Anda di halaman 1dari 1

Pendahuluan

Di zaman modern yang serba digital dan canggih ini perkembangan teknologi dan informasi
semakin berkembang pesat. Masyarakat tidak dapat menghindari penggunaan media sosial di
kesehariannya. Dengan adanya media sosial inilah masyarakat dapat membagikan pengalaman yang
dialaminya dan juga terdapat sebuah kolom untuk berkomentar. Seiring berjalannya waktu, beragam
jenis media sosial bermunculan. Contohnya Instagram, Facebook, Twitter, ask.fm, dan Secreto.

Secreto menjadi tren sekitar tahun 2018 hingga sekarang dimana penggunanya memasang
link dari akun secreto mereka pada profil media sosial lainnya seperti Instagram dan Twitter. Secreto
sendiri mirip dengan ask.fm dan Sarahah. Merupakan platform yang dapat digunakan untuk
menerima dan mengirim pesan kepada akun secreto lain secara anonim atau identitas yang tidak
diketahui. Karena fitur anonim yang diberikan inilah maka bermunculan pesan-pesan yang
berdampak positif hingga negatif dari pengirim anonim tersebut bagi para penggunanya. Fitur
anonim ini jugalah yang memicu adanya tindakan menebar kebencian atau cyberbullying oleh orang-
orang yang tidak bertanggungjawab. Tentunya para pelaku akan bebas melakukan hal tersebut
karena mereka berpikir bahwa pemilik akun tidak akan tahu siapa yang mengirim. Dalam jurnal
berjudul "Perundungan Maya (Cyberbullying) Pada Remaja Awal" tahun 2012 menemukan 72%
korban perundungan menyampaikan bahwa mereka mengalami perundungan dari pelaku dengan
identitas anonim.

Cyberbullying merupakan perbuatan disengaja seperti menyakiti, mengancam, mengintimidasi


yang terjadi di dunia maya dan pada umumnya dapat ditemui di berbagai media sosial. Menurut
Willard (2005), cyberbullying merupakan kegiatan mengirim atau mengunggah materi yang
berbahaya atau melakukan agresi sosial dengan menggunakan internet dan teknologi lainnya.
Bentuk dari cyberbullying ini dapat berupa hinaan, ejekan, dan cacian. Cyberbullying atau kekerasan
di dunia maya ternyata lebih menyakitkan jika dibandingkan dengan kekerasan secara fisik. Siapa
pun memiliki potensi menjadi pelaku maupun korban cyberbullying (Haryati, 2014:58).

Cyberbullying pada umumnya sama dengan bullying yang juga menyerang fisik serta psikis dari
orang yang di bully. Hanya yang membedakan dari dua hal tersebut adalah tempat melakukannya,
bullying dilakukan di dunia nyata dan tidak ada perantara apapun sedangkan cyberbullying dilakukan
melalui perantara media elektronik dan media sosial. Polda Metro Jaya, menyebutkan bahwa
setidaknya ada 25 kasus cyberbullying yang dilaporkan setiap harinya. Data tahun 2018 dari Komisi
Perlindungan Anak Indonesia menyebutkan jumlah angka anak korban bullying mencapai 22,4%.

Berdasarkan uraian di atas, penulis memiliki suatu gagasan untuk memberikan edukasi
kepada para pengguna akun secreto, untuk menghindari cyberbullying atau dapat disebut juga
dengan anti-cyberbullying. Dengan adanya program ini, diharapkan dapat memberantas krisis moral
dalam masyarakat. Jika tindakan cyberbullying dibiarkan terus menerus maka akan berdampak pada
psikis seseorang, kekerasan simbolik dari tindakan cyberbullying ini merupakan hal yang menakutkan
bagi tiap individu. Cyberbullying harus ditindak lanjuti dengan memberikan edukasi kepada para
pengguna media sosial dan internet supaya mereka dapat menggunakan fitur-fitur tersebut dengan
bijaksana dan bertanggungjawab.

Willard, N. (2005). Cyberbullying and Cyberthreats. Washington: U.S. Departement of Education

Anda mungkin juga menyukai