Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN DIABETES


MELLITUS DI KLINIK ASY-SYIFA PASURUAN

Di Susun Oleh:

Dihar Auliah Agustin (1801104)

POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO

KAMPUS PASURUAN

JL. KH.Mansyur No.207, Tembokrejo, Purworejo

Kota Pasuruan Jawa Timur 67118, Telp. (0343) 426730

Tahun Ajaran 2020-2021


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN DIABETES


MELLITUS DI KLINIK ASY-SYIFA PASURUAN

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

(Dihar Auliah
Agustin)

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

(Bahrudin A.Md. Kep) (Nurul Huda, S.Psi, S.Kep.Ns, MSi)

Mengetahui

Kepala Ruangan

Hj. Indah Saraswati, S.St


LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit metabolik akibat

pancreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat

menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif (PERKENI, 2015).

Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang

ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia)

akibat tubuh kekurangan insulin yang baik absolut maupun relative. Tingkat

kadar glukosa darah menentukan apakah seseorang menderita diabetes

mellitus atau tidak (Hasdianah, 2012).

Penyakit diabetes mellitus dapat diartikan individu yang mengalirkan

volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes mellitus

adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute

insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin,

2011).

B. ETIOLOGI

Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu:

1) Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1

Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran sel-

sel beta pancreas yang disebabkan oleh:

a. Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri

tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic


kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini

ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human

Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang

bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun

lainnya.

b. Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon

autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah

pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan

tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,

sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau

toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat

menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2) Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Disebabkan oleh kegagalan relative beta dan resisten insulin. Secara pasti

penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik diperkirakan

memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes

Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola

familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin

maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari

sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya

kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi


intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran

sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan

insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya

jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel.

Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin

dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat

dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi

insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi

memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes Mellitus tipe II

disebut juga Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) atau

Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu

kelompok heterogen bentuk-bentuk diabetes yang lebih ringan, terutama

dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa

kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,

diantaranya adalah:

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

d. Kelompok etnik

Hasil pemeriksaan glukosa dalam 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi

3 yaitu:

a. < 140 mg/dL → normal

b. 140-<200 mg/dL → toleransi glukosa terganggu


c. > 200 mg/dL → diabetes

C. PATOFISIOLOGI

Menurut Rendy (2012) tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel

baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan

energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi berasal dari

bahan makanan yang terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein. Pada

keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami

metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%

sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus penyerapan

glukosa ke dalam sel macet dan metabolismenya terganggu sehingga

menyebabkan glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah.

Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk

gula darah adalah 180 mg% sehingga ginjal tidak bisa menyaring dan

mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula

yang menyerap air maka semua semua kelebihan dikeluarkan bersama urin

dan sejumlah air hilang dalam urin yang disebut poliuria. Poliuria

mengakibatkan dehidrasi sehingga pasien merasakan haus. Transport glukosa

ke sel-sel menipis karena digunakan untuk pembakaran dalam tubuh, maka

pasien akan merasa lapar. Makan yang terlalu banyak akan terjadi

penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah

meningkat atau asidosis. Tubuh berusaha mengeluarkan zat asetat melalui


urin dan pernapasan sehingga menimbulkan bau aseton atau buah-buahan.

Keadaan asidosis bila tidak segera ditangani akan terjadi koma diabetik.

D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut dr. Hans Tandra (2013) banyak orang menjadi kaget dan cemas

ketika mengetahui bahwa dirinya adalah pengidap penyakit diabetes karena

selain keluhan dan gejala berjalan perlahan tidak terasakan, juga gejalanya

bervariasi tergantung organ mana yang terkena. Tidak sedikit pula orang yang

ditemukan terkena diabetes setelah mengalami komplikasinya. Tiap orang

mempunyai kepekaan yang berbeda dan kadang mereka tidak merasakan

adanya perubahan pada dirinya. Keluhan seperti rasa capek atau lemah tidak

jarang ditemukan dan kerapkali dianggap sebagai akibat dari kurang tidur,

depresi, atau usia yang bertambah tua. Beberapa keluhan utama dari diabetes

adalah :

a. Banyak kencing. Ginjal tidak dapat menyerap kembali gula yang

berlebihan di dalam darah. Akibatnya, gula ini akan menarik air keluar

dari jaringan sehingga selain kencing menjadi sering dan banyak. Anda

juga akan merasa dehidrasi dan kekurangan cairan.

b. Rasa haus. Untuk mengatasi dehidrasi, anda akan banyak minum dan

terus minum. Kesalahan yang sering di dapatkan adalah anda akan

mencari softdrink yang manis dan segar untuk mengatasi rasa haus.

Akibatnya, gula darah semakin naik dan hal ini dapat menimbulkan

komplikasi akut yang membahayakan.


c. Berat badan turun. Sebagai kompensasi dari dehidrasi dan harus banyak

minum, anda mungkin mulai banyak makan. Memang pada mulanya

berat badan akan menigkat, namun lama – kelamaan otot tidak mendapat

cukup gula untuk tumbuh dan sumber energi. Akibatnya, jaringan otot

dan lemak harus dipecah untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga

berat badan menjadi turun, meskipun makannya banyak. Keadaan ini

makin diperburuk oleh adannya komplikasi yang timbulnhya belakangan.

d. Rasa seperti flu dan lemah. Keluhan diabetes dapat menyerupai sakit flu,

rasa capek, lemah dan nafsu makan menurun. Pada diabetes, gula bukan

sumber energi karena glukosa menumpuk dalam peredaran darah dan

tidak dapat diangkut ke dalam sel untuk menjadi energi.

e. Mata kabur. Gula darah yang tinggi akan menarik keluar cairan dari

dalam lensa mata sehingga lensa menjadi tipis. Akibatnya, mata

mengalami kesulitan untuk memfokus dan penglihatan menjadi kabur.

Apabila anda bisa mengontrol glukosa darah dengan baik, penglihatan

menjadi baik karena lensa mata menjadi normal. Orang diabetes sering

berganti – ganti ukuran kacamata karena gula darah yang terus naik

turun.

f. Luka yang sukar sembuh. Penyebab luka yang sukar sembuh adalah: (1)

infeksi yang hebat karena kuman atau jamur mudah tumbuh pada kondisi

gula darah yang tinggi; (2) kerusakan dinding pembuluh darah sehingga

aliran darah yang tidak lancar pada kapiler (pembuluh darah kecil)

menghambat penyembuhan luka; (3) kerusakan saraf yang menyebabkan


penderita diabetes tidak bisa merasakan luka yang dialami dan

membiarkannya semakin membusuk.

g. Kesemutan. Kerusakan saraf disebabkan oleh glukosa yang tinggi

merusak pembuluh darah sehingga mengganggu nutrisi pada saraf.

Karena syang rusak adalah saraf sensoris, keluhan paling sering adalah

rasa kesemutan atau tidak terasa, terutama pada tangan dan kaki.

Selanjutnya bisa timbul rasa nyeri pada anggota tubuh , betis, kaki,

tangan, dan lengan, bahkan bisa terasa seperti terbakar.

h. Gusi merah dan bengkak. Kemampuan rongga mulut anda menjadi lemah

untuk melawan infeksi. Akibatnya, gusi akan membengkak dan

memerah, timbul infeksi, serta gigi tampak tidak rata dan mudah gatal.

i. Kulit kering dan gatal. Kulit terasa kering, sering gatal, dan infeksi.

Keluhan ini biasanya menjadi penyebab si pasien datang memeriksakan

diri ke dokter, lalu pada pemeriksaan akhirnya ditemukan ternyata ada

diabetes.

j. Mudah kena infeksi. Leukosit (sel darah putih) yang biasanya dipakai

untuk melawan infeksi, tidak dapat berfungsi dengan baik pada keadaan

gula darah yang tinggi. Diabetes membuat anda lebih mudah terkena

infeksi.

k. Gatal pada kemaluan. Infeksi jamur juga menyukai suasana gula darah

yang tinggi. Vagina mudah terinfeksi jamur, mengeluarkan cairan kental

putih kekuningan, serta timbul rasa gatal.

E. KLASIFIKASI

Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut Rumahorbo (2014) terdiri dari :


a. Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 yaitu diabetes tergantung insulin atau

insulin dependen diabetes mellitus (IDDM). Penyebab utamanya adalah

tubuh tidak mnghasilkan insulin atau hilangnya sel beta, penghasil insulin

pada pulau – pulau Langerhans pancreas. Penderita tergantung dengan

insulin dari luar tubuh karena pankreas tidak adekuat mencukupi

kebutuhan tubuh.

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 yaitu diabetes mellitus yang tidak

tergantung insulin atau non insulin dependen diabetes mellitus (NIDDM),

diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh berkurangnya produksi insulin

dari sel beta pankreas, menurunnya aktifitas insulin di jaringan dan

meningkatnya resistensi jaringan terhadap insulin.

c. Diabetes Mellitus Gestasional

Intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Kondisi ini

dapat terjadi bila trisemester kedua kehamilan sekresi hormon

pertumbuhan dan hormon chorioniksomatomamotropin (HCS) meningkat

untuk mensuplai asam amino.

d. Diabetes Mellitus Tipe lain

Diabetes mellitus yang timbul akibat penyakit lain mengakibatkan

gula darah meningkat seperti infeksi berat, kelainan pankreas, kelainan

hormonal, karena obat/ zat kimia, kelainan reseptor insulin, dan kelainan

genetik.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Riyadi ,S. dan Sukarmin (2011). Pemeriksaan gula darah pada

pasien diabetes mellitus antara lain:

a. Gula darah puasa (GDO) 70 – 110 mg/dl

Kriteria diagnostik untuk diabetes mellitus > 140 mg/dl disertai gejala

klasik hiperglikemia, atau IGT 115 – 140 mg/dl.

b. Gula darah 2 jam prandial < 140 mg/dl

Digunakan untuk skrining atau evaluasi pengobatan bukan diagnostik.

c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl

Digunakan untuk skrining bukan diagnostik.

d. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.

TTGO dilakukan hanya pada pasien yang telah bebas dan diet.

Beraktivitas fisik 3 hari sebelum tes tidak dianjurkan pada:

1) Hiperglikemi yang sedang puasa

2) Orang yang mendapat thiazide, dilantin, propranolol, lasik, thyroid,

estrogen, pil KB, dan steroid.

3) Pasien yang dirawat atau sakit akut atau pasien inaktif.

e. Tes Toleransi Glukosa Intravena (TTGI)

Dilakukan jika TTGO merupakan kontra indikasi atau terdapat kelainan

gastrointestinal yang mempengaruhi absorsi glukosa.

f. Glyeosatet hemoglobin

Berguna untuk memantau kadar glukosa darah rata – rata selama lebih

dari 3 bulan. C – Peptidae – 1 – 2 mg/dl (puasa) 5 – 6 kali meningkat

setelah pemberian glukosa untuk mengukur proinsulin (produk saping


yang tidak aktif secara biologis) dari pembentukan insulin dapat

membantu mengetahui sekresi insulin.

G. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan DM yaitu :

1) Diet

Syarat diet hendaknya dapat :

(1) Memperbaiki kesehatan umum penderita

(2) Mengarahkan pada berat badan normal

(3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic

2) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

Prinsip diet DM, adalah :

(1) Jumlah sesuai kebutuhan

(2) Jadwal diet ketat

(3) Jenis : boleh dimakan/tidak

Dalam melaksanakan diet diabetes sehari – hari hendaknya diikuti

pedoman 3J yaitu :

((1)) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau

ditambah

((2)) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya

((3)) Jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori diet DM harus disesuaikan oleh status

gizi penderita,penetuan gizi dilaksankan dengan menghitung


percentage of relative body weight (BPR=berat badan normal)

dengan rumus :

BB( kg)
BPR= X 100 %
TB ( cm )−100

Keterangan :

Kurus (underweight) : BPR <90%

Normal (ideal) : BPR 90% - 110%

Gemuk (overweight) : BPR >110%

Obesitas apabila : BPR >120%

Obesitas ringan : BPR 120% - 130%

Obesitas sedang : BPR 130% - 140%

Obesitas berat : BPR 140% 200%

Morboid : BPR >200%

3) Olahraga

Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita

DM adalah :

(1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2

jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten

pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah

reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan

reseptornya

(2) Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore

(3) Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen

(4) Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein


(5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga

akan dirangsang pembentukan glikogen baru

(6) Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah

karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik

4) Edukasi/pnyuluhan

Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan

pencegahannya. Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada

dokter, mencari artikel mengenai diabetes

5) Pemberian obat-obatan

Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara

(edukasi,pengaturan makan, aktivitas fisik) belum berhasil, bearti

harus diberikan obat obatan

6) Pemantauan gula darah

Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan

untuk mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan

melakukan lima pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi

komplikasi.

7) Melakukan perawatan luka

(1) Pengertian

Melakukan tindakan perawatan menganti balutan,

membersihkan luka pada luka kotor

(2) Tujuan
((1) Mencegah infeksi

((2) Membantu penyembuhan luka

(3) Peralatan

((1) Bak Instrumen yang berisi

((1)) Pinset anatomi

((2)) Pinset chirurgis

((3)) Gunting debridemand

((4)) Kasa steril

((5)) Kom : 3 buah

((2) Peralatan lain

((1)) Sarung tangan

((2)) Gunting plester

((3)) Plester atau perekat

((4)) Alkohol 70% wash bensin

((5)) Desinfektan

((6)) NaCl 0,9%

((7)) Bengkok : 2 buah, 1 berisi larutan desinfektan

((8)) Verband

((9)) Obat luka sesuai kebutuhan

(4) Prosedur Pelaksanaan

((1) Tahap pra interaksi

((1)) Melakukan verifikasi program terapi

((2)) Mencuci tangan


((3)) Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

((2) Tahap orientasi

((1)) Memberikan salam dan menyapa nama pasien

((2)) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada

keluarga/klien

((3)) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan

dilakukan

((3) Tahap kerja

((1)) Menjaga privacy

((2)) Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat

jelas

((3)) Membuka peralatan

((4)) Memakai sarung tangan

((5)) Membasahi plester dengan alkohol/wash bensin dan

buka dengan menggunakan pinset

((6)) Membuka balutan lapis terluar

((7)) Membersihkan sekitar luka dan bekas plester

((8)) Membuka balutan lapis dalam

((9)) Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk

mengeluarkan pus

((10)) Melakukan debridement

((11)) Membersihkan luka dengan menggunakan cairan

NaCl
((12)) Melakukan kompres desinfektan dan tutup dengan

kasa

((13)) Memasang plester atau verband

((14)) Merapikan pasien

((4) Tahap terminasi

((1)) Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan

((2)) Berpamitan dengan klien

((3)) Membereskan alat – alat

((4)) Mencuci tangan

((5)) Mencatat kegiatan dalam lembar/catatan keperawatan

8) Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital

9) Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi

hiperhidrasi

10) Mengelola pemberian obat sesuai program

b. Penatalaksanaan Medis

1) Terapi dengan Insulin

Terapi farmakologi untuk pasien diabetes mellitus geriatri tidak

berbeda dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari

monoterapi untuk terapi kombinasi yang digunakan dalam

mempertahankan kontrol glikemik. Apabila terapi kombinasi oral

gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan diganti menjadi

insulin setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin pada

pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien dewasa, prevalensi

lebih tinggi dari faktor-faktor yang meningkatkan risiko


hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi penderita diabetes

pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis

insulin yang tepat yaitu dengan menggunakan jarum suntik insulin

premixed atau predrawn yang dapat digunakan dalam terapi insulin.

Lama kerja insulin beragam antar individu sehingga diperlukan

penyesuaian dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenis insulin dan

frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual. Umumnya

pasien diabetes melitus memerlukan insulin kerja sedang pada

awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja singkat untuk

mengatasi hiperglikemia setelah makan. Namun, karena tidak mudah

bagi pasien untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran

tetap dari kedua jenis insulin regular (R) dan insulin kerja sedang.

Idealnya insulin digunakan sesuai dengan keadaan fisiologis tubuh,

terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga kali

dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan. Namun

demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai

dengan kenyamanan penderita selama terapi insulin mendekati

kebutuhan fisiologis.

2) Obat Antidiabetik Oral

(1) Obat Antidiabetik Oral

Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD

generasi kedua yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat,

karena adanya non ionic-binding dengan albumin sehingga resiko

interaksi obat berkurang demikian juga resiko hiponatremi dan


hipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai dengan dosis rendah.

Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak aktif sedangkan

18 metabolit gliburid bersifat aktif. Glipizide dan gliklazid memiliki

sistem kerja metabolit yang lebih pendek atau metabolit tidak aktif

yang lebih sesuai digunakan pada pasien diabetes geriatri. Generasi

terbaru sulfoniluera ini selain merangsang pelepasan insulin dari

fungsi sel beta pankreas juga memiliki tambahan efek

ekstrapankreatik.

(2) Golongan Biguanid Metformi

Pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika

digunakan tanpa obat lain, namun harus digunakan secara hati-hati

pada pasien lanjut usia karena dapat menyebabkan anorexia dan

kehilangan berat badan. Pasien lanjut usia harus memeriksakan

kreatinin terlebih dahulu. Serum kretinin yang rendah disebakan

karena massa otot yang rendah pada orangtua

(3) Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose

Obat ini merupakan obat oral yang menghambat

alfaglukosidase, suatu enzim pada lapisan sel usus, yang

mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat kompleks. Sehingga

mengurangi absorb karbohidrat dan menghasilkan penurunan

peningkatan glukosa postprandial. Walaupun kurang efektif

dibandingkan golongan obat yang lain, obat tersebut dapat


dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang mengalami diabetes

19 ringan. Efek samping gastrointestinal dapat membatasi terapi

tetapi juga bermanfaat bagi mereka yang menderita sembelit. Fungsi

hati akan terganggu pada dosis tinggi, tetapi hal tersebut tidak

menjadi masalah klinis.

(4) Thiazolidinediones Thiazolidinediones

Memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat

meningkatkan efek insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha

reseptor. Rosiglitazone telah terbukti aman dan efektif untuk pasien

lanjut usia dan tidak menyebabkan hipoglekimia. Namun, harus

dihindari pada pasien dengan gagal jantung. Thiazolidinediones

adalah obat yang relative.

H. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi dari diabetes mellitus adalah :

a. Hipoglikemi dan hiperglikemi

b. Komplikasi makrovaskuler mengenai pembuluh darah besar, penyakit

jantung

c. Komplikasi mikrovaskuler pada diabetes

1) Penyakit mata (retinopati)

Retinopati terjadi akibat penebalan membran basal kapiler, yang

menyebabkan pembuluh darah bocor (perdarahan dan eksudat padat),

pembuluh darah tertutup (iskemia retina) dan edema makula.

2) Nefropati
Lesi awalnya adalah hiperfiltrasi glomerulus (peningkatan laju

filtrasi glomerulus) yang menyebabkan penebalan difus pada membran

basal glomerulus.

3) Neuropati

Keadaan ini melalui beberapa mekanisme, termasuk kerusakan

pada pembuluh darah kecil yang memberi nutrisi pada saraf perifer, dan

metabolisme gula yang abnormal.

Komplikasi makrovaskular pada diabetes melitus adalah penyakit

kaki. Keadaan ini merupakan akibat penyakit pembuluh darah perifer (kaki

yang dingin dan nyeri), neuropati perifer (kaki hangat, sering hanya

dengan nyeri ringan), dan peningkatan kecenderungan untuk terinfeksi

sehingga terbentuk ulkus, infeksi (selulitis dan osteomielitis), ganggren,

dan kaki kaki hangat/panas dengan kerusakan sendi. (Rendy, 2012 ;

PAPDI, 2006)

I. DIAGNOSA YANG MUNCUL

a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

hiperinsulinemia (misal. Insulinoma)


J. PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/252108877/LP-Diabetes-Mellitus
https://www.academia.edu/33393089/LAPORAN_PENDAHULUAN_DIABETE
S_MELITUS

https://pdfcookie.com/documents/lp-diabetes-mellitus-rvr7my378w2o

http://repository.stikespantiwaluya.ac.id/130/3/BAB%20II.pdf
FORMAT PENGKAJIAN
DATA KEPERAWATAN

BIODATA
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 52 tahun
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Pendidikan terakhir :-
Alamat : Jl. Pattimura
No. Register : xxxxx
Tanggal MRS : 07 April 2021
Tanggal pengkajian : 07 April 2021

RIWAYAT KESEHATAN KLIEN

1. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit :


Klien mengatakan penglihatan kabur, badan terasa lemas, banyak buang air
kecil, suhu tubuh meningkat dan mengalami sakit kepala.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan datang ke IGD pada tanggal 07-04-2021 jam 01.00
dengan keluhan penglihatan kabur, badan terasa lemas, banyak buang air
kecil, suhu tubuh meningkat dan mengalami sakit kepala.

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :


Klien mengatakan tidak mengalami penyakit menular

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Klien mengatakan dikeluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit
menular atau keturunan

AKTIVITAS SEHARI-HARI

A. POLA TIDUR/ISTIRAHAT
1. Waktu tidur :
SMRS : Klien mengatakan tidur jam 20.00 WIB
MRS : Klien mengatakan tidur jam 21.00 WIB

2. Waktu bangun :
SMRS : Klien mengatakan bangun jam 06.00 WIB
MRS : Klien mengatakan bangun jam 05.00 WIB

3. Masalah tidur :
SMRS : Klien mengatakan tidak ada masalah tidur
MRS : Klien mengatakan ada masalah tidur karena nyeri
pada dadanya

4. Hal-hal yang mempermudah tidur :


SMRS : Klien mengatakan akan tidur jika mengantuk
MRS : Klien mengatakan akan tidur jika mengantuk dan
setelah minum obat

5. Hal-hal yang mempermudah pasien terbangun :


SMRS : Klien mengatakan akan terbangun jika mendengar
keramaian
MRS : Klien mengatakan akan terbangun jika susasana di
klinik ramai atau berisik

B. POLA ELIMINASI
1. BAB :
SMRS : 1-2x / hari
MRS : 1x/ hari

2. BAK :
SMRS : 5-8x/ hari
MRS : 6-10x/ hari
3. Kesulitan BAB/BAK :
SMRS : Klien mengatakan tidak ada kesulitan BAB/BAK
MRS : Klien mengatakan tidak ada kesulitan BAB/BAK

4. Upaya/cara mengatasi masalah tersebut : Tidak ada upaya untuk


mengatasi masalah tersebut

C. POLA MAKAN DAN MINUM


1. Jumlah dan jenis makanan :
SMRS : 3x / hari (nasi, sayur, lauk) 1 porsi habis
MRS : 3x/ hari (makanan dari klinik) 1-3 sendok

2. Waktu pemberian makan :


SMSRS : Pagi, siang, sore
MRS : Pagi, siang, sore

3. Jumlah dan jenis cairan :


SMRS : Air putih, susu, air gula ± 1500ml/hari
MRS : Air putih, dan infus NS

4. Waktu pemberian cairan :


SMRS : Sesudah makan, saat haus dan saat mau tidur
MRS : Sesudah makan, minum obat, saat haus dan saat mau tidur

5. Pantangan : Tidak ada pantangan untuk mengatasi masalah tersebut


6. Masalah makan dan minum :
a. Kesulitan mengunyah : Klien mengatakan tidak ada kesulitan
mengunyah

b. Kesulitan menelan : Klien mengatakan tidak ada kesulitan saat


menelan

c. Mual dan muntah : Klien mengatakan hanya mual tetapi


muntah

d. Tidak dapat makan sendiri : Klien mengatakan bisa makan sendiri

7. Upaya mengatasi masalah : Tidak ada upaya untuk mengatasi masalah


tersebut

D. KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE


1. Pemeliharaan badan :
SMRS : Klien mengatakan mandi 3x sehari pagi,siang dan sore
MRS : Klien mengatakan hanya di seka

2. Pemeliharaan gigi dan mulut :


SMRS : Klien mengatakan gosok gigi 2kali pagi dan sore
MRS : Klien mengatakan gosok gigi 1x di pagi hari

3. Pemeliharaan kuku :
SMRS : Klien mengatakan memotong kuku seminggu 2x
MRS : Klien mengatakan memotong kuku seminggu 1x

E. POLA KEGIATAN/AKTIVITAS LAIN :

DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komunikasi :
Klien mengatakan jika diajak berbicara berespon positif

B. Orang yang paling dekat dengan klien :


Anak klien

C. Rekreasi
Hobby : Memangkas rambut
Penggunaan waktu senggang : Menonton televisi dan bermain hp
D. Dampak di rawat di RS :
Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas seperti biasa ketika di klinik

E. Hubungan dengan orang lain/interaksi sosial : Baik

F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : Anak

DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan beribadah : Klien mengatakan ibadah dengan tidur karena
tubuhnya yang masih lemas

B. Keyakinan terhadap sehat/sakit : Klien mengatakan bahwa sakit adalah


cobaan

C. Keyakinan terhadap penyembuhan : Klien mengatakan bahwa dirinya akan


segera sembuh

PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan umum/Keadaan Umum : Lemas
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 37,5 ºC Nadi : 90x/menit
Tekanan Darah : 140/80 mmHg Respirasi : 20x/menit
Tinggi badan : 162 Berat badan : 55
C. Pemeriksaan kepala dan leher :
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk kepala : Bulat
Ubun-ubun : Tidak ada benjolan
Kulit kepala : Bersih dan tidak ada lesi

b. Rambut : Lurus
Penyebaran dan keadaan rambut : Merata
Bau : Tidak berbau
Warna : Hitam

c. Wajah : Bulat
Warna kulit : Sawo matang
Struktur wajah : Simetris

2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris

b. Kelopak mata (palpebra) : Tidak ada benjolan

c. Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

d. Pupil : Isokor

e. Kornea dan iris : Tidak ada radang, gerakan bola mata normal

f. Ketajaman penglihatan/Visus : Tidak terkaji

g. Tekanan Bola Mata : Tidak terkaji

3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Tidak ada pembengkakan dan
tidak ada septum nasi

b. Lubang hidung : Tidak ada secret

c. Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung

4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris
Ukuran telinga : Sedang
Ketegangan telinga : Tidak tegang, lentur
b. Lubang telinga : Tidak ada serumen, tidak ada perdarahan dan benda
asing
c. Ketajaman pendengaran : Klien mampu mendengar dengan baik

5. Mulut dan faring


a. Keadaan bibir : Kering
b. Keadaan gusi dan gigi : Bersih

c. Keadaan lidah : Sedikit ada bercak putih

d. Orofaring : Tidak ada peradangan dan pembesaran tiroid


6. Leher
a. Posisi trachea : Simetris
b. Tiroid : Tidak ada pembesaran
c. Suara : Jelas
d. Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
e. Vena Jugularis : Tidak ada pembesaran vena jugularis
f. Denyut Nadi Carotis : Teraba
D. Pemeriksaan Integumen (kulit)
a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : Hangat
c. Warna : Sawo matang
d. Tekstur : Lembab
e. Kelembaban : Lembab
f. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan

E. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak


a. Ukuran dan bentuk payudara : Tidak terkaji

b. Warna payudara dan areola : Tidak terkaji

c. Kelainan-kelainan payudara dan puting : Tidak terkaji

d. Axilla dan Clavicula : Tidak terkaji

F. Pemeriksaan Thorax/Dada
1. Inspeksi Thorax
a. Bentuk Thorax : Normal

b. Pernapasan
- Frekwensi : 20x/menit
- Irama : Normal dan teratur
c. Tanda-tanda kesulitan bernapas : Tidak ada tanda – tanda kesulitan
bernafas

2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara (Vokal Fremitus) : Normal, getaran antra kanan
dan kiri sama
b. Perkusi : Sonor
c. Auskultasi :
- Suara napas : Vesikuler
- Suara ucapan : Jelas

- Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan

3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan palpasi
- Pulsasi : Tidak ada palpasi
- Ictus cordis : ICS V pada linea midclavicula kiri selebar 1cm
b. Perkusi :
- Batas-batas jantung : ICS II linea dtrenalis dedtrs dinidtrs, ICS IV
sternalis dekstra, ICS IV midcalicula sinistra.

c. Auskultasi :
- Bunyi Jantung I : Lup, pada ruang ICS IV linea
stenalis kiri dan ICS V linea midclavicula kiri

- Bunyi Jantung II : Dup tunggal pada ruang ICS II


linea strenalis kanan dan ICS II liena strenalis kiri

- Bunyi Jantung Tambahan : Tidak ada bunyi jantung tambahan

- Bising/Murmur : Tidak ada bising murmur

- Frekwensi Denyut jantung : 90x/menit

G. Pemeriksaan Abdomen :
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Normal
- Benjolan/Massa : Tidak ada benjolan/ massa
- Bayangan Pembuluh Darah abdomen : Tidak ada bayangan
pembuluh darah abdomen

b. Auskultasi
- Peristaltik usus : Tidak Terkaji

- Bunyi Jantung Anak/BJA : Tidak ada BJA

c. Palpasi
- Tanda Nyeri Tekan : Tidak ada nyeri tekan

- Benjolan/Massa : Tidak ada benjolan atau massa

- Tanda-tanda ascites : Tidak ada tanda-tanda Ascites

- Hepar : Tidak ada tanda-tanda hepar

- Lien : Tidak ada pembesaran lien


- Titik McBurney : Tidak ada nyeri tekan

d. Perkusi
- Suara Abdomen : Tympani

- Pemeriksaan ascites : Tidak ada ascites

H. Pemeriksaan Kelamin Dan Daerah Sekitarnya


1. Genetalia
a. Rambut Pubis : Tidak terkaji

b. Meatus Urethra : Tidak terkaji

c. Kelainan-kelainan pada genetalia eksterna dan daerah inguinal : Tidak


terkaji

2. Anus dan Perineum


a. Lubang anus : Tidak terkaji

b. Kelainan-kelainan pada anus : Tidak terkaji

c. Perineum : Tidak terkaji

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstremitas)


a. Kesimetrisan otot : Simetris

b. Pemeriksaan Oedem : Tidak ada oedem

c. Kekuatan otot :5 5
5 5

d. Kelainan-kelainan pada ektremitas dan kuku : Tidak ada kelainan pada


ektermitas dan kuku
e.

J. Pemeriksaan Neurologi

a. Tingkat Kesadaran (secara Kwantiatif)/ GCS : Composmentis Eye : 4 ,


Motorik : 5 , Verbal : 6

b. Tanda-tanda rangsangan otak :

c. Syaraf otak (nervus cranialis) : Olfaktorius, optikus, okulomotor,


troklearis, trigeminus, abdusen, fasialis, vestibuloklearis, glosofaringeal,
vagus, akeseorius, hipoglossus.
d. Fungsi Motorik : Dapat menggerakan ekstremitas atas dan bawah dengan
baik

e. Fungsi Sensorik : Panca indera dapat berfungsi dengan baik

f. Refleks :
a. Refleks Fisiologis : Bisep, trisep, patella

b. Refleks Patologis : Babinski-, openheim-, chaddock-, gonda-,


Gordon-, scuffer-.

K. Pemeriksaan Status Mental :


a. Kondisi emosi/perasaan : Baik

Orientasi : Mampu mengenal tempat, waktu dan orang

Proses berfikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan) : Baik, pasien


dapat bercerita saat ditanya

b. Motivasi (kemauan) : Klien bersemangat untuk sembuh

c. Persepsi : Baik

d. Bahasa : Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : DM

B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Medis :


1. Laboraturium : -

2. Rontgen : -

3. ECG : -

4. USG : -

5. Lain-lain : -

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


1. Inf. NS
2. Inj. Antrain
3. Inj. Ranitidin

Perawat

DIHAR AULIAH AGUSTIN


NIM. 1801104

ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Ny. S


UMUR : 52 tahun
NO. REGISTER : XXXXXX
DATA PENUNJANG INTERPRETASI DATA MASALAH

DS : Klien mengatakan Defesiensi insulin Ketidakstabilan


penglihatan kabur, badan kadar glukosa
terasa lemas, banyak buang darah
air kecil, suhu tubuh Metabolisme protein dan
meningkat dan mengalami lemah terganggu
sakit kepala.

DO : K/u : Lemah
Kes : CM Polifagia
TD : 140/80 mmHg
N : 90 x / menit
S : 37,5oC Pola makan tidak seimbang
R: 20 x/menit
GDA : 398 mg/dl
Hiperglikemia
Suhu tubuh naik

KETIDAKSTABILAN
KADAR GLUKOSA
DARAH

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. S


UMUR : 52 tahun
NO. REGISTER : XXXXXX

DIAGNOSA
TGL MUNCUL TGL TERATASI TT
KEPERAWATAN
07 April 2021 Ketidakstabilan kadar 09 April 2021
glukosa darah
berhubungan dengan
hiperinsulinemia
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA
SLKI SIKI
NO KEPERAWATAN
KODE DIAGNOSIS KODE LUARAN KODE INTERVENSI
1. D.0027 Ketidakstabilan Luaran Utama : Intervensi Utama :
kadar glukosa darah L.03022 Kestabilan kadar glukosa darah I.15506 Manajemen hiperglikemi
berhubungan dengan i15Observasi :
hiperinsulinemia 5061) Identifikasi kemungkinan penyebab
Setelah dilakukan intervensi hiperglikemi
keperawatan selama 3x24 jam 2) Monitor kadar glukosa darah
didapatkan data kestabilan kadar 3) Monitor tanda dan gejala
glukosa darah membaik dengan hiperglikemia (missal. Polyuria,
kriteria: polydipsia, polifagia, kelemahan,
1. Pusing menurun malaise, pandangan kabur, sakit
2. Kadar glukosa dalam darah kepala)
membaik Terapeutik :
3. Rasa haus menurun 1) Berikan asupan cairan oral
4. Mulut kering menjadi lembab 2) Konsultasi dengan meis jika tanda dan
gejala hiperglikemi tetap ada atau
memburuk
Edukasi :
1) Anjurkan monitor kadar glukosa darah
secara mandiri
2) Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian insulin dan
cairan IV
CATATAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. S


UMUR : 52 tahun
NO. REGISTER : XXXXXX

NO.
NO TGL DX. TINDAKAN TT
KEP
Rabu, 07 1 1) Bina hubungan saling percaya
April 2021 (BHSP) dan tetap menggunakan
06.00 WIB prinsip 5S (Senyum, Sapa, Salam,
Sopan, Santun)
2) Memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan kepada Ny. S
3) Membuat kontrak waktu dengan
keluarga Ny. S
4) Memberikan penjelasan mengenai
penyakit diabetes mellitus mulai dari
pengertian, penyebab, gejala, cara
pencegahan, dan diit bagi penderita
diabetes mellitus
5) Mengobservasi tanda – tanda vital
TD : 140/80mmHg
Nadi : 90x/menit
RR : 20x/ menit
Suhu : 37,50C
GDA : 398 mg/dl
6) Menganjarkan cara perawatan yang
bisa dilakukan keluarga dirumah
ketika penyakit Ny. S kambuh seperti
menyendirikan makanan Ny. S
dengan anggota keluarga lain
7) Menganjurkan pemeriksaan GDA
secara mandiri dirumah untuk
mengontrol kadar glukosa darah

Kamis, 1 1) Bina hubungan saling percaya


08 April (BHSP) dan tetap menggunakan
2021 prinsip 5S (Senyum, Sapa, Salam,
07.00 WIB Sopan, Santun)
2) Memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan kepada Ny. S
3) Membuat kontrak waktu dengan
keluarga Ny. S
4) Memberikan penjelasan mengenai
penyakit diabetes mellitus mulai dari
pengertian, penyebab, gejala, cara
pencegahan, dan diit bagi penderita
diabetes mellitus
5) Mengobservasi tanda – tanda vital
TD : 120/80mmHg
Nadi : 84x/menit
RR : 22x/ menit
Suhu : 36,70C
GDA : 230 mg/dl
6) Menganjarkan cara perawatan yang
bisa dilakukan keluarga dirumah
ketika penyakit Ny. S kambuh seperti
menyendirikan makanan Ny. S
dengan anggota keluarga lain
7) Menganjurkan pemeriksaan GDA
secara mandiri dirumah untuk
mengontrol kadar glukosa darah

Jum’at, 1 1) Membuat kontrak waktu dengan


31 Maret keluarga Ny. S
2021 2) Mengobservasi tanda – tanda vital
08.00 WIB TD : 120/80mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/ menit
Suhu : 36,30C
GDA : 154 mg/dl
3) Menganjarkan cara perawatan yang
bisa dilakukan keluarga dirumah
ketika penyakit Ny. S kambuh seperti
menyendirikan makanan Ny. S
dengan anggota keluarga lain
4) Menganjurkan pemeriksaan GDA
secara mandiri dirumah untuk
mengontrol kadar glukosa darah
EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. S


UMUR : 52 tahun
NO. REGISTER : XXXXXX

TANGGAL TANGGAL TANGGAL


NO DX
Rabu, 07 April 2021 Kamis, 08 April 2021 Jum’at, 09 April 2021
KEP
Jam 06.00 Jam 07.00 Jam 08.00
1 S : Klien mengatakan penglihatan S : Klien mengatakan penglihatan masih S : Klien mengatakan penglihatan
kabur, badan terasa lemas, banyak kabur, badan terasa mendingan, buang sedikit kabur, badan terasa sudah rileks,
buang air kecil, suhu tubuh meningkat air kecil berkurang, suhu tubuh menurun buang air kecil teratur, suhu tubuh
dan mengalami sakit kepala. dan sakit kepala berkurang. menurun dan sudah tidak sakit kepala.

O : K/u : Lemah O : K/u : Cukup O : K/u : Membaik


Kes : CM Kes : CM Kes : CM
TD : 140/80 mmHg TD : 120/80 mmHg TD : 120/80 mmHg
N : 90 x / menit N : 84 x / menit N : 80 x / menit
S : 37,5oC S : 36,7oC S : 36,3oC
R: 20 x/menit R: 22 x/menit R: 20 x/menit
GDA : 398 mg/dl GDA : 230 mg/dl GDA : 154 mg/dl
A : Masalah belum teratasi A : Masalah teratasi sebagian A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi P : Lanjutkan intervensi P : Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai