Anda di halaman 1dari 4

Waspada Sextortion, Pemerasan Seksual di Era Siber

Oleh Claristiana Sagita Andani

Sumber gambar : South China Morning Post

Di zaman serba digital saat ini, internet menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan
manusia. Apalagi ditengah masa pandemi COVID-19 saat ini yang mewajibkan masyarakat
untuk melakukan segala aktivitas hariannya seperti bekerja, bersekolah, hingga bersosialisasi
dari rumah. Perkembangan teknologi seperti internet dan media sosial yang kita gunakan
sebagai perantara untuk berkomunikasi satu sama lain ini memang terbukti memudahkan untuk
beraktivitas, namun tak jarang bagai pisau bermata dua, juga bisa berbahaya apabila kita tidak
bijak dalam menggunakannya.

Kejahatan di internet atau akrab disebut cybercrime (kejahatan siber) menjadi suatu
permasalahan baru di era digital masa kini. Sebut saja phising, penipuan online, peretasan situs
dan email pribadi, hingga pemerasan online adalah beberapa jenis cybercrime yang sudah tak
asing di telinga, bahkan bisa saja kita atau orang terdekat pernah menjadi korban. Namun,
pernahkah anda mendengar istilah sextortion?

Sextortion, berasal dari gabungan dua kata ‘sexual’ (seksual) dan ‘extortion’ (pemerasan)
merupakan salah satu jenis tindak kriminal pemerasan online. Dalam Cambridge Dictionary,
sextortion adalah suatu praktik kejahatan yang memaksa seseorang melakukan sesuatu yang
bersifat seksual, dimana si pelaku akan mengancam menyebarluaskan foto-foto pribadi atau
informasi seksual korban. Singkatnya, sextortion merupakan tindakan eksploitasi seksual oleh
pelaku yang menyalahgunakan kekuasaan atau otoritas yang dimiliki untuk memaksakan
tindakan, gambar, atau video seksual dari korban.

Dilansir dari medcom.id, berdasarkan survei Transparency International 2020, kasus


sextortion di Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia. Sungguh mengkhawatirkan,
sebanyak 18 persen warga Indonesia mengaku mengalami atau mengetahui kasus sextortion di
sekitarnya. Maria Ulfa Anshori, Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan) mengungkapkan kekhawatirannya akan kenaifan anak-anak
dan remaja dalam beinteraksi di media sosial saat diwawancarai pada Maret 2021 lalu.
Menurutnya, kurangnya pengetahuan akan teknologi menghadirkan dimensi kekerasan seksual
online, sehingga kasus serupa terus bermunculan dan meningkat pesat.

Setidaknya ada delapan jenis bentuk kekerasan berbasis gender online (KBGO) yang
tercatat di Komnas Perempuan, yakni cyber grooming (pendekatan untuk memperdaya), cyber
harassment (pelecehan online), hacking (peretasan), illegal content (konten ilegal),
infringement of privacy (pelanggaran privasi), malicious distribution (ancaman distribusi
foto/video pribadi), online deflamation (pencemaran nama baik), dan online recruitment
(rekrutmen online). Untuk sextortion sendiri, terdapat 940 kasus yang dilaporkan ke Komnas
Perempuan sepanjang 2020, meningkat pesat dari tahun sebelumnya sebanyak 241 kasus.

Berdasarkan riset Association for Progressive Communication (APC), ada tiga tipe orang
yang paling rentan mengalami KBGO, yaitu :

1. Seseorang yang terlibat dalam hubungan intim


2. Profesional yang sering terlibat dalam ekspresi publik, seperti aktor, musisi, jurnalis,
dan sebagainya.
3. Penyintas dan korban penyerangan fisik.

Dilansir dari awaskbgo.id, berikut adalah beberapa bentuk kejahatan sextortion, yaitu :

1. Penyebaran atau distribusi konten intim non-konsensual dengan memanfaatkan


teknologi digital, seperti melalui kiriman di aplikasi chat, pengiriman email, postingan
di media sosial, dan sebagainya.
2. Ancaman penyebaran konten intim non-konsensual untuk memaksa atau
mengintimidasi korban melakukan hal-hal yang tidak diinginkan korban.
3. Produksi konten intim dilakukan secara non-konsensual. Misalnya direkam secara
diam-diam, dengan paksaan, ataupun dengan memanfaatkan AI seperti deepfake.
4. Pencurian konten intim milik korban yang diduplikasi secara diam-diam oleh pelaku,
atau diambil setelah meretas akun pribadi milik korban.

Lantas, apa yang dapat dilakukan saat menjadi korban sextortion? Jangan panik, lakukan
langkah-langkah berikut.

1. Dokumentasikan semua hal yang terjadi pada diri Anda


Bila memungkinkan, kumpulkan semua bukti sextortion yang dihadapi, misalnya
screenshot percakapan dengan pelaku yang menunjukkan kalimat ancaman,
kumpulkan tautan postingan atau akun media sosial yang digunakan pelaku dalam
melakukan aksinya.

2. Putuskan komunikasi dengan pelaku


Sesegera mungkin tutup semua jalur komunikasi dengan pelaku untuk menghindari
ancaman terus menerus serta mengurangi tingkat kecemasan, seperti blokir akun
pelaku, deaktivasi akun digital untuk sementara, atau menghapus akun secara
permanen. Bila tidak memungkinkan untuk memutus komunikasi dengan pelaku,
jangan menuruti permintaan pelaku dengan mengulur waktu hingga dapat bantuan.

3. Melakukan pemetaan resiko


Bertujuan untuk mengetahui kebutuhan utama sehingga bisa mengupayakan
berbagai hal untuk antisipasi lebih lanjut. Contohnya seperti apa kekhawatiran
utama dalam penyebaran konten intim ini, apa saja informasi yang dimiliki pelaku,
apakah didalam konten intim yang dimiliki pelaku menunjukkan wajah atau
identifikasi diri yang jelas.

4. Melaporkan ke platform digital


Laporkan akun dan postingan yang dibuat pelaku di platform dimana kejahatannya
berlangsung untuk mencegah konten intim tersebar lebih luas.
Jangan lupa untuk segera mencari bantuan. Daftar penyedia layanan dan bantuan
pendampingan bisa dilihat di tautan berikut : https://s.id/penyedia-layanan .

Ingat, bijaklah dalam menggunakan teknologi jangan sampai membahayakan diri


sendiri dan orang terdekat. Apabila anda terjebak menjadi korban pemerasan seksual online,
jangan panik, ikuti langkah-langkah yang telah disebutkan diatas, dan segera cari bantuan agar
anda mendapatkan bantuan pendampingan yang memadai serta para pelaku bisa segera
mendapat ganjarannya sehingga kasus serupa tidak terulang di masa mendatang.

Daftar Pustaka

SAFEnet. (2019). Memahami dan Menyikapi Kekerasan Berbasis Gender Online: Sebuah
Panduan. Southeast Asia Freedom of Expression Network, 20. https://id.safenet.or.id/wp-
content/uploads/2019/11/Panduan-KBGO-v2.pdf

Kusuma, E. (2020). (Diamcam) konten Intim Disebar) Aku Harus Bagaimana ? Panduan Sigap
Hadapi Penyebaran Konten Intim Non Konsensual. South East Asia Freedom of
Expression Network. https://awaskbgo.id/wp-content/uploads/2020/11/Panduan-NCII-1-
v2.pdf

Puspahadini, M. (2021, August 26). Survei Pemerasan Seksual di Indonesia


Mengkhawatirkan: Nomor 1 dari 17 Negara Asia - Medcom.id.
https://www.medcom.id/nasional/hukum/ob3eyoyK-survei-pemerasan-seksual-di-
indonesia-mengkhawatirkan-nomor-1-dari-17-negara-asia

Pradipta, K. A. (2021, June 29). Korban Ancaman Sextortion? Ikuti Langkah-Langkah Ini -
Grafis Tempo.co. https://grafis.tempo.co/read/2718/korban-ancaman-sextortion-ikuti-
langkah-langkah-ini

Anda mungkin juga menyukai