Anda di halaman 1dari 8

1. Apakah itu cyberbulying? Bagaimana cara membedakan lelucon / candaan dengan bullying?

JAWAB :
Ada sejumlah grup Facebook yang saya ikuti, baik itu yang terkait politik, hobi, agama, pendidikan
dan yang lainnya. Biasanya saya lebih tertarik membaca komentar-komentar netizen di media sosial
(medsos). Ada yang lucu, biasa saja dan ada juga yang mencibir, menulis kalimat yang tidak pantas,
dan mem-"bully" seseorang. Saya melihat banyak netizen asal komentar saja, tanpa berpikir panjang
tentang dampaknya. Di sinilah saya merasa prihatin, ternyata "cyber bullying" dan pelanggaran etika
itu masih marak terjadi di medsos.
Kehadiran medsos seperti Facebook, membuat penggunaan komunikasi digital ini berkembang
dengan sangat pesat. Penyebaran informasi sangat cepat dan dapat dilakukan secara bebas, kapan
dan di mana pun. Inilah yang menyebabkan media sosial sangat populer dan digunakan banyak
orang. Jejaring sosial ini awalnya dimanfaatkan sebagai sarana komunikasi, namun kini sudah
berkembang sebagai sarana promosi, bisnis dan pencitraan.
Jika dianalogikan, medsos itu bak pisau bermata dua. Selain berfungsi sebagai sumber informasi dan
komunikasi secara cepat, namun juga membawa dampak negatif. Pengguna medsos tentu tidak
asing lagi dengan dampak negatif yang ditimbulkan, yakni menyebarkan informasi hoaks, ujaran
kebencian, memutarbalikkan fakta, provokasi serta hal-hal yang berkaitan dengan SARA termasuk
"cyber bullying". 
Cyberbullying (perundungan dunia maya) ialah bullying/perundungan dengan menggunakan
teknologi digital. Dilihat dari sudut pandang ilmu psikologi, cyber bullying termasuk bagian dari
aksi bullying. Ditinjau dari sudut pandangan ilmu hukum, cyber bullying adalah kejahatan yang
dilakukan secara sengaja dalam bentuk fitnah, cemooh, kata-kata kasar, pelecehan, ancaman, dan
hinaan.
Adapun menurut Think Before Text, cyberbullying adalah perilaku agresif dan bertujuan yang
dilakukan suatu kelompok atau individu, menggunakan media elektronik, secara berulang-ulang dari
waktu ke waktu, terhadap seseorang yang dianggap tidak mudah melakukan perlawanan atas
tindakan tersebut. Jadi, terdapat perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban. Perbedaan kekuatan
dalam hal ini merujuk pada sebuah persepsi kapasitas fisik dan mental. Cyberbullying  merupakan
perilaku berulang yang ditujukan untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan mereka
yang menjadi sasaran.
Adapun ciri-ciri khusus dari kejahatan ini, antara lain:
1. Tidak ada kekerasan fisik (non-violence),
2. Antara pelaku dan korban sangat sedikit melibatkan kontak fisik (minimize of physical contact),
3. Memanfaatkan teknologi dan peralatan tertentu (equipment),
4. Memanfaatkan jaringan telekomunikasi, media dan informatika secara global.
Apabila terjadi permasalahan terkait cyber bullying di Indonesia, maka penyelesaiannya
menggunakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 jo Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Penanganan kasusnya juga melibatkan anggota
kepolisian dan upaya hukum ditempuh melalui jalur pengadilan negeri.
JENIS-JENIS CYBERBULLYING DI INDONESIA
Cyber bullying tidak hanya satu jenis saja, terbagi menjadi 6 jenis sebagai berikut:
 Flaming (Terbakar)
Tindakan seseorang mengirimkan pesan teks yang berisi kata-kata frontal dan penuh amarah.
Secara umum, tindakan flaming berupa provokasi, penghinaan, mengejek, sehingga
menyinggung orang lain.
 Harassment (Gangguan)
Tindakan seseorang mengirim pesan-pesan berisi gangguan melalui sms, e-mail, teks jejaring
sosial dengan intensitas terus-menerus. Pelaku harassment biasanya sering menulis komentar
terhadap dengan tujuan menimbulkan kegelisahan. Selain itu, harassment juga mengandung
kata-kata hasutan agar orang lain melakukan hal yang sama.
 Denigration (Pencemaran Nama Baik)
Tindakan dilakukan sengaja dan sadar mengumbar keburukan orang lain melalui internet. Hingga
akhirnya merusak nama baik dan reputasi orang yang dibicarakan pada jejaring sosial tersebut.
 Cyberstalking
Tindakan memata-matai, mengganggu, dan pencemaran nama baik terhadap seseorang yang
dilakukan secara intens. Dampaknya, orang yang menjadi korban merasakan ketakutan besar
dan depresi.
 Impersonation (Peniruan)
Tindakan berpura-pura atau menyamar menjadi orang lain untuk melancarkan aksinya
mengirimkan pesan-pesan dan status tidak baik. Biasanya terjadi pada jejaring sosial seperti
instagram dan twitter menggunakan akun palsu.
 Outing and Trickery
Outing merupakan tindakan menyebarkan rahasia orang lain. Outing berupa foto-foto pribadi
seseorang yang setelah disebarkan menimbulkan rasa malu atau depresi. Sementara trickery
berupa tipu daya yang dilakukan dengan membujuk orang lain untuk memperoleh rahasia
maupun foto pribadi dari calon korban. Dalam banyak kasus, pelaku outing biasanya juga
melakukan trickery.

PERBEDAAN BERCANDA DAN BULLYING :


Bercanda berasal dari kata dasar canda. Candaan adalah hasil bercanda. Arti candaan yaitu gurauan.
Bercanda berarti bersundah gurau atau kelakar kepada seseorang untuk menghibur.
Sedangkan, bully merupakan sebuah tindakan dimana satu atau lebih orang merendahkan orang lain
(target bullying) tanpa dasar yang jelas, hanya ingin meng intimidasi saja yang berakibat pada seluruh
lingkungan itu menjadi ikut membenci dan merendahkan sang target. Ada tiga perbedaan mendasar
tentang bercanda dan bully   yang perlu diketahui dan dipahami, sebagai berikut.
A. Bercanda bersifat menghibur, sedangkan bully  bersifat menyakiti
Orang yang benar-benar ingin bercanda tidak mempunyai motivasi lain, selain membuat orang yang ia
ajak bercanda tersebut tersenyum dan tertawa bahagia tanpa merasa tersinggung. Hal ini biasanya
dilakukan seorang teman yang berusaha meghibur temannya yang sedang sedih atau sepasang kekasih
yang mau membuat pasangannya bahagia.
Sebaliknya, bully bersifat menyakiti. Hal ini merupakan kontradiksi dari sikap bercanda. Orang yang
membully biasanya sengaja menyinggung dan menyakiti perasaan orang lain. Bullying memberikan rasa
tidak nyaman kepada orang lain. Mulai dari menyakiti secara fisik dan mental orang lain. Tidak peduli
seberapa banyak rasa sakit dan luka di hati serta air mata yang berlinang akibat ulah sang pelakunya.
Sang pelaku hanya akan terus menyakiti sang korban walaupun dengan cara yang sederhana.
B. Bercanda untuk mempererat hubungan, sedangkan bully hanya akan merenggangkan
hubungan.
Orang yang senang bercanda biasanya ingin mengajak seseorang untuk berteman dengannya, bahkan
hingga akrab. Apalagi orang tersebut adalah orang yang baru ia kenali atau termasuk karakter orang
yang sulit diajak bercanda. Oleh karena itu, coba pikirkan kembali sejenak, mungkin ada orang yang
berbuat hal demikian terhadap kita.  Ini berarti hal tersebut positif untuk meningkatkan keeratan
hubungan kita bersamanya .dan candaan ini dilakukan untuk hiburan dan tertawa bersama-sama tanpa
memuaskan satu pihak saja.
Sebaliknya, bully hanya akan merenggangkan dan memutuskan hubungan. Jangankan untuk
membangun hubungan atau pertemanan yang lebih akrab dengan orang baru, teman lamanya saja
sebagaiannya akan malas untuk berteman, bahkan mungkin cenderung menghindar dari hadapan sang
pelaku. Orang seperti ini biasanya tidak terlalu menghargai orang lain. Ia akan berbicara dan bersikap
sesuka hati tanpa memikirkan bahwa ia tidak disenangi atau disukai oleh lain.serta candaan yang
dilakukan juga semata-mata untuk memuaskan satu pihak saja dengan artian merugikan pihak lain /
korban.
C. Bercanda untuk mencairkan suasana, sedangkan bully hanya akan mengacaukan keadaan
Orang yang suka bercanda biasanya sekedar ingin membuat suasana di sekitarnya lebih hangat dan
santai. Atau jika ada kesalahpahaman dalam kelompok, maka biasanya si orang bercanda ini sanggup
untuk mencaikan suasana dengan candaannya.dan biasanya dilakukan hanya sekali dua kali saja untuk
sebagai bahan hiburan.
Sebaliknya, bully hanya akan mengacaukan keadaan. Orang yang motivasinya ingin membully seseorang,
walaupun perkataan awalnya terasa lucu dan biasa saja namun ujung-ujungnya mengarah kepada hal-
hal yang akan menjatuhkan sasarannya. Ia akan merusak atau mengacaukan keadaan. Orang yang
suka membully biasanya hanya ingin mencari perhatian atau pujian dari orang di lingkungan sekitarnya
dan ingin keberadaannya diakui oleh orang lain. Biasanya bullying dilakukan berulang kali
DAMPAK CYBER BULLYING
Dampak cyber bullying berbeda dari kejahatan lain dan sangat berbahaya, yakni:
A. Menarik Diri Dari Lingkungan Sosial
Kondisi psikologis korban cenderung mengalami kecemasan dan ketakutan. Mereka tidak ragu
menarik diri dari lingkungan sosial. Contohnya, banyak kasus bullying di jejaring sosial yang dialami
anak sekolah. Akhirnya membuat sang anak depresi, mengisolasi diri karena malu, dan memilih putus
sekolah.
B. Perasaan Dikucilkan Lingkungan
Cyber bullying memang terjadi melalui internet atau jejaring sosial. Namun, orang-orang yang berada
di lingkungan nyata sekeliling korban dapat melihatnya. Terlebih lagi berbagai komentar jahat yang
ditujukan kepada korban. Hal ini membuat orang sekitar turut menyerang korban dalam kehidupan
nyata. Akhirnya, korban cyber bullying dikucilkan oleh masyarakat dan mendapat perlakuan kurang
menyenangkan.
C. Kesehatan Fisik dan Mental Terganggu
Bullying yang dilakukan secara terus menerus melalui jejaring sosial oleh orang dikenal maupun tidak
dikenal akan mendatangkan stress. Ujung-ujungnya perasaan memendam depresi, rasa cemas, dan
kehilangan kepercayaan diri mendatangkan gangguan post traumatic stress disorder (PTSD).
Tentunya pengaruh PTSD tidak mengenal usia. Bahkan pada orang dewasa efeknya stimuli sistem
kekebalan tubuh menjadi terganggu.
D. Depresi dan Ingin Bunuh Diri
Korban cyber bullying sering kali merasakan marah, takut, terluka, tidak berdaya, malu, putus asa,
dan terisolasi. Apabila kondisi ini terjadi berulang-ulang dan semakin parah akan menyebabkan
perasaan ingin mengakhiri hidupnya.
CONTOH KASUS CYBERBULLYING DI BERBAGAI NEGARA
 Carlos Vigil
Selama tiga tahun, remaja yang tinggal di New Mexico, Amerika Serikat ini, diejek kawan-kawannya
hanya karena berjerawat dan memakai kacamata. Bahkan, dia dianggap seorang gay. sang ayah,
sangat geram mendengar anaknya diperlakukan seperti ini, sehingga mendesak pemerintah setempat
segera mengeluarkan peraturan tentang sanksi pidana terhadap para pelaku bullying. Pada tanggal
13 Juli 2013, karena benar-benar tak tahan diintimidasi terus-menerus, Carlos menulis dan
memposting surat bunuh diri melalui akun Twitter. Di postingan twitternya, Carlos justru minta maaf
kepada teman-temannya yang bertahun-tahun menyakitinya. “Saya adalah orang yang tak
memperoleh ketidakadilan di dunia ini, dan sudah waktunya bagi saya untuk meninggalkan dunia
ini,” tulisnya. Carlos juga meminta teman-temannya untuk tidak menangisi keputusannya. Dia justru
minta maaf karena tidak mampu mencintai seseorang, atau membuat seseseorang mencintainya.
“Teman-teman di sekolah benar. Saya seorang pecundang, aneh, homo, dan sama sekali tidak dapat
diterima orang lain. Saya minta maaf, karena tidak mampu membuat seseorang bangga. Aku bebas
sekarang. Xoxo,” kata Carlos mengakhiri suratnya.
 Amanda Todd
Kasus online bullying yang paling menggemparkan Kanada adalah kematian tragis Amanda Todd.
Amanda Todd adalah siswa kelas 10 di British Columbia. Ia menggantung diri tiga tahun setelah ia
‘diyakinkan’ untuk tampil topless di sebuah video chat. Seseorang yang tak dikenal merekam isi chat
tersebut dan meneror Todd dengan foto-foto toplessnya. Teror tersebut akhirnya menyebabkan Todd
cemas dan depresi.Sekitar sebulan sebelum ia bunuh diri, Todd memposting sebuah video dengan
judul My Story: Struggling, bullying, suicide and self harm. Dalam klip tersebut, Todd menunjukkan
kekerasan yang ia alami baik secara online maupun offline. Video tersebut kini mendapat perhatian
dari publik internasional.
 Jade Stringer
Gadis yang berusia 14 tahun ini dikenal sebagai salah satu siswi paling cantik di sekolahnya, di ,
Inggris. Bukan hanya itu, dia juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sekolah. Jade juga aktif
mengkampanyekan gerakan anti-bullying di sekolahnya. Ada yang salah? Mestinya, tiga kelebihan di
atas membuat seseorang merasa bangga, karena orang lain pun pasti menginginkannya. Tapi justru
karena kecantikan, aktivitas, dan kampanye anti-bullying inilah yang membuat beberapa temannya iri
dan tidak suka terhadap Jade. Dia terus-menerus diteror kawan-kawannya, dan hal itu membuat
Jade tak tahan lagi. Akhir cerita mirip dengan Carlos Vigil. Ya, Jade akhirnya ditemukan tewas
gantung diri, karena sudah tak sanggup lagi menahan ejekan dan hinaan dari teman-temannya di
sekolah.
 Pasangan LQBT ASAL THAILAND
Pada bulan April 2021 yang lalu satu kasus cyberbullying  menggegerkan publik. Pasalnya, pasangan
sesama jenis asal Thailand yang baru saja melangsungkan pernikahannya mendapatkan banyak
kecaman dari masyarakat Indonesia. Terjadi di media sosial Facebook, pada unggahan selebrasi
pernikahan keduanya. Kecaman yang diterima pasangan tersebut beragam. Dimulai dari hinaan
menggunakan kata-kata tai atau babi, hingga menghina terhadap agama masyarakat Thailand.
Buntutnya, pasangan ini berniat untuk membawa perkaranya ke jalur hukum. Cyberbullying  memang
cenderung rentan terjadi kepada korban yang memiliki perbedaan atau pada saat korban tidak
memenuhi standar yang dimiliki pelaku. Anak-anak merupakan usia paling rentan menjadi korban,
tetapi kasus cyberbullying  juga rentan terjadi pada orang-orang yang beridentitas LGBTQ ( Lesbian,
Gay, Bisexual, Transgender,  dan  Queer) sebab persoalan LGBTQ di Indonesia masih tabu hingga
saat ini.  

 Ayu TingTing & Bilqis


Salah satu selebriti wanita paling hits di indonesia ini mendapat cyberbullying dari pada netizen
kepada anaknya bilqis. Tidak terima dengan hal itu, ayu ting-ting bersama dengan orangtuanya
membawa kasus ini ke jalur hukum. Yang dimana langkah ini diambil untuk melindungi anaknya
bilqis dari serangan cyberbullying ini. Menuai pro dan kontra, tapi dari kasus ini kita bisa banyak
mengambil pelajaran.

BAGAIMANA MENDETEKSI DAN TANDA-TANDA ANAK KORBAN CYBERBULLYING?


Ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh UNICEF dan Kominfo pada 2011–2012 silam. Riset yang dirilis
dua tahun berselang dari waktu penelitian tersebut melibatkan 400 responden anak berusia 10–19 tahun
dari 17 provinsi di Indonesia. Hasil penelitian menyatakan, 13% diantaranya telah menjadi
korban cyberbullying  di dunia maya selama 3 bulan! Kendati demikian, mereka semua belum berani
melaporkan kepada orang terdekatnya. Bentuk perundungan yang diterima meliputi nama mereka yang
menjadi bahan ejekan, celaan penampilan fisik, serta celaan profesi orang tua (misalnya petani atau
nelayan). Sayangnya, penelitian dari Kaspersky Lab  menunjukkan, ada 13% anak dan 21% orang tua
yang menganggap hal tersebut bukanlah hal penting yang bisa melukai perasaan.
Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas tadi banyak anak yang menjadi korban perundungan tidak
berani menceritakan apa yang dialaminya pada orang tua atau orang terdekatnya. Oleh sebab itu, Anda
perlu mengetahui ciri-ciri korban cyberbullying, sekalipun mereka tidak mengungkapkannya secara
langsung. Adapun ciri-ciri yang dimaksud, antara lain:
 Menjauhkan Diri dari Gawai
Bila anak secara tiba-tiba mulai menjauhkan diri dari penggunaan gawai padahal dulunya sering,
Anda perlu menanyakan alasannya. Sebab, minat seorang anak terhadap gawai secara alami akan
menyusut ketika ia menjadi korban cyberbullying.
 Menghapus Akun Media Sosialnya
Saat media sosial mengganggu kehidupan, biasanya seseorang akan memilih untuk menghapus akun
mereka. Jika anak Anda melakukan hal yang sama, cobalah untuk mencari tahu alasannya. Karena
hal tersebut sangat umum dilakukan seseorang yang ingin melarikan diri dari perundungan.
 Menanyakan Cara Memblokir Orang
Anak menanyakan atau meminta bantuan orang terdekatnya untuk memblokir akun media sosial
seseorang atau nomor seseorang? Itu berarti, mereka sudah mulai terganggu dengan orang-orang
tertentu yang ada di daftar pertemanannya. Bisa jadi, orang yang ingin ia blokir adalah pelaku
perundungan.
 Lonjakan Follower atau Permintaan Teman di Media Sosial
Memiliki teman atau follower baru belum tentu berarti baik. Pasalnya, bisa jadi anak Anda ramai
dibicarakan karena menjadi korban perundungan. Peningkatan jumlah teman di dunia maya
atau follower secara tiba-tiba bisa mengindikasikan bahwa sesuatu sedang terjadi atau ada hal yang
menarik perhatian (dalam artian negatif), apalagi kalau dia tidak menceritakannya. Ingat, kalau
positif, anak-anak akan dengan sukarela menceritakannya kepada orang lain, termasuk orang tuanya
sendiri. Di era sekarang, memang penting bagi orang tua untuk berteman dengan anak di media
sosial. Supaya, Anda bisa memantau perkembangannya tanpa harus menguntit berlebihan.
 Mengucapkan Kalimat yang Menurunkan Harga Diri
Kalimat yang menunjukkan rasa tertekan atau hidupnya tidak berarti juga perlu dicurigai. Sebab,
kalimat-kalimat seperti itu dapat menjadi tanda bahwa ia telah menjadi korban perundungan. Ajak ia
bicara dan tanyakan apa yang terjadi. Perhatian dari kita adalah dukungan terbaik baginya.

 Perubahan Kebiasaan
Ciri-ciri selanjutnya dari anak yang mengalami cyberbullying, yaitu anak bisa tiba-tiba menjadi malas
makan, sulit tidur, atau mengalami penurunan nilai pelajaran di sekolah. Selain itu, ekspresi gugup
atau gelisah saat menggunakan gawai atau komputer juga bisa menjadi tanda ada yang tak beres.
 Mengisolasi Diri
Ketika secara tiba-tiba anak Anda memisahkan diri dari lingkungan sosialnya, tidak mau lagi bermain
bersama teman-teman seperti biasanya, bisa jadi anak Anda tengah menjadi korban perundungan.
Hal ini ia lakukan karena rasa percaya dirinya mulai turun.
Itu dia tanda-tanda seorang anak yang sedang atau yang habis menerima perundungan di dunia maya.
Sudah sepantasnya kita semua tidak meremehkan cyberbullying. Stres yang dialami anak dapat
menimbulkan trauma dan merusak masa depannya. Dampingi anak selalu, bertemanlah dengan teman-
teman anak Anda. dan bila perlu, bekerjasamalah dengan pihak guru di sekolah. 

BAGAIMANA CARA MERESPON ANAK KORBAN CYBERBULLYING. APA LANGKAH YANG


HARUS DILAKUKAN?
Kebanyakan anak-anak dan remaja yang mengalami cyber bullying tidak mengerti sepenuhnya apa yang
terjadi. Mungkin ketika mereka merasa tertindas, mereka akan merasa ketakutan atau bahkan marah.
Maka itu, butuh peran Anda sebagai orangtua untuk mendampinginya. Ini dia yang harus dilakukan
orangtua saat cyber bullying pada anak terjadi.
 Jangan menanggapi pelaku
Berikan pengertian pada si dia bahwa hal utama yang harus dilakukan ketika kekerasan di media sosial
terjadi padanya adalah tidak membalas atau menanggapi si pelaku. Beri tahu bahwa semua komentar
negatif atau cercaan yang ditujukan pada dirinya sebaiknya diabaikan saja. Meski memang sangat sulit
untuk menahan diri agar tidak melawan, justru hal ini akan mencegah keadaan semakin buruk. Biasanya
orang yang melakukan cyber bullying cenderung lebih senang jika ‘umpannya’ diterima oleh sang korban.
 Bangun kembali kepercayaan dirinya
Sangat wajar jika anak dan remaja kita sangat ketakutan, cemas, marah, dan sedih dalam waktu yang
bersamaan. Tentu sebagai orangtua, peran Anda untuk membuatnya tenang dan mengembalikan
kepercayaan dirinya kembali sangat penting. Jelaskan bahwa hal ini bisa saja terjadi pada siapa pun, tak
hanya pada dirinya. Ada banyak orang yang tak bertanggung jawab dan menggunakan media sosial
untuk menindas orang lain. Jika memang perlu, Anda bisa mengajak si kecil ke psikolog untuk memantau
kondisi mentalnya. Penting untuk tidak menyudutkan atau menyalahkan anak, misalnya dengan berkata
seperti, “Memangnya apa yang kamu lakukan, sampai-sampai dia mem- bully kamu seperti ini?”. Apa pun
alasannya, cyber bullying pada anak tidak bisa dibenarkan.
 Kumpulkan bukti, lalu laporkan
Setelah berhasil menahan diri, tanyakan si kecil apa saja bentuk kekerasan media sosial yang ia
dapatkan. Entah itu komentar yang tidak pantas, foto pribadinya, dan lain-lain. Kumpulkan semua hal
tersebut untuk dijadikan barang bukti. Banyak anak yang justru menghapus semua bukti tersebut karena
merasa ketakutan. Jadi tenangkan dirinya dan berikan penjelasan bahwa hal ini bisa dijadikan barang
bukti. Jika memang Anda sudah memiliki bukti yang cukup, maka sebaiknya laporkan pada pihak sekolah
atau pihak mana pun yang berwenang dalam situasi Anda, sehingga si pelaku tidak akan melakukan
kekerasan pada anak lainnya.
Hal yang terpenting adalah memantau segala kegiatan si kecil dalam media sosial. Ketahui apa saja akun
media sosial yang ia miliki hingga teman-temannya di dalam media tersebut. Beritahukan ia jika
sebaiknya tidak berteman dengan orang-orang yang tidak dikenal olehnya. Penting juga untuk
mengetahui segala postingan yang ia unggah di akun pribadinya. Anda juga harus peka dengan mereka,
ketahui tanda-tanda ketika ia mengalami cyber bullying, sehingga Anda dapat mencegah hal-hal buruk
lainnya terjadi.

Cara mengatasi cyberbullying  agar anak tidak menjadi korban dan pelakunya


Bukan tak mungkin, putra putri Anda menjadi pelaku cyberbullying dan melecehkan orang lain di
Internet. Terlebih, anak-anak saat ini, generasi Z (dikenal dengan digital native), mahir Internet dan
perangkat aksesnya. Berikut ini ajakan yang bisa Anda sampaikan pada anak-anak, dalam mengajarkan
mereka etika di media sosial, serta mencegah agar tidak menjadi pelaku cyberbullying.
1. Perlakukan orang sebagaimana kamu ingin diperlakukan
Sampaikan kepada anak-anak, aturan ini berlaku di kehidupan nyata, maupun di dunia maya. Dorong
anak untuk senantiasa bertanya pada diri sendiri, mengenai efek yang akan mereka rasakan, apabila
menerima pesan-pesan negatif dari orang lain.Apabila timbul masalah dalam lingkungan pertemanan
mereka, ingatkan anak untuk menerapkan pentingnya diskusi sehat. Sampaikan bahwa konfrontasi
dengan ujaran negatif di jejaring sosial bukanlah solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
2. Saring sebelum sharing
Ajarkan Buah Hati untuk senantiasa berhati-hati dalam mengirimkan pesan, maupun berkomentar melalui
media dan jejaring sosial. Anak-anak harus diingatkan, begitu mereka mengklik tombol “kirim”, akan sulit
untuk menarik hal yang telah diucapkan tersebut.Sampaikan pula, untuk berhati-hati dalam mengirimkan
candaan kepada penerima pesan. Sebab, ada kalanya penerima pesan memiliki persepsi yang berbeda
dalam memandang candaan yang dikirimkan.Misalnya, ia mungkin belum memahami bahwa komentar
mengenai fisik seseorang, sebaiknya tidak lelucon. Terlebih bagi orang lain, komentar itu dapat menjadi
sangat menyakitkan.
3. Hanya kirimkan pesan-pesan yang positif
Dorong Buah Hati Anda untuk selalu menyaring isi pesan yang hendak disampaikan. Ingatkan mereka
untuk tidak mengirimkan kata-kata kasar, tidak sopan, sindiran, hingga kebohongan seperti hoaks,
rumor, dan gosip.Anda disarankan untuk memperkenalkan cyberbullying beserta dampaknya, serta
mengajarkan mereka untuk merespons aksi perisakan tersebut.
4. Jangan ikuti teman yang melakukan bully
Adanya grup chat mungkin menjadi daya tarik bagi Si Kecil, dalam mengakses aplikasi jejaring sosial.
Anak mungkin tidak menjadi pelaku cyberbullying. Namun bukan mustahil, perilaku tersebut menular dari
teman-temannya yang lain.Sampaikan kepada Si Kecil, apabila percakapan bersama teman-temannya
sudah mengarah ke perisakan siber, bicarakan kepada Anda sebagai orangtua.
5. Mempelajari bahasa anak muda
Terkadang, anak remaja akan menggunakan bahasa gaul untuk melakukan
tindakan cyberbullying. Masalahnya, orangtua tidak mengerti arti dari berbagai bahasa gaul anak muda
masa kini. Maka dari itu, untuk mencegah supaya anak Anda tidak menjadi korban  cyberbullying, ada
baiknya Anda juga mempelajari berbagai bahasa anak muda.Dengan begitu, ketika Anda melihat ada
komentar-komentar di kolom komentar akun Instagram atau Facebook anak, kita bisa bisa tahu apa arti
dari bahasa gaul anak muda tersebut. Jika memang ada tanda-tanda tindakan cyberbullying, Anda bisa
langsung mengambil tindakan.
6. Raih kepercayaan anak
Anak Anda mungkin pernah menjadi korban cyberbullying, namun ia terlalu takut atau malu untuk
melapor pada kedua orangtuanya.Agar anak mau bercerita dengan jujur, cobalah raih kepercayaan
mereka. Pastikan kepada mereka bahwa Anda akan menjaga "kerahasiaan" informasinya. Jika anak Anda
sudah berani menceritakan pengalamannya menjadi korban atau pernah menjadi saksi dari
kasus cyberbullying, barulah orangtua dapat melakukan tindakan untuk melawan cyberbullying itu.
7. Ajari anak sopan santun
Cara mengatasi cyberbullying selanjutnya ialah mengajari anak sopan santun. Setiap orangtua tentu tidak
mau anaknya menjadi pelaku cyberbullying. Maka dari itu, cobalah minta anak untuk berperilaku baik dan
sopan santun di media sosial.Ajarkan ia untuk berkata dengan halus dan lembut ketika ingin memberikan
komentar terhadap foto temannya di Instagram atau Facebook. Selain itu, ajari mereka untuk tidak
mengunggah hal-hal yang menjelekkan sesuatu atau seseorang. Hal-hal inilah yang nantinya akan
terhindar dari tindakan cyberbullying.
8. Aktif di acara sekolah dan lingkungan sekitar
Biasanya, pihak sekolah atau masyarakat setempat suka mengadakan acara untuk membahas
tindakan cyberbullying. Jika memang Anda menemukan acara seperti ini, datanglah ke sana dan
berpartisipasi.Berbincanglah dengan tetangga atau orangtua murid lainnya agar bisa mendapatkan solusi
dari tindakan cyberbullying. Berkerja sama dengan pihak lain akan mempermudah upaya orangtua dalam
memerangi cyberbullying.

Anda mungkin juga menyukai