DISUSUN OLEH :
Intan Sapirah
022.02.1049
LEMBAR PENGESAHAN
MAHASISWA
Intan Sapirah
022.02.1049
MENGETAHUI
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes militus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh
secara klinis, maka diabetes militus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial,
aterosklerotik dan penyakit vascular mikroangiopati dan neuropati. Manifestasi klinis
hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit
vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan
gangguan toleransi glukosa) dapat tetap beresiko mengalami komplikasi metabolic diabetes (Price,
2006).
Diabetes militus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic
akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh
darah (Nugroho, 2011.)
B. Penyebab
Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari
sel-sel betha dari pulau-pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin,
akibatnya terjadi kekurangan insulin. Disamping itu diabetes melitus juga dapat terjadi karena
gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukkan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat
terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui (Hasdianah, 2012).
Ada bukti yang menunjukan bahwa etiologi Diabetes Melitus bermacam – macam. Dibetes
Melitus tipe I adalah penyakit autoimun yang di tentukan secara genetik dengan gejala – gejala
yang pada akhirnya menuju proses bertahap peusakan imunologik sel –sel yang memproduksi
insulin. Sedeanglan Diabetes Melitus tipe II penyakitnya memiliki pola familial yang kuat dan di
ttandai dengan kelainan skeresi insulin, serta kerja insulin ( Price & Wilson, 2006 ).
1) Diabetes melitus tipe I
Menurut Smeltzer, (2015) Diabetes tipe I adalah diabetes yang tergantung insulin ditandai oleh
penghancuran sel-sel beta pankreas yang disebabkan oleh faktor genetik, faktor imunologi
(autoimun), dan faktor lingkungan seperti infeksi virus atau toksin yang dapat memicu
kerusakan sel beta.
Menurut Smeltzer, (2015) diabetes tipe I dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Faktor genitik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecendrungan genitik kearah terjadinya diabetes tipe I. kecendrungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA ( human leucocyte
antige ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respons otoimun. Respons ini merupakan
respons abnorml dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Fator lingkungan Dari hasil penelitian menyatakan bahwa faktor eksternal yang
berpengaruh adalah virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta (Brunner & Suddart 2015)
2) Diabetes Melitus tipe II
Menurut Prince dan Wilson (2015) diabetes melitus disebabkan oleh kegagalan relative sel beta
dan resistensi insulin. Fakor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
melitus tipe II :
a) Usia
Diabetes melitus tipe II kebanyakan menyerang pada usia lanjut lebih dari 65 tahun dengan
proporsi kejadian 8,6%. Angka ini mencakup 15% populasi pada panti lansia (Smeltzer,
Suzanne C. 2002). Hal ini karena berhubungan dengan degenerasi atau kerusakan organ
dan faktor gaya hidup.
b) Kegemukan atau obesitas
Sekitar 80% pasien diabetes melitus mengalami obesitas. Karena obesitas berkaitan dengan
resistensi insulin, maka akan timbul kegagalan toleransi glukosa yang meyebabkan
diabetes melitus tipe II (Prince dan Wilson, 2006).
c) Riwayat dan keluarga
Diabetes termasuk dalam penyakit yang dapat diwariskan. Resiko berkembangnya diabetes
tipe II pada saudara kandung mendekati 40% dan 33% untuk anak cucunya. (Prince dan
Wilson, 2006).
d) Kelompok etnik
Di Amerika Serikat terdapat golongan hispanik, negro serta penduduk asli Amerika
tertentu memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami diabetes melitus dari pada orang
berkulit putih (Smeltzer, (2015).
Faktor lain yang terkait dengan resiko diabetes ialah memiliki riwayat penyakit
kardiovaskuler seperti stroke, PJK, mengkonsumsi alkohol, faktor stres, dan kebiasaan merokok.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan umum:
Perancanaan makan/diet Misalnya :
- Kurangi makan yang ,mengandung glukosa jeroan, santan dan makan ringan yang
banyak mengandung glukosa
- Sering mengkonsumsi yang kurang manis, misalnya papaya, kedondong,
pisang, apel, tomat,semangka
- Sayur-sayuran dan buahan yang berserat
Latihan jasmani/latihan fisik
Dapat memperbaiki metabolisme glukosa asam lemak dan meranggsang sintesis
glikogen. Latihan juga meningkatkan kepekaan insulin pada jaringan oerifer,
sehingga dosis insulin dapat menurunkan waktu latihan.
Pemberian obat hipoglikemi
Obat OAD : oral anti diabetes dan insulin
Pengobatan dan perawatan
Dasar-dasar pengobatan dan perawatan diabetes militus yang dinamakan pentalogi
terapi diabetes militus
Terapi primer, meliputi :
- Diet : dalam pelaksanaan diet diabetes militus sehari-hari, hendaklah di ikuti
pedoman 3 J (jumlah, jadwal,jenis)
- Latihan fisik atau olahraga : macam dan intensitas latihan olahraga pada
penderita diabetes mellitus tergantung pada usia dan komplikasi yang ada
pada penderita
Terapi sekunder, meliputi :
- Obat hipoglikemi
- Cangkok pangkreas (Arjatmo. 2002)
G. Komplikasi
Komplikasi diabetes dapat dibagi menjadi 2 kategori mayor yaitu:
a. Komplikasi metabolik akut
Koma hipoglikemia, terjadi karena pemakaina obat-obat diabetic yang melebihi
dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam darah, Glukosa
yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.
Ketoasidosis, minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel mencari
sumber alternative untuk dapat memperoleh energy sel. Kalau tidak ada glukosa
maka benda-benda keton akan dipakai sel. Kondisi ini akan memgakibatkan
penumpukan residu pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan yang
dapat mengakibatkan asidosis.
Koma hiperosmolar nonketotik, koma ini terjadi karena penurunan komposisi
cairan intrasel dan ekstrasel karena banyak diekskresi lewat urin.
b. Komplikasi kronik jangka Panjang
Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung,
pembuluh darah tepi, pembuluh drah otak. Perubahan pada pembuluh darah
besar dpat mengalami aterosklerosis sering terjadi pada DMTT1/NIDDM.
Komplikasi makroangipati adalah penyakit vascular otak, penyakit arteri
koronaria dan penyakit vaskuler perifer.
Mikroangipati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetika,
nefropati diabetic. Perubahan-perubahan mikrovaskuler yang ditandai dengan
penebalan dan kerusakan yang ditandai dengan penebalan dan kerusakan
membrane diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar. Terjadi pada penderita
DMTI/IDDM yang terjadi neuropati, nefropati dan retinopati.
Neuropati diabetika adalah akumulasi orbital didalam jaringan dan perubahan
metabolic mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun,
kehilangan sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri.
Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivintis dan ISK
Kaki diabetic, perubahan mikroangiopati dan neuropati menyebabkan
perubahan pada ekstremitas bawah. Komlikasinya dapat terjadi gangguan
sirkulasi, terjadi infeksi, gangrene, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf
sensorik dapat menunjangterjadi trauma atau tidak terkontolnya infeksi yang
mangakibatkan gangrene (Riyadi,2008).
2 Setalah Observasi
dilakukan Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
tindakan kualitas, intensitas nyeri
keperawatan Identifikasi skala nyeri
selama 2 x 3 jam
diharapkan Terapeutik
Keluhan Berikan tekhnik nonfarmatologis untuk mengurani
nyeri rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
menurun music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
Kesulitan tidur imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
membaik bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
Jelaskan penyebab, priode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3 Setalah Observasi
dilakukan - Monitor tanda dan gejala infeksi
tindakan Terapeutik
keperawatan - Batasi jumlah pengunjung
selama 2 x 3 jam - Berikan perawatan kulit pada daerah edema
diharapkan - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
mampu pasien dan lingkungan pasien
meningkatkan - Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko
kebersihan tinggi
pada area luka Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan cara memeriksa luka anjurkan
meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborsi pemberian imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA). (2015). Standards of medical care in diabetes. Diabetes
Care,3(1), 1-93.
American Diabetes Assosiation (ADA). (2012). Diagnosis And Classification Of Diabetes Mellitus.
Diabetes Care. 34 (1) : 42-57.
Brunner, Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Brunner, Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Dalimartha, S. (2007). Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus. Jakarta : Penebar
Swadaya
Departemen Kesehatan RI, (2015). Farmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus.
Doengoes, Marilyn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: EGC
Guyton, A. C., Hall, J. E., (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC, 1022
Guyton, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). 11 ed. Rachman RY, Hartanto H,
Novrianti A, Wulandari N, editors. Jakarta: EGC; 2006. P. 423-35
Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak – Anak Dengan Solusi
Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika IDF. (2015).
IDF Diabetes Atlas Sixth Edition, International Diabetes Federation
2013.http://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf diakses tanggal 23
November 2018.
International Diabetes Federation. (2015). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition 2015. Dunia : IDF
Muttaqin,Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Imunologi.
Jakarta: Salemba Medika
NANDA ( 2013 ). Diagnosa Keperawatan Jakarta : EGC
NANDA ( 2016 ). Diagnosa Keperawatan Jakarta : EGC
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta. DPP PPNI
Price, S.A., dan Wilson, L.M., (2006), Patofisiologi, Konsep Klinis ProsesProses Penyakit,Edisi 6, hal.
1271; Huriawati H, Natalia S, Pita Wulansari, Dewi Asih (eds), Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta.
Rendy dan Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta:
Nuha Medika
Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 23 November 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas %20 2013.pdf.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta.
Sudoyo A, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI; 2006.
KASUS KELOLAAN
LAPORAN TRIAGE
(KHUSUS IGD)
Nama : Tn. M
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Keadaan Saat MRS (First Triage):
• Airway
Jalan Napas : ■ Patent □ Ada sumbatan
Jenis: □ Lidah Jatuh Kebelakang
□ Sekret
□ Benda Asing
Suata Nafas : □ Gurling
□ Stridor
□ Snoring
• Breathing
Fungsi Nafas : ■ Spontan Tidak Spontan
Ekspansi dada : Maksimal Tidak Maksimal
Pergerakan Dada ■ Simetris Tidak Simetris
Ronchi : -
Wheezing : -
Respirasi Rate : 22 x/menit < 16 x/mnt, ……………
> 28 x/mnt., …………..
Apneu
Dispneu
Takipneu
Bradipneu
• Circulation
Nadi : ■ Normal : 113 x/mnt Tidak Normal : ………x/mnt
Takikardia
Bradikardia
TD : Normal : 90/51 mmHg Tidak Normal :……...mmHg
Hipertensi
Hipotensi
Akral : Hangat Dingin
Perdarahan Ringan
Sedang
Berat
Keterangan Lain :
Fraktur : Pasien tidak mengalami Fraktur baik pada ekstermits atas maupun ekstermitas bawah
Kesadaran : Kesadaraan Tn.M yaitu Compos Metiss
Lainnya : -
KATEGORI :
EMERGENCY
URGENT
AMBULATORY
DIED
Kesimpulan : P1 / P2 / P3 / P0
Petugas TRIAGE
Observer : Intan Sapirah
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn.M DENGAN KEGAWATAN SISTEM HIPERGLIKEMI
Dx Medis : DIABETES MELLITUS TIPE II
I. Pengkajian
a. IDENTITAS
Nama/Initial : Tn. M
Umur & Alamat : Cakranegara Utara (47 tahun)
Pekerjaan : Petani
Tanggal MRS : 10 April 2023
Tgl pengkajian : 10 April 2023
Penanggung Jwb : Tn.S Alamat : Cakranegara Utara
No.Register : 437891
Dx.Medis : Diabetes Mellitus Tipe II
b. KELUHAN UTAMA
Saat MRS
Pasien datang tanpa rujukan dengan keluhan pusing serta terdapat luka pada bagian kaki
sejak 2 hari yang lalu Saat Pengkajian Pasien mengeluh lemas, pusing , keluhan nyeri pada
bagian kaki disertai dengan & GDS = 308 mg/ dengan luka pada kaki sebelah kiri dengan
ukuran 5 x 2 cm
c. RIWAYAT PENYAKIT / MEKANISME TRAUMA
Tn.M sudah memiliki riwayat penyakit DM ± 5 tahun
d. RIWAYAT LINGKUNGAN (TKP)
Anak Tn. M mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti hipertensi, hepatitis,
diabetes dll.
e. PEMERIKSAAN FISIK
□ AIRWAY : jalan nafas bersih tidak terdapat sumbatan berupa lender
atau darah
□ BREATHING : 22 x/ menit , nafas regular, tidak ada suara tambahan
□ CIRCULATION : TD : 90 / 51 mmhg , N : 113x/menit , S : 380 C, RR : 22
x/menit
□ DISABILITY : kesadaran pasien composmentis , nilai GCS :E = 4, M = 5,
V =6 , GDS = 308 mg/dl
□ EXPOSURE : 380 C, terdapat luka di sekitar ekstremitas bawah
□ FULL Vital Sign & Five Intervention
o Nadi : 113 x/m
o TD : 90/51 mmhg
o SUHU : 380c
o RR : 22x/ m
Monitor Denyut Jantung -
Pulse Oximetri + = 98
Indwelling kateter -
NOT -
Pemeriksaan Laboratorium +
o GIVE A COMFORT
Anjuran untuk rawat luka serta melukan diet rendah gula
o HISTORY & HEAD TO TOE ASSESSMENT
▪ History
Suami pasien mengatakan bahwa Tn.M sudah memiliki riwayat dm
sejak ± 10 tahun
Head to toe
Kepala dan Rambut
Inspeksi:Kulit kepala bersih, tidak terdapat ketombe, tidak ada
pembesaran pada kepala, warna rambut hitam,tidak ada rambut
rontok, rambut rapi.
Palpasi: tidak terdapat benjolan, luka atau lesi di kepala pasien.
Wajah Tampak merah, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema
Mata
Kelopak mata : tidak cowong
Gerakan mata : gerakan mata aktif
Konjungtiva : konjungtiva bersih berwarna putih pucat,anemis
Sclera : berwarna putih,tidak ikterik
Hidung
Reaksi alerfi : tidak ada nya alergi
Sinus : tidak adanya sisun
Lainnya sebut : tidak adanya nyeri tekan
Mulut dan tenggorokan
Gigi geligi : lengkap, tidak adanya krepitasi
Mulut lidah : tidak adanya kesulitan menelan
Bibir : tampak pucat
Mulut dan lidah : berseih
Leher
Inspeksi: Tidak ada benjolan di leher, tidak adanya pembekakan di
daerah leher, tidak ada lesi, warna kulit sawo matang.
Palpasi:Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak ada
benjolan pada leher, tidak adanya nyeri tekan.
Dada (Thorax)
Inspeksi: Terdapat tarikan dinding dada dengan respirasi RR 26x/m
reguler,, pengembangan dada simetris antara kiri dan kanan, tidak
terdapat luka, tidak ada edema
Palpasi : tidak ada nyeri pada dada
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
Abdomen
Inspeksi :tidak ada oedem pada abdomen
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak ada masa dan
penumpukan cairan di daerah abdomen
Perkusi: terdengar bunyi timpani pada area lambung dan usus pada
kuadran kanan dan kiri bawah
Panggul Tidak terkaji
Alat kelamin : Tidak terkaji
Ekstremitas
Atas : Tidak ada lesi, tidak ada luka dan pembekakan pada
ektremitas atas, tidak ada fraktur, turgor kulit kembali lambat, CRT
< 2 detik akral hangat, terpasang infus RL 10 tpmpada ekstremitas
atas bagian kiri.
Bawah : adanya luka pada bagian kaki sebelah kiri dengan ukuran
10 cm warnanya hitam disertai adanya pus
Genogram
Ket :
= laki laki
= perempuan
= garis perkawinan
= garis keturunan
= sudah meninggal
= tinggal serumah
= pasien
i. PEMERfKSAAN LABORATORIUM/RADIOLOGI
□ Laboratorium
Leukosit : 6,250 /µℓ,
b) Hemoglobin : 13,6 gr%
c) Gula darah sewaktu : 308 mg/dl.
d) Interpretasi : Pada hasil lab didapatkan nilai gula darah sewaktu tinggi
dalam batasan tidak normal yaitu 308 mg/dl
□ EKG
□ Terapi medis
• Infus loading Nacl 0.9% 3 flash
• Metformin 3 x 500 mg
• Candesarton 1 x 16 mg
• Levemir , novarapid
• Glibenclamid 5 mg,
Novaxicam 20 mg,
Alvita (metamizole sodium 500 mg, B1, B6, B12)
DO:
- Kaki pasien terdapat luka
- Pasien tampak lemas dan meringis terjadinya luka pada kaki
P : diabetes tipe 2
Q : rasa nyeri kayak disayat
ada infeksi bagian kaki
R : Nyeri pada bagian kaki
S : Skala nyeri 7
T : Hilang Timbul
TTV : Nyeri Akut
- TD : 90/51 mmHg
- N : 113 x/menit
- S : 38 ºc
- RR : 22 x/menit
P : diabetes tipe 2
Q : rasa nyeri kayak disayat Hipertermi
R : Nyeri pada bagian kaki
S : Skala nyeri 7
T : Hilang Timbul Resiko Infeksi
TTV
- TD : 90/51 mmHg
- N : 113 x/menit
- S : 38 ºc
- RR : 22 x/menit
III. Diagnosa Keperawatan
IV. Planning
No. Tujuan/Kriteria
Tanggal Intervensi
Dx Evaluasi
Senin, 1 Setelah dilakukan Observasi
10/04/23 tindakan Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan
keperawatan insulin meningkat
selama 1 x 4 jam Monitor kadar glukosa darah
diharapkan Monitor tanda dan gejala hiperglikemi
Lemas Monitor keton urin , kadar analisa gas darah ,
Kadar glukosa elektrolit , tekanan darah ortostatik, dan frekuensi
darah menurun nadi
Terapeutik
Berikan asupan cairan oral
Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau memburuk
Edukasi
Anjurkan menghindari olaraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dl
Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olaraga
Ajarkan penelolaan diabetes seperti pengunaan
insulin
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian insulin jika perlu
Kolaborasi pemberian cairan IV jika perlu
Edukasi
Jelaskan penyebab, priode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Terapeutik
Berikan asupan cairan oral
Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau memburuk
Edukasi
Menganjurkan menghindari olaraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dl
Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olaraga
Kolaborasi
Mengkolaborasi pemberian insulin
- Metformin 3 x 500 mg
- Levemir, nvorapid 4 iu sc
Kolaborasi pemberian cairan IV jika perlu
- Terpasang infus Nacl 0,9%
2 Senin, Observasi
10/04/23 mengidentifikasi lokasi karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
mengidentifikasi skala nyeri
Terapeutik
memberikan teknik nonfarmatologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis, kompres hangat/dingin)
mengontrol lingkungan yang memperberat rasa neri
(mis, suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
menjelaskan penyebab, priode, dan pemicu nyeri
menjelaskan starategi meredakan nyeri
menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
mengajarkan tekhnik nonfarmatologis untuk mengurangi
rasa nyeri.
3 Senin, Observasi
10/04/23
Memonitor tanda dan gejala infeksi
Terapeutik
Membaatasi jumlah pengunjung
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien.
Edukasi
Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
Mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Subyektif : klien mengatakan kondisinya masih belum stabil dan masih merasakan pusing
serta lemas karena tensi dan GDS masih meningkat
Obyektif : kondisi klien tampak lumayan baik , tidak seperti awal dibawa ke IGD .
P : diabetes tipe 2
Q : rasa nyeri kayak disayat
R : Nyeri pada bagian kaki
S : Skala nyeri 7
T : Hilang Timbul
nilai GDS sudah turun dari 308 mg/dl menjadi 250 mg/dl (27/01/22)
TD = 100/80 mmhg
N= 110 x/ menit
RR = 21 x/ menit
S= 37,3 0 C
SPO2= 98%
Evaluasi : pasien sudah sedikit membaik dan luka pada kaki sudah dibersihkan
Ttd,