Anda di halaman 1dari 20

CYBER

BULLYING
Kelompok 2 / PASLON 2
PPKN (DEBAT)
ANGGOTA :
1. ABDULLAH FARRAS HALIM
2. ANGGRAINI SALEHA
3. ANNISA BALQIS
4. CALLYSTA NALANI
5. DELLA AULIA
6. INDRI RAHMADHANI
7. NATASYA DWI
8. RATIH FEBRIANI
9. SITI ALYA
10. YANAH
11. YAZID ALFIANSYAH
Cyberbullying (perundungan dunia maya) ialah
bullying/perundungan dengan menggunakan Contohnya Meliputi:
• Menyebarkan kebohongan tentang atau memposting
teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media foto atau video memalukan seseorang di media sosial
sosial, platform chatting, platform bermain game, • Mengirimkan pesan, gambar, atau video yang
dan ponsel. Adapun menurut Think Before Text, menyakitkan, kasar, atau mengancam melalui platform
media sosial
cyberbullying adalah perilaku agresif dan bertujuan
• Meniru identitas seseorang dan mengirim pesan jahat
yang dilakukan suatu kelompok atau individu, ke orang lain atas nama mereka atau melalui akun
menggunakan media elektronik, secara berulang- palsu
•Bullying yang dilakukan secara kontak langsung dan
ulang dari waktu ke waktu, terhadap seseorang yang
cyber bullying bisa terjadi secara bersamaan
dianggap tidak mudah melakukan perlawanan atas • Yang membedakan adalah bullying ini meninggalkan
tindakan tersebut. Jadi, terdapat perbedaan jejak digital seperti bukti yang membantu korban untuk
kekuatan antara pelaku dan korban. Perbedaan menindak lanjuti

kekuatan dalam hal ini merujuk pada sebuah


persepsi kapasitas fisik dan mental.
Ada beberapa jenis cyber bullying:
1. Outing dan Trickery
Outing adalah tindakan menyebarkan rahasia orang lain, berupa foto-
foto pribadi yang apabila disebarkan akan menimbulkan rasa malu atau
depresi. Lalu Trickery adalah tindakan tipu daya yang dilakukan dengan
membujuk orang lain untuk memperoleh rahasia hingga foto pribadi
calon korban. Dalam banyak kasus, pelaku Outing biasanya juga
melakukan Trickery.
2. Flaming
Flaming (terbakar) adalah upaya seseorang dalam memprovokasi,
mengejek, menghina hingga menyinggung perasaan korban. Tindakan
Cyberbullying Flaming dapat berupa mengirimkan pesan teks yang
berisikan kata-kata penuh amarah, emosional dan frontal.
3. Impersonation
Berpura-pura menjadi orang lain atau menyamar guna melancarkan
aksinya dalam mengirimkan pesan-pesan dan status yang tidak baik.
Penggunaan akun palsu banyak terjadi dalam jejaring sosial Twitter dan
Instagram.
4. Harassment
Harassment (gangguan) biasanya berupa menulis komentar
secara terus-menerus dengan tujuan menimbulkan
kegelisahan, karena harassment berisi kata-kata yang
mengandung hasutan agar orang lain melakukan hal yang
sama. Tindakan ini biasanya dilakukan dengan cara
mengirimkan pesan melalui email, sms hingga teks jejaring
sosial.
5. Cyberstalking
Merupakan perbuatan memata-matai, mengganggu dan
mencemarkan nama baik terhadap seseorang secara intens.
Akibatnya, korban merasa ketakutan yang
besar hingga depresi.
6. Denigration
Denigration (pencemaran nama baik) dilakukan secara sadar
oleh pelaku untuk mengumbar keburukan korban di internet,
dengan tujuan mempermalukan sang korban.
Beberapa faktor cyber bullying
1. Perkembangan Teknologi yang Pesat
Melansir Jurnal Penegakan Hukum dan Keadilan dari Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, pesatnya perkembangan teknologi berkontribusi pada
perilaku bullying di kalangan anak-anak dan remaja. Hadirnya internet membuat
aktivitas dan pola bermain anak menjadi bergeser. Dulu anak-anak bermain di luar
rumah, kini mereka bermain dan berinteraksi di dunia maya.
Sama seperti interaksi dan pergaulan di dunia nyata, pertemanan di dunia maya pun
rentan terjadi konflik yang tidak dapat dihindari. Sehingga konflik di dunia maya pun
kerap terjadi hingga munculah tindakan cyberbullying.
Selain itu, dengan melakukan cyberbullying pelaku tidak perlu takut mendapatkan
balasan, apalagi secara fisik. Karena pelaku biasanya bersifat anonim atau tidak dikenal.
Sementara itu dampaknya pada korban sama, tanpa harus menimbang kekuatan fisik.
2. Ketidaktahuan Akan Risiko Hukum
Ketidaktahuan akan risiko hukum menjadi salah satu alasan anak dan
remaja melakukan cyberbullying. Mereka mungkin belum mengetahui
bahwa dari perbuatan tersebut dapat dikenai sanksi pidana. Pelaku
cyberbullying menganggap bahwa tindakannya tersebut hanya sebatas
ekspresi diri, atau ada juga yang berdalih bahwa tindakan tersebut hanya
sebuah candaan.
Alasan ini diperkuat oleh sebuah kasus yang pernah terjadi di Yogyakarta.
Lima dari enam pelaku kasus cyberbullying yang didampingi oleh Yayasan
Lembaga Perlindungan Anak Yogyakarta, ternyata tidak memahami bahwa
perbuatan mereka memiliki risiko hukum. Hal ini disebabkan karena
undang-undang informasi dan transaksi elektronik itu baru dan belum
banyak dipahami masyarakat.
3. Lemahnya Kontrol Diri dan Sosial
Lemah atau bahkan hilangnya kontrol diri dan sosial menjadi
penyebab selanjutnya anak melakukan cyberbullying. Kontrol diri
yaitu kemampuan seseorang menahan diri agar tidak melakukan
pelanggaran norma yang ada di masyarakat.
Sedangkan kontrol sosial yaitu kemampuan kelompok sosial atau
lembaga di masyarakat melaksanakan norma atau peraturan yang
efektif. Kontrol sosial terdekat yang paling penting untuk anak yaitu
keluarga. Jika keluarga tidak melaksanakan kontrol pada anak,
misalnya tidak mengawasi atau mendampingi anak saat menggunakan
internet, maka besar kemungkinan anak juga tidak memiliki kontrol
diri. Alhasil, anak bisa saja menjadi pelaku cyberbullying.
3 Komponen Penting Bullying
• Kekuatan yang tidak seimbang (power imbalance)
Ketika ada ketidakseimbangan kekuatan, sulit bagi target untuk mempertahankan dirinya
terhadap serangan pelaku. Perbedaan kekuatan ini bisa secara fisik atau psikologis.
Misalnya, dalam kasus-kasus ketidakseimbangan fisik, pelaku bullying mungkin lebih tua,
lebih besar, atau lebih kuat. Atau, mungkin ada geng pengganggu yang menargetkan
korban. Sementara itu, ketidakseimbangan psikologis lebih sulit untuk dibedakan, tetapi
contohnya termasuk memiliki status sosial yang lebih tinggi, cerewet, atau lebih banyak
pengaruh di sekolah. Akibat dari ketidakseimbangan kekuatan membuat target intimidasi
terasa lemah, tertindas, terancam, dan rentan diserang.
• Sesuatu yang berulang (repetitive actions)
Biasanya, bullying bukanlah tindakan kejam atau perilaku kasar. Sebaliknya, itu biasanya
berkelanjutan dan terus menerus diulang. Pengganggu sering menargetkan korban
mereka beberapa kali.
• Tindakan yang disengaja (intentional actions)
Aspek lain yang membedakan pelaku bullying dari perilaku jahat atau kasar lainnya
adalah pelaku bullying bermaksud untuk melukai target. Pengganggu melecehkan orang
lain dengan sengaja.
Ciri-Ciri Pelaku Bullying

• Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial seseorang. Menempatkan diri di tempat tertentu di
sekolah/sekitarnya.
• Merupakan tokoh populer di sekolah.
• Gerak-geriknya sering kali dapat ditandai, yaitu sering berjalan di depan, sengaja menabrak, berkata kasar,
menyepelekan/melecehkan.

Ciri-Ciri Korban Bullying

• Secara akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari orang yang tidak menjadi korban atau sebaliknya.
Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan yang erat dengan orang tua mereka.
• Secara mental atau perasaan, korban melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang bodoh dan tidak berharga.
Kepercayaan diri mereka rendah dan tingkat kecemasan sosial mereka tinggi.
• Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, korban laki-laki lebih sering mendapat siksaan secara langsung,
misalnya bullying fisik. Dibandingkan korban laki-laki, korban perempuan lebih sering mendapat siksaan secara
tidak langsung misalnya melalui kata-kata atau bullying verbal.
Dampak bagi korban :

• Depresi dan marah


• Rendahnya tingkat kehadiran dan rendahnya
prestasi akademik siswa
• Menurunnya skor tes kecerdasan (IQ) dan
kemampuan analisis siswa.

Penyebab terjadinya bullying antara lain: Cara Mencegah Bullying :

• Merasa iri hati 1) Pencegahan melalui anak dengan melakukan pemberdayaan pada anak agar :
a. Anak mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya bullying.
•Keinginan untuk membalas dendam
b. Anak mampu melawan ketika terjadi bullying pada dirinya.
• Sombong 2) Pencegahan melalui keluarga, orang tua harus memperkuat pola pengasuhan :
• Ingin diperhatikan a. Menanamkan nilai-nilai keagamaan dan mengajarkan cinta kasih antarsesama.
• Merasa tertekan dan marah b. Memberikan lingkungan yang penuh kasih sayang sejak dini dengan
• Pengaruh media cetak dan elektronik memperlihatkan cara berinterakasi antaranggota keluarga
• Pengaruh ekonomi 3) Pencegahan melalui sekolah :
• Meniru perilaku orang dewasa a. Membuat program pencegahan yang berisikan pesan kepada murid bahwa
perilaku bully tidak diterima di sekolah dan membuat kebijakan anti bullying
• Kurang pendidikan moral
b. Membangun komunikasi efektif antara guru dan murid
• Tidak suka bergaul c. Diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah
- Faktor mengenai korban perundungan : • korban biasanya memilik trauma masa kecil,
• korban biasanya adalah orang yang superior dan memiliki banyak teman bahkan
populer di sekolah, • korban biasanya adalah orang yang terlihat murung dan tidak
senang bergaul di sekolah

- Fakta perundungan di lingkungan sekolah : tidak selalu terlihat langsung

- salah satu dari kekhasan Cyberbullying atau perundungan di dunia maya : Anonimitas

- Termasuk perundungan fisik dari kasus-kasus : Banu memukul Doni dan memaksa
agar Doni mau diperintah untuk membeli makanan di kantin

- Fakta mengenai alasan seseorang menjadi penonton/bystander dalam situasi


perundungan : • Ia takut bahwa ia akan menjadi target perundungan berikutnya jika
membela temannya, • Ia tidak mau repot dan ikut campur urusan orang lain,
• Ia tidak mengetahui bahwa suatu perilaku adalah perundungan dan merupakan hal
yang tidak benar.
- Cyberbullying atau perundungan di dunia maya dapat terjadi secara: Langsung dan
tidak langsung

- contoh perundungan di sekolah : Adi diejek teman sekelasnya karena bermata sipit

- Yang termasuk 'hazing' (perpeloncoan) dari kasus-kasus : • Tiko memerintah adik


kelasnya membelikan cemilan di kantin, • Doni memerintah temannya untuk
membawakan tas Doni yang berat dari sekolah sampai rumah, tanpa alasan darurat

- Yang termasuk perundungan daring dari kasus-kasus : Memberikan komentar negatif


dengan akun anonim

- Apa dampak dari pelaporan kasus perundungan: Penanganan dan pencegahan bisa
dioptimalkan
• merupakan dampak perundungan : • Cemas berlebihan, • Enggan bersosialisasi, • Rendah diri

- Bullying adalah penekanan Dari sekelompok orang yang lebih kuat, lebih senior, lebih besar,lebih
banyak terhadap seseorang yang lebih lemah,lebih kecil,dan lebih junior. Pernyataan ini adalah
pengertian bullying menurut: Prof. Sarlito

- merupakan karakteristik dari Pelakubullying : • Tidak matang secara emosional,


• Tidak mampu menjalani hubungan yang akrab
• Tidak ada penyesalan

- Bulllying yang dilakukan melalui media sosial sebagai medianya adalah bullying : Cyber bullying

- Yang merupakan dampak bullying bagi korban : • Tidak percaya diri, •Depresi, • Tidak percaya pada
orang lain

- yang menjadi akibat jangka panjang dari bullying : Gangguan mental, penurunan performa akademik,
dan sulit berinteraksi sosial
DATA
FAKTA
Bukti dukung
[1] Sekitar 37% anak muda berusia antara 12 dan 17 tahun pernah
mengalami perundungan secara online. 30% pernah mengalami
hal ini lebih dari sekali.

[2] 95% remaja di AS sedang online, dan sebagian besar


mengakses internet melalui perangkat seluler mereka,
menjadikannya media yang paling umum untuk cyberbullying.

[3] 23% siswa melaporkan bahwa mereka telah mengatakan atau


melakukan sesuatu yang jahat atau kejam kepada orang lain
secara online
Bukti dukung
[4] Anak perempuan lebih besar kemungkinannya menjadi korban
dan pelaku cyberbullying dibandingkan anak laki-laki. 15% remaja
perempuan telah menjadi sasaran setidaknya empat jenis perilaku
kekerasan online, dibandingkan dengan 6% remaja laki-laki

[5] Sekitar setengah siswa LGBTQ+ mengalami pelecehan online --


tingkat yang lebih tinggi dari rata-rata.

[6] Instagram adalah situs media sosial tempat sebagian besar anak
muda melaporkan mengalami penindasan maya, dengan 42% dari
mereka yang disurvei mengalami pelecehan di platform tersebut.
Bukti dukung
[7] Generasi muda yang mengalami cyberbullying memiliki risiko lebih
besar untuk melakukan perilaku menyakiti diri sendiri dan bunuh diri
dibandingkan mereka yang tidak mengalaminya.

[8] 83% generasi muda percaya bahwa perusahaan media sosial harus
berbuat lebih banyak untuk mengatasi cyberbullying di platform mereka.
[9] 60% anak muda pernah menyaksikan intimidasi online. Kebanyakan
tidak melakukan intervensi.

[10] Hanya 1 dari 10 remaja korban yang akan memberi tahu orang tua
atau orang dewasa yang mereka percayai mengenai pelecehan yang
mereka alami.
Data bukti
Menteri koordinator bidang pembangunan
manusia dan kebudayaan (Menko PMK)
Muhadjir Effendy membahas soal
perundungan yang dialami anak- anak di
Indonesia. Muhadjir menyebutkan 45% anak
di Indonesia menjadi korban perundungan
di dunia digital, diketahui juga bahwa 45%
anak anak tersebut berusia 14-24 tahun,
dikutip dari data UNICEF tahun 2020.
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai