Oleh :
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2024
BAB I
PENDAHULUAN
Pada awalnya, insiden dari keganasan kolon dan rektal tidak diperhitungkan sebelum
tahun 1900. Akan tetapi, sejak kemajuan ekonomi dan industri berkembang, angka kejadian
keganasan ini meningkat. Pada saat ini, kanker kolorektal merupakan penyebab ketiga
kematian dari pria dan wanita akibat kanker di Amerika Serikat.
Insidens kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka
kematiannya. Pada tahun 2002 kanker kolorektal menduduki peringkat kedua pada kasus
kanker yang terdapat pada pria, sedangkan pada wanita kanker kolorektal menduduki
peringkat ketiga dari semua kasus kanker. Meskipun belum ada data yang pasti, tetapi dari
berbagai laporan di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus, data dari Depkes didapati
angka 1,8 per 100.000 penduduk.
Pada kebanyakan kasus kanker, terdapat variasi geografik pada insiden yang
ditemukan, yang mencerminkan perbedaan sosial ekonomi dan kepadatan penduduk,
terutama antara negara maju dan berkembang. Demikian pula antara Negara Barat dan
Indonesia, terdapat perbedaan pada frekuensi kanker kolorektal yang ditemukan. Di
Indonesia frekuensi kanker kolorektal yang ditemukan sebanding antara pria dan wanita;
banyak terdapat pada seseorang yang berusia muda; dan sekitar 75% dari kanker ditemukan
pada kolon rektosigmoid, sedangkan di Negara Barat frekuensi kanker kolorektal yang
ditemukan pada pria lebih besar daripada wanita; banyak terdapat pada seseorang yang
berusia lanjut; dan dari kanker yang ditemukan hanya sekitar 50% yang berada pada kolon
rektosigmoid.
Letak kanker kolorektal paling sering terdapat pada kolon rektosigmoid. Keluhan
pasien karena kanker kolorektal tergantung pada besar dan lokasi dari tumor. Keluhan dari
lesi yang berada pada kolon kanan dapat berupa perasaan penuh di abdominal, symptomatic
anemia dan perdarahan, sedangkan keluhan yang berasal dari lesi pada kolon kiri dapat
berupa perubahan pada pola defekasi, perdarahan, konstipasi sampai obstruksi.
Jenis kanker yang paling sering ditemukan ialah adenokarsinoma yaitu sebanyak
98%, sedangkan lainnya yang lebih jarang ialah carcinoid (0,4%), limfoma (1,3%) dan
sarkoma (0,3%).
Kanker kolorektal adalah suatu keganasan yang terjadi pada usus besar hingga ke
anus, umumnya berkisar 42.000 diagnosis baru setiap tahunnya yang terjadi di Inggris. Hasil
ini sangat meningkat dan secara signifikan berada di urutan kedua setelah kanker payudara .
Diagnosis awal mengarah terhadap kriteria rujukan yang lebih luas untuk CRC pada tahun
2015 dengan risiko CRC > 3% . Kanker kolorektal (CRC) adalah penyakit heterogen yang
menunjukkan hasil yang bervariasi . Upaya terbaru untuk yang dapat dibuktikan dari suatu
penelitian adalah dari profil ekspresi gen yang komprehensif menyebabkan identifikasi empat
subtype molekuler konsensus utama, masing-masing dari empat kelompok dalam klasifikasi
CMS memisahkan dalam kelompok biologis yang didefinisikan oleh gen set enrichmen
analyses . CMS1 didefiniskan oleh infiltrate kekebalan yang tinggi dan ekspresi yang
diregulasi oleh sistem kekebalan tubuh. Diketahui bahwa kadar trombosit berperan penting
alami pada kanker, dari pertumbuhan tumor hingga penyebaran kanker. Trombositosis
dikaitkan dengan peningkatan insiden beberapa kanker. Selain itu, trombositosis dikaitkan
dengan kelangsungan hidup spesifik kanker yang buruk. Interaksi kompleks antara sel tumor
dan trombosit yang bersirkulasi berperan penting dalam pertumbuhan dan penyebaran
kanker, dan semakin banyak bukti yang mendukung peran resptor trombosit fisiologis dan
agonis trombosit dalam metastasis kanker dan angiogenesis. Sejak Armand Trousseau
menjelaskan hubungan antara kanker dan pembekuan darah abnormal pada tahun 1865,
banyak penelitian menunjukkan bahwa trombosit berkontribusi terhadap trombosis terkait
kanker dan mempengaruhi hasil pengobatan kanker. Sel kanker dapat mengaktifkan
trombosit dan menyebabkan agregasinya dalam sirkulasi, sementara trombosit membantu
menjaga integritas pembuluh darah tumor dan berpartisipasi dalam berbagai langkah
metastasis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Colon descendens panjangnya sekitar 25 cm, dimulai dari flexura coli sinistra sampai
fossa iliaca sinistra dimana dimulai colon sigmoideum. Terletak retroperitoneal karena hanya
dinding ventral saja yang diliputi peritoneum, terletak pada muskulus quadratus lumborum
dan erat hubungannya dengan ren sinistra. Arterialisasi didapat dari cabang-cabang arteri
colica sinistra dan cabang arteri sigmoid yang merupakan cabang dari arteri mesenterica
inferior.
Colon sigmoideum mempunyai mesosigmoideum sehingga letaknya intraperitoneal,
dan terletak didalam fossa iliaca sinistra. Radix mesosigmoid mempunyai perlekatan yang
variabel pada fossa iliaca sinistra. Colon sigmoid membentuk lipatan-lipatan yang tergantung
isinya didalam lumen, bila terisi penuh dapat memanjang dan masuk ke dalam cavum pelvis
melalui aditus pelvis, bila kosong lebih pendek dan lipatannya ke arah ventral dan ke kanan
dan akhirnya ke dorsal lagi. Colon sigmoid melanjutkan diri kedalam rectum pada dinding
mediodorsal pada aditus pelvis di sebelah depan os sacrum. Arterialisasi didapat dari cabang-
cabang arteri sigmoidae dan arteri haemorrhoidalis superior cabang arteri mesenterica
inferior. Aliran vena yang terpenting adalah adanya anastomosis antara vena haemorrhoidalis
superior dengan vena haemorrhoidalis medius dan inferior, dari ketiga vena ini yang
bermuara kedalam vena porta melalui vena mesenterica inferior hanya vena haemorrhoidalis
superior, sedangkan yang lain menuju vena iliaca interna. Jadi terdapat hubungan antara vena
parietal (vena iliaca interna) dan vena visceral (vena porta) yang penting bila terjadi
pembendungan pada aliran vena porta misalnya pada penyakit hepar sehingga mengganggu
aliran darah portal. Mesosigmoideum mempunyai radix yang berbentuk huruf V dan
ujungnya letaknya terbalik pada ureter kiri dan percabangan arteri iliaca communis sinistra
menjadi cabang-cabangnya, dan diantara kaki-kaki huruf V ini terdapat reccessus
intersigmoideus.
II.2 Epidemiologi
Di dunia, kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga pada tingkat insiden dan
mortalitas. Pada tahun 2002 terdapat lebih dari 1 juta insiden kanker kolorektal dengan
tingkat mortalitas lebih dari 50%. Ada 9,5 % pria penderita kanker terkena kanker kolorektal,
sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9,3% dari total jumlah penderita kanker.
Angka insiden tertinggi terdapat pada Eropa, Amerika, Australia dan Selandia baru;
sedangkan angka insiden terendah terdapat pada India, Amerika Selatan dan Arab Israel. Di
Eropa, penyakit ini menempati urutan kedua sebagai kanker yang paling sering terjadi pada
pria dan wanita pada tingkat insidensi dan mortalitas.
Perkiraan insiden kanker di Indonesia adalah 100 per 100.000 penduduk. Namun,
hanya 3,2% dari kasus kanker yang baru mencari perawatan di Rumah Sakit. Kanker
kolorektal telah menjadi salah satu dari kanker yang banyak terjadi di Indonesia, data yang
dikumpulkan dari 13 pusat kanker menunjukkan bahwa kanker kolorektal merupakan salah
satu dari lima kanker yang paling sering terdapat pada pria maupun wanita. Insidensi kanker
kolorektal pada pria sebanding dengan wanita dan lebih banyak terjadi pada usia produktif.
Hal ini berbanding terbalik dengan data yang diperoleh di negara barat dimana banyak terjadi
pada usia lanjut. Perbandingan insidensi laki-laki dan perempuan adalah 3 berbanding 1 dan
kurang dari 50% kanker kolon dan rektum ditemukan di rektosigmoid.
Gambar 3. Insiden Kanker di Indonesia
II.3 Etiologi
Penyebab dari keganasan kolorektal memiliki faktor genetik dan lingkungan :
Sindroma kanker familial
Terdapat berbagai faktor genetik yang berkaitan dengan keganasan kolorektal.
Sebanyak 10-15 % kasus kanker kolorektal disebabkan oleh faktor ini.
Tabel 1. Sindroma kanker familial
TABLE 1 Hereditary Colorectal Cancer (CRC) Syndromes
% of
total Genetic Extracolonic
Syndrome Phenotype Treatment Notes
CRC basis manifestations
burden
Familial <1% Mutasi <100 CHRPE, TPC with Variants
adenomatous pada gen adenomatous osteomas, end- include Turcot
polyposis suppressor polyp; near epidermal cysts, ileostomy or (CNS tumors)
(FAP) tumor 100% with periampullary IPAA or and Gardener
APC CRC by age neoplasms TAC with (desmoids)
(5q21) 40 yr IRA and syndromes
lifelong
surveillance
Hereditary 5%–7% Defective Polyps At risk for Genetic High
nonpolyposis mismatch sedikit, uterine, ovarian, counseling; microsatellite
colorectal repair: predominant small intestinal, consider instability
cancer MSH2 and ly right- pancreatic prophylactic (MSI-H)
(HNPCC) MLH1 sided CRC, malignancies resections, tumors, better
(90%), 80% lifetime including prognosis than
MSH6 risk of CRC TAH/BSO sporadic CRC
(10%)
Peutz- <1% Kehilanga Hamartomas Mucocutaneous Surveillance Majority
Jeghers (PJS) n tumor throughout pigmentation, EGD and present with
suppressor GI tract risk for colonoscopy SBO due to
gene pancreatic q3 yr; resect intussuscepting
LKB1/STK cancer polyps >1.5 polyp
11 (19p13) cm
Familial <1% Mutasi Hamartomas Gastric, Genetic Presents with
juvenile SMAD4/D throughout duodenal and counseling; rectal bleeding
polyposis PC GI tract; >3 pancreatic consider or diarrhea
(FJP) (18q21) juvenile neoplasms; prophylactic
polyps; 15% pulmonary TAC with
with CRC by AVMs IRA for
age 35 yr diffuse
disease
AVM, arteriovenous malformation; CHRPE, congenital hypertrophy of retinal pigmented epithelium; CNS, central
nervous system; EGD, esophagogastroduodenoscopy; GI, gastrointestinal; IPAA, ileal pouch-anal anastomosis; IRA,
ileal-rectal anastomosis; TAC, total abdominal colectomy; TAH/BSO, total abdominal hysterectomy and bilateral
salpingo-oophorectomy; TPC, total proctocolectomy.
Kasus sporadik
Kasus sporadik merupakan bagian terbesar yaitu sekitar 85% dari seluruh keganasan
kolorektal. Walaupun tidak ada mutasi genetik yang dapat diidentifikasi, namun
kekerabatan tingkat pertama dari pasien kanker kolorektal memiliki peningkatan
resiko 3-9 x untuk dapat terkena kanker.
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang ikut berpengaruh antara lain ialah diet. Diet tinggi lemak
jenuh meningkatkan resiko. Diet tinggi serat dapat menurunkan resiko terkena kanker.
T – Tumor primer
Tx: Tumor primer tidak dapat dinilai
T0: Tidak ada tumor primer
Tis: Karsinoma insitu, invasi lamina propia atau intraepitelial
T1: Invasi tumor di lapisan sub-mukosa
T2: Invasi tumor di lapisan otot propria
T3: Invasi tumor melewati otot propria ke subserosa atau masuk ke perikolik
yang tidak dilapisi peritoneum atau perirektal
T4: Invasi tumor terhadap organ/struktur sekitarnya dan/atau peritoneum
viseral.
II.4. Trombosit
Trombosit adalah sel darah berinti kecil (2-4 μm) yang dilepaskan dari megakariosit
sumsum tulang dengan jumlah normal berkisar antara 150x10 9/L hingga 350x109/L dalam
aliran darah. Mereka tidak hanya memainkan peran penting dalam hemostasis dan
pembentukan trombosis tetapi juga memodulasi respon inflamasi melalui interaksi dengan
granulosit dan patogen. Secara umum diterima bahwa tumor berperilaku seperti luka kronis
atau tidak dapat disembuhkan dan memicu peradangan. Sebagai respon pertama selama
peradangan kronis dan perkembangan kanker, trombosit memiliki keunggulan seperti
ukurannya yang kecil, jumlah yang besar dalam aliran darah dan sifat biofasik yang
serbaguna termasuk adhesi, agregasi, dan migrasi yang efisien. Trombosit yang teraktivasi
dapat berubah bentuk dan melepaskan butiran α, butiran padat, atau butiran lisosom sebagai
respon terhadap rangsangan yang berbeda. Butiran ini mengandung sitokin atau molekul
dengan fungsi berbeda.
Trombosit merupakan komponen darah pertama yang mengatasi kerusakan pembuluh
darah, tetapi trombosit juga berperan penting pada progresivitas dan metastasis kanker. Saat
sel kanker terlepas dari tumor primer dan masuk ke sirkulasi darah, trombosit adalah sel
pertama yang memberikan respon imunologi, namun sel kanker memiliki kemampuan untuk
menghindari sistem imun alamiah dan justru menjadikan trombosit sebagai penopang
kehidupannya. Proses metastasis kanker menimbulkan lesi pada sel. Akibatnya, akan terjadi
peningkatan dan penarikan trombosit ke daerah lesi untuk membentuk trombus. Selanjutnya,
penumpukan trombus memicu sel kanker membentuk jaringan vaskuler baru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2018. Usus halus, appendiks, kolon, dan anorektum. Dalam
Buku ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 646-53.
Biomarkers for Colorectal Cancer vol. 66, no. 2, pp. 115–132, 2016.
16. Giennakeas. 2022 . Trends In Platelet Count Among Cancer Paint. Giannakeas
Experimental Hematology & Oncology (2022) 11:16. https://doi.org/10.1186/s40164-
022-00272-3 3
17. Liuting Yu. 2021 . Bidirectional . Department of Pathology, University of Oklahoma
Health Sciences Center, Oklahoma City, OK, United States.
18. Hanbali, J.Bailey ., et.al . 2020. Thrombocytosis helps to stratify risk of colorectal cancer
in patients referred on a 2-week-wait pathway . International Journal of Colorectal Disease
https://doi.org/10.1007/s00384-020-03597-9 /Published online: 1 May 2020. (2020)
35:1347–1350.