JAWAB :
Ada sejumlah grup Facebook yang saya ikuti, baik itu yang terkait politik, hobi, agama, pendidikan
dan yang lainnya. Biasanya saya lebih tertarik membaca komentar-komentar netizen di media sosial
(medsos). Ada yang lucu, biasa saja dan ada juga yang mencibir, menulis kalimat yang tidak pantas,
dan mem-"bully" seseorang. Saya melihat banyak netizen asal komentar saja, tanpa berpikir panjang
tentang dampaknya. Di sinilah saya merasa prihatin, ternyata "cyber bullying" dan pelanggaran etika
itu masih marak terjadi di medsos.
Kehadiran medsos seperti Facebook, membuat penggunaan komunikasi digital ini berkembang
dengan sangat pesat. Penyebaran informasi sangat cepat dan dapat dilakukan secara bebas, kapan
dan di mana pun. Inilah yang menyebabkan media sosial sangat populer dan digunakan banyak
orang. Jejaring sosial ini awalnya dimanfaatkan sebagai sarana komunikasi, namun kini sudah
berkembang sebagai sarana promosi, bisnis dan pencitraan.
Jika dianalogikan, medsos itu bak pisau bermata dua. Selain berfungsi sebagai sumber informasi dan
komunikasi secara cepat, namun juga membawa dampak negatif. Pengguna medsos tentu tidak
asing lagi dengan dampak negatif yang ditimbulkan, yakni menyebarkan informasi hoaks, ujaran
kebencian, memutarbalikkan fakta, provokasi serta hal-hal yang berkaitan dengan SARA termasuk
"cyber bullying".
Cyberbullying (perundungan dunia maya) ialah bullying/perundungan dengan menggunakan
teknologi digital. Dilihat dari sudut pandang ilmu psikologi, cyber bullying termasuk bagian dari
aksi bullying. Ditinjau dari sudut pandangan ilmu hukum, cyber bullying adalah kejahatan yang
dilakukan secara sengaja dalam bentuk fitnah, cemooh, kata-kata kasar, pelecehan, ancaman, dan
hinaan.
Adapun menurut Think Before Text, cyberbullying adalah perilaku agresif dan bertujuan yang
dilakukan suatu kelompok atau individu, menggunakan media elektronik, secara berulang-ulang dari
waktu ke waktu, terhadap seseorang yang dianggap tidak mudah melakukan perlawanan atas
tindakan tersebut. Jadi, terdapat perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban. Perbedaan kekuatan
dalam hal ini merujuk pada sebuah persepsi kapasitas fisik dan mental. Cyberbullying merupakan
perilaku berulang yang ditujukan untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan mereka
yang menjadi sasaran.
Adapun ciri-ciri khusus dari kejahatan ini, antara lain:
1. Tidak ada kekerasan fisik (non-violence),
2. Antara pelaku dan korban sangat sedikit melibatkan kontak fisik (minimize of physical contact),
3. Memanfaatkan teknologi dan peralatan tertentu (equipment),
4. Memanfaatkan jaringan telekomunikasi, media dan informatika secara global.
Apabila terjadi permasalahan terkait cyber bullying di Indonesia, maka penyelesaiannya
menggunakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 jo Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Penanganan kasusnya juga melibatkan anggota
kepolisian dan upaya hukum ditempuh melalui jalur pengadilan negeri.
JENIS-JENIS CYBERBULLYING DI INDONESIA
Cyber bullying tidak hanya satu jenis saja, terbagi menjadi 6 jenis sebagai berikut:
Flaming (Terbakar)
Tindakan seseorang mengirimkan pesan teks yang berisi kata-kata frontal dan penuh amarah.
Secara umum, tindakan flaming berupa provokasi, penghinaan, mengejek, sehingga
menyinggung orang lain.
Harassment (Gangguan)
Tindakan seseorang mengirim pesan-pesan berisi gangguan melalui sms, e-mail, teks jejaring
sosial dengan intensitas terus-menerus. Pelaku harassment biasanya sering menulis komentar
terhadap dengan tujuan menimbulkan kegelisahan. Selain itu, harassment juga mengandung
kata-kata hasutan agar orang lain melakukan hal yang sama.
Denigration (Pencemaran Nama Baik)
Tindakan dilakukan sengaja dan sadar mengumbar keburukan orang lain melalui internet. Hingga
akhirnya merusak nama baik dan reputasi orang yang dibicarakan pada jejaring sosial tersebut.
Cyberstalking
Tindakan memata-matai, mengganggu, dan pencemaran nama baik terhadap seseorang yang
dilakukan secara intens. Dampaknya, orang yang menjadi korban merasakan ketakutan besar
dan depresi.
Impersonation (Peniruan)
Tindakan berpura-pura atau menyamar menjadi orang lain untuk melancarkan aksinya
mengirimkan pesan-pesan dan status tidak baik. Biasanya terjadi pada jejaring sosial seperti
instagram dan twitter menggunakan akun palsu.
Outing and Trickery
Outing merupakan tindakan menyebarkan rahasia orang lain. Outing berupa foto-foto pribadi
seseorang yang setelah disebarkan menimbulkan rasa malu atau depresi. Sementara trickery
berupa tipu daya yang dilakukan dengan membujuk orang lain untuk memperoleh rahasia
maupun foto pribadi dari calon korban. Dalam banyak kasus, pelaku outing biasanya juga
melakukan trickery.
Perubahan Kebiasaan
Ciri-ciri selanjutnya dari anak yang mengalami cyberbullying, yaitu anak bisa tiba-tiba menjadi malas
makan, sulit tidur, atau mengalami penurunan nilai pelajaran di sekolah. Selain itu, ekspresi gugup
atau gelisah saat menggunakan gawai atau komputer juga bisa menjadi tanda ada yang tak beres.
Mengisolasi Diri
Ketika secara tiba-tiba anak Anda memisahkan diri dari lingkungan sosialnya, tidak mau lagi bermain
bersama teman-teman seperti biasanya, bisa jadi anak Anda tengah menjadi korban perundungan.
Hal ini ia lakukan karena rasa percaya dirinya mulai turun.
Itu dia tanda-tanda seorang anak yang sedang atau yang habis menerima perundungan di dunia maya.
Sudah sepantasnya kita semua tidak meremehkan cyberbullying. Stres yang dialami anak dapat
menimbulkan trauma dan merusak masa depannya. Dampingi anak selalu, bertemanlah dengan teman-
teman anak Anda. dan bila perlu, bekerjasamalah dengan pihak guru di sekolah.