KELOMPOK 3
MAYSEL MANGIRI
MEGA NANDA RISKI
MULYANI BINALU
MUTIARA HASNUN
NORVIN WIDYASARI
NURINTAN
NURHALIZA
1
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI 2
BAB I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat/ Kegunaan Penelitian. 3
2
A. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Reproduksi 5
B. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Pencernaan 6
C. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Perkemihan
7
D. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Muskuluskeletal 12
E. Fisiologi ibu Nifas Pada Sistem Endokrin.............................................13
F. Fisiologi ibu Nifas Pada Sistem Hematologi.........................................14
G. Fisiologi ibu Nifas Pada Perubahan TTV................................................15
H. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Kardiovaskuler....................................16
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009)
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh
maupun emosi. Bagi yang belum mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan
perubahan yang terjadi, oleh sebab itu penting bagi ibu memahami apa saja
3
perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali tanda bahaya secara
dini.
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada
ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di
mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk
tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun
perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini (Bobak,
2009)
Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan
keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki
pengetahauan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas
ini dengan baik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem reproduksi
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem pencernaan
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem
perkemihan
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem
muskuluskeletal
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem Endokrin
4
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem
Hematologi
7. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada Perubahan TTV
8. Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem
Kardiovaskuler
D. Kegunaan/Manfaat Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
5
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai
berikut:
a) Produksi susu
b) Sekresi susu atau let down
Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan
menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir.
Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi
untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin
(hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin
pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi
bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit.
Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi
menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk
menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let down
(mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus
payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena
isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk
menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu
yang cukup lama (Saleha, 2009).
b. Uterus
6
basalis desidua dan desidua parietalis. Desidua yang tertinggal ini akan
berubah menjadi dua lapis sebagai akibat invasi leukosit. Suatu lapisan yang
lambat laun akan manual neorco, suatu lapisan superfisial yang akan
dibuang sebagai bagian dari lokia yang akan di keluarkan melalui lapisan
dalam yang sehat dan fungsional yang berada di sebelah miometrium.
Lapisan yang terakhir ini terdiri atas sisa-sisa kelenjar endometrium basilar
di dalam lapisan zona basalis. Pembentukan kembali sepenuhnya
endometrium pada situs plasenta skan memakan waktu kira-kira 6 minggu.
Penyebarluasan epitelium akan memanjang ke dalam, dari sisi situs
menuju lapisan uterus di sekelilingnya, kemudian ke bawah situs plasenta,
selanjutnya menuju sisa kelenjar endometriummasilar di dalam desidua
basalis. Penumbuhan endometrium ini pada hakikatnya akan merusak
pembuluh darah trombosa pada situs tersebut yang menyebabkannya
mengendap dan di buang bersama dangan caira lokianya.
Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa
sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah
kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu minggu setelah
melahiran beratnya menjadi kurang lebih 500 gram, pada akhir minggu
kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi
100 gram atau kurang. Otot-otot uterus segera berkontraksi setelah
postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta di lahirkan. Setiap kali bila di timbulkan, fundus uteri berada di atas
umbilikus, maka hal-hal yang perlu di pertimbangkan adalah pengisian
uterus oleh darah atau pembekuan darah saat awal jam postpartum atau
pergeseran letak uterus karena kandung kemih yang penuh setiap saat
setelah kelahiran.
Pengurangan dalam ukuran uterus tidak akan mengurangi jumlah
otot sel. Sebaliknya, masing-masing sel akan berkurang ukurannya secara
drastis saat sel-sel tersebut membebaskan dirinya dari bahan-bahan seluler
yang berlebihan. Bagaimana proses ini dapat terjadi belum di ketahui
sampai sekarang.
Pembuluh darah uterus yang besar pada saat kehamilan sudah tidak
di perlukan lagi. Hal ini karena uterus yang tidak pada keadaan hamil tidak
mempunyai permukaan yang luas dan besar yang memerlukan banyak
7
pasokan darah. Pembuluh darah ini akan menua kemudian akan menjadi
lenyap dengan penyerapan kembali endapan-endapan hialin. Mereka
dianggap telah di gantikan dangan pembuluh-pembuluh darah baru yang
lebih kecil.
c. InvolusiUterus
8
42 hari ( 6 mgg ) Bertambah kecil 50 gr
56 hari ( 8 mgg ) Normal 30 gr
d. Lochea
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan, yaitu:
Lochea Hari Warna Ciri – ciri
Rubra 1-2 hari Merah kehitaman
Sanguinolenta 3-7 hari Merah kuning Berisi darah+ lendir
Serosa 7-14 hari Kuning Cairan tidak berdarah lagi
Alba 2 mgg – selesai putih Cairan putih
e. Vagina
f. Perineum
9
B. Fisiologi Ibu Nifas Pada Sistem Pencernaan
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara
lain:
a. Nafsu Makan
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan
normal.
c. Pengosongan Usus
10
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1) Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
2) Pemberian cairan yang cukup;
3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau
obat yang lain.
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain
khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat
penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Pasca melahirkan kadar steroid
menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali
normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah
yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Hal
yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu postpartum, antara lain :
1. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi
etensi urin.
2. Diaphoresis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang terentasi
dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
3. Depresi dari sfinter uretra oleh karna penekanan kepala janin dan spasme
oleh iritasi muskulus sfinterani selama persalinan, sehingga menyebabkan
miksi tidak tertahankan
11
Setelah persalinan, dinding perut longgar karena di regang begitu
lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
Hari pertama abdomen menonjol masih seperti mengandung, 2 minggu
menjadi rilek, 6 minggu kembali seperti sebelum hamil.
Kadang-kadang pada wanita terjadi diastasis dari otot otot rectus abdominis
sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum,
vascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau bediri atau mengejan.
Bila kekuatan otot dinding perut tidak di capai kembali maka tidak ada
kekuatan otot yang menyokong kehamilan berikutnya.
Pengembalian tonus otot dengan latihan fisik dan ambulasi dini,
secara alami dengan menurunya progesterone.
2. Kulit abdomen
3. Striae
4. Perubahan ligamen
5. Simpisis pubis
12
Meskipun relatif jarang , tetapi simpisis pubis yang terpisah ini
merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab
ketidak mampuan jangka panjang. Hal ini biasanya di tandai oleh nyeri tekan
signifikan pada pubis di sertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat tidur
atau saat saat bejalan.
1. Temperatur
Selama 24 jam pertama dapat meningkatkan sampai 38 derajat Celcius sebagai akibat
efek dehidrasi persalinan.
Setelah 24 jam wanita harus tidak demam
Normal suhu 36.
,5-37,5
2. Denyut nadi
Denyut nadi tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir kemudian kembali
mulai mengurang dengan frekuensi yang tidak diketahui
Pada minggu ke 8 sampai ke 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke
frekuensi sbelum Hamil.
3. Tekanan Darah
TD sedikit berubah atau menetap
13
Hipotensi (pusing seakan ingin pingsan segerah setelah berdiri, timbul 48 jam
pertama), akibat dari pembengkakan limpa yang terjadi setelah wanita melahirkan
4. Perubahan sistem pernapasan
Frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 x/menit
Pada post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini di karenakan ibu
dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
Keadaan pernafasan selalau berhubungan dengan keadaan suhu tubuh atau denyut
nadi. Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusu pada saluran nafas
Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat kemungkinan ada tanda-
tanda syok.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada
ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di
mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk
tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta
dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan maupun
perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini. Adapun
perubahan yang terjadi pada: payudara, Uterus, Vagina, Parineum, Sistem
pencernaan, sistem perkemihan, dan sitem muskuluskeletal
Perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Oleh
karena itu, tenaga kesehatan terutama bidan harus memehami perubahan-perubahan
tersebut agar dapat memberikan penjelasan dan intervensi yang tepat kepada pasien.
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 73-
80)
Anggrani, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Pustaka Rihama : Yogyakarta
Bobak Irene, Lowdermik Deitra Leonard, Jensen Margaret Duncan. 2005.
Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC
Fitria, Dina. 2012, 16 Desember. Perubahan Organ Reproduksi Selama Masa Nifas
Di Unduh pada tanggal 10 Januari 2017.
http://difiramidwife.blogspot.com/2012/12/perubahan-organ-reproduksi-selama-
masa.html
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm:
53-57).
Sinta, Janing. 2013, 23 Juli. Perubahan fisiologis masa nifas. Di unduh : 01-08-14.
http://bidanshare.wordpress.com/2013/07/23/perubahan-fisiologis-masa-nifas
16