Anda di halaman 1dari 15

A.

Konsep Dasar Medis

1. Anatomi

Usus Halus

Usus halus berbentuk tubular dengan perkiraan panjang 6 meter pada orang dewasa. Usus halus
memiliki tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Segmen duodenum yang paling
proksimal, terletak pada retroperitoneum yang berbatasan langsung dengan kepala dan batas
inferior dari tubuh pankreas. Duodenum dibatasi dari pylorus lambung duodenojejunalis, pars
dan berakhir pada superior duodenum flexura terletak intraperitoneal sedangkan semua bagian
lain terletak di retroperitoneal sekunder. Jejunum dan ileum tidak dapat dibedakan secara
makroskopis, 40% proksimal segmen. jejunoileal diperkirakan sebagai jejunum dan 60% distal
sebagai ileum.

Usus halus memiliki plica circulares yang dapat membantu membedakan usus halus dan usus
besar. Lipatan ini juga menjadi lebih sedikit pada bagian distal dibandingkan dengan bagian
proximal, bagian lain yang membedakan jejunum dengan ileum adalah diameter yang lebih besar,
dinding lebih tebal, mesenterium lebih sedikit lemak, dan vasa recta yang lebih panjang. Pada
ileum terdapat kumpulan besar folikel limfe yang khas (pada pars terminalis ilei) yang merupakan
bagian dari jaringan limfoid mukosa (MALT).

Duodenum memperoleh suplai darah dari truncus coeliacus dan A. mesenterica superior.
Jejunum dan ileum yang berada pada intraperitoneal disuplai oleh A. mesenterica superior.
Bermuara melalui V. mesenterica superior. Drainase getah bening terjadi melalui pembuluh
limfatik mengalir sejajar dengan arteri melalui nodi lymphodei mesenterici superior pada pangkal
A. mesenterica superior dan selanjutnya melalui truncus intestinales ke dalam ductus thoracicus.
Inervasi parasimpatis dan simpatis dari usus halus masing-masing berasal dari Nvagus dan N.
splanchnicus (Brunicardi &Andersen, 2017).

Usus Besar

Usus besar memiliki panjang sekitar 1,5 m dan dibagi secara anatomis ke dalam caecum dengan
appendix vermiformis, colon ascendens, colon transversum, colonbdescendent, colon
sigmoideum, rectum.

Caecum, appendix vermiformis, colon transversumdan colon sigmoideum terletak intraperitoneal


dan juga memiliki mesenterium sendiri (caecum dan appendix vermiformis dapat terletak
retroperitoneal dan tidak memiliki mesenterium). Colon ascendens, colon descendens, dan
sebagian besar rectum adalah organ retroperitoneal sekunder, rectum distale dan canalis analis
merupakan subperitoneal. Flexura coli sinistra terletak lebih cranial dibandingkan flexura coli
dextra, karena posisi hepar terletak disebelah kanan. Usus besar memiliki perbedaan khas
dibanding usus halus yaitu diameter yang lebih besar, disertai taenia: taenia libera, taenia
mesocolica, dan taenia omentalis. Usus besar juga memiliki haustra dan plica semilunares yang
merupakan sakulasi dinding usus, serta appendices epiploicae sebagai proyeksi lemak dari
jaringan adipose tela subserosa. Vaskularisasi dari usus besar dilihat dari caecum dan appendix
vermiformis di vaskularisasi berasal dari A. ileocolica, colon ascendens dan colon transversum
diperdarahi oleh A. colica dextra dan A. colica media, sedangkan colon descendens dan colon
sigmoideum di vaskularisasi oleh Acolica sinistra dan AaSigmoidaeFlexura coli sinistra merupakan
batas untuk aliran neurovaskular karena alasan perkembangan yang mengacu pada A.
mesenterica superior memperdarahi colon ascendens dan colon transversum sedangkan colon
descendens dan rectum bagian atas diperdarahi oleh A. mesenterica inferior (Brunicardi &
Andersen, 2017).

2. Definisi

Usus halus dan usus besar merupakan bagian terpanjang pada saluran cerna. Ketika terjadi
gangguan akan berefek pada nutrisi dan transport air yang mengakibatkan malabsorbsi, diare,
proses infeksi, dan inflamasi (Kumar, Abbas& Aster2015).

Obstruksi usus halus merupakan hambatan pasase usus yang terjadi pada usus halus disebut
sebagai obstruksi saluran cerna tinggi yang disertai pengeluaran cairan dan elektrolit pada lumen
usus melalui muntah. Berdasarkan etiopatogenesis ileus obstruktif diklasifikasikan dari obstruksi
mekanik dan fungsionaldari luas obstruksi dapat dibedakan obstruksi partial atau komplit, serta
berdasarkan jenis obstruksinya ileus obstruktif dibedakan menjadi obstruksi sederhana, closed
loop, dan strangulasi. Obstruksi sederhana adalah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah, closed loop obstruction terjadi jika kedua segmen usus terlibat mengalami
obstruksi, sedangkan pada obstruksi strangulasi disertai terjepitnya pembuluh darah yang
menyebabkan terjadinya iskemia, ditandai dengan gejala umum yang berat (Warsinggih, 2018).

Hernia, adhesi, invaginasi, dan volvulus merupakan penyebab 80% ileus obstruktif yang sering
disertai strangulasi, sedangkan tumor dan infark menyebabkan 10-15% dari ileus obstruktif
(Sjamsuhidajat, 2014)

Klasifikasi berdasarkan lokasi obstruksinya dibedakan menjadi ileus obstruksi letak tinggi yang
mengenai usus halus dan letak rendah mengenai usus besar atau keduanya. Pada obstruksi harus
dibedakan lagi antara lain obstruksi sebagian (partial), obstruksi total (complete) Obstruksi
sebagian memungkinkan cairan dan gas melewati titik obstruksi, sedangkan obstruksi total
menghambat perjalanan semua isi usus. Tidak seperti obstruksi sederhana, strangulasi dapat
mengakibatkan iskemiainfark, dan perforasi.

Obstruksi usus halus lebih umum daripada obstruksi usus besar dan merupakan indikasi paling
sering dilakukan operasi. Ileus obstruktif yang memerlukan pembedahan adalah komplikasi
umum setelah pembedahan sebelumnya, misalnya setelah kolektomi adalah 11% (Vilz, Stoffels, &
Strassburg C, Ileus In Adult., 2017).

3.      Etiologi

A. Adhesi (perlekatan usus halus)  merupakan  penyebab  tersering  ileus  obstruktif,  sekitar
50-70%  dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi
berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.
Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak. .

b. Hernia  inkarserata  eksternal ( inguinal, femoral, umbilikal, insisional,  atau 


parastomal ) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan
merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi
abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen
Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.

c. Neoplasma.Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,


sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat menyebabkan obstruksi
melalui kompresi eksternal.

d.  Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus
yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus
dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.

e.  Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut
selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.

f. Volvulus sering  disebabkan oleh  adhesi  atau  kelainan  kongenital, seperti 


malrotasi  usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.

g.      Batu   empedu   yang    masuk   ke  ileus.  Inflamasi   yang   berat     dari   kantong
empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar
dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal
yang menyebabkan obstruksi.

h. Striktur yang  sekunder yang berhubungan dengan  iskhemia, inflamasi,  terapi


radiasi, atau trauma operasi.

i.  Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan


cairan.

j.   Benda asing, seperti bezoar.

k  Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia


Littre.

l.   Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis
dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium

4.      Insiden

       Lima ratus tiga puluh empat (3,03%) dari 17.601 pasien yang menerima konsultasi
darurat dari Klinik Bedah Umum antara tahun 2009 dan 2020 didiagnosis menderita
ileus; 256 (1,45%) dari mereka berada di kelompok usia geriatri (usia ≥65) . Di antara
pasien ini, ada 278 (52,1%) pasien antara usia 18-65, 256 (47,9%) lebih dari 65 tahun, dan
ada 219 (41%) perempuan dan 315 (59%) laki-laki .  Sementara 253 (47,4%) pasien
dioperasi, 317 (59,4%) pasien mengalami ileus adhesif, 101 (18,9%) pasien mengalami
keganasan, dan 21 (3,9%) pasien meninggal di antara seluruh kelompok pasien

5.      Jenis – jenis Obstruksi


Terdapat 2 jenis obstruksi :

a.       Obstruksi paralitik (ileus paralitik)

Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma yang
mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik tidak efektif, suplai darah
tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara spontan setelah 2 sampai 3 hari.

b.      Obstruksi mekanik

Terdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan ekstrinsik. Obstruksi
mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu tempat obstruksi) dan
obstruksi lengkung tertutup (paling sedikit 2 obstruksi). Karena lengkung tertutup tidak
dapat didekompresi, tekanan intralumen meningkat dengan cepat, mengakibatkan
penekanan pebuluh darah, iskemia dan infark (strangulasi) sehingga menimbulkan
obstruksi strangulate yang disebabkan obstruksi mekanik yang berkepanjangan.
Obstruksi ini mengganggu suplai darah, kematian jaringan dan menyebabkan gangren
dinding usus.

6.      Patofisiologi

Semua peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau non
mekanik. Perbedaan utama adalah pada obstruksi paralitik peristaltik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat,
kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. Sekitar 6-8 liter cairan diekskresikan ke
dalam saluran cerna setiap hari. Sebagian besar cairan diasorbsi sebelum mendekati
kolon. Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah adanya lumen usus
yang tersumbat, ini  menjadi tempat perkembangan bakteri sehingga terjadi akumulasi
gas dan cairan (70% dari gas yang tertelan). Akumulasi gas dan cairan dapat terjadi di
bagian proksimal atau distal usus. Apabila akumulasi terjadi di daerah distal
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intra abdomen dan intra lumen. Hal ini
dapat meningkatkan terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler dan ekstravasasi air
dan elektrolit di peritoneal. Dengan peningkatan permeabilitas dan ekstravasasi
menimbulkan retensi cairan di usus dan rongga peritoneum mengakibatakan terjadi
penurunan sirkulasi dan volume darah. Akumulasi gas dan cairan di bagian proksimal
mengakibatkan kolapsnya usus sehingga terjadi distensi abdomen. Terjadi penekanan
pada vena mesenterika yang mengakibatkan kegagalan oksigenasi dinding usus
sehingga aliran darah ke usus menurun, terjadilah iskemi dan kemudian nekrotik usus.
Pada usus yang mengalami nekrotik terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan
pelepasan bakteri dan toksin  sehingga terjadi perforasi. Dengan adanya perforais akan
menyebabkan bakteri akan masuk ke dalam sirkulasi sehingga terjadi sepsis dan
peritonitis.

Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen adalah penurunan fungsi usus dan
peningkatan sekresi sehingga terjadi peminbunan di intra lumen secara progresif yang
akan menyebabkan terjadinya retrograde peristaltic sehingga terjadi kehilangan cairan
dan elektrolit. Bila hal ini tidak ditangani dapat menyebabkan syok hipovolemik.
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebih berdampak pada penurunanan curah
jantung sehingga darah yang dipompakan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh
tubuh sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan pada otak, sel dan ginjal. Penurunan
perfusi dalam sel menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob yang akan
meningkatkan asam laktat dan menyebabkan asidosis metabolic. Bila terjadi pada otak
akan menyebabkan hipoksia jaringan otak, iskemik dan infark. Bila terjadi pada ginjal
akan merangsang pertukaran natrium dan hydrogen di tubulus prksimal dan pelepasan
aldosteron, merangsang sekresi hidrogen di nefron bagian distal sehingga terjadi
peningaktan reabsorbsi HCO3- dan penurunan kemampuan ginjal untuk membuang
HCO3. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis metabolic. (Price &Wilson,
2014)

Pathway
7.      Manifestasi Klinik

a.       Mekanik sederhana – usus halus atas


Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah,
peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
b.      Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus meningkat, nyeri
tekan abdomen.
c.       Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian
terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
d.      Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram
nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
e.       Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan terlokalisir,
distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan
terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau
mengandung darah samar. (Price &Wilson, 2014)

8.      Pemeriksaan Penunjang
a.       Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
b.      Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmoid yang tertutup.
c.       Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar
serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
d.      Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic.

9.  Penatalaksanaan

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan
syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan
fungsi usus kembali normal.

a.       Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi
dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena
seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda -
tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena,
diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk
mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan
mengurangi distensi abdomen.
b.      Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
c.       Operatif          
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan
teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut
ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi: Jika obstruksinya
berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang
dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal sangat
diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedah yang dilakukan
pada obstruksi ileus:
1)      Koreksi sederhana (simple correction).
Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari
jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi
atau pada volvulus ringan.
2)      Tindakan operatif by-pass.
Membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya
pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
3)      Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
4)      Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung
usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma
colon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus,
kadang-kadang dilakukan tindakan operatif  bertahap, baik oleh karena penyakitnya
sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif,
mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan
anastomosis. 

10.   Komplikasi

a.       Nekrosis usus, perforasi usus, dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu
lama pada organ intra abdomen.
b.      Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.
c.       Syok-dehidrasi, terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
d.      Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi, karena absorbsi
toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang
hebat pada intra abdomen.
e.       Pneumonia aspirasi dari proses muntah,
f.       Gangguan elektrolit, karena terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit pada
usus.

Konsep Dasar Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah pada pasien
dengan memberikan pelayanan keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan proses
atau rangkaian pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien
di berbagai tatanan pelayanan kesehatan (Tampubolon, 2020).

Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan suatu dari komponen dari proses keperawatan yaitu suatu
usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari klien meliputi usaha
pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara sistematis, menyeluruh, akurat,
singkat dan berkesinambungan (Nursalam2011)

1) Identitas Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya
hidup.
2) Riwayat Kesehatan
(1) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada umumnya akan
ditemukan klien merasakan nyeri hebat pada abdomennya biasanya terus menerus, nyeri tekan
dan nyeri lepas, abdomen tegang dan kaku
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluhkan anoreksia, demam, takikardia, pucat, kegagalan mengeluarkan feses,
retensi perkemihanMengungkapkan hal- hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji
dengan menggunakan pendekatan PQRST:
P: Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q:Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau terus- menerus (menetap)
R: Di daerah mana gejala dirasakan
S: Keparahan yang dirasakan Klien dengan memakal Skala numeric 1-10
T: Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan keluhan.

(3) Riwayat kesehatan dahulu


Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit pada sistem pencernaan, atau adanya
riwayat operasi pada sistem pencernaan
(4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien.
3) Kehidupan sehari-hari
(1) Nutrisi: nutrisi terganggu karena adanya mual dan muntah
(2) Eliminasi: klien mangalami konstipasi dan tidak bisa BAB karena peristaltic menurun atau
berhenti.
(3) Isitirahat: tidak bisa tidur karena nyeri hebat, kembung dan muntah
(4) Aktivitas: badan lemah dan klien di anjurkan untuk istirahat dengan tirah baring sehingga
terjadi keterbatasan aktivitas
(5) Personal hygiene: klien tidak mampu merawat dirinya
(6) Psikologis: pasien gelisah dan cemas dengan penyakitnya
4) Pemeriksaan fisik
(1) Sistem pernafasan
Peningkatan frekuensi napasnapas meningkat 24 x/menit (takipnea)bentuk dada normal, dada
simetris, sonor (kanan dan kiri), tidak ada wheezing dan tidak ada ronchi.
(2) Sistem kardiovaskuler
pucat, bunyi jantung 1 dan 2 terdengar normal, tidak ada edema
(3) Sistem persarafan
Tidak ada gangguan pada sistem persyaratan
(4) Sistem perkemihan
Adanya kesulitan BAK karena kekurangan cairan
(5) Sistem pencernaan
Distensi abdomen, mual, muntah, bising usus meningkat, lemah atau tidak ada, ketidakmampuan
defekasi dan flatus, perubahan fekal dengan bercampur darah.
6) Sistem muskuloskeletal
Kelelahan, kesulitan ambulansi
(7) Sistem integumen
Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah, pucat
(8) Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
(9) Sistem reproduksi

Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi

Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan
aktual atau potensial serta penyebabnya
Pada pengkajian ini data yang di ambil bukan merupakan data yang spesifik tetapi data yang
bersangkutan dengan intervensi secara umum

1) Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus


2) Kekurangan volume cairan, risiko tinggi terhadap kehilangan banyak melalui rute normal (diare
berat, muntah). 3) Nutrisi, perubahan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorpsi nutrien.
4) Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri (dirasakan atau aktual)
5) Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, iritasi kulit/jaringan 6) Koping, individu tak
efektif berhubungan dengan stressor besar, pengulangan periode waktu.

Intervensi keperawatan
Proses perencanaan meliputi perumusan tujuan dan menentukan intervensi-intervensi yang
tepat. Proses ini dimulai dengan membuat daftar semua masalah pasien dan mencari masukan
dari pasien atau keluarganya tentang penentuan tujuan akhir yang dapat diterima dan dapat
dicapai secara rasional. Pernyataan tujuan akhir harus dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang
dapat

diukur, yang secara objektif menunjukkan perkembangan terhadap pemecahan

masalah yang ditemukan .

a Tujuan dan kriteria hasil

Tujuan dan kriteria hasil dari diagnosa keperawatan hipotermia dengan mengambil luaran
keperawatan termoregulasi menurut Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) (PPNI, 2018c)
adalah:

1) Menggigil menurun (menggigil atau gemetaran pada pasien tidak terlalu keras)

2) Pucat menurun (warna bibir dan wajah tidak pucat)

3) Suhu tubuh membaik (36,5°c-37,5°c)

b. Intervensi

Intervensi yang dapat dirumuskan sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
menurut (PPNI2018) yaitu:

Manajemen Hipotermia

1) Observasi:

a Monitor suhu tubuh

h. Identifikasi penyebab hipotermia (mis. Terpapar suhu lingkungan rendah pakaian tipis,
kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolism,kekurangan lemak subkutan)

c. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (mis. Ilipotermia ringan,takipnea, disatria,
menggigil, hipertensi, diuresis; Hipotermia sedang: aritmia, hipotensi, apatis, koahulopati, reflex
menurun; hipotermia berat:oliguria, reflex menghilangedema paru, asam-basa abnormal)

2) Terapeutik

a) Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan)

b) Ganti pakaian dan/linen yang basah

c) Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut menutup kepala, pakaian tebal)

d) Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis, selimut hangat)

e) Lakukan penghangatan aktif internal (misInfus cairan hangat)


3) Edukasi:

a) Anjurkan makan/minum hangat

4. Implementasi keperawatan

Pada tahap ini, perawat harus melakukan tindakan keperawatan yang ada dalam rencana
keperawatan. Tindakan dan respon pasien tersebut langsung dicatat dalam format tindakan
keperawatan. Dalam format implementasi keperawatan yang harus didokumentasikan adalah
tanggal dilakukannya tindakan, waktu, nomor diagnosis, implementasi dan respon, paraf dan
nama terang perawat (Dinarti, dkk., 2013). Adapun implementasi yang dapat dilakukan sesuai
dengan perencanaan yaitu:

a Memoonitor suhu tubuh

b. Mengidentifikasi penyebab hipotermia

c. Memonitor tanda dan gejala akibat hipotermia

d. Menyediakan lingkungan yang hangat (misAtur suhu ruangan, inkobator

e. Mengganti pakaian dan/linen yang basah

f. Melakukan penghangatan pasif (misSelimut menutup kepala, pakaian tebal)

g Melakukan penghangatan aktif eksternal (misselimut hangat)

h Lakukan penghangatan aktif internal (mis. Infus cairan hangat)

Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosis keperawatan. Evaluasi untuk
setiap diagnosis keperawatan meliputi data subjektif (S), data objektif (O), analisa permasalahan
(A) klien berdasarkan S dan O, serta perencanaan (P) berdasarkan hasil analisa data diatas.
Evaluasi ini juga disebut evaluasi proses. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu
evaluasi formatif atau pernyataan formatif atau biasa juga dikenal sebagai evaluasi proses, yaitu
evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan dilakukan dan yang
kedua yaitu intervensi sumatif atau evaluasi hasil, yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap
tujuan, dengan kata lain bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan kea rah tujuan
atau hasil akhir yang diinginkan (Dinartidkk., 2013)Adapun hasil yang diharapkan yaitu:

a. Menggigil menurun (menggigil atau gemetaran pada pasien tidak terlalu keras)

b. Pucat menurun (warna bibir dan wajah tidak pucat)

c. Suhu tubuh membaik (36,5°c-37,5°c )


Daftar Pustaka (Sumber Reference)

Pasinggi, Yadi., Harsali Lampus, Hebert B. Sapan.2015. Efek Coklat Dalam Mempersingkat Durasi
Ileus Pascaoperasi Pada Laparotomi Karena Apendisitis Perforata. Jurnal Biomedik (JBM), Volume
7, Nomor 3, Suplemen, November 2015, hlm. S29-40:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/10440 Andersson, Thomas.,
Kristofer Bjerså., Kristin Falk., dan Monika Fagevik Olsen.2015. Efek mengunyah permen karet
terhadap ileus pasca operasi setelah pankreatikoduodenektomi - uji coba terkontrol secara acak.
Andersson dkk. Catatan Penelitian BMC (2015) 8:37 http://DOI 10.1186/s13104-015-0996-0
Çelebi, Dilruba, Emel Yılmaz, Semra Tutcu Şahin, dan Hakan Baydur. 2020. "Pengaruh Terapi
Musik selama Kolonoskopi terhadap Nyeri, Kecemasan dan Kenyamanan Pasien: Uji Coba
Terkendali Secara Acak." Terapi Komplementer dalam Praktek Klinis 38 (Desember).
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1744388119306851 Hakeem Leonard,
PhD, MT-BC.2019. Terapi Musik Langsung Selama Rehabilitasi Setelah Artroplasti Lutut Total: Uji
Coba Terkontrol Secara Acak. Universitas Shenandoah, Winchester, VA, AS. Jurnal Terapi Musik,
56(1), 2019, 61-89: doi:10.1093/jmt/thy022 atau
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30770536 dr. Irwan Wirya, M.Kes., dr. Margareth Duma
Sari, M.Kes.2013. Pengaruh Pemberian Masase Punggung Dan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Appendiktomi Di Zaal C Rs Hkbp Balige
Tahun

Anda mungkin juga menyukai