Anda di halaman 1dari 13

KEJAHATAN CYBER BULLYING

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

DOSEN PENGAJAR:
Dr. Farida Arinie, ST, MT

Disusun :
Nama : Randhi Eka Pratama
No.absen : 015
Nim : 2331130012
Kelas : 1C
Prodi : D-III Teknik Telekomunikasi

Jurusan Teknik Elektro


Prodi D-III Teknik Telekomunikasi
Politeknik Negeri Malang
2023

1
Kata Pengantar

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan selalu kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas Rahmat, Taufiq, dan Hidayah yang sudah diberikan sehingga
kami bisa menyelesaikan modul panduan yang berjudul “Kejahatan Cyber
Bullying” dengan tepat waktu. Tujuan dari penulisan modul ini tidak lain
adalah untuk membantu para masyarakat di dalam memahami seperti apa
Cyber Bullying yang ada di sosial media dan juga dunia digital, sehingga
harapannya masyarakat bisa mendapatkan informasi mengenai etika dalam
dunia digital.

Modul ini juga akan memberikan informasi secara lengkap mengenai


pengertian, macam, tujuan, dan banyak contoh dari Cyber bullying yang
pernah terjadi dan juga cara untuk terhindar dari cyber bullying.

Kami juga sadar bahwa modul yang kami buat masih tidak belum bisa
dikatakan sempurna. Maka dari itu, kami meminta dukungan dan masukan
dari para pembaca, agar kedepannya kami bisa lebih baik lagi di dalam menulis
sebuah modul.

Jakarta, 20 November 2022

Penyusun

2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bullying merupakan suatu tindakan untuk menyakiti orang lain dan
menyebabkan seseorang menderita dan mengganggu ketenangan seseorang. Tindakan
penculikan, penganiayaan bahkan intimidasi atau ancaman halus bukanlah sekedar
masalah kekerasan biasa, tindakan ini disebut bullying karena tindakan ini sudah
bertahun-tahun dilakukan secara berulang, bersifat regeneratif, menjadi kebiasaan
atau tradisi yang mengancam jiwa korban.
Korban yang di-bully biasanya anak yang pendiam dan anak yang susah bergaul
dengan teman di sekitarnya. Bullying terjadi karena adanya beberapa faktor penyebab
yaitu, perbedaan ekonomi, agama, gender, tradisi dan kebiasan senior untuk
menghukum yunior-nya yang sering terjadi.
Adanya perasaan dendam atau iri hati, adanya semangat untuk menguasai
korban dengan kekuatan fisik dan daya tarik seksual. Selain itu, pelaku melakukan
bullying untuk meningkatkan popularitasnya dikalangan teman sepermainnya
(peergroup).
Sedangkan anak yang menjadi pelaku bullying cenderung memiliki
permasalahan dengan keluarganya, misalnya orangtua yang sering menghukum
anaknya secara berlebihan dan anak tersebut akan mempelajari dan meniru perilaku
bullying ketika mengamati konflik- konflik yang terjadi pada orangtua 2 mereka,
kemudian menirukan-nya kepada teman-temannya. Bullying bisa terjadi karena
adanya tradisi senioritas seperti senior yang lebih menguasai lingkungan di sekolah
maupun tempat bermain. Jika senior berkata atau bertindak, maka yunior hanya dapat
menuruti serta mengikuiti peraturan tersebut
B. Rumusan Masalah

a. Pengertian Bullying

b. Fakta Bullying

c. Peran-peran dalam Peristiwa Bullying

d. Jenis-jenis Bullying

3
e. Karakteristik Bully dan Victim Bullying

C. Tujuan Penulisan
Tujuan kami menyusun makalah ini yaitu :
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
b. Memberi tambahan informasi kepada pembaca seluk beluk mengenai
Bullying
c. Dampak berbuatan Bullying

4
BAB II PEMBAHASAN

Internet telah mempengaruhi pola hidup manusia atau masyarakat, ternyata ada masalah
serius yang dihadapi oleh masyarakat berkenaan dengan maraknya Internet. Masalah itu
adalah masalah hukum. Akan tetapi, masalah hukum di dunia virtual tersebut belum banyak
mendapat perhatian otoritas dan pengguna Internet karena pemahaman yang masih dangkal
mengenai aspek-aspek hukum dari Internet atau dari transaksi yang dilakukan dengan
menggunakan sarana Internet. Semua perbuatan hukum di dunia virtual, yang dilakukan
oleh manusia-manusia yang berada di dunia nyata. Perbuatan-perbuatan hukum tersebut
dilakukan menggunakan media atau sarana Internet (yaitu menggunakan komputer yang
berada di dunia nyata). Jasmani manusia yang melakukan perbuatan-perbuatan hukum
tersebut tidak berada dan tidak hidup di dunia virtual.

Hanya sekadar berkhayal, mungkin saja kelak teknologi akan benar-benar dapat
menciptakan makhluk-makhluk maya, yaitu manusia-manusia maya dan binatang-binatang
maya, sebagaimana yang sering kita lihat di film-film, dan manusia-manusia maya ini yang
nantinya melakukan sendiri perbuatan- perbuatan hukum itu tanpa perintah dan kendali
manusia yang berada di dunia nyata. Perkembangan yang pesat dalam pemanfaatan jasa
internet tersebut ternyata menimbulkan dampak negatif lain, ialah dalam bentuk perbuatan
kejahatan dari pelanggaran, yang kemudian muncul istilah cybercrime, yang merupakan
perkembangan lebih lanjut dari computer crime.

1. Pengertian Bullying
Bullying adalah pengalaman yang terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh
tindakan orang lain dan takut apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi, sedangkan
victim merasa tidak berdaya untuk mencegah perilaku bullying yang dialami. Sejumlah
besar penelitian telah dilakukan pada bullying tradisional. Bullying didefinisikan sebagai
perilaku agresif atau 'kerusakan' yang sengaja dilakukan oleh satu orang atau kelompok,
dilakukan dengan cara berulang dan melibatkan perbedaan kekuatan dan kekuasaan.

5
(Nansel, Overpeck, Pilla et al., 2001; Hinduja & Patchin, 2010). Bullying adalah perilaku
menyakiti orang lain dengan cara menyakit mental dan juga fisik, menggertak yang
dilakukan oleh individu atau kelompok secara berulang dengan hubungan kekuasaan yang
tidak setara antara bully dan victim (Roland & Vaaland, 2006).
Selain itu Roland & Vaaland (2006) juga menjelaskan bahwa bullying merupakan pelecehan
mental atau fisik victim, yang dilakukan oleh siswa atau kelompok siswa. Bullying
diasumsikan sebagai hubungan kekuasaan yang tidak setara antara bully dengan victim, dan
episode kejadiannya terus berulang dari waktu ke waktu
Menurut Tattum dan Tattum (Widayanti & Siswati, 2009) bullying adalah “the willful,
conscious desire to hurt another and put him/her under stress”. Berdasarkan pendapat
tersebut dapat dipahami bahwa bullying adalah hasrat untuk menyakiti individu lain yang
dilakukan secara sadar dan membuat individu tersebut merasa tertekan. Bully merasa
bahagia jika victim merasa takut dan tertekan sehingga bullying akan dilanjutkan.
"Bullying" sering didefinisikan sebagai agresif, disengaja tindakan atau perilaku yang
dilakukan oleh kelompok atau individu berulang kali dan seiring waktu melawan korban
yang tidak bisa dengan mudah membela diri (Whitney & Smith, 1993; Olweus, 1999;
Slonje, & Smith, 2008).

2. Fakta Bullying
Bandura (O'connell, et al, 1999) diidentifikasi tiga kondisi yang mempengaruhi
kemungkinan pemodelan.
1. Anak-anak lebih mungkin meniru model ketika model adalah nyata yang kuat.
2. Model dihargai dari pada dihukum karena perilaku itu dan model tersebut memiliki
karakteristik yang sama dengan anak.
3. Dalam kasus bullying kondisi ini sering hadir. Orang-orang yang hadir saat melakukan
episode bullying memiliki kesempatan untuk mengamati sosok yang kuat (bully).

Field (2007) menyatakan bahwa ada beberapa fakta tentang


bullying. Berikut beberapa fakta tentang bullying:
1. Bullying melibatkan pelecehan psikologis, emosional, sosial atau fisik.
2. Ciri yang krusial adalah persepsi: victim terasa tidak berdaya.

6
3. Masalah kritis adalah tingkat kerusakan yang terjadi pada
victim.
4. Sekitar satu dari lima siswa diganggu secara teratur dan sekitar satu di antara lima victim
adalah bully secara teratur.
Olweus (Ttofi, & Farrington, 2011). Menyatakan bahwa jika tidak melibatkan perbedaan
kekuatan itu bukan bullying ketika dua orang dari kekuatan yang sama (fisik, psikologis,
atau verbal) saling mengorbankan satu sama lain.

3. Tempat Terjadi Bullying


Field (2007) mengidentifikasi tempat-tempat di mana terjadi
bullying
1. Di sekolah mana pun, miskin atau kaya, pribadi atau negara, dunia pendidikan atau
sekolah satu jenis kelamin, kecil atau besar, agama atau non-agama, konservatif,
sekolah tradisional atau progresif, hari atau asrama.
2. Di sekolah: di ruang kelas, taman bermain, kantin, toilet, loker, fasilitas olahraga,
ruang ganti, koridor terisolasi, kamp sekolah.
3. Di luar sekolah: bepergian ke dan dari sekolah, di penitipan setelah program sekolah,
taman bermain, pusat perbelanjaan.
4. Di dunia maya: pesan teks, email, ruang obrolan Internet dan situs web, papan buletin,
foto digital.

Ybarra, et al, (2007) menyatakan bahwa sedikit yang diketahui tentang berapa banyak
bullying pengalaman remaja baik online maupun di sekolah. Meskipun demikian, orang
tua sering menghubungi pejabat sekolah yang menuntut intervensi itu terjadi jika anak
mereka dibullying oleh siswa lain secara online. Ini menantang, karena bullying sering
terjadi di luar sekolah dan di luar waktu sekolah. Penelitian sebelumnya menunjukkan
kemungkinan tumpang tindih. Target cyberbullying lebih mungkin menjadi victim dalam
lingkungan tatap muka oleh teman sebaya.
Kowalski et al. (Mishna & Solomon, 2009) Alat komunikasi elektronik sedang
memindahkan diskusi tentang bullying ke dunia elektronik jalan raya informasi. Mirip
dengan bullying tradisional, cyberbullying, juga dikenal sebagai penindasan elektronik

7
atau kekejaman sosial online.
4. Peran-peran dalam Peristiwa Bullying
Bullying yang terjadi merupakan proses komunikasi antar individu. Proses komunikasi
yang cenderung kurang baik sehingga terjadi bullying. Bullying yang dilakukan oleh
individu atau kelompok, masing-masing individu yang terlibat memiliki peran atau
sebutan tersendiri. Hymel dkk, (2009) menyatakan bahwa bullying memiliki tingkat
yang sangat bervariasi di setiap negara. Sekitar 9% sampai 73% dari remaja dan anak-
anak melaporkan bahwa mereka telah mem-bully remaja dan anak-anak lain dan 2%
sampai 36% dari remaja dan anak-anak mengatakan bahwa mereka adalah victim.

Menurut Rigby (2007) terdapat peran-peran dalam peristiwa


bullying, yaitu:
a. Bully adalah anak yang dikategorikan sebagai pelaku dan pemimpin. Berinisiatif
dan aktif terlibat dalam peristiwa bullying sebagai pelaku.
b. Assistance Bully adalah anak yang juga terlibat aktif dalam peristiwa bullying,
namun cenderung bergantung atau mengikuti perintah bully.
c. Reinforcer adalah anak yang ada ketika peristiwa bullying, ikut menyaksikan,
mentertawakan victim, memprovokasi bully, mengajak anak lain untuk menonton
dan sebagainya.
d. Victim adalah anak yang menjadi victim atau anak yang di-bully.
e. Defender adalah anak yang berusaha membela dan membantu victim., sringkali
defender akhirnya menjadi victim juga.
f. Outsider adalah anak yang tahu terjadi bullying, namun tidak melakukan apapun

8
seolah-olah tidak peduli.

5. Jenis-jenis Bullying
Jenis bullying dapat berupa tindakan fisik dan verbal yang dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. Menurut Field (2007) terdapat empat jenis bullying, yaitu (1)
bullying fisik (memukul, menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi,
dan merusak serta menghancurkan barangbarang milik victim); (2) bullying verbal (julukan
nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan yang bernuansa
ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengbullying
, tuduhan-tuduhan yang tidak benar kasakkusuk yang keji dan keliru, gosip dan lain-lain), dan
(3) bullying secara psikologis (pengabaian, pengucilan atau penghindaran).
Peneliti awal terutama berfokus pada fisik dan verbal agresi yang menandai interaksi
bullying. Para peneliti tahun 1990-an mengakui bahwa bentuk-bentuk lain yang lebih halus
agresi juga digunakan, seperti agresi relasional, dicirikan oleh upaya atau ancaman terhadap
kerusakan hubungan (Crick & Grotpeter, 1996; Dooley et al et al, 2009). Agresi relasional
terdiri dari perilaku halus (misalnya, bergosip) yang lebih sering diamati pada wanita (Coyne,
Archer, & Eslea, 2006; Dooley et al et al, 2009). Underwood (Dooley et al et al, 2009) juga
dijelaskan agresi sosial, yang merupakan bentuk agresi yang lebih luas dari agresi relasional,
di mana banyak taktik digunakan dalam upaya untuk menghancurkan

semua jenis relasi sosial tionships serta harga diri seseorang dan status sosial.
Jenis-jenis bullying merutut Field (2007) Ada empat jenis utama bullying: menggoda,
mengucilkan, bullying fisik dan gangguan.

1. Menggoda.
Menggoda adalah kekerasan verbal. Ini adalah bentuk yang paling berbahaya dan bullying
tahan lama. Bentuk menggoda yang paling umum terkait dengan penampilan, seksualitas dan
persetujuan sosial. Sebuah kata yang dianggap normal di satu sekolah (atau negara) mungkin
benar-benar buruk di negara lain. Meskipun kata- kata bervariasi, itu adalah maksud, audiens
dan konteks sosial yang membahayakan victim. Menggoda itu menyakitkan karena cara,
kejut, nada, ekspresi wajah, dan ekspresi bully pengulangan yang rutin. Jenis utama
menggoda adalah:
a. Nama panggilan
b. Melecehkan, berteriak, menghina atau mengomel
c. Tuntutan atau ancaman verbal
d. Membuat Suara Ketika Victim Berjalan Lewat, dan
e. Penyalahgunaan telepon, catatan buruk, Internet, email, SMS, dan SMS dan bentuk
elektronik lainnya.

2. Pengucilan
Pengucilan ‘Pengecualian’ atau ‘hubungan’ didasarkan pada manipulasi sosial, dan dapat
terjadi secara terbuka - ‘Anda tidak bisa duduk bersama kami” serta melibatkan tindakan tidak
secara langsung, halus, perilaku rahasia atau bahasa tubuh nonverbal oleh bully dan lainnya.
Bully dapat memanipulasi kelompok tanpa keterlibatan langsungnya, dengan menggunakan

9
struktur sosial untuk menyerang victim.

Tujuan pengecualian adalah untuk menciptakan identitas kelompok yang menjadi mekanisme
kontrol yang kuat. Setiap anggota kelompok tahu bahwa jika dia mencoba untuk melindungi
victim, dia mungkin berikutnya. Ketika seorang bully, maka kehadiran guru tidak relevan -
bully mungkin cukup untuk menakut- nakuti victim. Pengecualian meliputi:
a. Berpura-pura ramah terhadap victim dan kemudian secara sporadis berubah melawannya
b. Saat victim mendekati, kelompok memberi dia ‘the silent treatment’ dan membalikkan
punggung mereka
c. Bully mengatakan sesuatu pada victim dan berjalan pergi sebelum dia dapat membalas

d. Menunjuk, menatap, mendengking, tertawa, membuat wajah, meniru, atau berbisik dengan
orang lain sambil melihat victim
e. Pose mengancam, isyarat mengancam, ‘tampilan’
f. Tidak termasuk anak dari kelompok sebaya, percakapan, direncanakan kegiatan atau
permainan
g. Tidak berbagi tempat duduk sambil berpura-pura menyimpannya untuk orang lain
h. Gosip jahat dan desas-desus yang dirancang untuk membuat anak-anak lain merendahkan
victim, mis. mengekspos rahasianya kepada orang lain, dan
i. Pemerasan dan ancaman, misalnya ‘Saya tidak akan menjadi teman Anda jika Anda tidak
membelikan saya camilan, Anda tidak akan datang ke pesta saya jika Anda tidak
memberikannya kepada saya tugas untuk disalin

3. Fisik

a. Mendorong, mendorong, menendang, mencubit, meninju, menabrak, mengetuk, menarik


rambut, menahan diri secara fisik, tersandung, dan menggunakan senjata
b. Mencuri buku, makan siang atau barang-barang lainnya dari meja atau loker
c. Melemparkan barang milik seseorang di sekitar kelas
d. Mengganggu atau merusak pakaian anak-anak, barang- barang miliknya meja, loker, atau
di tempat lain, misalnya didorong, rusak atau disembunyikan
e. Mengambil kursi saat seorang anak akan duduk di atasnya
f. Mengunci dia di ruangan atau lemari, meletakkan kepalanya di toilet
g. Menjentikkan air pada anak dari keran, menjentikkan potongan kertas atau karet gelang,

1
0
dan
h. Menyabotase pekerjaan rumah atau studi komputer.

4. Pelecehan
Pelecehan pada umumnya melibatkan pertanyaan yang berulang, menjengkelkan, pernyataan
atau serangan tentang masalah seksual, jender, rasial, agama atau kebangsaan. Itu termasuk:
a. Menundukkan anak ke setiap gerakan seksual, gangguan, tindakan fisik keintiman dan
serangan melalui menyentuh, meraih atau mencubit, mis. membelai payudara seorang
gadis, menyentuh pantat anak atau bagian pribadi lainnya, menjentikkan rok gadis, buang
air kecil pada seseorang
b. Menarik celana victim di depan siswa lain
c. Mengintip di bawah pintu toilet
d. membuat komentar langsung atau tidak langsung tentang seksualitas anak: ‘You’ gay ',
‘You're homo / lesbian’, ‘You're a girl’ (untuk laki-laki)
e. menggunakan bahasa yang mengbullying, mis. ‘Fuck off’, ‘Pergi persetan ibumu’, ‘Ibumu
adalah pelacur’, ‘Kembali ke tempat asalmu’
f. membuat permintaan atau permintaan seksual yang tidak diinginkan, dan
g. menguntit di dalam atau di luar sekolah.

Björkqvist et al (Dooley et al et al, 2009) Bentuk-bentuk agresi ini bisa langsung atau tidak
langsung dalam cara mereka lakukan. Misalnya, bentuk langsung akan termasuk memberi tahu
seseorang bahwa mereka tidak dapat bergabung dalam geam atau dengan menjadi bully agresif
sedangkan bentuk tidak langsung akan termasuk gosip atau menyebarkan rumor buruk.
Perbedaan utamanya adalah bahwa agresi langsung diberlakukan langsung ke arah victim (jadi
victim sadar siapa agresor itu) sementara agresi tidak langsung diarahkan pada victim melalui
pihak ketiga (atau lebih) jadi tidak selalu mungkin untuk mengidentifikasi agresor (yaitu, orang
yang memulai rumor). Selain itu, bullying telah dijelaskan dalam hal reaktif (yaitu, secara
emosional) versus proaktif (yaitu, terencana dan kontra agresi yang dirancang untuk
mendominasi orang lain atau untuk mendapatkan benda-benda nyata seperti uang makan
siang). Fontaine (Dooley et al, 2009) Sampai saat ini, banyak penelitian telah berfokus pada
agresi reaktif / proaktif dikotomi terutama dalam kaitannya dengan motivasi kognitif yang
mendorong bentuk-bentuk agresi.

1
1
BAB PENUTUP
A. KESIMPULAN
Lingkungan sekolah dapat mempromosikan perilaku bullying yang akan berkembang
menjadi cyberbullying. Pihak sekolah bersama orang tua siswa dapat berkolaborasi dalam
mencegah cyberbullying. Di sekolah siswa diberikan sosialisasi cara penggunaan internet
secara bertanggungjawa. Begitupula orang tua dilingkungan keluarga perlu secara terbuka
membicarakan tentang cyberbullying, agar anak tidak menjadi cybervictim atau
cyberbillies. Orang tua juga diharapkan dapat mengikuti perkembangan teknologi, sehingga
dapat memberikan kontrol yang baik terhadap anak dalam menjalin komunikasi di media sosial.
Orang tua sebaiknya mengenali tanda bahwa anak adalah cybervictim atau cyberbullies.
REFERNSI

CYBERBULLYING & BODY SHAMING


Karyanti, M.Pd. & Aminudin, S.Pd.

KEJAHATAN CYBER BULLYING


Program Studi Hubungan Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai