Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

UJI PENGENDAPAN (SETTLING TEST)

Oleh:
Nama : Ahmad Sahla Rahman
NIM : 201910901016
Kelompok :5
Asisten : Candra Nisfa Nandika

LABORATORIUM PERENCANAAN TAMBANG DAN PENGOLAHAN


BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2022
I. Judul
Uji pengendapan (settling test)
II. Tujuan
Tujuan dari praktikum uji pengendapan yaitu :
1. Mengetahui mekanisme pengendapan pada mineral
2. Menentukan faktor-faktor yang memengaruhi laju pengendapan mineral
III. Pendahuluan
3.1 Sedimentasi
Sedimentasi sebagai suatu proses terangkutnya sedimen oleh suatu limpasan
air yang diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan airnya melambat atau
terhenti seperti pada saluran sungai, waduk, danau, maupun kawasan tepi
teluk/laut. Secara visual, sedimentasi merupakan pemisahan suspensi menjadi
dua fraksi yaitu fraksi supernatan (fraksi yang jernih) dan fraksi padat pada
konsentrasi yang lebih tinggi. Sedimentasi umumnya tersusun oleh: material
biogenik yang berasal dari organisma; material autigenik hasil proses kimiawi
(seperti glaukonit, garam, fosfor); material residual; material sisa pengendapan
sebelumnya; dan material detritus sebagai hasil erosi asal daratan (seperti kerikil,
pasir, lanau dan lempung) (Isnaniawardhani dkk, 2010).
3.2 Uji pengendapan (settling test)
Uji pengendapan (settling test) adalah proses pengujian pada bijih untuk
mengetahui laju pengendapannya. Laju pengendapan partikel dalam fluida diatur
dengan Hukum Stokes (Modul 4, 2022). Uji Pengendapan juga disebut sebagai
uji untuk mengetahui seberapa cepat suatu partikel untuk mengendap. Uji
pengendapan ini digunakan dalam peningkatan kadar dan mutu konsentrasi
dengan memanfaatkan perbedaan sifat berat jenis mineral dalam suatu media
fluida, sekaligus memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan mineral-
mineral yang ada. Gaya-gaya yang bekerja pada saat partikel mengendap adalah
gaya gravitasi/gaya berat partikel, gaya Arcchimedes dan gaya gesek. Pada saat
partikel mengendap, partikel awalnya memiliki kecepatan dan percepatan akibat
gravitasi.
Namun, seiring bertambahnya kecepatan partikel, maka gaya gesek atau gaya
hambat partikel tersebut makin besar. Akhirnya partikel akan mengalami suatu
keadaan konstan yaitu dimana percepatannya adalah nol karena gaya gesek
tersebut besarnya sama dengan gaya berat partikel dan kecepetannya tidak akan
bertambah. Kecepatan ini disebut kecepatan terminal. Kecepatan terminal
bervariasi secara langsung dengan rasio gaya hambat. Ada dua jenis tipe dari uji
pengendapan ini, yaitu (Wills, dkk, 2006)
1. static settling test
Static settling test, juga sering disebut dengan sedimentation test, pertama-
tama dilakukan dengan pengawetan sampel dalam tabung sedimentasi,
kemudian dilanjutkan dengan pemotongan kolom semen ke dalam beberapa
bagian untuk diukur berat jenisnya menggunakan hukum Archimedes.
2. Dynamic settling test adalah tes yang dikembangkan dari pengalaman
industri untuk memberi gagasan dari pengendapan yang terjadi meskipun
fluida dalam kecepatan yang rendah, seperti pada pompa.
Proses settling test dapat pula dilakukan dengan penambahan flocculant. Dimana
bertujuan untuk mempercepat laju pengendapannya. Flocculant yang digunakan
berupa reagen kimia yang bekerja dengan cara menggabungkan partikel partikel
solid kecil menjadi gumpalan yang lebih besar dan stabil. Sehingga dengan
besarnya material tersebut, laju pengendapan jauh menjadi lebih cepat. Starch,
sodium polyalginate, polyacrylamide, sebuah copolymer dari vinyl acetate and
maleic anhydride, silica dan yang lainnya digunakan sebagai floculant.

Gambar 1. mekanisme flokulasi, koagulasi, Sedimentasi


3.3 Rumus Hukum Stokes
Hukum Stokes, jika sebuah benda berbentuk bola jatuh bebas dalam suatu
fluida kental seperti di gambar maka kecepatannya akan bertambah karena
pengaruh gravitasi bumi sehingga mencapai suatu kecepatan terbesar yang
tetap. Kecepatan tersebut dinamakan kecepatan terminal. Berdasarkan Hukum
Stokes (Modul 4, 2022):

………………(3.1)
Dimana Vs adalah kecepatan pengendapan, g adalah percepatan gravitasi
bumi, d adalah diameter partikel, ρ adalah densitas partikel, γ adalah viskositas
cairan

Gambar 2. Gaya hambat


Untuk kasus partikel yang memiliki ukuran sangat kecil sehingga laju
pengendapannya sangat lambat, perlu ditambahkan flokulan. Dengan
menambahkan flokulan, partikel-partikel kecil tersebut akan bergabung dan
membentuk partikel yang lebih besar, sehingga laju pengendapannya lebih
cepat (Modul 4, 2022).
IV. Metodologi Percobaan
4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Gelas ukur
- Pulp
- Stopwatch
- Alat tulis
4.1.2 Bahan
- Kapur 100 gram
- Aquades 80 ml
- Tawas 5 gr (flocculating reagent)
4.2 Diagram Alir

Padatan
- disiapkan padatan kapur 100 gram dan 80 mL air di dalam
gelas ukur
- diaduk dan ditambahkan air ke dalam gelas ukur
- dihitung padatan dalam gelas ukur
- diaduk kembali dengan baik dan biarkan mengendap
- dicatat ketinggian cairan bersih dan endapan setiap selang
waktu tertentu
- diulangi dengan menambahkan flocculating reagent
sebanyak 5 gram
- diamati perbedaanya dengan sebelumnya
- dihitung persentase solid, laju pengendapan tanpa
flocculating reagent, laju pengendapan dengan flocculating
reagent, dan laju pengendapan menurut hukum stokes
- dibuat kurva dari penambahan flocculating reagent dan
sebelum penambahan flocculating reagent.

Hasil -
4.3 Prosedur Kerja
Padatan kapur 100 gram dan 80 mL air disiapkan di dalam gelas ukur. Setelah
itu diaduk dan ditambahkan air ke dalam gelas ukur. Kemudian, dihitung kembali
padatan dalam gelas ukur dan diaduk kembali dengan baik serta biarkan
mengendap. Perhitungan selesai maka dicatat ketinggian cairan bersih dan endapan
setiap selang waktu tertentu. Setelah itu diulangi dengan menambahkan
flocculating reagent sebanyak 5 gram dan amati perbedaanya dengan sebelumnya.
Kemudian, dihitung persentase solid, laju pengendapan tanpa flocculating
reagent, laju pengendapan dengan flocculating reagent, dan laju pengendapan
menurut hukum stokes. Dibuat kurva dari penambahan flocculating reagent dan
sebelum penambahan flocculating reagent.
V. DATA DAN PERHITUNGAN
5.1 Data
5.1.1 Tanpa Penambahan flocculating reagent
Tinggi endapan awal = 1,5 cm
Tinggi larutan awal = 10 cm
W Solid = 100
W air = 80
Percepatan gravitasi = 9,8 m/s2
P solid = 2,21
P Medium = 1
Diameter Partikel = 0,000168
Viskositas Fluida = 0,001
Tabel 5.1 Tanpa flocculating reagent
Tinggi Endapan Volume Cairan Bersih
No t (detik) (cm) (ml)
1 90 0.4 80
2 180 0.8 80
3 270 1 80
4 360 1.2 80

5.1.2 Penambahan flocculating reagent


Tinggi endapan awal = 2,5
flocculating reagent = 5 gr
Tabel 5.2 Tanpa flocculating reagent
Tinggi Endapan Volume Cairan Bersih
No t (detik) (cm) (ml)
1 55 1.2 80
2 60 1.6 80
3 65 1.8 80
4 70 2.1 80
5.2 Perhitungan
5.2.1 %Solid
𝑊 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑
%Solid = 𝑊 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑+𝑊 𝑎𝑖𝑟
𝑊 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑
%Solid = 𝑊 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑+𝑝 𝑎𝑖𝑟×𝑉𝑎𝑖𝑟

5.2.2 Laju Pengendapan


𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐸𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛
V endapan = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢

5.2.3 Dilusi
𝑊 𝑎𝑖𝑟
Dilusi = 𝑊 𝑔𝑎𝑙𝑒𝑛𝑎

5.2.4 Laju Pengendapan Menurut Teori (Hukum Stokes)


𝑑2 .𝑔.(𝑝 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑−𝑝 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑢𝑚
V teori = 18.𝑌

Keterangan :
d = diameter partikel (cm)
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
Y = Viskositas Fluida (air = 10-3)
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil
6.1.1 Pengendapan tanpa flokulan
Tabel 6.1 Hasil perhitungan tanpa flokulan
Volum
t Tinggi e Laju
N % Dillu Laju Endapan
(deti Endapa Cairan pengendap
o Solid si Teori
k) n (cm) Bersih an (m/s)
(ml)
0.1066666
1 90 0.4 80
67

0.0511111
2 180 0.8 80
11
0.5555 0.000018482834
0.8
6 03
0.0333333
3 270 1 80
33

0.0244444
4 360 1.2 80
44

Gambar 6.1 Kurva Pengendapan tanpa floakulan

Kurva Pengendapan Tanpa Floakulan


0.12

0.106666667
0.1

0.08
Laju Pengendapan

0.06
0.051111111
0.04
0.033333333
0.024444444
0.02

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Waktu
6.1.2 Pengendapan dengan flokulan
Tabel 6.2 Hasil perhitungan tanpa flokulan
Volum
t Tinggi e Laju
N % Dillu Laju Endapan
(deti Endapa Cairan pengendap
o Solid si Teori
k) n (cm) Bersih an (m/s)
(ml)

1 55 1.2 80 0.16

2 60 1.6 80 0.14
0.5675 0.761 0.000018482834
7 9 03
0.1261538
3 65 1.8 80
46

0.1128571
4 70 2.1 80
43

Gambar 6.2 Kurva Pengendapan tanpa floakulan

Kurva Pengendapan Dengan Floakulan


0.18

0.16 0.16

0.14 0.14
0.126153846
0.12
Laju Pengendapan

0.112857143
0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Waktu
6.2 Pembahasan
Uji pengendapan (settling test) adalah proses pengujian pada bijih untuk
mengetahui laju pengendapannya. Laju pengendapan partikel dalam fluida diatur
dengan Hukum Stokes (Modul 4, 2022). Dari perhitungan secara teoritis
menggunakan hukum stokes diperoleh nilai laju pengendapan sebesar v =
0,00001848283403 cm/s.
Pada percobaan pengendapan tanpa flokulan digunakan beberapa waktu yaitu
dari 90s, 180s, 270s, sampai 360s untuk mengetahui laju pengendapannya,
didapatlan juga %solid 0,56 dan dilusi 0,8. Di menit 90 detik dialakukan
pencampuran kapur 100 gr dengan aquades 80 ml di dapatkan ketinggian endapan
0,4= cm serta laju pengendapan 0,1067= cm/s. Pada 180s dengan pencampuran
yang sama didapatkan di dapatkan ketinggian endapan 0,8= cm dan laju
pengendapan 0,051= cm/s. Pada 270s didapatkan di dapatkan ketinggian endapan
1= cm, laju pengendapan 0,03 = cm/s dan 360s didapatkan di dapatkan ketinggian
endapan 1,2 = cm, laju pengendapan 0,24 = cm/s. Terjadi banyak galat pada hasil
teoritis dan hasil percobaan. Hal ini diakibatkan oleh bergabai faktor. Faktor faktor
tersebut antara lain adalah ketidakakuratan takaran dari setiap variabelnya seperti
jumlah solid yang digunakan tidak pas 100 gr karena pada saat praktikum
kurangnya alat untuk menimbang takaran yang disediakan. Garis ukur pada tabung
settling test yang digunakan juga tidak sesuai dengan takaran sehingga
mengakibatkan pengamat kesulitan dalam mengamati di setiap waktunya.
Pada percobaan menggunakan flocculant didapatkan nilai laju pengendapan
yang jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan percobaan tanpa flocculant. Pada
saat pencampuran di dapat %solid 0,567568 dan dilusi 0,761905 berbeda dengan
percobaan pertama dikarenakan pada percobaan ini dilakukan penambahan
flokulan sebanyak 5gr. Pada menit 55 s didapatkan di dapatkan ketinggian endapan
1,2 = cm serta laju pengendapan 0,16 = cm/s. Pada 60s dengan pencampuran yang
sama didapatkan di dapatkan ketinggian endapan 1,6 = cm, laju pengendapan =
0,14 cm/s. Pada 65s dengan pencampuran yang sama didapatkan di dapatkan
ketinggian endapan 1,8 = cm, laju pengendapan 0,126153846 = cm/s. dan pada
waktu 70s didapatkan di dapatkan ketinggian endapan 2,1 = cm, laju pengendapan
0,1128743 = cm/s. Hal ini terjadi karena reagen flocculant tersebut mengikat
partikel partikel kecil dan menggumpalkannya menjadi partikel yang lebih besar,
sehingga mengakibatkan pengendapannya lebih cepat. Dengan volume yang sama
dan di tambahkan flokulan laju pengendapannya sangatlah cepat. Hal ini
berhubungan dengan pengaruh dilusi dalam settling test. Dimana laju pengendapan
akan terjadi lebih cepat pada larutan dengan dilusi yang besar, karena partikel akan
lebih bebas bergerak dengan ruang yang ada pada dilusi tinggi, sedangkan pada
dilusi rendah partikel akan saling bertumbukan dan menghambat pengendapan.
Pada grafik percobaan tanpa flocculant didapatkan grafik yang agak konstan
membentuk garis linear tetapi sedikit melandai. Hal ini diakibatkan oleh gerakan
partikel partikel solid yang bergerak dengan kecepatan konstan, karena tidak
dipengaruhi oleh zat-zat lain. Sedangkan pada grafik percobaan mengguanakan
flokulan di didapatkan grafik yang cukup konstan ke atas membentuk garis linear.
Hal ini diakibatkan oleh pengaruh flocculant yang tinggi pada awal percobaan
karena partikel solid masih memiliki banyak ruang untuk bergerak ke bawah,
sehingga mengakibatkan laju pengendapannya semakin cepat.
Pada percobaan praktikum pengendapan ini terdapat berbagai faktor yang
berpengaruh, antara lain adanya flocculant, persen solid, dilusi, keidealan alat, serta
keakuratan pengamat. Persen solid berpengaruh pada laju pengendapan
berkebalikan dengan dilusi. Dilusi menyatakan perbandingan jumlah air dengan
jumlah solid. Nilai dilusi yang tinggi mengakibatkan ruang partikel solid untuk
bergerak semakin besar, sehingga partikel dapat dengan mudah mengendap dengan
kata lain laju pengendapan akan lebih tinggi dibanding larutan dengan nilai dilusi
yang rendah. Keidealan alat berhubungan juga dengan keakuratan pengukuran
mulai dari penimbangan bahan-bahan dan pengukuran. Karena apabila alat tidak
ideal maka akan mengakibatkan banyak eror dalam pengukuran terutama pada
keakuratan pengamat dalam mengamati kejadian yang perlu dicatat selama
praktikum. Faktor lain yang sangat berpengaruh dalam settling test ini adalah
adanya penambahan flocculant yang jauh mempercepat laju pengendapan dengan
cara menggumpalkan partikel partikel solid kecil menjadi lebih besar sehingga
dapat mengendap lebih cepat
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Pada praktikum uji pengendapan didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Laju pengendapan partikel dalam fluida diatur dengan Hukum Stokes. Dari
perhitungan secara teoritis menggunakan hukum stokes diperoleh nilai laju
pengendapan sebesar v = 0,00001848283403 cm/s.
2. Pada percobaan pengendapan tanpa flokulan di dapat sebagai berikut :
Tabel 7.1 Tanpa Flokulan
t Tinggi Endapan Laju pengendapan
% Solid Dillusi
(detik) (cm) (m/s)
90 0.4 0.106666667
180 0.8 0.051111111
0.55556 0.8
270 1 0.033333333
360 1.2 0.024444444
Sedangkan pada pengendapan dengan penambahan flokulan yaitu :
Tabel 7.1 Dengan Flokulan
t Tinggi Endapan Laju pengendapan
% Solid Dillusi
(detik) (cm) (m/s)
55 1.2 0.16
60 1.6 0.14
0.56757 0.7619
65 1.8 0.126153846
70 2.1 0.112857143
Dari penambahan flokulan diperoleh nilai laju pengendapan lebih tinggi
dibanding dengan percobaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh penambahan
flocculant yang dapat mempercepat pengendapan dengan cara
menggumpalkan partikel kecil menjadi lebih besar sehingga dapat dengan
mudah mengendap.
3. Faktor yang berpengaruh praktikum laju pengendapan antara lain adanya
flocculant, persen solid, dilusi, keidealan alat, serta keakuratan pengamat.
7.2 Saran
Adapun saran dari praktikum selanjutnya adalah keidealan dan kesedian alat
yang harus di perhatikan. Karean alat-alat yang digunakan sangat mempengaruhi
hasil praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Isnaniawardhani Dkk, 2010. Tipe Sedimen Permukaan Dasar Laut Selatan Dan
Utara Kepulauan Tambelan Perairan Natuna Selatan. Pusat Penelitian
Oseanografi (P2O) LIPI. Bandung
Kelly, Errol G. & David J. Spottiswood. 1982. Introduction to Mineral Processing.
USA: John Wiley & Sons
Wills, B. A., Napier-Munn, Tim. 2006. Will’s Mineral Processing Technology “An
Introduction to The Practical Aspects of Ore Treatment and Mineral
Recovery”. Elsevier Science & Technology Books.
https://kurets08.wordpress.com/. (Diakses pada tanggal 30 Oktober 2022 pukul
20:00)
http://shintarosalia.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/SRD_koagulasi-flokulasi.pdf.
(Diakses pada tanggal 30 Oktober 2022 pukul 20:00)
http://rumushitung.com/2013/11/09/hukum-stokeskecepatan-terminal/.(Diakses
pada tanggal 30 Oktober 2022 pukul 20:00)
.
LAMPIRAN
Tabel pengamatan dan rumus Mengukur Pengendapan Tanpa
Flokulan pada waktu 90 s

Mengukur Pengendapan Tanpa Mengukur Pengendapan Tanpa


Flokulan pada waktu 180 s Flokulan pada waktu 270 s
Mengukur Pengendapan Tanpa Mengukur Pengendapan dengan
Flokulan pada waktu 360 s Flokulan pada waktu 55 s

Mengukur Pengendapan dengan Mengukur Pengendapan dengan


Flokulan pada waktu 60 s Flokulan pada waktu 65 s

Mengukur Pengendapan dengan Kapur, Tawas (Flokulan),


Flokulan pada waktu 70 s Aquades

Anda mungkin juga menyukai