fluida cair saja.
Untuk fluida gas, tekanan tidak memengaruhi tingkat viskositas
karena tekanan hanya memengaruhi ikatan molekul pada fluida
cair. Tekanan berbanding lurus dengan viskositas. Semakin
besar tekanan yang diberikan, maka semakin besar pula nilai
viskositas fluida cair tersebut.
b. Suhu atau temperature
Pada fluida cair, suhu akan berbanding terbalik dengan
viskositas. Semakin besar suhu, maka nilai viskositas fluida akan
semakin kecil.
Sedangkan, pada fluida gas, suhu akan berbanding lurus dengan
viskositas. Semakin tinggi suhu yang dikenakan, maka nilai
viskositas akan semakin rendah.
c. Konsentrasi fluida
Konsentrasi fluida berbanding lurus dengan viskositas. Semakin
besar konsentrasi fluida maka semakin besar pula nilai viskositas
fluida tersebut (semakin sulit untuk mengalir).
d. Ukuran dan berat molekul
Ukuran dan berat molekul berbanding lurus dengan viskositas.
Semakin besar ukuran dan berat molekul maka semakin besar
pula nilai viskositasnya.

Metode penentuan viskositas larutan Newton pada percobaan ini


adalah metode Ostwald. Metode Ostwald menggunakan alat pengukur
viskometer Ostwald dan menggunakan prinsip hukum Poissule.

Pada praktikum ini, viskometer Ostwald dan larutan uji disiapkan


terlebih dahulu. Adapun larutan yang digunakan antara lain larutan alkohol
70%, larutan gula 20%, larutan gula 40%, larutan gula 60%, larutan gula
X1%, dan larutan gula X2%. Seluruh larutan tersebut diuji satu persatu
dengan memasukkan ±15 ml larutan ke dalam tabung viskometer Ostwald.
Siapkan filler kemudian tarik larutan sampai dengan batas atas (titik A)
menggunakan pompa filler. Lepaskan pompa filler dan amati penurunan
larutan. Catat waktu yang dibutuhkan larutan untuk dapat turun dari batas
atas (titik A) sampai dengan batas bawah (titik B). Ulangi langkah-langkah
tersebut untuk larutan lainnya. Setiap melakukan pengujian untuk larutan
yang berbeda, pastikan viskometer sudah dalam keadaan tercuci dengan
bersih agar larutan uji tidak saling terkontaminasi.

Kelebihan penentuan nilai viskositas menggunakan metode


Viskometer Ostwald, sebagai berikut.
a. Penentuan nilai cenderung lebih akurat.
Apabila dibandingkan dengan metode bola jatuh, tidak ada
kemungkinan terjadinya aliran turbulen dalam pipa kapiler
viskometer Ostwald sehingga nilai yang di dapat lebih akurat.
b. Viskometer Ostwald dapat digunakan untuk berbagai jenis
cairan.
c. Tanda batas ketinggian viskometer Ostwald bersifat tetap atau
permanen.
d. Metode viskometer Ostwald lebih praktis dan efisien, tidak
melibatkan banyak kontak dengan cairan.

(Regina, Oktabella, et. al,. 2018)

Adapun kekurangan dari penentuan nilai viskositas metode


viskometer Ostwald, sebagai berikut.

a. Kerusakan pada alat viskometer Ostwald cenderung sulit


dideteksi.
b. Tanda batas viskometer Ostwald kurang terlihat jelas sehingga
berpengaruh terhadap pencatatan data waktu.
(Regina, Oktabella, et. al,. 2018)

Dari hasil pengamatan larutan uji didapatkan bahwa larutan alkohol


70% membutuhkan waktu 30,5 detik untuk turun dari batas A s.d. batas B,
larutan gula 20% membutuhkan waktu 16,9 detik, larutan gula 40%
membutuhkan waktu 24,32 detik, larutan gula 60% membutuhkan waktu
46,38 detik, larutan gula x1 membutuhkan waktu 25,69 detik, dan larutan
gula x2 membutuhkan waktu 34.86 s.

Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa alkohol 70% memiliki


nilai viskositas sebesar 0.0119140625 dyne/cm, larutan gula 20% memiliki
nilai viskositas sebesar 0.0066015625 dyne/cm, larutan gula 40% memiliki
nilai viskositas sebesar 0.0095 dyne/cm, larutan gula 60% memiliki nilai
viskositas 0.01811719 dyne/cm, larutan gula x1% memiliki nilai viskositas
0.0100351563 dyne/cm, dan larutan gula x2% memiliki nilai viskositas
sebesar 0.0136171875 dyne/cm.

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, setiap fluida


memiliki nilai viskositas yang berbeda-beda. Semakin tinggi konsentrasi zat
terlarut, maka semakin besar pula nilai viskositasnya. Hal ini bersesuaian
dengan kajian literatur yang menyebutkan bahwa besar konsentrasi
berbanding lurus dengan nilai viskositas.

2. Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan dapat didefinisikan sebagai gaya yang terjadi
pada permukaan suatu cairan yang menghalangi ekspansi cairan tersebut.
Hal ini disebabkan oleh gaya gaya tarik yang tidak seimbang pada antar
muka (interfaces) cairan. Gaya ini bias segera diketahui pada kenaikan
cairanbiasa dalam kapiler dan bentuk spheris suatu tetesan kecil cairan.
(Hidayati S., 2012)
Tegangan permukaan adalah gaya per satuan panjang yang
diberikan sejajar dengan permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam.
Tegangan permukaan pada dasarnya merupakan suatu kemampuan zat cair
untuk menyebar membentuk luas permukaan baru. Tegangan permukaaan
mempunyai satuan dyne dalam cgs. (Juliyanto et. al., 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan, antara lain
sebagai berikut.
• Suhu
Suhu berbanding terbalik dengan besar tegangan permukaan.
Semakin besar suhu yang dikenakan, maka semakin kecil nilai
tegangan permukaannya. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan
energi kinetik molekul.
• Zat terlarut (solute)
Zat terlarut (solute) dalam suatu cairan berbanding lurus dengan
tegangan permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan
tegangan permukaan. Tetapi, pada kondisi zat cair yang membentuk
lapisan monomolekuler (surfaktan), penambahan zat terlarut akan
menurunkan tegangan permukaan.
• Surfaktan
Surfaktan atau surface active agents adalah zat yang bisa
mengaktifkan permukaan karena cenderung untuk terkonsentrasi
pada permukaan atau antar muka.
• Jenis cairan
Tegangan permukaan berbanding lurus dengan jenis cairan. Jika
cairan tersebut memiliki gaya tarik antar molekul yang besar, maka
tegangan permukaannya juga besar.
• Konsentrasi zat terlarut
Konsentrasi zat terlarut berbanding terbalik dengan tegangan
permukaan. Apabila banyak solut yang ditambahkan ke dalam
larutan, maka tegangan muka akan turun marena memiliki
konsentrasi di permukaan yang lebih besar daripada di dalam
larutan. Begitu pula sebaliknya.
(Juliyanto et. al., 2016)

Menurut Juliyanto et. al. (2016), salah satu cara untuk menentukan
tegangan permukaan yaitu dengan metode kenaikkan pipa kapiler. Metode
ini merupakan metode dimana cairan dari suatu pipa kapiler akan naik ke
pipa sampai ketinggian tertentu. Sebelumnya, tabung pipa kapiler tersebut
diletakkan pada gelas beker yang berisi cairan. Hal ini disebabkan karena
kekuatan adhesi antar molekul molekul cairan dan dinding kapiler lebih
besar daripada kohesi antar molekul molekul cairan. Cairan itu membasahi
dinding kapiler, menyebar, dan meninggi dalam pipa. Metode kenaikan pipa
kapiler bekerja menurut prinsip kesetimbangan gaya tegangan muka (gaya
ke atas) dan efek gravitasi (gaya ke bawah).

Pada praktikum ini, disiapkan pipa kapiler, larutan Sodium lauryl


sulfate 0.01%, Sodium lauryl sulfate 0.05%, Sodium lauryl sulfate 0.1%,
dan Parafin cair. Pipa kapiler dimasukkan ke dalam setiap larutan uji.
Kemudian amati kenaikan larutan. Tunggu sampai larutan mencapai titik
konstan dan hitung waktu dan tinggi kenaikan larutan. Pastikan pipa kapiler
bersih pada setiap pengukuran larutan.

Kelebihan metode kapiler adalah waktu yang dibutuhkan relatif


singkat dan cara kerjanya yang praktis. Sedangkan kekurangan metode
kapiler adalah persentase hasil pengukuran tinggi yang kurang valid karena
terdapat pengaruh tekanan ketika pipa dimasukkan ke dalam larutan.
(Juliyanto et. al., 2016)

Dari hasil pengamatan, didapatkan bahwa larutan Sodium lauryl


sulfate 0.01% dengan kerapatan 0,965 mengalami kenaikan pipa kapiler
sebesar 2,8 cm, larutan Sodium lauryl sulfate 0.05% dengan kerapatan 0,943
mengalami kenaikan pipa kapiler sebesar 2,6 cm, larutan Sodium lauryl
sulfate 0.1% dengan kerapatan 0,967 mengalami kenaikan pipa kapiler
sebesar 2,1 cm, Parafin cair dengan kerapatan 0,821 mengalami kenaikan
pipa kapiler sebesar 3,1 cm.
Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa larutan Sodium lauryl
sulfate 0.01% memiliki nilai tegangan permukaan sebesar 0,776825, larutan
Sodium lauryl sulfate 0.05% dengan kerapatan 0,943 memiliki nilai
tegangan permukaan sebesar 0,7048925, larutan Sodium lauryl sulfate 0.1%
dengan kerapatan 0,967 memiliki nilai tegangan permukaan sebesar
0,58382625, Parafin cair dengan kerapatan 0,821 memiliki nilai tegangan
permukaan sebesar 0,73171625.

Berdasarkan hasil percobaan, setiap fluida memiliki nilai tegangan


permukaan yang berbeda-beda. Adapun percobaan yang dilakukan
mengalami sedikit ketidaksesuaian dari literatur yang menyebutkan bahwa
konsentrasi berbanding terbalik dengan nilai tegangan permukaan. Hal
tersebut disebabkan oleh faktor perbedaan jenis zat dan adanya pengaruh
tegangan ketika pipa kapiler dimasukkan ke dalam.
VII. Tugas Pendahuluan
1. Apa manfaat penentuan viskositas dalam tahap formulasi sediaan
farmasi?
Jawab : Pada bidang farmasi, terdapat istilah rheologi. Rheologi dari suatu
produk menggambarkan konsistensi dari bentuk cair ke semisolid sampai ke
padatan. Hal ini dapat memengaruhi penerimaan sediaan farmasi bagi pasien,
memengaruhi stabilitas fisika dan bahkan memengaruhi avaibilitas biologis
suatu zat aktif. Sifat rheologi juga memengaruhi pemilihan alat yang akan
digunakan untuk memproduksi produk farmasi. Prinsip-prinsip rheologi
diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi, emulsi, losion, pasta,
penyalut tablet, dan lain lain. Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga
untuk karakterisasi produk sediaan farmasi (dosage form)sebagai
penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga meliputi
pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube, atau
pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat
mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan
ketersediaan hayati dalam tubuh (bioavailability). Sehingga viskositas telah
terbukti dapat mempengaruhi laju absorbsi obat dalam tubuh. Apabila
viskositasnya kurang baik, maka kita tidak akan merasa nyaman untuk
mengonsumsinya. Viskositas harus dibuat dengan kekentalan yang baik agar
mudah dikonsumsi untuk pasien.
2. Bagaimana cara menaikkan dan atau menurunkan viskositas suatu
sediaan farmasi?
Jawab : Cara untuk meningkatkan viskositas suatu sediaan farmasi adalah
dengan meningkatkan konsentrasi larutan, meningkatkan tekanan, dan
memperbanyak partikel yang larut. Sedangkan cara untuk menurunkan
viskositas suatu sediaan farmasi adalah dengan menurunkan tekanan,
menurunkan konsentrasi, mengurangi partikel terlarut dan meningkatkan
suhu.
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi sifat viskositas sediaan farmasi?
Jawab : Faktor yang memengaruhi sifat viskositas sediaan farmasi yaitu
• Suhu menurun dengan meningkatnya suhu, karena
meningkatnya energi kinetik molekul.
• Zat terlarut (solute)
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi
tegangan permukaan. Penambahan zat terlarut akan
meningkatkan viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan
akan bertambah besar.
• Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan
permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada
permukaan atau antar muka.
• Jenis cairan
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara
molekulnya besar, seperti air, maka tegangan permukaannya
juga besar.
• Konsentrasi zat terlarut
Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai
pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka
dan adsorbsi pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut
yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan
muka, karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih
besar daripada didalam larutan.
4. Apa manfaat penentuan tegangan permukaan suatu cairan/larutan?
Jawab : Manfaat tegangan permukaan dalam bidang farmasi
• Tegangan permukaan memengaruhi penyerapan sediaan obat
melalui bahan pembantu padat
• Tegangan permukaan memengaruhi penetrasi molekul melalui
membran biologis
• Tegangan permukaan membantu pembentukan sediaan suspensi
farmasi dalam proses pembentukan dan kestabilan emulsi serta
dispersi partikel tidak larut pada medium cair
5. Jika tegangan permukaan suatu bahan berkhasiat besar, apa yang
terjadi & bagaimana memperbaiki sifat tersebut
Jawab : Berbagai larutan memiliki tegangan permukaan yang bervariasi.
Tegangan permukaan yang besar menunjukkan bahwa larutan tersebut
memiliki gaya tarik antar molekul yang besar, maka kemampuan bahan
untuk membasahi bahan lain kecil. Penambahan emulgator akan
menurunkan tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas sehingga
antara kedua bahan tersebut akan mudah tercampur.
6. Bagaimana cara menentukan nilai konsentrasi misel kritik surfaktan?
Jawab : Konsentrasi minimum pada surfaktan dapat ditentukan melalui
pengukuran daya hantar listrik menggunakan alat konduktor dengan
parameter suhu berbeda untuk setiap konsentrasi surfaktan
7. Apa saja faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan cairan/larutan?
Jawab : Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan, antara lain
sebagai berikut.
• Suhu
Suhu berbanding terbalik dengan besar tegangan permukaan.
Semakin besar suhu yang dikenakan, maka semakin kecil nilai
tegangan permukaannya. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan
energi kinetik molekul.
• Zat terlarut (solute)
Zat terlarut (solute) dalam suatu cairan berbanding lurus dengan
tegangan permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan
tegangan permukaan. Tetapi, pada kondisi zat cair yang membentuk
lapisan monomolekuler (surfaktan), penambahan zat terlarut akan
menurunkan tegangan permukaan.
• Surfaktan
Surfaktan atau surface active agents adalah zat yang bisa
mengaktifkan permukaan karena cenderung untuk terkonsentrasi
pada permukaan atau antar muka.
• Jenis cairan
Tegangan permukaan berbanding lurus dengan jenis cairan. Jika
cairan tersebut memiliki gaya tarik antar molekul yang besar, maka
tegangan permukaannya juga besar.
• Konsentrasi zat terlarut
Konsentrasi zat terlarut berbanding terbalik dengan tegangan
permukaan. Apabila banyak solut yang ditambahkan ke dalam
larutan, maka tegangan muka akan turun marena memiliki
konsentrasi di permukaan yang lebih besar daripada di dalam
larutan. Begitu pula sebaliknya.
VIII. Kesimpulan
Praktikum viskositas larutan Newton sudah sesuai dengan literatur yang
menyebutkan bahwa konsentrasi berbanding lurus dengan viskositas. Hasil
praktikum membuktikan bahwa semakin besar konsentrasi larutan maka
semakin besar pula nilai viskositasnya. Secara berurutan, didapatkan bahwa
larutan gula 20% memiliki nilai viskositas sebesar 0.0066015625 dyne/cm,
larutan gula 40% memiliki nilai viskositas sebesar 0.0095 dyne/cm, larutan gula
x1% memiliki nilai viskositas 0.0100351563 dyne/cm, larutan gula x2%
memiliki nilai viskositas sebesar 0.0136171875 dyne/cm, larutan gula 60%
memiliki nilai viskositas 0.01811719 dyne/cm, dan larutan alkohol 70%
memiliki nilai viskositas sebesar 0.0119140625 dyne/cm.
Praktikum tegangan permukaan sudah sesuai dengan literatur. Menurut
kajian literatur, konsentrasi zat berbanding terbalik dengan nilai tegangan
permukaan. Pada data diketahui bahwa larutan Sodium lauryl sulfate 0.01%
memiliki nilai tegangan permukaan sebesar 0,776825, larutan Sodium lauryl
sulfate 0.05% dengan kerapatan 0,943 memiliki nilai tegangan permukaan
sebesar 0,7048925, dan larutan Sodium lauryl sulfate 0.1% dengan kerapatan
0,967 memiliki nilai tegangan permukaan sebesar 0,58382625. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi zat, maka semakin kecil nilai
tegangan permukaannya.
Namun, zat jenis parafin cair menunjukkan hubungan yang berbeda
apabila dibandingkan dengan zat Sodium lauryl sulfate karena faktor perbedaan
jenis zat dan adanya pengaruh tegangan ketika pipa kapiler dimasukkan ke
dalam.

Anda mungkin juga menyukai