Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH
ADAPTASI DAN FISIOLOGI BAYI BARU LAHIR

Disusun Oleh :
Kelompok : 6
1. Siska Maulidah 15. Lia Elyda
2. Kuneng Umbarwati 16. Dini Nurlianti
3. Sofia Zaskia 17. Selvi Megarani
4. Muthahara Dalilaty 18. Siti Saiyah
5. Apriyanti Mayunda 19. Kamilatunisa
6. Nurlela 20. Della Dwi Riyanti
7. Endah Kartika Dewi 21. Putri Rochmawati
8. Anis Meyly Agustiani 22. Tiar Anggraini Pratiwi
9. Tati Agustin 23. Idayati Manik
10. Irmayanti 24. Lita Amelia
11. Lina Eka Ningrum 25. Heni Fitriani
12. Febta Vabrella 26. Eka Sari
13. Nindy Fatya Zahara 27. Monica Oktaviani
14. Ita Nurhasanah 28. Alda Putri Monica

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN ALIH JENJANG


STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA
JAKARTA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah “Adaptasi dan fisiologi bayi baru
lahir”. Kelompok menyadari bahwa makalah yang penulis selesaikan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kelompok mengharapkan
kritik dan saran dari bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
penulis selanjutnya.
Akhir kata, kelompok mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Serta penulis berharap agar makalah ini dapat bermamfaat
untuk kita semua.

Jakarta, Januari 2024

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 2
C. Tujuan …............................................................................ 2
D. Manfaat ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir
A. Pentingnya adaptasi BBL terhadap kehidupan diluar Uterus......3
B. Adaptasi sistem pernapasan.......................................................3
C. Adaptasi sirkulasi sistem peredaran darah dan termoregulator..6
D. Adaptasi sistem pencernaan …………………………………….12
E. Adaptasi sistem imun……………………………………………….12
F. Adaptasi sistem muskuloskeletal ............................................. 13
G. Adaptasi sistem integumen.........................................................13
H. Adaptasi sistem perkemahan atau renal.....................................15
I. Adaptasi sistem endokrin........................................................... 16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................... 18
B. Saran.................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai seorang bidan harus mampu memahami tentang beberapa


adaptasi atau perubahan fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini sebagai
dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat. Setelah lahir,
BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung
(plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus
mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri,
mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah
yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.

Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari


kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini
berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling cepat terjadi
adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi darah, termoregulasi, dan
kemampuan dalam mengambil dan menggunakan glukosa.

Pada saat lahir, bayi baru lahir akan mengalami masa yang paling
dinamis dari seluruh siklus kehidupan. Bayi mengalami suatu proses
perubahan dikenal sebagai periode transisi yaitu periode yang dimulai
ketika bayi keluar dari tubuh ibu harus beradaptasi dari keadaan yang
sangat bergantung menjadi mandiri secara fisiologis, selama beberapa
minggu untuk sistem organ tertentu.

Jadi adaptasi merupakan suatu penyesuaian bayi baru lahir dari dalam
uterus keluar uterus, prosesnya disebut periode transisi atau masa
transisi. Secara keseluruhan, adaptasi diluar uterus harus merupakan
sebagai proses berkesinambungan yang terjadi selama keseluruhan.
Maka pada setiap kelahiran, bidan harus memikirkan tentang faktor-faktor
kehamilan atau persalinan yang dapat menyebabkan gangguan pada jam-
jam pertama kehidupan diluar rahim seperti partus lama, trauma lahir,
infeksi, keluar mekunium, penggunaan obat-obatan.

Bidan mempunyai tanggung jawab terhadap ibu dan bayi baru lahir,
tidak hanya melewati fase kehidupan dalam uterus menuju kehidupan luar
uterus seaman mungkin, tetapi juga adaptasi fisik terhadap kehidupan luar

1
uterus. Oleh karena itu bidan harus mengetahui bagaimana proses
adaptasi bayi baru lahir, memfasilitasi proses adaptasi tersebut sehingga
dapat melakukan tindakan-tindakan yang tepat untuk melahirkan bayi baru
lahir yang sehat.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanana mengatasi masalah adaptasi fisiologi dan adaptasi
bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus

C. TUJUAN
Untuk mengetahui Bagaimanana mengatasi masala adaptasi
fisiologi dan adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar
uterus

D. MANFAAT

Kelompok berharap makalah ini dapat bertujuan menjadi


pembelajaran bagi kelompok dan dapat mengetahui adaptasi
fisiologi dan adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar
uterus. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A . Pentingnya adaptasi BBL terhadap kehidupan diluar uterus

Lingkungan luar adalah perubahan drastis untuk neonatus, oleh karena


itu neonatus harus dinilai secara teratur dan menyeluruh. Skala apgar
adalah penilaian yang dilakukan segera setelah kelahiran. Ini terdiri dari
penilaian denyut jantung, upaya pernapasan 0 hingga 10, dengan 0
mengindikasikan tekanan neonatal parah dan 10 mengindikasikan transisi
yang lancar ke kehidupan di luar kandungan. Banyak perubahan yang
akan dialami oleh bayi yang semula berada dalamlingkungan interna ke
lingkungan eksternal. saat ini bayi tersebut harus dapat oksigen melalui
sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi oral untuk
mempertahankankadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan
melawan setiap penyakit.

B . Adaptasi sistem pernafasan

Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas


melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui
paru -paru.

a. Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabnga dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus proses ini terus berlanjit sampai sekitar usia 8
tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusnakan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas
sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan
sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

3
b. Awal adanya napas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah:


1). Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar
rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.

2). Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi


paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke
dalam paru - paru secara mekanis.Interaksi antara system pernapasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang
teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.

3). Penimbunan karbondioksida (CO2)

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan
merangsang pernafasan. Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan
pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah
frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.

4). Perubahan suhu

Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

1). Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

2). Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin


/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi
surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat
sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi
surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan
membantu untuk menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps

4
pada akhir pernapasan. Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli
kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas.
Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen
dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.

d. Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi


melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas
keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secar sectio sesaria
kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita
paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali
tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus
BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh
pembuluh limfe dan darah.

e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi


kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam


mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia,
pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini
terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima
oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan
oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.

aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam


alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

5
C. Adaptasi sirkulasi sistem peredaran darah dan termoregulator

Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen
dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke
jaringan.Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus
terjadi 2 perubahan besar :

a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh


sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah
tekanan dengan cara mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga
mengubah aliran darah.

Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah

1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat


dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan
penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian
ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-
paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.

2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah


paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada
pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh
darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan
peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan
peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri,
toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara
fungsional akan menutup.

Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat
menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan

6
setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung
2-3 bulan.

Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi

a. sirkulasi darah fetus

1). Struktur tambahan pada sirkulasi fetus

a). Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami


deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar

b). Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai


hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami
oksigenasi ke dalam vena cava inferior.

c). Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat


atrium dextra ke dalam ventriculus sinistra

d). Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari


venrtriculuc dexter dan aorta desendens

e). Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah


dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal
sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal
sebagai arteri hypogastica.

2). Sistem sirkulasi fetus

a). Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta
ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan
mengembalikan darah ke vena cava inferior

b). Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena umbilicalis dan
mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam
vena cava inferior

7
c). Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam
ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica
dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum

d). Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang


mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium
sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan
kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya untuk
memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian
hepar, jantung dan serebrum menerima darah baru yang mengalami
oksigenasi

e). Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan


ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran
yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk
ke dalam venriculus dexter

f). Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru yang


nonfungsional, yanghanya memerlukan nutrien sedikit

g). Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena


ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagi
abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior

h). Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna,


membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak
oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah maternal

b. Perubahan pada saat lahir

1). Penghentian pasokan darah dari plasenta

2). Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru

3). Penutupan foramen ovale

4). Fibrosis

8
a). Vena umbilicalis

b). Ductus venosus

c). Arteriae hypogastrica

d). Ductus arteriosus

Sirkulasi darah bayi sirkulasi darah janin

Pengaturan suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim
ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang
dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha
utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan
lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di
seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%.
Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa
guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan
lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress
dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak
coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pncegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban
untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.

4. Metabolisme Glukosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.


Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir
seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya

9
sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1 sampai 2 jam).

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :

a. melalui penggunaan ASI

b. melaui penggunaan cadangan glikogen

c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup,
akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya terjadi
jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.Bayi yang sehat
akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama
bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada
saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan
glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak
sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup
bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama,
maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan
(prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena
simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).

Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang


halus, sianosis,, apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak
makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat
jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di
sel-sel otak.

10
PERLINDUNGAN TERMAL ( TERMOREGULASI )

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.
Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh
lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit, sehingga mendinginkan darah bayi.

Prinsip umum pengaturan suhu bayi adalah ;

1. Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti agar tetap hangat.

2. Rawat bayi diruangan yang hangat

3. Jangan meletakkan bayi dekat benda yang dingin

Mekanisme terjadinya Hipotermia:

Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena penurunan suhu tubuh yang
dapat terjadi melalui:

1. Radiasi : Yaitu panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi


yang lebih dingin, misal : BBL diletakkan ditempat yang dingin.

2. Evaporasi : Yaitu cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi


menguap, misal : BBL tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.

3. Konduksi : Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung
kontak dengan permukaan yang lebih dingin, misal : popok/celana basah
tidak langsung diganti,

4. Konveksi : Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara


sekeliling bayi, misal : BBL diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.

11
D. Adaptasi sistem gastrointestinal/ pencernaan

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada
saat lair.

Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah
dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada
bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang
dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.
Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya
memberi ASI on demand.

E. Adaptasi Sistem kekebalan tubuh/ imun

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga


menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun
yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh yang
mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan
alami:

a. perlindungan oleh kulit membran mukosa

b. fungsi saringan saluran napas

c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus

d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah
yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL
se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.

12
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan
pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi
keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai
awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita
adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.

Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi


infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu,
pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang
aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta
pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.

F. ADAPTASI SISTEM MUSKULOSKELETAL

Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui
proses hipertrofi. Ubun – ubun besar akan tetap terbuka hingga usia 18
bulan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh.
Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai.

G. ADAPTASI SISTEM INTEGUMEN

Pada bayi baru lahir cukup bulan, kulit bewarna merah. Sementara itu,
bayi prematur memiliki kulit tembus pandang. Bayi baru lahir tidak
memerlukan pemakaian bedak atau krim karena zat-zat kimia dapat
mempengaruhi kulit bayi.

H. ADAPTASI SISTEM PERKEMIHAN/RENAL

Urin atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga cairan tubuh. Urin disaring di
dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra.

13
Sebelum lahir

Janin menhasilkan sejumlah besar urine encer yang merupakan sumber


penting cairan amnion. Namun sebelum lahir fungsi regulatorik dan
ekskretorik ginjal masih minimal. Fungsi ginjal matang belum berkembang
sampai usia sekitar satu bulan, selama itu urine mirip feses. Ginjal
neonatus yang masing-masing beratnya 12,5 gr memiliki laju filtrasi
glomerulus yang rendah dan luas permukaan yang relative kecil.

Setelah lahir

Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah menyebabkan
retensi cairan bayi baru lahir tidak bisa mengonsentrasikan atau
mengoptimalkan urine dengan baik yang tercermin dalam berat jenis urine
yaitu 1,004 dan osmolalitas urine yang rendah. Semua keterbatasan ginjal
ini lebih buruk pada bayi yang kurang bulan.

3 Bayi baru lahir mengekresikan sedikit urine pada 48 jam pertama


kehidupan, seringkali hanya 30 hingga 60 ml. seharusnya tidak terdapat
protein atau darah dalam urine bayi baru lahir. Bidan harus ingat bahwa
masa abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan fisik seringkali adalah
ginjal dan dapat mencerminkan adanya tumor, pembesaran, atau
penyimpangan didalam ginjal.Perubahan eseimbangan cairan pada bayi
baru lahir Tubuh manusia membutuhkan keseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran. Cairan dimasukkan melalui mulut, atau
secara parenteral dan cairan meninggalkan tubuh dari saluran
pencernaan, paru – paru, kulit, dan ginjal. Klien dari berbagai umur dapat
mengalami kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan, tetapi manusia
yang paling muda dan paling tua memiliki resiko terbesar

Dehidrasi dan edema mengindikasikan tidak terpenuhinya kebutuhan


cairan. Dehidrasi mungkin karena demam berlebihan atau
berkepanjangan, muntah, diare, trauma,atau kondisi lainya yang
menyebabkan kehilangan cairan dengan cepat. Edema juga diikuti oleh

14
gangguan elektrolit dan bisa muncul pada gangguan nutrisi,
kardiovaskular, ginjal, kanker, traumatic, atau gangguan lain yang
menyebabkan akumulasi cairan dengan cepat. ( Jane Coad, Anatomi
Fisiologi untuk bidan : 2006 ).

Organ- organ dan sistem- sistem yang berperan kebutuhan cairan dan
elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit paru, dan gastrointestinal.

Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam


mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlibat pada fungsi
ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam dara,
pengatur keseimbangan asam basa darah, dan ekskresi bahan buangan
atau kelebihan garam. Janin menhasilkan sejumlah besar urine encer
yang merupakan sumber penting cairan amnion. Bayi baru lahir
mengekresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, seringkali
hanya 30 hingga 60 ml.

Paru - paru

Pada masa janin, paru terisi oleh cairan yang dikeluarkan oleh paru yang
bertukar dengan cairan amnion. Saat lahir, 10-25 ml/kg cairan akan
dikeluarkan atau diresorpsi. Pada saat bayi lahir banyak factor untuk
merangsang tarikan napas pertama termasuk perubahan dan keadaan.
Diafragma berkontraksi secara kuat dan kecepatannya lebih tinggi
dibandingkan orang dewasa. Sebagian besar bayi menarik nafas dalam 6
detik dan memperlihatkan pola bernafas dan pertukaran gas yang normal
dalam 15 menit.

15
Kulit

Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan


proses pengaturan panas. Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar
keringat dibawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini
suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang
lebih setengah liter sehari.

Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui


aktivitas otot, suhu lingkungan , dan kondisi sushu tubuh yang panas.
Sebelum lahir janin bergantung pada ibunya untuk mengatur suhu
tubuhnya. Demam pada ibu menyebabkan efek tidak sengaja pada
gradient suhu. Setelah lahir, biasanya suhu lingkungan biasanya lebih
rendah daripada suhu ibu, bayi mengalami penurunan suhu saat lahir.

Gastrotestinal

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan


dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran
air. System gastrotestinal pada janin cukup bulan mempraktikkan perilaku
menghisap dan menelan. Reflex muntah dan batuk yang matur telah
lengkap saat lahir. Pada bayi baru lahir cukup bulan relative matur dan
kemampuan untuk menelan sumber makanan dari luar terbatas.

I. ADAPTASI SISTEM ENDOKRIN

Adaptasi sistem endokrinistem endokrin pada neonatus ekstra uterin


jelas berbedadaripada ketika berada dalam kandungan. Ketika janin
berada dalam kandungan maka masih mendapatkan segala
kebutuhannya dari ibu melalui plasenta meskipun dalam perkembangan di
dalam kandungan mulai terbentuk organ-organ bagi aktifitas hidup.
Namun, organ-organ tersebut, misalnya sistem endokrin masih belum
sempurna untuk dapat hidup mandiri!

Setelah janin lahir barulah system endokrin dapat bekerja sehingga bayi
dapat hidup diluar rahim ibunya kerena hilangnya ketergantungan dari

16
plasenta dan ibu. Setelah lahir ada beberapa kelenjar yang mengalami
adaptasi agar mampu bekerja misalnya

kelenjar Tiroid segera setelah lahir, kelenjar tiroid mengalami perubahan-


perubahan besar fungsi dan metabolisnya. Ada peningkatan kadar
tryiyodotironin serum yang terjadi hampir bersamaan

kelenjar Timus Pada neonatus ukurannya masih sangat kecil dan


beratnya kira-kira 10 gram atau sedikit ukurannya bertambah dan
padamasa remaja beratnya meningkat 30-40 gram kemudian mengerut
lagi. Kelenjar-kelenjar endokrin pada ekstra uterin sudah bisa berfungssi
secara maksimal karena pembentukannya juga sudah mulai sempurna
jadi neonatus sudah tidak mendapatkan bantuan dari plasenta dan
kelenjar endokrin ibunya.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pentingnya adaptasi BBL terhadap kehidupan diluar Uterus


Lingkungan luar adalah perubahan drastis untuk neonatus, oleh karena itu
neonatus harus dinilai secara teratur dan menyeluruh. Skala apgar adalah
penilaian yang dilakukan segera setelah kelahiran. Ini terdiri dari penilaian
denyut jantung, upaya pernapasa.0 hingga 10, dengan 0 mengindikasikan
tekanan neonatal parah dan 10 mengindikasikan transisi yang lancar ke
kehidupan di luar kandungan. Banyak perubahan yang akan dialami oleh
bayi yang semula berada dalamlingkungan interna ke lingkungan
eksternal. saat ini bayi tersebut harus dapat oksigen melalui sistem
sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi oral untuk
mempertahankankadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan
melawan setiap penyakit.

Adaptasi sistem pernafasan Selama dalam uterus, janin mendapatkan


oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir,
pertukaran gas harus melalui paru - paru.Perkembangan paru-paru Paru-
paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabnga
dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus proses ini terus berlanjit sampai sekitar usia 8 tahun, sampai
jumlah bronkus dan alveolusnakan sepenuhnya berkembang, walaupun
janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan
III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup
BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.

Awal adanya napas Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas


pertama bayi adalah :

1). Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar
rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.

2). Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru -
paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam
paru - paru secara mekanis.Interaksi antara system pernapasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang
teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.

18
3). Penimbunan karbondioksida (CO2) Setelah bayi lahir, kadar CO2
meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berurangnya
O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya
kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan
janin.

4). Perubahan suhu Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami


tentang definisi dari proses berubah dan mengetahui apa saja yang
menjadi tujuan serta faktor terjadinya perubahan dan diharapkan juga bagi
pembaca agar dapat mengetahui dampak dalam perubahan. Dan bagi
pembaca yang berprofesi sebagai seorang bidan atau tenaga medis
lainnya agar dapat mengetahui peranannya dalam proses perubahan yaitu
sebagai seorang pembaharu.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
https://www.academia.edu/11651898/perubahan_fisiologis_pada_BBL (Di akses
pada tanggal 28 maret 2020).
https://www.academia.edu/31366607/
MAKALAH_ASKEB_NEONATUS_ADAPTASI_FISIOLOGI_NEON
ATUS (Di akses pada tanggal 28 maret 2020).
Padila. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

20

Anda mungkin juga menyukai