Anda di halaman 1dari 5

Apa itu Cyber Bullying?

Intimidasi dunia maya atau penindasan dunia maya (bahasa Inggris: cyberbullying) adalah segala
bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia
maya atau internet. Intimidasi dunia maya adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek,
dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi
digital atau telepon seluler. (wikipedia)

Media Sosial yang paling umum digunakan untuk melakukan perundungan di Internet (Cyber
Bullying)?
Instagram menjadi media sosial yang paling umum digunakan untuk melakukan
perisakan/perundungan di internet, alias cyber-bullying. Setidaknya begitu menurut hasil survei dari
lembaga donasi anti-bullying, Ditch The Label.
Cyber-bullyng yang dimaksud dalam hal ini mencakup komentar negatif pada postingan tertentu,
pesan personal tak bersahabat, serta menyebarkan postingan atau profil akun media sosial tertentu
dengan mengolok-olok.
Tak kurang dari 10.000 remaja berusia 12 hingga 20 tahun yang berdomisili di Inggris dijadikan
sebagai sumber survei. Hasil survei menunjukkan, lebih dari 42 persen korban cyber-bullying
mengaku mendapatkannya di Instagram, sebagaimana dilaporkan Mashable dan dihimpun
KompasTekno, Jumat (21/7/2017).
Sementara itu, 37 persen korban cyber-bullying mengaku mengalami perisakan/perundungan via
Facebook, dan 31 persen di Snapchat. Survey ini menunjukkan pergeseran platform untuk melakukan
perundungan.

10 bentuk cyberbullying yang marak di Internet, seperti dirangkum oleh Kaspersky Lab:
1. Exclusion alias pengucilan
Ini bisa terjadi dalam berbagai cara. Intinya, si korban dikucilkan dari pergaulan online, kelompok atau
grup di media sosial, hanya karena tak punya gadget terbaru, misalnya.
2. Pelecehan
Bentuknya adalah pengiriman pesan-pesan penuh pelecehan (bernada seksual atau lainnya) kepada si
korban atau kelompok/grup. Ini bentuk bullying yang sangat berdampak pada kesehatan mental si
korban.
3. Outing
Ini adalah tindakan mempermalukan si korban secara aktif di muka umum, seperti di grup chat, forum,
di media sosial, atau dikirimkan kepada korban langsung. Kamu harus tahu, membacakan keras-keras
pesan pribadi seseorang yang ada di ponsel/tablet korban di muka umum, itu termasuk outing lho.
4. Cyberstalking
Penguntit tipe ini sangat berbahaya. Penguntit akan mengintip dan mengikuti seluruh aktivitas online
korbannya, di email maupun media sosial. Orang dewasa yang mengincar korban anak-anak untuk
tujuan pelecehan seksual, juga melakukan tindakan seperti ini.
5. Fraping
Ini adalah tindakan mencuri masuk ke akun media sosial korban dan mem-posting konten tak pantas,
seakan-akan si korban yang melakukan. Ingatlah, apapun yang di-posting di Internet, tidak akan
pernah benar-benar hilang, meski kamu sudah menghapusnya.
6. Profil palsu
Biasanya diciptakan seseorang yang menyembunyikan identitasnya dengan tujuan mem-bully
korbannya. Pelaku biasanya juga menggunakan akun atau email orang lain untuk melakukannya.
7. Dissing
Ini adalah pengiriman informasi yang buruk sekali mengenai korban untuk merusak reputasi dan
persahabatan. Termasuk pengiriman foto hasil editing, screenshot, atau video secara online.
8. Trickery
Pelaku trickery memanfaatkan kepercayaan korban sampai korban menceritakan hal-hal rahasia lalu
mem-posting ke dunia maya. Pelaku akan berteman dengan korban, merebut kepercayaannya, sebelum
mengirimkan informasi rahasia itu ke publik.
9. Trolling
Trolling artinya, mem-posting tulisan atau pesan menghasut tentang korban, dan seringkali tidak
relevan dengan topik yang dibicarakan di komunitas online seperti forum, chatting, blog, atau
juga media sosial. Tujuan dari trolling ini adalah memprovokasi dan memancing emosi para pengguna
Internet lainnya terhadap korban.
10. Catfishing
Catfishing adalah tindakan pencurian informasi pribadi secara online lalu menciptakan ulang profil
media sosial si korban untuk tujuan penipuan atau merusak reputasi korbannya.

Cara ampuh melawan cyber bullying di medsos:


1. Jangan Respon
Anda tidak perlu merespon komentar yang bersifat intimidatif, yang mencaci, mengejek, menghina
dan juga mencela. Jika Anda bereaksi, pelaku bullying akan puas dan akan terus-menerus melakukan
hal ini.
2. Jangan Balas Dendam
Ibarat kalimat 'masuk kuping kiri, keluar kuping kanan', Anda tidak perlu membalas dendam atas
tindakan yang Anda terima. Jika Anda membalas secara terang-terangan, pelaku bullying akan terus
mencari 'sekutu' pem-bully yang baru.
3. Simpan Bukti Bullying
Lebih baik bagi Anda untuk meng-capture bukti bullying yang dilakukan di media sosial Anda, baik
itu berupa pesan, foto atau komentar agar bisa ditunjukkan ke pihak yang berwenang.
4. Temukan Pihak Berwajib
Jika aksi cyber bullying terus berlangsung, kini saatnya Anda untuk melaporkan ke pihak berwajib.
Seperti pengelola medsos, guru, orangtua, kerabat dekat.
Selain langkah-langkah di atas, Anda juga harus menjaga keamanan akun medsos Anda.
Jangan tulis informasi personal Anda begitu detail di medsos, seperti alamat dan nomor ponsel.

Mengapa Cyber Bullying Terjadi?


Tidak ada alasan yang jelas mengapa seseorang diluar sana bisa mem-bully orang lain yang mereka
sendiri tidak kenal (bahkan tidak pernah bertemu sekalipun), beberapa sebab yang paling logis adalah:
1. Ikut-ikutan (crowd effect)
Cyber bullying yang terjadi kebanyakan disebabkan oleh tren atau sekedar ikut-ikutan saja. Seperti
membuat meme yang sedang ngetren, orang-orang bahkan tidak tau asal-muasal kejadian tersebut
tetapi mereka hanya ingin terlibat dalam euforia tren tersebut.
2. Iseng ga ada kerjaan
Ciri-ciri orang yang membully di sosial media atau media online ini pastinya orang-orang yang
memang ga ada kerjaan dan kesibukan lain, sehingga menghabiskan waktunya untuk menjelek-
jelekkan orang lain di internet.
3. Marah/sakit hati/sensi/dendam/iri
Karena nila setitik rusak susu sebelanga. Satu kesalahan kecil bisa merusak semua kebaikan yang telah
kita lakukan, khususnya di dunia online apapun mudah sekali tersebar dengan cepat.

Cara guru dalam mengatasi bullying pada siswa yaitu:


(a) Memanggil siswanya
(b) Meminta siswa menceritakan apa yang terjadi
(c) Memberi nasehat
(d) Memberikan sanksi atau hukuman.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Coloroso (2007: 202) mengemukakan
beberapa hal yang bisa dilakukan dalam mengatasi tindakan bullying, antara lain:
(a) segera tangani dengan disiplin,
(b) ciptakan kesempatan untuk berbuat baik,
(c) tumbuhkan empati,
(d) ajari keterampilan berteman,
(e) pantaulah dengan cermat acara televisi yang ditonton,
(f) libatkan siswa dalam kegiatan konstruktif, menghibur, dan menggairahkan,
(g) ajari siswa untuk beritikad baik.

Hambatan yang dialami guru kelas dalam menangani kasus bullying.


Hambatan yang dialami guru kelas bawah ini diantaranya:
(a) Mudahnya siswa mengulangi perilaku bullying.
(b) Orang tua siswa yang selalu merasa anaknya benar.
(c) Peran aktif orang tua siswa yang masih kurang.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lingga Margiyanto Putro (2016).
Hambatan yang dialami guru dalam menangani kasus bullying pada siswa adalah:
1)Siswa menjadi semakin melawan atau marah ketika guru bertindak lebih tegas terhadap perilaku
siswa.
2) Keberadaan orang tua siswa yang selalu merasa anaknya benar.
3) Latar belakang keluarga siswa dengan cara mendidiknya.
4)Peran aktif orang tua siswa yang masih kurang.
5)Mudahnya siswa mengulangi perilaku bullying.

7 tips untuk mencegah dan menghentikan cyberbullying:


1. Jangan merespon. Para pelaku bullying selalu menunggu-nunggu reaksi korban. Untuk itu, jangan
terpancing untuk merespon aksi pelaku agar mereka tidak lantas merasa diperhatikan.
2. Jangan membalas aksi pelaku. Membalas apa yang dilakukan pelaku cyberbullying akan membuat
Anda ikut menjadi pelaku dan makin menyuburkan aksi tak menyenangkan ini.
3. Adukan pada orang yang dipercaya. Jika anak-anak yang menjadi korban, mereka harus melapor
pada orang tua, guru, atau tenaga konseling di sekolah. Selain mengamankan korban, tindakan ini
akan membantu memperbaiki sikap mental pelaku.
4. Simpan semua bukti. Oleh karena aksi ini berlangsung di media digital, korban akan lebih mudah
meng-capture, lalu menyimpan pesan, gambar atau materi pengganggu lainnya yang dikirim
pelaku, untuk kemudian menjadikannya sebagai barang bukti saat melapor ke pihak-pihak yang
bisa membantu.
5. Segera blokir aksi pelaku. Jika materi-materi pengganggu muncul dalam bentuk pesan instan, teks,
atau komentar profil, gunakan tool preferences/privasi untuk memblok pelaku. Jika terjadi saat
chatting, segera tinggalkan chatroom.
6. Selalu berperilaku sopan di dunia maya. Perilaku buruk yang dilakukan, seperti membicarakan
orang lain, bergosip, atau memfitnah, akan meningkatkan risiko seseorang menjadi korban
cyberbullying.
7. Jadilah teman, jangan hanya diam. Ikut meneruskan pesan fitnah atau hanya diam dan tidak
berbuat apa-apa akan menyuburkan aksi bullying dan menyakiti perasaan korban. Suruh pelaku
menghentikan aksinya, atau jika pelaku tidak diketahui bantu korban menenangkan diri dan
laporkan kasus tersebut ke pihak berwenang.

Perilaku bully tersebut menimbulkan banyak efek negatif bagi korban, di antaranya:
 Mengalami gangguan mental, seperti depresi, rendah diri, cemas, sulit tidur nyenyak, ingin
menyakiti diri sendiri, atau bahkan keinginan untuk bunuh diri.
 Menjadi pengguna obat-obatan terlarang.
 Prestasi akademik menurun. Efek ini mungkin bisa terjadi karena korban takut pergi ke sekolah
sehingga berdampak kepada kegiatan belajar.
 Ikut melakukan kekerasan atau melakukan balas dendam.

Masalah cyberbullying, Indonesia telah memiliki peraturan perundang-undangan yang cukup


untuk menindak tindak pidana cyberbullying ini, salah satunya Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Sebagai orang tua atau pendidik, tindakan bullying seringkali kita anggap sebagai perilaku
normal dari anak-anak sehingga tanpa disadari kita memberi toleransi pada sikap-sikap yang
mengarah kepada tindakan mem-bully. Memberi label pada teman (si jangkung, si pendek, si
bodoh, si pintar) adalah salah satu contohnya. Jika kita berhadapan dengan situasi tersebut, kita tidak
boleh diam saja. Kita perlu menjelaskan bahwa ada konsekuensi negatif dari perbuatan mereka. Jika
seorang anak tidak diajarkan bertanggungjawab untuk kesalahan yang kecil, maka di
kemudian hari ia harus menanggung konsekuensi yang lebih besar.

Bagaimanapun, bullying masih dapat kita cegah dan dapat kita hentikan dengan menjaga komunikasi
yang baik dengan anak-anak.
Dengan menciptakan waktu untuk berkomunikasi, kita dapat mengenali potensi timbulnya
suatu masalah dan membantu anak dalam menghadapai permasalahan yang dihadapinya.

Berkomunikasilah dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh anak. Ajar anak-anak untuk dapat
merasakan apa yang orang lain rasakan (put him/herself in someone else's shoes). Prioritaskan waktu
untuk berkomunikasi dengan anak setiap hari. Lakukan hal ini secara personal sehingga anak Anda
merasa memiliki orang tuanya, terutama jika Anda dan pasangan sama-sama bekerja.

Anda mungkin juga menyukai