Anda di halaman 1dari 41

MINI PROJECT

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG


KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN BAHAYA
SEKS BEBAS PADA REMAJA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA KELAS VIII DAN IX
DI KECAMATAN KOTA AGUNG
KABUPATEN LAHAT

Oleh :
dr. Diah Putri Wardani
dr. Irawati Eka Putri
dr. Dewi Ratnasari

Pendamping :
dr. Setiyo Tri Utomo

PUSKESMAS KOTA AGUNG


LAHAT
2017

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan mini
project yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja dan Bahaya Seks Bebas pada Remaja Sekolah Menengah
Pertama Kelas VIII dan IX di Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat” untuk
memenuhi tugas mini project yang merupakan salah satu tugas dalam
menyelesaikan Intership Dokter Indonesia periode Oktober 2017.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Setiyo Tri Utomo selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan
laporan mini project ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga
selesainya laporan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
mini project ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan mini project ini dapat
memberi manfaat bagi yang membacanya.

Lahat, Mei 2017

Penulis

2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Mini Project dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang


Kesehatan Reproduksi Remaja dan Bahaya Seks Bebas pada Remaja Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII dan IX di Kecamatan Kota Agung Kabupaten
Lahat” yang disusun oleh:

Nama : dr. Diah Putri Wardani

dr. Irawati Eka Putri

dr. Dewi Ratnasari

Pembimbing : dr. Setiyo Tri Utomo

Tanggal presentasi : Mei 2017

Tempat : Puskesmas Kota Agung

Wahana Intership : Kabupaten Lahat

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Intership


Dokter Indonesia periode Oktober 2017.

Pembimbing

dr. Setiyo Tri Utomo

3
BERITA ACARA PRESENTASI

Pada hari ini tanggal Mei 2017, telah dipresentasikan oleh :

Nama : dr. Diah Putri Wardani

dr. Irawati Eka Putri

dr. Dewi Ratnasari

Judul : Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan


Reproduksi Remaja dan Bahaya Seks Bebas pada Remaja
Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII dan IX di
Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat

Nama Pembimbing : dr. Setiyo Tri Utomo

Nama Wahana : Kabupaten Lahat

No
Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan
.
1. dr. Diah Putri Wardani 1. .................
2. dr. Irawati Eka Putri 2. .................
3. dr. Ryan Raditya 3. .................
4. dr. Dewi Ratnasari 4. .................
5. dr. Citra Suarna Putri 5. .................
6. dr. Pinta Lusita Naslin 6. .................
7. dr. Elisabet Meiwiji Lestari 7. .................

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pembimbing

dr. Setiyo Tri Utomo

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii
BERITA ACARA PRESENTASI ..................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
BAB III METODE ........................................................................................ . 15
BAB IV HASIL ............................................................................................... 20
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 24
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 28
LAMPIRAN ..................................................................................................... 29

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usia remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
Masa remaja merupakan masa terjadinya tahap perkembangan yang paling pesat,
dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya.1 Pada tahap perkembangan ini
ditandai dengan adanya perubahan karakteristik seks primer dan sekunder.
Karakteristik seks primer seperti terjadi proses kematangan organ-organ
reproduksi, sedangkan karakteristik seks sekunder ditandai dengan tumbuhnya
bulu rambut pada kemaluan, payudara membesar dan menarche (menstruasi

pertama) pada perempuan serta perubahan suara menjadi besar pada laki-laki.
Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse
atau kinky-seks merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar.
Tidak saja oleh agama dan negara, tetapi juga oleh filsafat. Prilaku seks bebas
cenderung disukai oleh anak muda terutama kalangan remaja yang secara bio-
psikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan.2
Prilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja khususnya remaja
yang belum menikah cenderung meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Dessiana pada tahun 2010 terhadap remaja di perkotaan, menunjukan usia remaja
ketika pertama kali mengadakan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14
– 23 tahun.3 Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku
yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan
tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas
baju, memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju,
memegang alat kelamin di bawah baju, dan melakukan senggama.4
Data Depkes RI tahun 2006, menunjukan jumlah remaja umur 10 – 19
tahun di Indonesia sekitar 43 juta (19,61 %) dari jumlah penduduk. Sekitar satu
juta remaja pria (5 %) dan 200 ribu remaja wanita (1%) secara terbuka
menyatakan bahwa pernah melakukan hubungan seksual. Penelitian yang

6
dilakukan oleh berbagai institusi di Indonesia selama kurun waktu 1993 – 2002,
menemukan 5 – 10 % wanita dan 18 – 38 % pria muda usia 14 – 24 tahun telah
melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang seusia mereka 3 – 5
kali. 5
Sedangkan menurut hasil survei Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), rata-rata dari 100 remaja di wilayah Jabodetabek, sekitar
54% pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Kejadian seks pranikah di
Surabaya mencapai 47%, di Bandung 67 %, Medan 52 % dan Palembang 58 %. 6
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2000, kesehatan
reproduksi remaja merupakan salah satu program pemerintah di dalam sektor
pembangunan sosial budaya. Tujuan program adalah untuk meningkatkan
pengetahan, sikap, dan perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi. Lima target
utama kebijakan kesehetan reproduksi remaja yang dimulai pada tahun 2001
antara lain mengurangi jumlah penduduk yang menikah muda, meningkatan
pemahaman mengenai kesehatan reproduksi remaja, mengurangi angka kehamilan
remaja, mengurangi angka kehamilan sebelum menikah meningkatkan
pengetahuan remaja mengenai penyakit menular seksual.7
Data survei kesehatan reproduksi Indonesia, memperlihatkan bahwa hanya
19,2 % remaja yang menyadari peningkatan resiko untuk tertular PMS (Penyakit
Menular Seksual) seperti HIV (Human Immuno Deficiency Virus) bila memiliki
pasangan seksual lebih dari satu. Sekitar 51 % remaja menganggap bahwa yang
beresiko terkena penularan PMS jika hubungan seksual dilakukan dengan pekerja
seks komersial (PSK).8 Berdasarkan penelitian WHO pada tahun 2005 tercatat 448
juta kasus baru infeksi menular seksual (sifilis, gonorrhea, klamydia, dan
trichomonas) yang terjadi pada orang dewasa berusia 15 – 49 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa kelompok umur yang paling banyak menderita IMS adalah
kelompok belia. Remaja merupakan kelompok yang berisiko untuk terkena IMS,
diperkirakan 1 dari setiap 20 remaja tertular IMS dengan persentase tertinggi
terjadi pada usia 15-24 tahun.9 Berdasarkan dari fakta yang ada dapat terlihat
bahwa kemungkinan kurangnya pengetahuan seks dan informasi yang kurang
tepat tentang seksualitas dapat berdampak pada perilaku seks yang keliru dan
menyimpang dikalangan remaja. Permasalah tersebut menunjukkan bahwa remaja

7
muda usia 14 – 23 tahun perlu mendapatkan perhatian untuk memperoleh
informasi dan pemahaman yang benar tentang seks, agar terhindar dari prilaku
seks bebas yang dapat menimbulkan dampak seperti kehamilan di luar nikah,
aborsi, PMS, HIV dan AIDS.
Berdasarkan dari fakta yang ada dapat terlihat bahwa kecenderungan
remaja untuk melakukan berbagai tindakan yang membahayakan kesehatan
mereka sendiri semakin meningkat, namun di sisi lain ternyata pengetahuan para
remaja itu sendiri mengenai aspek kesehatan reproduksi masih sangat rendah,
sehingga remaja perlu untuk diberikan pendidikan mengenai kesehatan
reproduksi. Pendidikan reproduksi yang dimaksud adalah memberikan informasi
kepada remaja sehingga para remaja tahu bagaimana cara menghindari terjadinya
hubungan seksual sebelum waktunya dan membentuk remaja yang mempunyai
sikap dan perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab. 8 Pada umumnya,
anak remaja terdapat pada kelompok siswa SMP dimana pada masa ini terjadi
peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Berbagai masalah kesehatan
reproduksi dapat terjadi pada anak SMP, karena pada saat ini mereka dianggap
memiliki fisik yang sudah matang namun kejiwaan mereka belum begitu matang.
Puskesmas Kota Agung adalah salah satu puskesmas rawat inap yang terletak di
kabupaten lahat yang wilayah kerjanya mencakup 5 SMP antara lain SMP Negeri
1 Desa Kota Agung, SMP Negeri 4 Kota Agung, SMP Negeri 2 Desa Kebun Jati
Kota Agumg, SMP Negeri 3 Desa Tunggul Bute Kota Agung, dan MTs Negeri
Desa Sukaraja Kota Agung. Berdasarkan data temuan Puskesmas Kota Agung
dari bulan Januari hingga Mei, didapatkan empat kasus kehamilan di bawah umur
akibat seks bebas yang beberapa diantaranya dialami oleh siswa SMP umumnya
yang masih duduk di kelas VIII atau IX. Tingginya kasus seks bebas ini dianggap
akibat kurangnya pengetahuan mereka akan kesehatan reproduksi. Oleh karena
itu, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa
SMP di Kota Agung mengenai kesehatan reproduksi.

8
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan
bahaya seks bebas pada remaja kelas VIII dan IX SMP di Kecamatan Kota
Agung, Lahat ?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambarang tingkat pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi remaja dan bahaya seks bebas pada remaja kelas
VIII dan IX SMP di Kecamatan Kota Agung, Lahat.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Responden
Menambah pengetahuan responden mengenai kesehatan reproduksi remaja
serta bahaya yang dapat ditimbulkan akibat penyimpangan hubungan seksual.

1.4.2 Bagi Puskesmas Kota Agung


Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dalam
memberikan informasi tentang pengetahuan remaja mengenal kesehatan
reproduksi sehingga dapat dijadikan untuk peningkatan program Unit Kesehatan
Sekolah (UKS) dan program Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas.
1.4.3 Bagi Pemerintah Kecamatan Kota Agung
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai suatu masukan
dalam program kerja pemerintah demi terciptanya masyarakat yang sehat.

1.4.4 Bagi Dokter Internship


Sebagai proses pembelajaran dan menambah pengalaman dalam
melakukan sebuah penelitian serta meningkatkan pengetahuan peneliti
sehubungan dengan kesehatan reproduksi dan seks bebas.

9
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat
dari sistem fungsi dan proses alat reproduksi yang kita miliki. Pengertian sehat
tersebut tidak semata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga
sehat secara mental dan sosiokultural.5
Kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari alat dan fungsi
reproduksi, baik pada laki-laki maupun perempuan, yang merupakan bagian
integral dari sistem tubuh manusia lainnya serta hubungannya secara timbal balik
dengan lingkungannya.6
Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi yang sempurna dari fisik,
mental dan keadaan sosial (tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan/
kecacatan) dalam setiap persoalan yang berhubungan dengan sistem, fungsi serta
proses reproduksi. Konsep dan definisi lainnya yang juga disepakati dan berkaitan
dengan kesehatan reproduksi, yaitu kesehatan seksual, hak seksual, dan hak
reproduksi.7

2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja secara umum didefinisikan sebagai kondisi
sehat dan sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Remaja perlu memahami tentang kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan
reproduksi remaja, karena keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi mempunyai konsekuensi atau akibat jangka panjang dalam
perkembangan dan kehidupan sosial remaja.5
Pendidikan seksual adalah suatu kegiatan pendidikan yang berusaha untuk
memberikan pengetahuan agar remaja dapat mengubah perilaku seksualnya ke
arah yang lebih bertanggung jawab.8
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat
menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada

10
dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk
menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam
bentuk yang wajar.9

2.2 Remaja
Remaja adalah individu baik perempuan, maupun laki-laki yang berada
pada masa / usia antara anak-anak dan dewasa. United Nations menyebut remaja
bagi mereka yang berusia 15-24 tahun.5 Di Indonesia, batasan remaja mendekati
batasan PBB tentang pemuda kurun usia 14-24 tahun yang dikemukakan dalam
Sensus Penduduk.8
Masa remaja adalah merupakan masa peralihan baik secara fisik, psikis
maupun sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Remaja adalah asset
sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi di masa
mendatang. Bila dilihat dari komposisi penduduk menurut kelompok umur dan
jenis kelamin, jumlah remaja menempati posisi yang lebih besar dibanding
dengan komposisi umur lainnya. Besarnya jumlah penduduk usia remaja ini
adalah merupakan peluang dan bukan menjadi masalah bagi pemerintah.
J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut
perkembangan perasaan dan membaginya dalam 4 tahap, yaitu :8
1. Umur 0-4 atau 5 tahun : masa kanak-kanak (infancy).
2. Umur 5-12 tahun : masa bandel (savage stage).
3. Umur 12-15 tahun : bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan
kesadaran (self consciousness).
4. Umur 15-20 tahun : masa kesempurnaan remaja (adolescence
proper) dan merupakan puncak perkembangan
emosi.

2.2.1 Tumbuh Kembang Remaja


Individu pada masa remaja akan mengalami situasi pubertas, dimana ia
akan mengalami perubahan yang mencolok secara fisik maupun secara emosional/
psikologis dibandingkan dengan masa sebelumnya, yaitu masa kanak-kanak.9

11
2.2.1.1 Perkembangan Fisik (Biologik) Remaja
Pada masa remaja, seseorang mengalami pertumbuhan fisik yang lebih
cepat dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal ini terlihat pada organ
seksualnya, dimana biologik sampai pada kesiapan untuk melanjutkan keturunan.
Pada wanita, ciri sekunder individu dewasa terjadi karena beberapa jenis
hormon/ zat dalam tubuh, terutama estrogen dan progesteron, mulai berperan aktif
sehingga mulai tumbuh payudara, pinggul mulai melebar dan membesar.
Disamping itu, akan mulai tumbuh rambut halus di sekitar ketiak dan vagina/
kemaluan, dan perubahan lainnya seperti, kulit dan rambut mulai berminyak,
keringat bertambah banyak, lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tulang-
tulang wajah mulai memanjang dan membesar, dan lainnya. 5 Pada wanita, kedua
indung telur (ovarium) akan menghasilkan sel telur (ovum). Hormon kelamin
wanita mempersiapkan rahim (uterus) untuk menerima hasil konsepsi bila sel
telur dibuahi oleh sperma, juga mempersiapkan vagina sebagai penerima penis
saat bersenggama. Sejak saat ini wanita akan mengalami ovulasi dan menstruasi.
Ovulasi adalah proses keluarnya ovum dari ovarium, dan jika tidak dibuahi, maka
ovum akan mati dan terjadilah menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa alamiah
keluarnya darah dari vagina yang berasal dari uterus akibat lepasnya endometrium
sebagai akibat dari ovum yang tidak dibuahi.9
Sama halnya dengan perempuan, ciri seks sekunder pada laki-laki
terutama akan disebabkan oleh hormon testosterone yang menyebabkan
tumbuhnya rambut di sekitar ketiak dan kemaluan, tumbuh jenggot dan kumis,
terjadi perubahan suara menjadi berat, tubuh bertambah berat dan tinggi, keringat
bertambah banyak, kulit dan rambut mulai berminyak, lengan dan tungkai kaki
bertambah panjang, pundak dan dada bertambah besar dan bidang, tumbuh jakun,
penis dan buah zakar membesar, dan lainnya. 5 Pada pria, sejak usia ini testis akan
menghasilkan sperma yang tersimpan dalam skrotum. Kelenjar testis akan
menghasilkan sperma, dan penis dapat digunakan untuk bersenggama dalam
perkawinan. Seorang pria dapat menghasilkan puluhan sampai jutaan sperma
sekali ejakulasi dan mengalami mimpi basah, dimana sperma keluar dengan
sendirinya secara alamiah.9

12
Perubahan fisik baik pada remaja perempuan maupun pada remaja laki-
laki akan berhenti pada usia sekitar 20 tahun, yang berakibat tubuh tidak akan
bertambah tinggi lagi, payudara tidak akan membesar lagi, dan pinggul tidak akan
bertambah lebar.5

2.2.1.2 Perkembangan Psikososial Remaja


Kesadaran akan bentuk fisik yang bukan lagi anak-anak akan menjadikan
remaja sadar meninggalkan tingkah laku anak-anaknya dan mengikuti norma,
serta aturan yang berlaku.9 Perubahan psikologis terjadi disebabkan oleh adanya
perubahan-perubahan kebutuhan, konflik nilai antara keluarga dan dunia luar,
serta terjadinya perubahan fisik. Perubahan psikologis yang dimaksud seperti
remaja menjadi sangat sensitif, sering bersikap irasional, mudah tersinggung,
bahkan stress.10 Menurut Havigrust aspek psikologis yang menyertai masa remaja
adalah9 :

1. Menerima kenyataan (realitas) jasmani.


2. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman
sebaya.
3. Menjalankan peran-peran sosial menurut jenis kelamin sesuaikan
dengan norma.
4. Mencapai kebebasan emosional (tidak tergantung) pada orang tua atau
orang dewasa lain.
5. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep untuk
bermasyarakat.
6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan atau jabatan.
7. Mencapai kebebasan ekonomi, merasa mampu hidup dengan nafkah
sendiri.
8. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan.

13
2.3 Perilaku Seksual Remaja
Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan
pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka
hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja
meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain, begitu juga kemampuan untuk
mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang
mengalami perubahan fisik, psikis, dan social akibat pubertas, masyarakat justru
berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks. Tidak tersedianya
informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja
mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. 11
Perilaku remaja yang tidak sehat akan menimbulkan beberapa manifestasi
khususnya di kalangan remaja sendiri, diantaranya : 9
1. Dampak kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja putri baik terhadap
kesehatan.
2. Pengguguran kandungan, terutama yang dilakukan secara tidak aman.
3. Dampak sosial ekonomi dari kehamilan yang tidak diinginkan.
4. Masalah penyakit menular seksual.
5. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual.

2.3.1 Kehamilan Yang Tidak Diinginkan (KTD) Pada Remaja


Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang
oleh karena suatu sebab maka keberadaannya tidak diinginkan atau diharapkan
oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut.

2.3.1.1 Penyebab KTD pada Remaja


Penyebab KTD pada remaja antara lain : 5
1. Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai
proses terjadinya kehamilan, dan metode pencegahan kehamilan.
Kehamilan ini akan semakin memberatkan remaja perempuan jika
pasangannya tidak bertanggung jawab atas kehamilan yang terjadi.

14
2. Kehamilan Tidak Diinginkan dapat terjadi akibat tindakan perkosaan.
Dalam hal ini meskipun remaja putri memiliki pengetahuan yang
cukup, tetapi ia tidak bisa menghindarkan diri dari tindakan seksual
yang dipaksakan terhadapnya
3. Kehamilan Tidak Diinginkan bisa terjadi pada remaja yang telah
menikah dan telah menggunakan cara pencegahan kehamilan, namun
tidak berhasil.

2.3.1.2 Dampak Kehamilan Remaja


Dampak sosial
Kehamilan yang terjadi pada remaja memberi dampak yang berat pada
remaja. Dikucilkan, diberhentikan dari pekerjaan, dan menjadi bahan pembicaraan
yang tidak enak dalam masyarakat harus selalu diterima olehnya. Kemungkinan
untuk diusir dari keluarga karena keluarga tidak tahan menahan aib yang harus
diterima akibat perbuatannya juga harus diterima olehnya. Satu cara lain yang
harus dihadapi oleh remaja itu sendiri untuk menutupi semua adalah perkawinan.
Meskipun hal itu terpaksa dilakukannya namun ia tidak memiliki pilihan lain
untuk menyelamatkan nama baik keluarga.11
Dampak Medis
Dampak medis yang terjadi pada kehamilan remaja adalah persalinan
premature, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan akibat
kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan. Keadaan gizi yang
buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah, dan stress juga dapat memudahkan
terjadi infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas. Keadaan lain yang dapat terjadi
adalah anemia kehamilan, keracunan kehamilan, dan kematian ibu yang tinggi
akibat menggugurkan kehamilan.12

2.3.2 Aborsi Pada Remaja


Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus yang tidak aman (unsafe

15
abortion) adalah abortus yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten
sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian.
Melahirkan mengandung resiko bagi semua perempuan, apalagi bila
remaja perempuan memutuskan untuk mengakhiri kehamilan yang tidak
dikehendaki. Karena hal ini tidak dibenarkan oleh hukum di Indonesia, pada
umumnya mereka mencari orang yang dapat melakukan pengguguran kandungan,
seringkali oleh mereka yang tidak ahli dan bekerja dengan kondisi yang tidak
memenuhi persyaratan medis.12
Sebagian remaja mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan dengan
cara-cara yang tidak aman, malah berbahaya bagi kesehatannya sendiri, misalnya :
1. Meminum ramuan atau jamu baik yang dibuat sendiri maupun yang dibeli.
2. Memijat peranakannya atau dengan mencoba mengeluarkan janin dengan
lat-alat yang membahayakan dengan bantuan dukun pijat.
3. Meminum obat-obatan yang diberikan oleh dokter atau bidan.
Cara tersebut dapat mengakibatkan perdarahan, infeksi, hingga kematian
calon ibu. Jika dengan cara-cara tersebut kehamilan tidak berhasil diakhiri,
kemungkinan janin mengalami kecacatan mental maupun fisik dalam masa
pertumbuhannya. Di samping itu, aborsi juga berdampak pada kondisi psikologis.
Perasaan bersalah seringkali menghantui pasangan khususnya wanita setelah
mereka melakukan aborsi ini.5

2.3.3 Infeksi Menular Seksual


Infeksi menular seksual adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual yang lebih berisiko bila hubungan seksual dilakukan dengan berganti-
ganti pasangan, baik melalui vagina, oral, maupun anal.12
Infeksi menular seksual menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus
dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan
menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan, dan kematian.
Oleh karena bentuk dan letak alat kelamin yang menonjol, pada laki-laki
gejala penyakit menular seksual lebih mudah dikenali, dilihat, dan dirasakan,

16
sedangkan pada perempuan sebagian besar tanpa gejala, sehingga sering kali tidak
disadari.
Gejala IMS pada laki-laki diantaranya adalah bintil-bintil berisi cairan,
lecet, atau borok pada penis/alat kelamin; luka tidak sakit, keras, dan berwarna
merah pada alat kelamin; adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam;
rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin; rasa sakit yang hebat saat buang air
kecil; kencing nanah atau darah yang berbau busuk; bengkak panas dan nyeri pada
pangkal paha. Sedangkan gejala IMS pada perempuan antara lain rasa sakit atau
nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual; rasa nyeri pada perut bagian
bawah; pengeluaran lendir pada vagina; keputihan berwarna putih susu,
bergumpal, dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau
sekitarnya; keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal; timbul
bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual; bintil-bintil berisi cairan, lecet,
atau borok pada alat.
Beberapa pencegahan terjadinya infeksi menular seksual adalah dengan
tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, kemudian menghindari
hubungan seksual yang tidak aman atau berisiko, selalu menggunakan kondom
untuk mencegah penularan penyakit menular seksual, serta selalu menjaga
kebersihan alat kelamin.5

2.4 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Hasil penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2005),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku
baru), di dalam diri orang tersebut menjadi proses yang berurutan yakni :

17
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest, dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut.
Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan seseorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan


berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman, dan tinggi rendahnya
mobilitas materi informasi tentang sesuatu di lingkungannya. Pengetahuan yang
dicakup dalam daerah kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :13
1. Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan.
2. Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk memahami secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4. Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
5. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.

18
6. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

2.4.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja


Pengetahuan remaja terhadap reproduksi sehat sangat tergantung pada
informasi yang diterima baik dari penyuluhan maupun dari media massa serta
kemampuan untuk menyerap dan menginterpretasikan informasi tersebut.6
Pendidikan seksualitas adalah suatu kegiatan pendidikan yang berusaha
untuk memberikan pengetahuan agar remaja dapat mengubah perilaku seksualnya
kearah yang lebih bertanggung jawab. Sekolah sebagai institusi formal yang
merupakan tempat sebagian besar kelompok remaja adalah wadah yang tepat
untuk memberikan pengetahuan kepada remaja tentang kesehatan reproduksi atau
perilaku seksual yang sehat dan aman melalui pendidikan yang dimasukkan dalam
kurikulum.12
Pada dasarnya, tujuan pendidikan kesehatan reproduksi remaja adalah
untuk membekali para remaja dalam menghadapi gejolak biologisnya agar mereka
tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah karena mengetahui risiko yang
dapat mereka hadapi. Seandainya mereka tetap melakukannya juga (tidak semua
orang dapat dicegah untuk melakukannya), mereka dapat mencegah risiko buruk
yang dapat terjadi. Jika risiko terjadi juga, mereka akan menghadapinya secara
bertanggung jawab.13

19
2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Tingkat Pengetahuan Kesehatan


Remaja SMP di Reproduksi dan
Kecamatan Kota Bahaya Seks Bebas
Agung

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas akan diteliti gambarang tingkat


pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan bahaya seks bebas pada
remaja kelas VIII dan IX SMP di Kecamatan Kota Agung, Lahat.

BAB III

20
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian dengan jenis
studi deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambarang tingkat pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja dan bahaya seks bebas pada remaja kelas VIII dan
IX SMP di Kecamatan Kota Agung, Lahat.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di SMP yang terletak di Kecamatan Kota
Agung, Kabupaten Lahat. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive, yaitu
ditentukan sendiri oleh peneliti. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Maret
2017.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas VIII dan XI SMP
di Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Lahat. Untuk data ordinal, teknik
penarikan sampel akan dilakukan secaraa probability sampling, yaitu simpel
random sampling, dimana responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sampel yang diinginkan peneliti berkesempatan menjadi sampel
penelitian hingga terpenuhinya jumlah sampel yang telah ditentukan peneliti.

1. Kriteria inklusi :
1.1 Bersedia menjadi responden
1.2 Siswa/i SMP kelas VIII dan IX di Kecamatan Kota Agung, Lahat

2. Kriteria eksklusi
2.1. Siswa/i SMP kelas VII di Kecamatan Kota Agung, Lahat
2.2. Siswa/i yang berumur > 17 tahun

21
22
3.3.2. Sampel Penelitian
Besar sampel minimal akan dihitung dengan menggunakan rumus Slovin :

n = N
N. d² + 1
Keterangan :
N = Populasi
n = Besar sampel yang diinginkan
d = Kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir

Dari persamaan di atas dapat ditentukan jumlah sampel sebagai berikut:

n = 415
415. 0,1² + 1

Maka besar n (sampel) dibulatkan menjadi 80 siswa

3.4. Teknik pengumpulan data


Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Data primer yang diperoleh langsung dari responden berdasarkan
kuesioner yang ada.
2. Data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Kota Agung mengenai
jumlah SMP di Kecamatan Kota Agung.

Peneliti melakukan pendekatan kepada calon responden dan menjelaskan


tujuan dan prosedur penelitian. Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk
menjadi subjek dalam penelitian. Setelah itu peneliti membagikan kuesioner pada
responden dan menunggu sampai responden selesai mengisi kuesioner (kira-kira
kurang dari 10 menit). Lalu peneliti mengecek kelengkapan kuesioner yang
diberikan apakah sudah diisi dengan lengkap oleh responden. Bila semua data

23
yang dibutuhkan peneliti telah dikumpulkan, selanjutnya peneliti akan
menganalisa data.

3.5. Uji Validitas dan Reabilitas


Kuesioner yang akan diberikan kepada responden akan melewati uji
validasi dan uji realibilitas terlebih dahulu. Validitas adalah suatu indeks yang
menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Dalam uji
validitas peneliti akan menggunakan teknik korelasi Product moment yang
rumusnya sebagai berikut :

N (Σ X Y) - (Σ X Σ Y)a
R=
√ { N Σ X2 – (Σ X)2 } {N Σ Y 2 - (Σ Y) 2 }

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauhmana
hasil pengukuran tersebut tetap konsisten jika dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama. Menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha)
dengan rumus sebagai berikut :

α =k . r − ¿ ¿
1+ ( k −1 ) . R−¿ ¿

3.6. Pengolahan dan Analisa data


Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui
beberapa tahapan, antara lain tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan
kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua
jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau
angka tertentu pada kuisioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi
dan analisa, tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari kuisioner untuk
dilakukan penghitungan frekuensi data, tahap keempat adalah melakukan cleaning

24
yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan
atau tidak. Data akan disajikan dalam bentuk tabel.

3.7. Alat Ukur


Alat ukur dalam penelitian adalah kuesioner dengan 20 pertanyaan, yaitu
20 pertanyaan untuk pengetahuan.

3.8. Cara Ukur


Cara ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
memiliki makna skor 1 untuk pertanyaan yang dijawab benar dan skor 0 untuk
pertanyaan yang dijawab salah. Skor maksimum yang didapati jika responden
menjawab seluruh pertanyaan dengan benar adalah 20.

3.9. Hasil Ukur


Hasil ukur dalam penelitian ini adalah jumlah total skor dari pertanyaan
yang diberikan dan akan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Baik : jika total nilai yang diperoleh > 75 % (skor 16 – 20)
2. Sedang : jika total nilai yang diperoleh 40 – 75 % (skor 8 – 15)
3. Kurang : jika total nilai yang diperoleh < 40 (skor 0 – 7)

3.10. Skala Ukur


Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Pada skala ordinal
terdapat data dengan informasi peringkat, dengan nilai variabel yang tidak dapat
dimanipulasi secara matematis baik ditambah, dibagi ataupun dikalikan.

3.11. Tahapan Penelitian

Langkah-langkah penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-


siswi SMP di Kecamatan Kota Agung mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya
seks bebas di Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat Tahun 2017 adalah
sebagai berikut:

25
1. Survei lapangan, meliputi pemerintahan setempat dan lokasi penelitian
pada Minggu I, antara lain :
a. Melapor ke Kepala Puskesmas Kota Agung
b. Melapor ke Kepala Sekolah SMP di Kecamatan Kota Agung
2. Pengisian kuesioner
Pengisian kuesioner dilakukan dengan mengumpulkan 80 orang siswa-
siswi SMP di aula sekolah tersebut yang disertai dengan penyuluhan
mengenai kesehatan reproduksi remaja, infeksi menular seksual dan
bahaya rokok terhadap kesehatan pada bulan Maret 2017.
3. Penyuluhan kepada siswa siswi SMP di Kecamatan Kota Agung
Kabupaten Lahat.
4. Menyusun laporan penelitian berdasarkan data yang diperoleh.
5. Diskusi dengan pembimbing.
6. Presentasi laporan penelitian.

3.12. Definisi Operasional


1. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
2. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja adalah
pengetahuan yang meliputi perubahan yang terjadi saat remaja dan
permasalahan seksual pada remaja termasuk dampak dari melakukan
hubungan seksual pranikah.

26
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Puskesmas Kota Agung mempunyai wilayah kerja dengan luas wilayah
197,57 Km2 dan mencakup 22 desa. Kondisi geografis berupa dataran rendah
yang merupakan tanah persawahan dan perkebunan sehingga mudah dijangkau
dengan mobil atau pun motor sampai ke desa.
Wilayah PuskesmasKota Agung dibagi menjadi 23 Desa, Jumlah
Penduduk 13.750 Jiwa yang terdiri dari laki-laki 6.706 Jiwa dan perempuan 7.044
jiwa. Sehingga dapat dilihat dari grafik piramida dibawah ini :
Grafik.2.1 grafik Jumlah penduduk Wilayah PuskesmasKota Agung

2,500

2,000

0 - 14
1,500
15 - 29
30 - 44
45 - 59
1,000
60 - 74
75+

500

0
Laki-Laki Perempuan

Sumber : Bagian TU PuskesmasKota Agung Tahun 2016

Puskesmas Kota Agung adalah salah satu puskesmas rawat inap yang
terletak di kabupaten lahat yang wilayah kerjanya mencakup 5 Sekolah
Menemgah Pertama, antara lain SMP Negeri 1 Desa Kota Agung, SMP Negeri 4

27
Kota Agung, SMP Negeri 2 Desa Kebun Jati Kota Agumg, SMP Negeri 3 Desa
Tunggul Bute Kota Agung, dan MTs Negeri Desa Sukaraja Kota Agung.

4.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden


Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebanyak 80
responden.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden di SMP Kecamatan Kota Agung

Karakteristik Frekuensi %
Umur
10 1 1,25
11 0 0
12 9 11,25
13 18 22,5
14 22 27,5
15 19 23,75
16 7 8,75
17 4 5
Jenis Kelamin
Laki-laki 31 38,75
Perempuan 49 61,25
Kelas
VIII 35 43,75
IX 45 56,25
Jumlah 80 100

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 80 responden


usia responden paling banyak adalah 14 tahun yaitu sebanyak 22
responden (27,5%). Jumlah responden berusia 10 tahun, 11 tahun, 12
tahun, 13 tahun, 15 tahun, 16 tahun, dan 17 tahun secara berturut-turut
adalah 1 responden (1,25%), 0 responden, 9 responden (11,25%), 18

28
responden (22,5%), 19 responden (23,75), 7 responden (8,75%) dan 4
responden (5%). Dari tabel 4.1 dapat diketahui juga bahwa terdapat 31
responden berjenis kelamin laki-laki (38,75%) dan 49 responden berjenis
kelamin perempuan (61,25%). Distribusi responden berdasarkan kelas
diketahui bahwa 35 responden (43,75%) berasal dari kelas VIII.
Responden yang berasal dari kelas IX memiliki jumlah 45 responden
(56,25%).

4.1.3. Pengetahuan
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

Frekuensi Jawaban
No Pertanyaan Responden
Benar (%) Salah (%)
1 Pengertian kesehatan reproduksi remaja 73 (91,25) 7 (8,75)
2 Perubahan fisik pada remaja laki-laki 62 (77,5) 18 (22,5)
3 Perubahan fisik pada remaja perempuan 65 (81,25) 15 (18,75)
4 Perilaku seksual menyimpang 45 (56,25) 35 (43,75)
5 Perilaku seksual yang ringan 48 (60) 32 (40)
6 Pengertian seks 39 (48,75) 51 (63,75)
7 Hubungan seks 47 (58,75) 33 (41,25)
8 Seks sebagai wujud rasa cinta 48 (60) 32 (40)
9 PMS, HIV-AIDS akibat dari seks bebas 18 (22,5) 52 (77,5)
10 Melakukan hubungan seks boleh dengan
36 (45) 44 (55)
pacar sendiri
11 Penyebab perempuan hamil 44 (55) 36 (45)
12 Berpelukan tidak termasuk bentuk
22 (27,5) 58 (72,5)
perilaku seks bebas
13 Berciuman bibir sebagai wujud rasa
17 (21,25) 63 (78,75)
cinta
14 Bukan perilaku seks bebas 45 (56,25) 35 (43,75)

29
15 Media informasi seks 58 (72,5) 22 (27,5)
16 Pengawasan orang tua terhadap seks 64 (80) 16 (20)
17 Dampak seks bebas 72 (90) 8 (10)
18 Penularan PMS 17 (21,25) 63 (78.75)
19 Rasa ingin tau tentang seks 53 (66,25) 27 (33,25)
20 HIV adalah penyebab AIDS 45 (56,25) 35 (43,75)

Responden diberikan skor untuk tiap-tiap pertanyaan yang dijawab,


yaitu 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat 5 pertanyaan dengan


persentase jawaban benar dibawah 50%, yaitu pertanyaan nomor 6, 9, 10,
12 dan 13 dengan persentase jawaban benar secara berturut-turut adalah
48,75% (39 responden), 22,5% (18 responden), 45% (36 responden),
27,25% (22 responden) dan 21,25% (17 responden)

Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden


Tingkat Pengetahuan Frekuensi %

Baik (> 75%) 31 38,75

Sedang (40 – 70%) 44 55

Kurang (< 40%) 5 6,25

Jumlah 80 100

Dalam penelitian ini didapati hasil tingkat pengetahuan dari 80


responden adalah 31 responden (38,75%) berpengetahuan baik, 44 (55%)
responden berpengetahuan sedang, dan 5 responden (6,25%)
berpengetahuan yang kurang.

30
BAB V

PEMBAHASAN

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian ini telah dilakukan
pembagian kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan responden.
Dalam penelitian ini didapati hasil tingkat pengetahuan dari 80 responden
adalah 31 responden (38,75%) berpengetahuan baik, 44 (55%) responden
berpengetahuan sedang, dan 5 responden (6,25%) berpengetahuan yang kurang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartika dan
Kamidah (2013) menunjukkan bahwa 49,3% dari 67 responden yang diteliti
memiliki pengetahuan sedang mengenai kesehatan reproduksi. Hal ini
menunjukkan tingkat pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi masih
belum memadai.
Selama melakukan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja,
mayoritas responden dan peserta penyuluhan mendapatkan informasi mengenai
kesehatan reproduksi adalah dari teman sebaya dan informasi melalui media
massa terutama internet. Kontribusi orang tua dan guru sebagai sumber informasi
mengenai kesehatan reproduksi masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa topik
kesehatan reproduksi masih sangat jarang dan tabu dibicarakan dalam keluarga
maupun di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, remaja cenderung untuk mencari
informasi dari sumber lain yang belum jelas kebenarannya.
Pengetahuan responden mengenai hubungan seksual di usia remaja masih
rendah, yaitu sebesar 48,75%. Sebanyak 66,25% responden mempunyai rasa
ingin tahu yang besar tentang hubungan seks. Hampir seluruh responden, yakni
sebanyak 90% menjawab dengan benar dan tahu dampak buruk dari seks bebas,
tetapi pengetahuan responden mengenai penyakit infeksi menular seksual masih
sangat rendah, yaitu 22,5%. Berdasarkan jawaban dalam kuesioner yang

31
dibagikan, mayoritas siswa-siswi SMP di Kecamatan Kota Agung hanya
mengetahui satu jenis penyakit menular seksual, yaitu HIV/AIDS. Sebanyak 60%
responden menyatakan bahwa hubungan seksual sebagai wujud cinta dan
sebanyak 45% menyatakan boleh melakukan hubungan seksual walaupun belum
menikah asal dilakukan dengan pacar sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh
kurangnya pendidikan seksual pada remaja dan minimnya sumber informasi yang
dapat didapatkan oleh remaja mengenai dampak hubungan seksual pranikah,
seperti kehamilan usia muda, aborsi, dan penyakit infeksi menular seksual
lainnya.
Pendidikan seksual di Indonesia dan sumber informasi mengenai
kesehatan reproduksi juga masih sangat minim sehingga masyarakat cenderung
mendapatkan informasi yang kurang tepat mengenai kesehatan reproduksi. Hal
ini menyebabkan kesadaran akan perilaku seks bebas pada masyarakat masih
teramat kurang, selain dikarenakan adanya norma agama di Indonesia yang masih
menganggap pembicaraan mengenai kesehatan reproduksi itu tabu. Remaja
sebagai penerus generasi bangsa selayaknya mendapatkan informasi yang dapat
dipercaya, relevan, dan akurat mengenai kesehatan reproduksi dan perilaku
seksual. Peran orang tua dan guru sebagai pembimbng dan sumber informasi
utama mengenai hal ini sebaiknya lebih dominan dalam kehidupan seksual
remaja.

32
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan yaitu :
1. Gambaran pengetahuan remaja SMP di Kecamatan Kota Agung mengenai
kesehatan reproduksi dan bahaya seks bebas adalah 38,75% (31
responden) berpengetahuan baik, 55% (44 responden) berpengetahuan
sedang, dan 6,25% (5 responden) berpengetahuan yang kurang.
2. Media informasi terbanyak yang digunakan siswa untuk memperoleh
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah teman sebaya dan
internet sedangkan media informasi yang paling sedikit digunakan oleh
siswa untuk memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
remaja adalah orang tua dan guru.

6.2. Saran

1. Diharapkan peran orang tua dan guru sebagai pembimbng dan sumber
informasi utama mengenai kesehatan reproduksi dan seks bebas sebaiknya
lebih dominan dalam kehidupan seksual remaja.
2. Dengan tingginya peran teman sebaya sebagai sumber informasi mengenai
kesehatan reproduksi di kalangan remaja, diharapkan dilakukan
pemberdayaan Pendidikan Remaja Sebaya (PRS) di lingkungan sekolah.
3. Sebaiknya pihak sekolah mengadakan penyuluhan atau pendidikan khusus
mengenai kesehatan reproduksi remaja yang sehat (penyuluhan PKPR),
agar remaja memiliki sikap dan tindakan yang bertanggung jawab
mengenai kesehatan reproduksinya.
4. Dibutuhkan peran serta dan kerjasama antara guru, orang tua, petugas
medis, masyarakat, dan pemerintah, baik secara formal maupun non
formal guna memberikan dan melakukan pengawasan terhadap proses

33
reproduksi yang sehat pada remaja dan penyampaian informasi mengenai
kesehatan reproduksi remaja.
5. Dibutuhkan peran aktif kader dan bidan di setiap desa untuk melaporkan
ke puskesmas wilayah kerjanya jika terdapat kasus kehamilan remaja di
luar nikah, pernikahan usia dini dan kehamilan berisiko karena umur ibu
yang masih terlalu muda (< 16 tahun).
6. Dilakukan pencatatan dokumentasi yang lengkap mengenai data pasangan
yang menikah usia muda, ibu hamil usia muda dan kasus kehamilan
remaja tanpa status pernikahan.
7. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar dan melibatkan beberapa institusi pendidikan agar hasil yang
diperoleh dapat lebih representatif dan dapat digunakan sebagai data dasar
dalam menentukan kebijakan pemerintah terutama di bidang kesehatan
dan pendidikan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Arma, A.J.A., 2007. Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Perilaku Seks Remaja dan
Pengetahuan Kespro Sebagai Alternatif Penangkalnya. Info Kesehatan
Masyarakat : The Journal of Public Health. 11 (2) : 189- 197.

Asfriyati. 2005. Masalah Kehamilan Pranikah Pada Remaja Ditinjau Dari Kesehatan
Reproduksi. Info Kesehatan Masyarakat, 9(1):61-62.

Azhari, 2002. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Fakultas


Sriwijaya Palembang.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2008. Gender Dalam Kesehatan


Reproduksi. Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan.

Imamah. 2009. Perempuan dan Kesehatan Reproduksi. Egalita 4(2): 199 – 206.

Kartika, Riske Chandra. Kamidah. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja


tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seks Pranikah pada Siswa Kelas
XI di SMAN Colomandu. Gaster 10 (1): 77 – 84.

Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:PT Rineka Cipta.

Pangkahila, A., 2007. Perilaku Seksual Remaja. Dalam: Soetjiningsih, ed. Tumbuh
Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:Sagung Seto.

Pranoto, J., 2009. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Tindakan
Hubungan Seksual Pranikah di SMK Negeri X Medan. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.

Soetjiningsih, 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung


Seto. Hal. 136 – 137.

35
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Penyuluhan

SMP Negeri 1 Kota Agung

36
SMP Negeri 4 Kota Agung

37
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN


GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN BAHAYA SEKS BEBAS
PADA REMAJA KELAS DI SMP NEGERI KOTA AGUNG
KABUPATEN LAHAT

Inisial Responden : .................... (diisi dengan nama inisial)

Umur : .................... tahun


Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (coret yang tidak perlu)
Agama : ...............................................
Suku Bangsa : ...............................................
Alamat : .............................................................................................
........
Tanggal Pengisian : ....................................... 2017
Saat ini tinggal bersama : Keluarga, Saudara, Kost/ Kontrak (coret yang tidak
perlu)

A. Data Pribadi
Petunjuk pengisian : isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan
tanda () pada kolom dengan sebenar-benarnya, karena data dalam
penelitian ini di jamin kerahasiaanya.
1. Apakah anda pernah memiliki pacar ?
 YA  TIDAK
2. Umur berapa pertama kali anda pacaran ?
 < 8 tahun  8 – 12 tahun  > 12 tahun
3. Apakah sekarang anda memiliki pacar ?
 YA  TIDAK
4. Apakah Keluarga mengetahuinya ?
 YA  TIDAK
5. Apa yang mendasari anda ingin memiliki pacar ?
 Bersenang-senang dan gengsi dengan teman yang sudah memiliki
pacaran
 Menambah semangat belajar dan memenuhi kebutahan dicintai dan
mencintai

38
 Alasan lain,
sebutkan .........................................................................................
6. Sudah sejauh mana anda berpacaran ?
 Berpegangan tangan saja
 Berpelukan di tempat sepi dan berciuman bibir
 Sentuhan pada bagian tubuh tertentu seperti payudara dan kemaluan
 Berhubungan suami istri

B. Pengetahuan
Petunjuk Pengisian :
1. Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda () pada
kolom huruf (B) apabila pernyataan di bawah ini benar dan pada kolom
huruf (S) jika pernyataan di bawah ini salah.
2. Mengisi sesuai pertanyaan karena jawaban yang saudara berikan
memberikan manfaat pada penelitian ini

No Pertanyaan
B S
1 Remaja adalah seseorang yang berusia 10 – 19 tahun dengan
perubahan fisik dan psikis
2 Tanda utama mulai dewasa pada remaja laki-laki adalah mimpi
basah disertai, perubahan suara, alat kelamin membesar, dada
menjadi lebih lebar daripada pinggul dan perubahan emosi
3 Tanda utama mulai dewasa pada remaja perempuan adalah
Haid dan Menstruasi diikuti tumbuh rambut pada kemaluan dan
bagian tubuh tertentu dan membesarnya panggul dan payudara
4 Memegang kemaluan sendiri dengan tujuan untuk kenikmatan
seksual merupakan perilaku seksual menyimpang
5 Berpacaran dengan melakukan sentuhan, pegangan tangan,
sampai berciuman merupakan prilakuu seksual yang ringan
6 Seks adalah hubungan laki-laki dan Perempuan yang didasari
hasrat atau keinginan (libido) dengan tujuan mencari
kenikmatan.
7 Hubungan seks hanya boleh dilakukan bagi pasangan yang
sudah menikah
8 Hubungan seks boleh dilakukan remaja sebagai wujud rasa
cinta yang tulus dari pasangannya dan yang penting tidak
menyebabkan kehamilan.
9 Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV-AIDS sebagai akibat

39
dari seks bebas tidak bisa diobati.
10 Melakukan hubungan seksual dengan orang yang sangat
dicintai boleh dilakukan asalkan dengan pacar sendiri.
11 Perempuan hanya bisa hamil jika melakukan hubungan seksual
lebih dari satu kali
12 Berpelukan dengan lawan jenis tidak di kategorikan sebagai
bentuk prilaku seks bebas
13 Bericuman bibir merupakan hal yang wajar dan diperbolehkan
sebagai wujud rasa cinta
14 Memegang payudara dan atau alat kelamin lawan jenis diluar
dan atau didalam pakaian diperbolehkan karena tidak termasuk
prilaku seks bebas
15 Media informasi yang menampilkan gambar-gambar atau video
vulgar bukanlah penyebab seseorang melakukan seks bebas
16 Faktor yang mendorong terjadinya seks bebas salah satunya
karena kurang pengawasan dari orang tua
17 Kehamilan diluar nikah dan Penyakit Menular Seksual (PMS)
merupakan salah satu dampak dari seks bebas
19 Penularan PMS dapat terjadi jika hubungan seks dilakukan
dengan pekerja seks komersial (PSK)
20 Seks bebas dilakukan remaja biasanya didorong oleh rasa ingin
tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum
diketahui
21 Human Imunodeficiancy Virus (HIV) adalah virus yang
menyebabkan penyakit AIDS

C. Sikap
Mohon berikan pendapat dan sikap anda terhadap hal-hal berikut ini.
Berikan tanda ceklis di masing-masing kotak yang disediakan sesuai dengan
jawaban anda.
Petunjuk :
S : Setuju TS : Tidak Setuju
No Pertanyaan
S TS
1 Remaja dianggap belum pantas untuk menerima pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dan bersifat seksual
2 Pendidikan seksual di sekolah sangat diperlukan
3 Seks boleh di lakukan oleh remaja sebagai ekspresi cinta yang
tulus untuk pasangan (pacar)
4 Dari pada harus menanggung malu, dianggap kampungan karena

40
masih perawan atau perjaka, maka boleh melakukan hubungan
seks di luar nikah.
5 Agama melarang hubungan seksual sebelum menikah karena dosa
6 Sebagai seorang remaja setujukah jika orang tua harus lebih
meningkatkan pemantauannya terhadap pergaulan anda.
7 Menurut anda, seorang yang melakukan hubungan seks di luar
nikah adalah orang yang berbuat suatu kesalahan melanggar
norma-norma di masyarakat.
8 Menurut anda, sebagai seorang remaja menjaga keperawanan dan
keperjakaan sangatlah penting.
9 Menurut anda, bertanya / berkonsultasi dengan orang tua / guru
merupakan tindakan tepat dalam mengatasi masalah kesehatan
reproduksi atau seks.
10 Menurut anda, remaja boleh melakukan hubungan seks diluar
nikah jika telah beranjak dewasa dan mengetahui resikonya.

41

Anda mungkin juga menyukai