Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ambulasi merupakan upaya sesesorang untuk latihan jalan atau berpindah

tempat, ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada

kontraindikasi. Ambulasi ini akan meningkatakan sirkulasi dan mencegah

resiko tromboflebitis, mencegah distensi abdominal dan kostipasi. Bidan

harus menjelaskan kepada ibu tentang tujuan dan manfaat ambulasi dini.

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijakan agar secepat mungkin

bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan

membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu

lagi menahan ibu post partum terlentang ditempat tidurnya selama 7-14

hari setelah mekahirkan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari

tempat tidur dalam 24-48 jam post partum. Ambulasi ini dilakukan secara

bertahap sesuai dengan kekuatan ibu. Terkadang ibu nifas enggan untuk

banyak bergerak karena merasa letih dan sakit. Jadi keadaan tersebut tidak

segera diatasi, ibu akan terancam mengalami trombosis vena. Untuk

mencegah trombosis vena, perlu dilakukan ambulasi dini oleh ibu nifas.

Pada persalinan normal dan keadaan ibu normal, biasanya ibu

diperbolehkan untuk mandi dan ke WC dengan bantuan orang lain, yaitu

pada 1 dan 2 jam setelah persalinan. Sebelum waktu itu, ibu harus diminta

1
untuk melakukan latihan menarik napas dalam serta latihan tungkai yang

sederhana dan harus duduk serta mengalungkan tungkainya ditepi tempat

tidur. Sebaiknya, ibu nifas turun dari tempat tidur sedini mungkin setelah

persalinan. Ambulasi dini dapat mengurangi kejadian komplikasi kandung

kemih, konstipasi, trombosis vena puerperalis, dan emboli pulmonal.

Disamping itu, ibu merasa lebih sehat dan kuat serta dapat segera merawat

bayinya. Ibu harus didorong untuk berjalan dan tidak hanya duduk

ditempat tidur. Pada ambulasi pertama, sebaiknya ibu dibantu karena pada

saat ini biasanya ibu merasa pusing ketika pertama kali bangun setelah

melahirkan.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dan kebutuhan dari ambulasi

2. Untuk mengetahui tujuan-tujuan dari ambulasi

3. Untuk mengetahui tindakan-tindakan ambulasi

4. Untuk mengetahui alat-alat apa saja yang digunakan dalam

pelaksanaan ambulasi

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kebutuhan Dasar Ambulasi

Ambulasi merupakan upaya seseorang untuk latihan jalan atau

berpindah tempat.

Prinsip ambulasi yang harus diperhatikan:

a. Ketika merencanakan untuk memindahkan pasien, atur untuk

mendapat bantuan yang adekuat. Gunakan alat bantu mekanik

jika bantuan tidak mencukupi.

b. Dorong pasien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai

kemampuan.

c. Jaga pungggung, leher, pelvis, dan kaki lurus. Cegah

terpelintir.

d. Fleksikan lutut, buat kaki tetap lebar.

e. Dekatkan tubuh penolong dengan pasien (objek yang diangkat).

f. Gunakan lengan atau tungkai (bukan punggung).

g. Tarik pasien kearah penariknya menggunakan sprei.

h. Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak.

i. Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama

dengan dipimpin sesorang dengan menghitung sampai tiga.

Tindakan yang berhubungan dengan ambulasi, diantaranya adalah

latihan ambulasi yang terdiri dari:

3
a. Duduk ditempat tidur, prosedur kerja:

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

 Anjurkan pasien meletakkan tangan disamping

badannya dengan telapak tangan menghadap kebawah.

 Berdirilah disamping tempat tidur kemudian letakkan

tangan pada bahu pasien.

 Bantu pasien untuk duduk dan beri penopang atau

bantal.

b. Turun dan berdiri, prosedur kerja :

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

 Atur kursi roda dalam posisi terkunci.

 Berdirilah menghadap pasien dengan kedua kaki

merenggang.

 Fleksikan lutut dan pinggang penolong.

 Anjurkan pasien meletakkan kedua tangan diatas bahu

penolong, dan letakkan kedua tangan penolong

disamping kanan dan kiri pinggang pasien.

 Ketika pasien melangkah kelantai dan tahan lutut

penolong pada lutut pasien.

 Bantu pasien berdiri tegak dan berjalan hingga kursi

roda.

 Bantu pasien duduk di kursi roda dan atur posisi pasien

agar nyaman.

4
c. Membantu berjalan, prosedur kerja:

 Jelaskan proedur yang akan dilakukan.

 Anjurkan pasien meletakkan tangan disamping badan

atau memegang telapak tangan penolong.

 Penolong berdiri diasamping pasien, pegang telapak

tangan pasien dan lengan tangan pada bahu pasien.

 Bantu pasien berjalan.

Tindakan lain yang berhubungan dengan ambulasi,

membantu ambulasi dan memindahkan pasien, yang

dilakukan pada pasien yang tidak mampu atau tidak

boleh berjalan dari tempat tidur branchard. Prosedur

kerja:

a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b. Atur branchard dalam posisi terkunci.

c. Bantu pasien dengan 2-3 orang.

d. Penolong berdiri mengadap pasien.

e. Silangkan tangan pasien didepan dada pasien.

f. Tekuk lutut anda, kemudian masukan tangan anda

kebawah tubuh pasien.

g. Penolong pertama memasukan tangan dibawah

leher/bahu dan bawah pinggang, penolong kedua

meletakkan tangan dibawah pinggang dan panggul

5
pasien. Sedangkan penolong ketiga meletakkan tngan

dibawah pingguldan kaki.

h. Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard.

i. Atur posisi pasien di branchard.

B. Tindakan–tindakan Ambulasi

1. Posisi fowler

Posisi folwer merupakan posisi tempat tidur dengan menaikkan kepala dan

setinggi 45◦-90◦ tanpa fleksi lutut.

Tujuan

a. Membantu mengatasi masalah kesulitan pernapasan dan kardiovaskuler

b. Melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi).

Persiapan alat.

a. Tempat tidur

b. Bantal kecil

c. Gulungan handuk

d. Footboard (bantalan kaki)

e. Sarung tangan (jika diperlukan)

Prosedur pelakasanaan

a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika diperlukan.

b. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikan.

6
c. Naikan kepala tempat tidur 45-90 derajat. Sesuai kebutuhan flower

rendah atau semi-fowler (15-45 derajat) fowler tinggi 90 derajat.

d. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada

celah disana.

e. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien.

f. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit.

g. Pastikan tidak terdapat tekanan pada area popliteal dan lutut dalam

keadaan fleksi.

h. Letakkan trochnater roll (galungan handuk) disamping masing-masing

paha.

i. Topak telapak kaki klien dengan menggunakan bantalan kaki.

j. Letakkan bantal menopang kedua lengan dan tanganjika klien memiliki

kelemahan pada kedua tangan tersebut.

k. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

l. Dokumentasikan tindakan.

2. Posisi ortopnea

Posisi ortopnea merupakan adaptasi dari posisi Folwer tinggi, klien duduk

di tempat tidur atau di tepi tempat tidur dengan meja yang menyilang di

atas tempat tidur.

Tujuan

a. Membantu mengatasi masalah kesulitan pernapasan dengan

memberikan ekspansi dada maksimum.

7
b. Membantu klien yang mengalami masalah ekshalasi.

Perispan alat

a. Tempat tidur

b. Bantal kecil

c. Gulungan handuk

d. Bantalan kaki

e. Sarung tangan (jika diperlukan)

Prosedur pelaksanaan

a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan, bila diperlukan.

b. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan.

c. Naikkan kepala tempat tidur 90 derajat.

d. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas tempat

tidur (overbed table).

e. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit.

f. Pastikan tidak terdapat tekanan pada area popliteal dan lutut dalam

keadaan fleksi.

g. Letakkan gulungan handuk disamping masing-masing paha.

h. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

i. Dokumentasikan tindakan.

3. Posisi telentang (supinasi)

Posisi telentang adalah posisi klien berbaring telentang dengan kepala dan

bahu sedikit elevasi dengan menggunakan bantal.

8
Tujuan

a. Untuk klien pascaoperasi dengan enestesi spinal.

b. Mengatasi masalah yang timbul aakibat pemberian posisi pronasi yang

tidak tepat.

Persiapan alat

a. Tempat tidur

b. Bantal kecil

c. Gulungan handuk

d. Sarung tangan (jika diperlukan)

Prosedur pelaksanaan

a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika diperlukan.

b. Baringkan klien telentang mendatar ditengah tempat tidur.

c. Letakan bantal dibawah kepala dan bahu klien.

d. Letakan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada

celah disana.

e. Letakan bantal bibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit.

f. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan bantalan kaki.

g. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisis ekstremitas atas,

elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan

menggunakan bantal.

h. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda.

i. Dokumentasikan tindakan.

9
4. Posisi Telungkup (pronasi)

Posisi pronasi adalah posisi klien berbaring diatas abdomen dengan kepala

menoleh kesamping.

Tujuan

a. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.

b. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.

c. Membantu draenase dari mult sehingga berguna bagi klien pasca

operasi mulut atau tenggorokan.

Persiapan alat

a. Tempat tidur

b. Bantal kecil

c. Gulungan handuk

d. Sarung tangan (jika di perlukan)

Prosedur pelaksanaan

a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan, jika diperlukan.

b. Baringkan klien telentang mendatar ditengah tempat tidur.

c. Gulingkan klien dan posisikan lengan dekat dengan tubuhnya disertai

siku lurus dan tangan diatas paha. Posisikan tengkurap atau telungkup

ditengah tempat tidur yang datar.

d. Putar kepala klien kesalah satu sisi dan sokong dengan bantal. Jika

banyak draenase dari mulut, mungkin pemberian bantal

dikontraindikasikan.

10
e. Letakan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (poli

darah pada wanita) dan krista iliaka.

f. Letakan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai tumit.

g. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisis ekstemitas atas,

elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas). Posisi ini

akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan.

Bantal tidak diletakan dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan

terjadinya fleksi bahu.

h. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

i. Dokumentasikan tindakan.

5. Posisi Lateral (side-lying)

Posisi lateral adalah posisi klien berbaring pada salah satu sisi bagian

tubuh dengan kepala menoleh kesamping.

Tujuan

a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan kelurusan punggung yang

baik.

b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat.

c. Membantu menghilangkan tekanan pada sekrum dan tumit.

Prosedur pelaksanaan

a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan, jika diperlukan.

b. Baringkan klien telentang mendatar ditengah tempat tidur.

c. Gulingkan klien hingga posisinya miring.

11
d. Letakan bantal dibawah kepala dan leher klien.

e. Fleksikan bahu bawah dan posisikan kedepan sehingga tubuh tidak

menopang pada bahu tersebut.

f. Letakan bantal dibawah lengan atas.

g. Letakan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas

bertumpuk secara paralel dengan permukaan tempat tidur.

h. Letakan bantal guling dibelakang punggung klien untuk

menstabilkan posisi.

i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

j. Dokumentasikan tindakan.

6. Posisi sims

Posisi sims atau disebut juga posisi semi pronasi adalah posisi klien

berbaring pertengahan antar posisi lateral dan posisi pronasi. Pada posisi

ini, lengan bawah ada dibelakang tubuh klien, sedangkan lengan atas ada

didepan tubuh klien.

Tujuan

a. Memfasilitasi drainasi dari mulut pada klien tidak sadar.

b. Megurangi penekanan pada sakrum dan tronkarter mayor pada

klien yang mengalmi paralisis.

c. Untuk memudahkan pemeriksaan dan perawatan area pereneal.

d. Untuk tindakan pemberian enema.

Persiapan alat

a. Tempat tidur

12
b. Bantal kecil

c. Gulungan handuk

d. Sarung tangan (jika diperlukan)

Prosedur pelaksanaan

a. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika diperlukan

b. Baringkan klien terlentang mendatar ditempat tidur

c. Guling klien hingga posisinya setengah telungkuk, sebagian

berbaring pada abdomen.

d. Letakkan bantal dibawah kepala klien

e. Atur posisi bahu atas sehingga bahu dan siku pleksi.

f. Letakkan bantal disela antar dada dan abdomen dan pada lengan

atas serta tempat tidur.

g. Letakkan bantal pada area antara paha atas dan tempat tidur.

h. Letakkan alat penompang dibawah telapak kaki klien.

i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

j. Dokumentasikan tindakan.

7. Menaikkan posisi klien yang melorot ke atas tempat tidur

Menepatkan kembali posisi klien yang melorot kebagian bawah di atas

tempat tidur pada posisinya semula.

Tujuan

a. Memenuhi kebutuhan pengaturan posisi yang sesuai/tepat.

b. Memberikan rasa nyaman.

13
Persiapan alat

a. Rekstok gantung (overhead trapeze).

b. Sarung tangan (jika perlu).

Prosedur pelakasanaan

a. Atur tempat tidur.

b. Persiapkan klien.

c. Atur posisi anda dan pindahkan klien.

d. Pastikan klien merasa nyaman dengan posisi yang anda berikan.

e. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

f. Dokumentasikan semua tindakan yang kan dilakukan.

Menempatkan posisi klien berada pada tepi tempat tidur dari posisi

di tengah tempat tidur

8. Memindahkan posisi klien di tepi tempat tidur

Tujuan

a. Memenuhi kebutuhan pengaturan posisi yang sesuai/tepat.

b. Untuk mempersiapkan prosedur selanjutnya ( mendudukan di tepi

tempat tidur, mentransfer ke kursi roda )

Persiapan alat

Sarung tangan ( jika di perlukan)

Prosedur pelaksanaan

1. Atur tempat tidur

2. Atur posisi anda dan posisi klien secara cepat

3. Pindahkan kepala dan dada klien

14
4. Memindahkan pantat klien

5. Memindahkan kaki

6. Naikan/pasangan pagar tempat tidur di samping klien

7. Pastikan klien merasa nyaman dengan posisi yang anda berikan

8. Dokumentasi semua tindakan

9. Mengatur posisi klien pada posisi duduk di atas tempat tidur

Menempatkan klien pada posisi duduk di atas tempat tidur.

Tujuan

a. Memenuhi kebutuhan pengaturan posisi yang sesuai dengan/tepat.

b. Untuk persiapan prosedur perawatan berikutnya (memberikan makan

dan minum, higine personal, dan sebagainya).

Persiapan alat

a. Sarung tangan ( jika perlu)

Prosedur pelaksanaan

a. Atur tempat tidur.

b. Atur posisi anda dan posisi klien secara tepat.

c. Angkat klien pada posisi duduk.

d. Pastikn klien merasa nyaman dengan posisi yang akan anda berikan.

e. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

f. Dokumentasikan semua tindakan.

10. Memindahkan klien pada posisi duduk di tepi tempat tidur

15
Menempatkan posisi klien berada pada posisi duduk di tempat tidur.

Tujuan

a. Agar terpenuhi kebutuhan pengaturan posisi yang sesuai/tepat.

b. Untuk persiapan prosedur perawatan berikutnya ( mentrasnfer klien ke

kursi roda, ambulasi).

Persiapan alat

Sarung tangan (jika perlu).

Prosedur pelaksanaan

a. Atur tempat tidur.

b. Atur posisi anda dan posisi klien secara tepat.

c. Angkat klien pada posisi duduk.

d. Pastikan klien merasa nyaman dengan posisi yang akan diberikan.

e. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.

f. Dokumentasikan semua tindakan.

11. Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda

Memindahkan klien dari atas tempat tidur ke kursi roda untuk menjalani

prosedur atau tindakan tertentu.

Tujuan

a. Menjalani prosedur perawatan tertentu.

b. Dipindahkan ketempat atau ruangan tertentu.

Persiapan alat

a. Sarung tangan (jika perlu).

b. Kursi roda.

16
Prosedur pelaksanaan

a. Atur perawatan dengan tepat

b. Siapkan dan kaji klien.

c. Berikan instruksi yang jelas pada klien.

d. Siapkan posisi perawat dengan tepat.

e. Membantu klien untuk berdiri, kemudian bergerak bersama-sama menuju

kursi roda.

f. Bantu klien utuk duduk.

g. Pastikan keselamtan klien.

12. Memindahkan klien dari tempat tidur ke brankar

Memindahkan klien dari atas tempat tidur ke brankar/kereta dorong dengan

maksud tertentu.

Tujuan

a. Melaksanakan tindakan perawatan tertentu yang tidak dapat dikerjakan

di atas tempat tidur.

b. Memindahkan klien pada tempat yang baru.

Persiapan alat

a. Brankar/kereta dorong

b. Sarung tangan jika perlu.

Prosedur pelaksanaan

a. Atur tempat tidur untuk persiapan pemindahan klien.

b. Atur posisi klien di tepi tempat tidur dan atur posisi brankar.

c. Pindahkan klien dengan aman ke brankar

17
d. Pastikan keamanan dan kenyamanan klien.

13. Latihan aktif rom

Merupakan latihan gerak isotonik ( terjadi kontraksi dan pergerakan otot)

yang dilakukan klien dengan menggerakan masing-masing persendiannya

sesuai dengan rentang geraknya yang normal.

Tujuan

a. Latihan ini dapat atau meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot.

b. Mempertahankan fungsi kardiorespirator.

c. Mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian.

Prosedur pelaksanaan

a. Perawat memberikan bimbingan dan intruksi atau motifasi kepada klien

untuk menggerakan persendian-persendian tubuh sesuai denga rentang

geraknya masing-masing.

14. Latihan pasir rom

Latihan pergerakan perawat atau yang menggerakan persendian klien sesuai

dengan rentang gerakan.

Tujuan

a. Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian.

Prosedur pelaksanaan

a. Prosedur umum.

b. Prosedur khusus.

 Gerakan bahu

 Gerakan siku

18
 Gerakan pergelangan tangan

 Gerakan pinggul dan lutut

 Gerakan telapak kaki dan pergelangan kaki

 Gerakan leher

 Gerakan hiperekstensi

Keuntungan eartly ambulation adalah sebgai berikut

1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation

2. Faal usus dan kandungan kemih lebih baik

3. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara

merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit misalnya

memandikan, mengganti pakaian dan member makan.

4. Lebih sesuai denga keadaan indonesia (sosial ekonomis). Menurut

penelitian-penelitian yang seksama, early ambulation tidak mempunyai

pengaruh yang buruk, tidak mempengaruhi penyumbuhan luka

episostomy atau luka di perut, serta tidak memperbesar kemingkinan

prolapsus atau retrotexto uteri.

5. Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan

penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru,

demam, dan sebagainya

6. Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-

angsur jadi bukan maksud nya ibu segera setelah bangun di benarkan

mencuci, memasak dan sebagainya.

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada

pasien paska operasi dimulai dari duduk sampai pasien turun dari tempat tidur

dan mulai berjalan.

Tujuan ambulasi adalah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna

mempertahankan kesehatan pasien

  Latihan ambulasi seperti duduk di atas tempat tidur, turun dan berdiri dari

tempat tidur, membantu berjalan, dan memindahkan pasien dari tempat tidur

ke branchard.

B. SARAN

Sebagai seorang perawat yang baik,harus mampu menguasai mekanika

tubuh yang baik.

 Sebagai seorang perawat yang baik harus mampu menguasai teknik ambulasi

yang benar untuk mengurangi terjadinya cedera.

 Pengetahuan mekanika tubuh yang baik juga harus diberikan kepada

pasien,untuk mengurangi cacat yang mungkin terjadi dalam aktifitas sehari-

hari.

20
DAFTAR PUSTAKA

Novvi karlina, Gustina. 2014. Keterampilan Dasar Kebidanan I, Jakarta.

Yuni Fitriani, Ari Andriyani, 2019. Keterampilan Dasar Kebidanan,


Buku Konsep Dan Implementasi Dalam Pelayanan
Kebidanan,Yogyakarta.

Eny Retna Ambarwati, Tri Sunarsih, Nuha Medika, 2009. KDPK


Kebidanan, Jogjakarta.

Fatimah Nabiel, 2015. Keterampilan Dasar Kebidanan I, Yogyakarta.

Eny Kusyanti. 2006. Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium, Buku


Kedokteran EGC,Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai