Di zaman serba digital saat ini, internet menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan
manusia. Apalagi ditengah masa pandemi COVID-19 saat ini yang mewajibkan masyarakat
untuk melakukan segala aktivitas hariannya seperti bekerja, bersekolah, hingga bersosialisasi
dari rumah. Perkembangan teknologi seperti internet dan media sosial yang kita gunakan
sebagai perantara untuk berkomunikasi satu sama lain ini memang terbukti memudahkan untuk
beraktivitas, namun tak jarang bagai pisau bermata dua, juga bisa berbahaya apabila kita tidak
bijak dalam menggunakannya.
Kejahatan di internet atau akrab disebut cybercrime (kejahatan siber) menjadi suatu
permasalahan baru di era digital masa kini. Sebut saja phising, penipuan online, peretasan situs
dan email pribadi, hingga pemerasan online adalah beberapa jenis cybercrime yang sudah tak
asing di telinga, bahkan bisa saja kita atau orang terdekat pernah menjadi korban. Namun,
pernahkah anda mendengar istilah sextortion?
Sextortion, berasal dari gabungan dua kata ‘sexual’ (seksual) dan ‘extortion’ (pemerasan)
merupakan salah satu jenis tindak kriminal pemerasan online. Dalam Cambridge Dictionary,
sextortion adalah suatu praktik kejahatan yang memaksa seseorang melakukan sesuatu yang
bersifat seksual, dimana si pelaku akan mengancam menyebarluaskan foto-foto pribadi atau
informasi seksual korban. Singkatnya, sextortion merupakan tindakan eksploitasi seksual oleh
pelaku yang menyalahgunakan kekuasaan atau otoritas yang dimiliki untuk memaksakan
tindakan, gambar, atau video seksual dari korban.
Setidaknya ada delapan jenis bentuk kekerasan berbasis gender online (KBGO) yang
tercatat di Komnas Perempuan, yakni cyber grooming (pendekatan untuk memperdaya), cyber
harassment (pelecehan online), hacking (peretasan), illegal content (konten ilegal),
infringement of privacy (pelanggaran privasi), malicious distribution (ancaman distribusi
foto/video pribadi), online deflamation (pencemaran nama baik), dan online recruitment
(rekrutmen online). Untuk sextortion sendiri, terdapat 940 kasus yang dilaporkan ke Komnas
Perempuan sepanjang 2020, meningkat pesat dari tahun sebelumnya sebanyak 241 kasus.
Berdasarkan riset Association for Progressive Communication (APC), ada tiga tipe orang
yang paling rentan mengalami KBGO, yaitu :
Dilansir dari awaskbgo.id, berikut adalah beberapa bentuk kejahatan sextortion, yaitu :
Lantas, apa yang dapat dilakukan saat menjadi korban sextortion? Jangan panik, lakukan
langkah-langkah berikut.
Daftar Pustaka
SAFEnet. (2019). Memahami dan Menyikapi Kekerasan Berbasis Gender Online: Sebuah
Panduan. Southeast Asia Freedom of Expression Network, 20. https://id.safenet.or.id/wp-
content/uploads/2019/11/Panduan-KBGO-v2.pdf
Kusuma, E. (2020). (Diamcam) konten Intim Disebar) Aku Harus Bagaimana ? Panduan Sigap
Hadapi Penyebaran Konten Intim Non Konsensual. South East Asia Freedom of
Expression Network. https://awaskbgo.id/wp-content/uploads/2020/11/Panduan-NCII-1-
v2.pdf
Pradipta, K. A. (2021, June 29). Korban Ancaman Sextortion? Ikuti Langkah-Langkah Ini -
Grafis Tempo.co. https://grafis.tempo.co/read/2718/korban-ancaman-sextortion-ikuti-
langkah-langkah-ini