INDONESIA
Skripsi
Oleh:
Nadra Anniswah
1111101000040
2016
ii
ABSTRAK
Perilaku seksual remaja dapat berisiko pada terjadinya IMS. Remaja pria lebih
berpeluang berperilaku seksual daripada wanita. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko IMS
pada remaja pria di Indonesia tahun 2012. Penelitian ini adalah menggunakan data
sekunder yaitu SDKI tahun 2012 sehingga desain studi yang digunakan pun
mengikuti SDKI 2012 yaitu cross sectional. Analisis data dilakukan
menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan 5%. 14.8% remaja pria di
Indonesia tahun 2012 berperilaku seksual berisiko IMS. 68.3% remaja pria di
Indonesia tahun 2012 memiliki pengetahuan yang kurang terkait perilaku seksual
yang berisiko IMS. 56.9% remaja pria di Indonesia tahun 2012 memiliki sikap
negatif terkait perilaku seksual yang berisiko IMS. 52.3% remaja pria di Indonesia
tahun 2012 menganggap sekolahnya tidak berperan sebagai penyedia informasi
kesehatan reproduksi. 72.4% remaja pria di Indonesia tahun 2012 tidak merasakan
adanya pengaruh teman sebaya dalam pembentukan perilaku seksualnya. Terdapat
hubungan yang bermakna antara umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, pengaruh
teman sebaya, dan peran sekolah sebagai penyedia informasi kesehatan
reproduksi, dengan perilaku seksual berisiko IMS pada remaja pria di Indonesia
tahun 2012. Maka, diharapkan kepada Kemenkes untuk membuat dan memantau
pelaksanaan program perubahan perilaku dengan menyediakan layanan,
meningkatkan pengetahuan, dan sikap remaja terkait kesehatan reproduksi
khususnya perilaku berisiko IMS. Demikian pula halnya dengan Kemendikbud
dan Kemenristekdikti untuk berperan dalam upaya perubahan perilaku,
peningkatan pengetahuan dan sikap remaja.
Kata Kunci: Perilaku seksual, Remaja Pria, faktor yang berhubungan
Daftar Bacaan: 58 (1948-2015)
iii
References: 58 (1948-2015)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Seksual Berisiko IMS pada Remaja Pria di
Indonesia. Shalawat serta salam kepada Rasulullah saw. yang senantiasa
menjadi penautan penulis. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir/Skripsi Program
Studi Kesehatan Masyarakat semester VIII Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikaan rasa terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam proses penyususnan laporan ini, yakni kepada:
1. Orang tua dan keluarga penulis (Bunda Ramadanura, alm. Ayah Fidaus,
Tante Mira, Om Syarif, Oma Nursima, Aliffa, Tsabita, Kamil dan klg
Besar Basyir Maruf), yang senantiasa mendoakan setiap langkah yang
penulis kerjakan serta memberi kasih sayang dan nasihat agar tetap
semangat dalam menjalani kehidupan.
2. Dr. Arief Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, M. Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA selaku Dosen Pembimbing yang
mendampingi hingga tahap siding proposal dan revisinya, terimakasih
telah sabar dan meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, arahan
dan bimbingan selama magang dan penyusunan proposal.
5. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku Dosen Pembimbing I, terimakasih
telah sabar dan meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, arahan
dan bimbingan selama penyusunan laporan skripsi ini
vii
6. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si selaku penguji seminar proposal yang
saat ini menjadi Dosen Pembimbing II, terimakasih telah sabar dan
meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, arahan dan bimbingan
selama penyusunan laporan skripsi ini
7. Sahabat2 terbaik genk remponkz BONANZA: Wulan SKM, Pewe SKM,
Upit, SKM, Safira Hilwa SKM, mbake Lia dan Falah (soon gonna be)
SKM too; + Fuji SKM, Pipi SKM.
8. Sahabat MATATTA: Riah S. Farm, Taufik, Emen, Maulidah S.T, Pito
(S.Kom soon gonna be), Ichsan S.H, dan seeemuuaanya yang senantiasa
memberi semangat, ngajak hang out dan tempat berbagi dikala jenuh.
Terimakasih atas keceriaan yang kita bagi bersama, serta bully-bullyan
tanda sayang dari kalian.
9. Kak Ida, kak Septi dan kak Ami menyumbangkan ide dan memberikan
banyak masukan pada penulis dalam pembuatan skripsi ini, serta telah
mengijinkan penulis menumpang di lab kakak kakak baik hati.
10. Sahabat seperjuangan, kesmas 2011, khususnya Proms 11 yang senantiasa
saling menyemangati dan mendoakan.
11. Dina Amu SKM dan Kemal SKM, epiders cemerlang yang memberi
banyak masukan dalam tahap analisis data dan penyusunan laporan skripsi
ini. sarah ajeng dan rizal yang bersedia mengoreksi bagian abstract.
12. Keluarga besar PASIFIK, Paduan suara FKIK; keluarga bersar Paduan
Suara Mahasiswa (PSM) UIN Jakarta; keluarga besar PROMS, HPSA; dan
keluarga besar Komunitas SAHABAT MUDA; yang telah memberi
banyak pembelajaran dan pengalaman berharga, serta senantiasa
menyemangati Penulis dengan keceriaan.
13. Seluruh civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya
FKIK.
14. Semua sahabat dan teman-teman yang senantiasa memberi bantuan,
semangat dan dorongan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
15. Last but not least: Cikul terimakasih pernah saling menyemangati, tetap
semangat melanjutkan perjuangan menggarap skripsi; kak Secco yang
viii
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih
kurang dari sempurna, sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat penulis
harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan datang. Semoga
pelaksanaan penelitian ini dapat berjalan dengan lancar sesuai rencana. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................................... ii
ABSTRACT ......................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
ix
x
2.4.5 Sikap.......................................................................................................... 31
2.4.6 Peran orang tua, sekolah, dan media sebagai penyedia informasi tentang
kesehatan Reproduksi pada Remaja ......................................................... 33
BAB IV ........................................................................................................................... 45
BAB V ............................................................................................................................ 52
HASIL ............................................................................................................................ 52
BAB VI ........................................................................................................................... 57
PEMBAHASAN............................................................................................................. 57
6.3 Hubungan Umur dengan Perilaku Seksual Remaja Pria Indonesa Tahun 2012
.......................................................................................................................... 60
6.4 Hubungan Tempat Tinggal dengan Perilaku Seksual Remaja Pria Indonesa
Tahun 2012 ...................................................................................................... 61
6.5 Gambaran Tingkat Pendidikan Remaja Pria Indonesa Tahun 2012 ................. 64
6.7 Hubungan Sikap dengan Perilaku Sekual Remaja Pria di Indonesia Tahun 2012
.......................................................................................................................... 69
6.8 Hubungan Peran Sekolah dengan Perilaku Sekual Remaja Pria di Indonesia
Tahun 2012 ...................................................................................................... 71
6.9 Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Sekual Remaja Pria di
Indonesia Tahun 2012 ...................................................................................... 74
PENUTUP ...................................................................................................................... 77
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR BAGAN
xv
DAFTAR SINGKATAN
RI : Republik Indonesia
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
vagina atau penis, melakukan oral seks, dan melakukan penetrasi kelamin
pengelompokan yang lebih general namun kulan lebih sama dengan yang
laporan SDKI 2012 antara lain adalah berpacaran (hampir 100% pernah
dan 6.2% wanita), penetrasi kelamin (8.3% pria dan 0.9% wanita).
Hubungan seksual adalah bagian dari perilaku seksual. Hal ini jika
dilakukan secara tidak bertanggung jawab, tidak aman, dan bukan dengan
kejadian paling tinggi tercatat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, diikuti
gonore 10-15 kali lebih tinggi, infeksi klamidia 2-3 kali lebih tinggi, dan
HIV. Total kasus IMS yang ditangani pada tahun 2012 adalah 140.803
kasus dari 430 layanan IMS. Jumlah kasus IMS terbanyak adalah duh
(Kemenkes, 2013).
sebesar 34305 kasus (61,48%), yang disusul dengan faktor risiko tak
penularan HIV/AIDS.
risiko HIV/AIDS sudah tentu terjadi pada saat penderita dalam masa
pertama mimpi basah yang tercatat pada SKRRI 2007 dan 2012. Pada
adalah 15 tahun (26%). Pada SDKI 2012 25% remaja menjawab usia
mimpi basah pertama kali adah 14 tahun. Salin itu, pada SKRRI 2007,
kelompok umur remaja awal (15-19) mengalami mimpi basah lebih awal
lalui seseorang dalam proses menuju dewasa. Fase ini sering kali disebut
sudah melakukan hubungan seks di usia dini, yakni 13-15 tahun (Depsos
RI, 2008).
(GreendanKreuter, 2000).
kontak dengan media informasi, sikap teman dekat serta perilaku seksual
dan adanya teman yang berperilaku berisiko. Faktor yang paling dominan
Dari 10980 remaja pria (15-24 tahun, belum kawin) SDKI 2012 yang
dapat dianalisis adalah 9144 atau 83,28%. Hal ini menunjukkan bahwa
data ini cukup baik untuk dianalisis lebih lanjut. Data SDKI merupakan
salah satu survey yang jika ditinjau dari atribut data dan kekhasan data
SDKI 2012 adalah hasil survei terbaru yang telah dipublikasikan. Oleh
HIV dan IMS di Indonesia sebagai dampak dari perilaku seksual remaja
8
tahun 2012?
tahun 2012?
tahun 2012?
tahun 2012?
dari data yang sudah dikumpulkan. Selain itu dapat pula menjadi
1.1.6. Manfaat bagi institusi Pedidikan baik dasar maupun tinggi, serta
Masyarakat
dan bivariat menggunakan uji chi square untuk melihat hubungan variabel
2.1 Perilaku
2.1.1 Definisi
frekuensi, durasi dan tujuan yang spesifik, baik yang disadari maupun
13
14
(merugikan).
internal yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung
(knowledge)
tindakan (practice)
2000).
individu.
17
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
bentuk perilaku ini beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik sampai
Perilaku seksual pranikah menurut Sari (2007) adalah segala tingkah laku
cium pipi. Sedangkan perilaku seksual berisiko berat mulai dari ciuman
bibir, ciuman mulut, ciuman leher, meraba daerah erogen, petting, dan
c. Cium kering yakni aktivitas seksual berupa sentuhan pipi dengan pipi
d. Cium basah, yakni aktivitas seksual berupa sentuhan bibir dengan bibir
seksual (erogen) seperti payudara, leher, paha atas, vagina, penis, dan
pantat
f. Berpelukan
dan lesbian)
berpelukan.
ke dalam vagina
bagian, yakni perilaku seksual ringan dan perilaku seksual berat. Perilaku
seksual ringan dan perilaku seksual berat. Perilaku seksual ringan meliputi
memegang dada, memegang vagina atau penis, melakukan seks oral, dan
hubungan seks lewat dubur tanpa kondom, dan seks oral. Selain itu
IMS dapat pula menular melalui transfusi darah, saling bertukar jarum
suntik atau benda tajam lainnya pada pemakaian obat bius, menindik
kuping atau tato. Penularan IMS dapat juga terjadi dari ibu hamil ke
(Kemenkes, 2015).
IMS tidak menular melalui sentuhan kulit, air liur, keringat, dan
udara. Bibit IMS terutama ada dalam cairan kelamin dan darah. IMS
menular teutama bila cairan kelamin atau darah seseorang yang sudah
2.3 Remaja
2.1.5 Definisi Remaja
ciri unik, yang terjadi pada masa remaja akan saling berkaitan dengan
(Santrock, 2003).
Masa awal remaja adalah waktu di mana konflik orang tua dengan
kebebasan dan jati diri, dan harapan yang tak tercapai (Santrock,
2003).
berakhir pada usia 21 tahun yang dibagi dalam masa remaja awal usia
putri adalah para gadis berusia 13 tahun sampai 17 tahun, dan bagi
batas usia 10-20 tahun sebagai batas usia remaja. Kehamilan pada usia
WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja
awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun (Sarwono, 1994).
Dalam SDKI 2012, yang dimaksud remaja adalah usia 15-24 tahun
dan belum menikah. Itu artinya perilaku seksual yang dilakukan oleh
perilaku seksual.
ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak perlu,
dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa
1991):
lainnya
sendiri
1. Perubahan Fisik
a. Perempuan
pertama.
b. Laki-Laki
usia 12 14 tahun.
sangat memalukan.
2. Perubahan Psikologis
pengalaman demikian.
2.4.1 Umur
Menurut Depkes (2008) umur adalah masa hidup responden dalam
tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun
terakhir (Depkes, 2008). Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Musthofa
2003). Demikian pula temuan Nursal pada tahun 2007 remaja yang
berisiko berat 4,65 kali dibanding responden dengan usia pubertas normal
sama, diketahui bahwa tidak ada hubungan umur dengan perilaku seksual
29
Gunung Selatan, Depok tahun 2012 (Dewi, 2012), diketahui tidak ada
presentase rumah tangga pertanian dan akses fasilitas umum (BPS, 2007).
untuk pria, perilaku seksual sama tinggi untuk daerah pedesaan dan
perkotaan (Voeten et al., 2004). Hasil yang serupa didaatkan oleh Pratiwi
antara tempat tinggal dengan perilaku seks tidak aman dengan p = 0,000
pada alfa 0,05 yang berarti remaja yang tinggal di desa lebih berisiko
(Sabon, 2003).
2.4.3 Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecepatan seseorang
2003).
lebih tinggi memiliki peluang lebih besar sebanyak 1,89 kali dibandingkan
2.4.4 Pengetahuan
Menurut Bloom dan Skinner, pengetahuan merupakan kemampuan
bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tuliasan yang merupakan stimulasi
menanyakan tentang isi materi yang ingin dikur dari subjek penelitian atau
2.4.5 Sikap
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur
terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan
2008).
sesuatu hal yang baik (positif) maupun tidak baik (negatif), kemudian
Tetapi seringkali dalam kehidupan realitasnya, ada banyak faktor lain yang
(AmaliyasaridanPuspitasari, 2008).
tahun yang sama (Mangando et al., 2014). Sementara studi yang dilakukan
33
di Semarang pada tahun yang sama menyatakan bahwa tidak ada hubngan
antara sikap dengan perilaku seksual (Lestari et al., 2014). Begitu pula
hasil studi yang dilakukan pada kelas III SMU Negeri Cirebon tahun 2007,
tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku seksual (Juleha, 2007)
2.4.6 Peran orang tua, sekolah, dan media sebagai penyedia informasi
tentang kesehatan Reproduksi pada Remaja
IMS, HIV/AIDS)
2014).
35
(Sabon, 2003).
porno, film porno, dan semua hal yang berbau pornografi, dapat
(Santrock, 2005).
remaja. Kelompok remaja memiliki ciri yang khas dalam orientasi, nilai-
nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam
peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat
(Mulamawitri, 2003).
2.5.1 Ketagihan
Sekarrini mengungkapkan bahwa perilaku seksual yang ringan
2.5.2 IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang ditularkan melalui
serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar, sakit
Predisposing factor
1. Faktor demografi (umur,
tempat tinggal, tingkat
pendidikan)
2. Pengetahuan
3. Sikap
Enabling factor
1. Peran sekolah sebagai
penyedia informasi kespro Perilaku
2. Peran masyarakat sebagai seksual
penyedia informasi kespro
3. Paparan media
4. Perilaku pacaran
Reinforcing factor
Pengaruh teman sebaya
Green (1980). Teori ini dibuat untuk perencanaan dan evaluasi program
kesehatan. Dalam hal ini terdapat kesesuaian antara tujuan teori Precede
Proceede dengan penelitian yang dilakukan. Dari analisis lanjut data SDKI
akan diteliti dalam penelitian ini dikarenakan terlalu banyak data SDKI
2012 yang tidak lengkap (missing data) pada bagian ini. Sedangkan
variabel lainnya tetap diteliti karena jumlah sampel mencukupi dan tidak
41
42
Skala
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
Kemampuan responden untuk
mengungkapkan kembali apa yang Kuesioner nomor
Wawancara 0. Kurang, jika jika skor 4
5 Pengetahuan diketahuinya terkait IMS dan perilaku 216B,216C, 602, Ordinal
SDKI 1. Baik, jika skor > 4
seksual yang berisiko pada penularan IMS 604,617, 619,620
(Depkes, 2008)
Tanggapan responden terkait pernyataan Wawancara Kuesioner nomor 0. Negatif jika skor 8 Ordinal
6 Sikap mengenai perilaku seksual yang berisiko SDKI 717a-720e 1. Positif, jika skor > 8
pada penularan IMS
Peran sekolah
sebagai penyedia Kontribusi Sekolah dalam memberikan Wawancara Kuesioner nomor 0. Tidak berperan, jika skor
7 informasi infomasi dan edukasi terkait kesehatan 2 Ordinal
SDKI 403A-403D
kesehatan reprosuksi pada siswa (remaja pria) 1. Berperan jika skor > 2
reproduksi
Dorongan dari teman sebaya yang pernah 0. Berpengaruh jika skor =
Pengaruh Teman melakukan hubungan seksual dalam Wawancara Kuesioner nomor 2
8 Ordinal
sebaya membentuk perilaku seksual responden SDKI 715 dan 716 1. Tidak berpengaruh skor <
dari 2
44
3.3 Hipotesis
Berdasarkanpenelitian terdahulu diketahui hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara umur dengan perilaku seksual berisiko IMS pada
2. Ada hubungan antara tempat tinggal dengan perilaku seksual berisiko IMS
5. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku seksual berisiko IMS pada
METODOLOGI PENELITIAN
kuantitatif dengan metode cross sectional karena penelitian ini bertujuan untuk
independen dengan variabel dependen dalam satu waktu. Menurut Murti (2006)
metode cross sectional yaitu mempelajari variabel yang termasuk faktor resiko
dan variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada saat yang sama.
perilaku seksual beserta dampaknya, pengalaman pacaran, peran orang tua dan
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan
45
46
telah dilakukan pada tahun 2012 dalam rangka pengumpulan data SDKI 2012
Populasi dalam penelitian ini mengacu pada populasi dalam SDKI 2012
yaitu seluruh remaja pria di Indonesia usia 15-24 tahun dengan total populasi
10980.
b. Sampel
sampling atau sampel jenuh (Murti, 2006). Metode sampling yang digunakan
dalam SDKI 2012 adalah sampling tiga tahap. Tahap pertama adalah
blok sensus yang berdekatan yang menjadi wilayah tugas koordinator tim
Sensus Penduduk 2010. Tahap kedua adalah memilih satu blok sensus
rumah tangga biasa di setiap blok sensus terpilih secara sistematik (BPS,
2013).
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh remaja pria usia 15-24 tahun.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 9160 remaja
pria. Jumlah ini diperoleh setelah melalui proses cleaning data atau
47
berikut:
Dimana
Keterangan:
Z 1- = kekuatan uji
P = proporsi rata-rata
48
al., 2014)
2013)
DE = desain effect = 2
menggunakan data sekunder dari data SDKI 2012. Data ini diperoleh dari Badan
untuk mengetahui pertanyaan apa saja yang berkaitan dengan perilaku seksual
penelitian ini yang meliputi variebel karakteristik individu (umur dari kuesioner
nomor 102 dan 103, tempat tinggal dari kuesioner nomor 5, pendidikan dari
kuesioner nomor 105); pengetahuan (dari kuesioner nomor 216b-216c, 602, 604,
617, 619, 620); sikap (dari kuesioner nomor 717a-717b, 718-720e); peran
sekolah (dari kuesioner nomor 404a-404d), dan peran teman sebaya (dari
kuesioner nomor 715 dan 716). Dalam pelaksanaan SDKI 2012 sudah
sebagai berikut:
a. Filter
c. Rescoring
Setelah cleaning data maka dilakukan rescoring atau scoring ulang pada
data yang telah dipilih untuk digunakan dan sudah dijumlahkan menurut
recoding.
d. Transformasi Data/Recoding
peneliti. Hal ini bertujuan untuk mengklarifikasi data yang diperoleh sesuai
tinggal, pendidikan, pengethuan, sikap, peran orang tua, peran sekolah dalam
tersebut.
independen dan dependen. Analisis bivariat dalam penelitian ini dengan uji
HASIL
52
53
tidak berisiko IMS yakni 85.2 %. diketahui bahwa lebih dari separuh
remaja pria di Indonesia Tahun 2012 yang menjadi responden berada pada
tinggal, lebih dari separuh remaja pria di Indonesia tahun 2012 tinggal di
terkait perilaku seksual yang berisiko IMS. Lebih dari separuh (56.9 %)
remaja pria di Indonesia tahun 2012 memiliki sikap negatif terkait perilaku
seksual yang berisiko IMS. Lebih dari separuh (52.3%) remaja pria di
memiliki sikap negatif terkait perilaku seksual yang berisiko IMS, dan
hampir seimbang pada pengetahuan baik dan kurang. Pada variabel peran
Tabel 5.2
Hubungan Pengetahuan, Sikap, Peran Sekolah dan Pengruh Teman Sebaya
dengan Perilaku Seksual Remaja Pria di Indonesia Tahun 2012
Perilaku Seksual Jumlah P value
Tidak
Variabel Berisiko IMS
Berisiko IMS
n % n % n %
Umur
Remaja Akhir 1040 21.1 3898 79.8 4938 100 0.000
Remaja Awal 316 7.5 3906 92.5 4222 100
Jumlah 1356 14.8 7804 85.2 9160 100
Tempat Tinggal
Rural 584 14.7 3388 85.3 3972 100 0.836
Urban 772 14.9 4416 85.1 5188 100
Jumlah 1356 14.8 7804 85.2 9160 100
Pendidikan
Tinggi 915 15.3 5049 84.7 5964 100 0.000
Rendah 434 13.8 2716 86.2 3150 100
Missing 46 0.5
Jumlah 1356 14.8 7804 85.2 9160 100
Pengetahuan
Kurang 694 11.1 5559 88.9 6253 100 0.000
Baik 662 22.8 2245 77.2 2907 100
Jumlah 1356 14.8 7804 85.2 9160 100
Sikap
Negatif 1250 24 3959 76 5209 100 0.000
Positif 106 2.7 3845 97.3 3951 100
Jumlah 1356 14.8 7804 85.2 9160 100
Peran Sekolah sebagai Penyedia Informasi Kesehatan Reproduksi
Tidak Berperan 670 14 4117 86 4787 100 0.025
Berperan 686 15.7 3687 84.3 4373 100
Jumlah 1356 14.8 7804 85.2 9160 100
Pengaruh Teman Sebaya
Ada Pengaruh 935 37 1590 63 2525 100 0.000
Tidak ada Pengaruh 421 6.3 6214 93.7 6635 100
Jumlah 1356 14.8 7804 85.2 9160 100
56
Indonesia tahun 2012 adalah umur (P value 0.00), tingkat pendidikan (P value
0.00), pengetahuan (P value 0.00), sikap (P value 0.00), peran sekolah sebagai
sebaya (P value 0.00). Variabel yang tidak berhubungan dengan perilaku seksual
remaja pria di Indonesia tahun 2012 adalah tempat tinggal (P value 0.836).
Remaja pria yang berperilaku seksual berisiko IMS lebih banyak berasal
dari kelompok umur remaja akhir (21.1 %) dari pada remaja awal (7.5 %), lebih
(14.9 %), dan lebih banyak yang berpendidikan tinggi (15.3 %) dari pada
berpendidikan rendah (13.8 %). Remaja pria yang memiliki pengetahuan kurang
dan berperilaku seksual berisiko IMS (11.1 %) lebih sedikit dari pada remaja
pria yang memiliki pengetahuan baik dan berperilaku seksual berisiko IMS
(22.8 %). Remaja pria yang bersikap negatif (24 %) lebih banyak yang
berperilaku seksual berisiko IMS dibandingkan remaja pria yang bersikap positif
(2.7 %).
dibandingkan remaja pria yang tidak merasakan adanya pengaruh teman sebaya
PEMBAHASAN
perilaku seksual remaja pria di Indonesia Tahun 2012 berdasarkan data SDKI 2012.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode cross sectional atau potong
lintang dimana veriabel dependen dan independen diukur pada waktu bersamaan.
Oleh sebab itu hubungan sebab akibat yang dapat diukur berupa hubungan asosiatif.
Hasil ukur variabel dependen (perilaku seksual) terdiri dari berisiko IMS dan
tidak berisiko IMS. Penelitian ini hanya mengukur perilaku berisiko IMS dan bukan
perilaku berisiko terhadap kesehatan secara umum. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui lebih spesifik risiko kesehatan yang dapat terjadi dari perilaku seksual
tersebut. Jika mengukur risiko kesehatan secara umum maka akan menjadi sangat
umum, tidak fokus dan spesifik. Karena perilaku yang berbeda akan menimbulkan
risiko kesehatan yang berbeda pula. Segala perilaku yang melibatkan interaksi fisik
dengan orang lain pasti memiliki risiko kesehatan, bahkan hanya berdekatan sekali
pun. Misalnya virus atau bakteri yang dapat menular melalui udara. Dalam
penelitian ini hanya difokuskan pada perilaku seksual yang berisiko IMS, yakni
sexual intercourse. Oleh sebab itu pada hasil ukur variabel dependen peneliti hanya
mengkategorikan secara spesifik perilaku berisiko IMS dan tidak berisiko IMS.
57
58
Termasuk panduan untuk wawancara pada responden remaja pria. Pada pedoman
wawancara SDKI 2012 untuk remaja pria tidak disediakan probing atau pertanyaan
pertanyaan yang sangat sensitif, yakni pertanyaan nomor 704 (pernah berhubungan
seksual). Hal ini bisa saja responden berbohong dan tidak menjawab dengan jujur.
tidak berkenan (menolak). Hal ini memang merupakan hak prerogatif responden.
Namun hal ini juga membuka peluang bias pada data, seperti banyaknya missing
data.
seksual berisiko IMS sebesar 14.8%, angka ini termasuk besar untuk ukuran remaja
Indonesia. Tidak ada standar khusus untuk toleransi perilaku seksual remaja
menurut WHO. Namun, jika dibandingkan dengan kondisi Negara tetangga pada
tahun yang sama, Indonesia lebih tinggi daripada Malaysia yang hanya 8.3% remaja
pernah berhubugan seksual (N et al., 2014). Pada tahun 2015 perilaku seksual
remaja pria di Malaysia hanya mendingkat sebesar 0.6% menjadi 8.9% (Awaluddin
et al., 2015).
Artinya, data Indonesia menunjukkan bahwa 1356 dari 7804 remaja pria di
Indonesia berperilaku berisiko IMS, yakni sexual intercourse. Hasil ini serupa
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiyowati (2008) pada remaja santri
yang menyatakan bahwa sebesar 13% remaja berperilaku seksual berisiko. Selain
itu, hasil penelitian Pratiwi dan Basuki juga sejalan dengan penelitian ini bahwa
ditemukan sebesar 9.4% remaja berperilaku seksual tak aman. Angka tersebut cukup
besar untuk proporsi perilaku seksual. Seharusnya tindakan ini (perilaku seksual
berisiko, misalnya sexual intercourse) tidak dilakukan oleh remaja, terutama bagi
yang belum menikah dan masih usia sekolah. Tindakan ini hanya boleh dilakukan
pada waktu yang tepat yaitu setelah menikah dan dengan tidak berganti-ganti
pasangan yang tidak sah. Jika tidak, maka berisiko pada penularan IMS.
Berdasarkan literatur yang ada, diketahui bahwa perilaku seksual yang dapat
(Kemenkes, 2015). Namun hal ini tidak berarti bahwa jika berhubungan seksual
dengan memakai kondom sama sekali tidak ada kemungkinan tertular IMS. IMS
dapat menular melalui cairan kelamin yang juga dihasilkan pada saat pra ejakulasi.
Selain itu akurasi kondom sebagai alat pencegah kehamilan tidak 100%. Hal ini
Selain itu, pada kuesioner SDKI untuk remaja pria tidak terdapat pertanyaan
terkait penggunaan alat pelindung diri dari IMS secara spesifik. Pertanyaan yang
seksual. Alat pencegah kehamilan belum tentu dapat mencegah peularan IMS,
sejauh ini hanya kondom yang dapat berfungsi sebagai pencegah kehamilan dan
penularan IMS sementara alat kontrasepsi lainnya tidak mencegah IMS. Oleh sebab
itu, penelitian ini tidak mengukur variabel perilaku penggunaan kondom sebagai
pada hal yang positif, bukan terjerumus pada perilaku yang berisiko terhadap
penularan penyakit. Jika sudah ketagihan, prestasi menjadi sulit diraih karena fokus
kecanduan, jika semakin sering melakukan maka semakin besar peluang terkena
IMS, terutama jika pasangan berganti dan tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD), dalam hal ini kondom (untuk mencegah terjadinya interaksi cairan kelamin
6.3 Hubungan Umur dengan Perilaku Seksual Remaja Pria Indonesa Tahun 2012
Menurut Depkes (2008) umur adalah masa hidup responden dalam tahun dengan
pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun terakhir (Depkes, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari separuh remaja pria di
Indonesia Tahun 2012 yang menjadi responden pada kelompok umur remaja akhir
(53.9%). Kelompok umur remaja akhir lebih banyak yang berperilaku seksual
berisiko IMS (21.1%) dibandingkan dengan kelompok umur remaja awal (7.5%).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pratiwi dan Basuki pada tahun 2011 yang
menunjukkan bahwa remaja akhir lebih banyak yang berperilaku seksual tak aman
dibandingkan remaja awal dan remaja tengah (PratiwidanBasuki, 2011). Hal ini juga
sesuai dengan temuan Sabon pada Tesisnya, semakin bertambah umur, semakin
remaja berperilaku berisiko HIV/AIDS (Sabon, 2003). Ini artinya, umur berbanding
Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square, diketahui bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku seksual remaja pria
61
di Indonesia (p value = 0.000). Hal ini sejalan dengan hasil studi pada mahasiswa di
Pekalongan, yakni terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku
berfungsi (Potter dan Perry, 2005). Situasi ini menyebabkan hasrat seksual remaja
Secara psikologis, remaja akhir lebih berani dan percaya diri dibandingkan
remaja awal. Selain itu, ketergantungan pada orang lain juga menurun. Hal ini
cenderung membuat remaja mengambil keputusan untuk dirinya sendiri dan tidak
Secara sosial, pada remaja akhir mulai tumbuh dinding yang memisahkan diri
pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public) (Sarwono, 2005).
keluarga dan masyakat atas dirinya. Dalam situasi ini, jika remaja tidak memiliki
pertahan diri yang baik akan mudah sekali terjerumus pada pergaulan yang negatif
6.4 Hubungan Tempat Tinggal dengan Perilaku Seksual Remaja Pria Indonesa
Tahun 2012
Tempat tinggal menurut Depkes adalah lokasi rumah sesorang yang dibedakan
komposit (indikator gabungan) yang skor atau nilainya didasarkan pada tiga variabel
62
yaitu: kepadatan penduduk, presentase rumah tangga pertanian dan akses fasilitas
umum (BPS, 2007). Menurut karakteristik tempat tinggal, lebih dari separuh remaja
pria di Indonesia tahun 2012 tinggal di daerah perkotaan (urban) yakni sebesar
56.6%.
Remaja pria di perkotaan dan pedesaan yang berperilaku seksual berisiko IMS
berisiko IMS di pedesaan dan perkotaan sangat tipis yaitu hanya 0.2%, namun
14.7%. Hal ini serupa dengan hasil penelitian Sabon yang menunjukkan bahwa
Peristiwa semacam ini bisa saja dikarenakan karakteristik masyarakat kota yang
lebih permisif terkait perilaku pacaran remaja dan individualisme yang cukup tinggi.
berciuman ringan) di tempat umum adalah hal yang lumrah. Memang masih ada
yang mencegah dan memberi peringatan, namun tak sedikit pula yang membiarkan
dengan alasan tidak mau mencampuri urusan orang lain. Selain itu, di kota besar
tersedia sarana seperti caf remang remang, night club, dan diskotik yang
Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square, diketahui bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tempat tinggal dengan perilaku
63
seksual remaja pria di Indonesia (p value = 0.836). Hal ini sejalan dengan studi pada
antara tempat tinggal dengan perilaku seksual remaja (Wijaya, 2015). Analisis
lanjur SKRRI 2007 juga menunjukkan hasil serupa, yakni tidak terdapah hubungan
bermakna antara variabel daerah tempat tinggal dengan perilaku berisiko pada
remaja. Dalam hal ini perilaku berisiko pada remaja meliputi perilaku merokok,
(LestarydanSugiharti, 2011).
perilaku seksual dapat disebabkan beberapa hal. Boleh jadi karena perbedaan
proporsi remaja pria yang berperlaku seksual berisiko IMS di perkotaan dan
pedesaan sangat tipis, sehingga tidak ditemukan beda proporsi yang signifikan.
Selain itu dapat pula karena pembentukan perilaku dipengaruhi banyak faktor, dan
tidak pernah dipengaruhi oleh faktor tunggal. Diantara faktor yang mempengaruhi
dapat dikelompokkan menjadi faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang cukup luas. Maka itu, tidak dapat
hal ini akan dibahas masing-masing variabel inti menurut disaparias desa dan kota.
Remaja pria dengan pengetahuan terkait perilaku seksual berisikoo IMS kurang
Remaja pria yang memilki sikap negatif terhadap perilaku seskual berisiko IMS
hampir sama antara di pedesaan dan perkotaan, yakni 57.5% di pedesaan dan 56.4%
di perkotaan. Ini artinya baik di rural maupun urban, lebih banyak remaja pria yang
bersikap negatif terhadap perilaku seksual berisiko. Dalam hal ini bersikap negatif
artinya setuju terhadap perilaku seksual berisiko dan sikap positif artinya tidak
keduanya hanya terpaut selisih 1% dimana di perkotaan lebih tinggi (28%). Ini
artinya, remaja di perkotaan lebih banyak yang merasakan pengaruh teman sebaya
intelektual dan emosional. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri
terdapat missing data sebanyak 5%. Remaja pria berpendidikan tinggi lebih banyak
Hasil studi yang dilakukan di Makassar sejalan dengan penelitian ini, bahwa
et al., 2011, Depkes, 2008). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
pada remaja Indoesia yang menunjukkan bahwa lebih banyak remaja berpendidikan
rendah yang berperilaku seksual tak aman dibandingkan dengan remaja yang
Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square, diketahui bahwa
seksual remaja pria di Indonesia (p value = 0.000). hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan pada remaja di Pasir Gunung Selatan, Depok tahun 2012,
sesuai dengan hasil penelitian ini, yakni ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dengan perilaku seksual, dimana remaja yang pendidikannya lebih tinggi
memiliki peluang lebih besar sebanyak 1,89 kali dibandingkan remaja dengan
yang tinggi cenderung lebih banyak yang berperilaku seksual berisiko IMS yaitu
sebesar 15.3%. Menurut (Looze, 2012) pada remaja 12-16 tahun di Belanda, remaja
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki kencenderungan yang lebih
66
besar untuk terjadinya perilaku seksual berisiko dibandingkan dengan remaja yang
memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Dewi (2012) juga mengatakan bahwa
remaja dengan pendidikan tinggi lebih berpeluang berperilaku seksual berisiko 1.89
kali lebih besar disbanding remaja dengan pendidikan rendah (Dewi, 2012).
Remaja dengan pendidikan tinggi bisa saja beranggapan sudah memiliki cukup
pengetahuan tentang resiko yang akan dihadapi, walaupun belum tentu informasi
yang didapatkan selama ini sudah benar. Pendidikan yang tinggi akan menimbulkan
keberanian dan rasa percaya diri yang lebih besar pada diri seseorang untuk
memiliki keberanian dan rasa percaya diri yang kurang terkait risiko yang akan
untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban
baik lisan, atau tuliasan yang merupakan stimulasi dari pertanyaan. Pengetahuan
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin dikur dari subjek penelitian
Dari hasil analisis deskriptif diketahui bahwa, remaja pria dengan pengetahuan
kurang (68.3%) jauh lebih banyak dibandingkan remaja dengan pengetahuan baik
(31.7%). Hal ini disebabkan beberapa hal diantaranya kurangnya paparan informasi,
atau informasi yang memapari tidak efektif. Menurut laporan SDKI tahun 2012
67
persentase pria belum kawin yang membaca surat kabar atau mendengar radio lebih
rendah dibandingkan SKRRI tahun 2007. Ini merupakan fakta menarik komponen
tahu sama sekali, tapi bukan berarti tidak memiliki pengetahuan adalah tidak
Selain itu, remaja pria dengan pengetahuan baik lebih banyak berperilaku
berpengetahuan baik dianggap paham akan resiko dan dampak yang akan timbul
dari perilaku yang mereka miliki. Namun pada kenyataanya, perilaku tidak hanya
dipengaruhi oleh pengetahuan saja, melainkan ada banyak hal lain yang tidak hanya
berasal dari dalam diri individu tapi juga dari luar misalnya pengaruh lingkungan
Oleh sebab itu untuk mengatasi permasalahan terkait perilaku seksual berisiko
IMS salah satunya yang perlu diintervensi adalah pengetahuan. Informasi tentang
harapan, status emosi, pengaruh sosial dan pengalaman yang didapat sebelumnya
situasi yang sulit (Bandura, 1990). Jadi, tidak bisa hanya mengintervensi salah satu
Beberapa penelitian yang hasilnya sejalan antara lain penelitian yang dilakukan
pada siswa SMK 4 Jeneponto (Puspita et al., 2012). Selain itu penelitian pada
seksual remaja (Andriani, 2013). Subekti dalam Tesisnya juga menemukan adanya
hubungan penetahuan PMS dengan perilaku seksual berisiko PMS pada anak
teori perilaku sepakat dengan pernyatan tersebut, diantaranya adalah model precede
69
cukup baik terkait suatu isu, maka individu atau kelompok tersebut memiliki
perilaku. Selalu ada faktor lain yang juga mempengaruhi perilaku dan dapat pula
6.7 Hubungan Sikap dengan Perilaku Sekual Remaja Pria di Indonesia Tahun
2012
Hasil analisis univariat diketahui bahwa 56.9% remaja pria bersikap negatif
terkait perilaku seksual yang berisiko IMS. Artinya lebih dari separuh remaja pria
memiliki permisifitas yang cukup tinggi terkait terhadap perilaku seksual. Temuan
ini cukup mengkhawatirkan. Sikap remaja yang negatif terhadap isu kesehatan
2010). Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini, yang tertera pada hasil
bahwa remaja yang bersikap negatif lebih banyak berperilaku seksual berisiko IMS
(24%) dibandingkan remaja yang bersikap positif (2.7%). Berdasarhan hasil analisis
bivariat diperoleh p value sebesar 0.000 yang berarti terdapat hubungan signifikan
antara sikap dengan perilaku seksual remaja pria di Indonesia tahun 2012.
Pernyataan Notoatmojo dan hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Andriani 2013 di Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Jeneponto bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku
seksual remaja (Puspita et al., 2012). Hasil penelitian Andriani juga ditemukan
bahwa responden dengan sikap negatif lebih banyak melakukan perilaku seksual
2013). Terdapat kesamaan antara penelitian ini dengan penelitian andriani (2013)
yakni kesamaan subjek penelitian, yaitu remaja. Selain itu analisis bivariat yang
dilakukan Andriani (2013) juga sama dengan yang peneliti lakukan, yakni
menggunakan uji chi-square. Demikian pula halnya dengan penelitian Puspita et. al.
(2012), responden yang memiliki perilaku seks berat dengan sikap negatif (82,1%)
lebih banyak dari sikap positif (29,1%). Penelitian Puspita et al serupa dengan yang
dilakukan peneliti, dari segi metode sama-sama menggunakan uji chi-square untuk
Pratiwi dan Basuki pada studinya yang dilakukan tahun 2011 juga menemukan
adanya hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku seksual tak aman
(PratiwidanBasuki, 2011). Hasil studi Hakim 2012 pun menunjukkan hasil serupa,
dimana ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian perilaku seks
Jika memiliki sikap positif terkait suatu isu, seseorang memiliki kecenderungan
berperilaku yang sesuai dengan isu tersebut. Begitupun sebaliknya, jika memiliki
sikap negatif, cukup besar potensi seseorang untuk berperilaku berlawanan dengan
isu tersebut. Jadi tidaklah janggal bila lebih banyak remaja Indonesia yang bersikap
negatif berperilaku seksual berisiko IMS lebih banyak daripada yang bersikap
positif.
71
6.8 Hubungan Peran Sekolah dengan Perilaku Sekual Remaja Pria di Indonesia
Tahun 2012
Sekolah merupakan salah satu tempat dimana remaja (yang masih sekolah)
menghabiskan waktu cukup banyak. Sekitar sepertiga waktu dalam sehari (kecuali
hari libur) dihabiskan di sekolah. Oleh sebab itu sekolah dirasa dapat
reproduksi bagi remaja. Tidak harus pada jam pelajaran, informasi ini bisa juga
siswa. Hal ini disebabkan karena bersumber dari lembaga sekolah diharapkan
dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan dengan cara yang tidak
tepat.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa lebih dari separuh remaja pria tidak
(52.3%). Diduga hal ini disebabkan oleh tabunya pembicaraan terkait pendidikan
seksual dan kesehatan reproduksi. Sekalipun sudah masuk dalam kurikulum, namun
efektif dan komperhensif. Remaja yang memiliki rasa penasaran akan mencari
berbahaya bagi remaja, karena menantang remaja untuk mencoba-coba dan dapat
Berdasarhan hasil analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0.025 yang berarti
terdapat hubungan signifikan antara peran sekolah dengan perilaku seksual remaja
pria di Indonesia tahun 2012. Hal ini tidak sejalan dengan Sabon yang dalam
HIV/AIDS tidak signifikan. Hal ini diduga karena kesehatan reproduksi (saat itu)
belum dimasukkan dalam kurikulum (Sabon, 2003). Saat ini materi kesehatan
inilah yang mendasari perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitan yang
slow learner SMP Galuh Handayani (Maria Montessori) Surabaya, ada hubungan
Peran sekolah sebagai menyedia informasi kesehatan reproduksi tak lepas dari
remaja terkait isu kesehatan reproduksi. Oleh sebab itu, secara tidak langsug
berpengaruh pada perilaku seksual remaja. Rompas et. al. (2014) menyatakan
pengetahuam dan sikap remaja tengatng penyakit menular seksual di SMK Fajar
agar dapat melindungi siswa dari pengetahuan tidak tepat yang berasal dari sumber
kesehatan reproduksi secara komprehensif. Hal ini dibuktikan dengan telah terbitnya
modul pendidikan Kesehatan Reprodukasi untuk Peserta Didik yang terdiri dari 3
dan Sederajat. Modul ini dibuat atas kerja sama kementerian Pedidikan,
2014.
Menurut laporan SDKI 2012 diketahui bahwa sebagian besar anak usia sekolah
(15-19 tahun) masih bersekolah yakni 62% sedangkan 38% sisanya putus sekolah
dengan berbagai alasan. Untuk itu, sekolah merupakan salah satu lembaga yang
perilaku remaja.
Tidak hanya intitusi pendidikan resmi saja, mengingat ada 38% remaja yang
pengetahuan dan pemahaman remaja putus sekolah ini terkait kesehatan reprouksi,
tersebut adalah masyarakat yang mungkin dapat menyediakan wadah untuk remaja
6.9 Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Sekual Remaja Pria di
Indonesia Tahun 2012
Teman sebaya adalah sekelompok remaja yang nilainya dianut oleh remaja lain
(Rice, 2005). Sanrtock (2005) menyatakan teman sebaya berfungsi sebagai tempat
bagi remaja berbagi dan sering perubahan perilaku remaja disebabkan transfer
perilaku sesama teman sebaya. Teman sebaya sebagai kelompok kelompok acuan
untuk berhubungan dengan lingkungan sosial, dimana remaja menyerap norma dan
nilai-nilai yang akhirnya menjadi standar nilai yang mempengaruhi pribadi remaja
(Santrock, 2005).
Menurut Jones dan Furman (2010), berkeinginan untuk memiliki teman sebaya
atau kelompok merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang dialami
remaja. Teman sebaya adalah remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan
yang sama. Teman sebaya merupakan individu atau kelompok satuan fungsi yang
berpengaruh pada remaja. Kelompok remaja memiliki ciri yang khas dalam
orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh teman sebaya, yakni 72.4%. Pada remaja
yang berperilaku seksual berisiko IMS, 37% menyatakan ada pengaruh teman
sebaya. Sementara hanya 6.3% dari remaja berperilaku seksual berisiko IMS yang
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0.000 yang berarti
terdapat hubungan signifikan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual
remaja pria di Indonesia tahun 2012. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Subekti 2015 dalam thesisnya, yakni adanya hubungan peran teman
sebaya degan perilaku berisiko penyakit menular seksual (Subekti, 2015). Demikian
pula halnya dengan studi yang dilakukan Lestari dkk pada tahun 2014 yang
Hasil studi Hakim 2012 juga menunjukkan hasil serupa, dimana ada hubungan yang
bermakna antara peran teman sebaya dengan kejadian perilaku seks berisiko pada
remaja tunarungu di SMALB Kota Padang (Hakim, 2012). Sabon dalam studinya
menyatakan bahwa pengaruh teman sebaya sanagat kuat karena perilaku berisiko
lebih tinggi daripada yang tidak memiliki teman sebaya berperilaku berisiko
Usia remaja biasanya sedang sangat mementingkan eksistensi diri. Remaja akan
baru yang dianggap keren dan kekinian. Teman sebaya dianggap sebagai faktor
yang cukup kuat mempengaruhi perilaku remaja. Remaja sebisa mungkin akan
mengikuti norma yang berlaku pada kelompok teman sebayanya agar dapat diterima
dan diakui dalam kelompoknya. Oleh sebab itu, remaja cenderung mengikuti
remaja pria sebagai subjek penelitian ini, disarankan untuk memilih lingkungan
76
pergaulan teman sebaya yang positif agar tidak terjerumus pada pergaulan yang
PENUTUP
7.1 Simpulan
a. 14. 8% remaja pria di Indonesia tahun 2012 berperilaku seksual berisiko
IMS
b. Lebih dari separuh (53.9%) remaja pria di Indonesia tahun 2012 yang
c. Lebih dari separuh (56.6%) remaja pria di Indonesia tahun 2012 yang
d. Sebagian besar (65.1%) remaja pria di Indonesia tahun 2012 yang menjadi
f. Lebih dari separuh (56.9%) remaja pria di Indonesia tahun 2012 memiliki
kesehatan reproduksi.
seksualnya.
77
78
reproduksi, dan pengaruh teman sebaya. Hal ini sesuai dengan teori precede-
7.2 Saran
7.1.1 Untuk Penyelenggara SDKI (BKKBN, Kemenkes, BPS)
Selain itu dapat pula dilakukan penelitan hingga tahap multivariat agar
pada sasaran dan dengan cara yang tepat berdasarkan hasil penelitian ini
memantau pelaksanaan program sejenis yang sudah dibuat. Hal ini untuk
berisiko IMS.
Masyarakat
mereka dari sumber informasi dan pengetahuan yang tidak tepat. Selain
itu diperlukan juga adanya kerja sama dengan LSM atau organisasi yang
itu juga dapat mengatasi permaslahan terkait peran teman sebaya. Jika
teman sebaya sama memiliki pengetahuan baik dan sikap positif, remaja
remaja semacam karang taruna atau yang lainnya. Tentunya dengan cara
mengikutinya.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliyasari, Y. & Puspitasari, N. 2008. Perilaku Seksual Anak Usia Pra Remaja di
Andriani, G. 2013. Hubungan Faktor Personal dengan Perilaku Seksual Remaja pada
Apsari, I. 2009. Gambaran Konsep Diri pada Remaja Ahir Indigo. Strata 1, Universitas
Indonesia.
Wanita Pekerja Seks (WPS) yang Menderita IMS Berperilaku Seks Aman (Safe
No. 2.
Awaluddin, S. M., Ahmad, N. A., Saleh, N. M., Aris, T., Kasim, N. M., Sapri, N. A. M.
Bandura, A. 1990. Perceived Self Efficacy in The Exercise of Control Over AIDS
Infection.
82
83
International.
BPS, B. P. S. 2007. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004. Jakarta.
Vol. 2, No. 2.
Soedirman.
untuk Meningkatkan Kepuasan Pasien pada Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Dewi, A. P. 2012. Hubungan Karakteristik Remaja, Peran Teman Sebaya, dan Paparan
Publishing Company.
Juleha, E. 2007. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Remaja
Kementerian Kesehatan.
Kemenkes 2015. Buku Saku Penjangkau Masyarakat: Alat Kelamin dan Semua yang
Perlu Kita Ketahui tentang Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Ditjen PPM&PL
https://drive.google.com/file/d/0B_zrsCXLykV9RzdsVWV0S1JoRnM/view
Lingkungan.
85
Kinsey, A. C., Pomeroy, W. B. & Martin, C. E. 1948. Sexual Behavior in The Human
LENGLE, K. L., Brown, J. D. & Kenneavy, K. 2005. The Mass Media are an
Health.
Lestary, H. & Sugiharti 2011. Perilaku Berisiko Remaja di Indonesia Menurut Survey
Looze, E. A. 2012. The Use of The Risky Sex Scale Among Adolecents Receiving
Treatment Services for Substance Use Problem: Factor Structure and Predictive
Mangando, E. N. S., Lampus, B. S., Siagian, I. E. T., Kandou, G. D., Pandelaki, A. J. &
Seksualitas dan Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak dengan Perilaku
Musthofa, S. B. & Winarti, P. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah
Vol. 1 No. 1.
N, A., SM, A., H, I., R, S. & N, N. A. R. 2014. Sexual Activity among Malaysian
School-Going adolescents: What Are the Risk and Protective Factors? Asia
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Jakarta, Rineka Cipta.
Nurhidayah, S., Prestana, N. D. I. & Bayani, I. 2012. Pengasuhan, Peer Group, Self
Efficacy dan Perilaku Seks pada Remaja di Kota Bekasi. Jurnal Soul, Vol. 5 No
2.
Murid SMU Negeri di Kota Padang Tahun 2007. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
No. 4.
Puspita, S. P. M., Iksan, M. & Rahma 2012. Pengetahun, Sikap, Peran Orang Tua,
Rasmiani, E., Irmayani & Mallo, A. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Rice, F. P. 2005. The Adolescent Development, Relationship, and Culture, USA, Allyn
and Bacon.
87
kawin usia 15-24 tahun : Sebuah analisis data sekunder hasil Survey Kesehatan
Indonesia.
Samino 2012. Analisis Perilaku Sex Remaja SMAN 14 Bandarlampung 2011. Jurnal
Santrock 2005. Adolecent, New York, The McGraw Hill. Co. Inc.
Indonesia.
Stanhope, M. & Lancaster, J. 2004. Community and Public Health Nursing, St. Louis,
Subekti, Y. Y. 2015. Pengaruh Jenis Kelamin, Pajanan Media, Peran Teman Sebaya,
Maret.
88
Surono, A. 1997. Remaja dan Hubungan Seks Pranikah. Artikel Lepas Intisari. Maret
2007 ed.
More Risky in Rural Than in Urban Areas Among Young Women in Nyanza
LAMPIRAN 1
HASIL ANALISIS DATA
8.1 Analisis Univariat
Frequencies
Statistics
Berpegangan Meraba/ Sexual
tangan ciuman merangsang intercourse
N Valid 9160 9160 9160 9160
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
Berpegangan tangan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 606 6.6 6.6 6.6
Ya 8554 93.4 93.4 100.0
Total 9160 100.0 100.0
Berciuman
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 3787 41.3 41.3 41.3
Ya 5373 58.7 58.7 100.0
Total 9160 100.0 100.0
Meraba/merangsang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 5660 61.8 61.8 61.8
1 3500 38.2 38.2 100.0
Total 9160 100.0 100.0
Sexual Itercourse
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 7804 85.2 85.2 85.2
5 1356 14.8 14.8 100.0
Total 9160 100.0 100.0
90
Frequency Table
Perilaku Seksual Remaja Pria
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Berisiko
1356 14.8 14.8 14.8
IMS
Tidak 7804 85.2 85.2 100.0
Total 9160 100.0 100.0
Umur
Frequen Valid Cumulative
cy Percent Percent Percent
Valid Remaja
4938 53.9 53.9 53.9
Akhir
Remaja Awal 4222 46.1 46.1 100.0
Total 9160 100.0 100.0
Tempat Tinggal
Cumulati
Valid ve
Frequency Percent Percent Percent
Valid Rural 3972 43.4 43.4 43.4
Urban 5188 56.6 56.6 100.0
Total 9160 100.0 100.0
Tingkat Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tinggi 5964 65.1 65.4 65.4
Rendah 3150 34.4 34.6 100.0
Total 9114 99.5 100.0
Missing System 46 .5
Total 9160 100.0
Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang 6253 68.3 68.3 68.3
Baik 2907 31.7 31.7 100.0
Total 9160 100.0 100.0
91
Sikap
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Negatif 5209 56.9 56.9 56.9
Positif 3951 43.1 43.1 100.0
Total 9160 100.0 100.0
Peran Sekolah sebagai penyedia Info Kespro
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak
4787 52.3 52.3 52.3
Berperan
Berperan 4373 47.7 47.7 100.0
Total 9160 100.0 100.0
Pengaruh Teman Sebaya
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ada Pengaruh 2525 27.6 27.6 27.6
Tidak ada Pengaruh 6635 72.4 72.4 100.0
Total 9160 100.0 100.0
92
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2.144E2a 1 .000
b
Continuity Correction 213.506 1 .000
Likelihood Ratio 202.754 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
214.407 1 .000
Association
N of Valid Casesb 9160
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 430.34.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Penget_Kat (Kurang / .423 .377 .476
Baik)
For cohort Prisek_Kat =
.487 .442 .537
Risiko IMS
For cohort Prisek_Kat =
1.151 1.127 1.176
Tidak
N of Valid Cases 9160
94
Sikap_kat * Prisek_Kat
Crosstab
Prisek_Kat
Risiko
IMS Tidak Total
Sikap_kat Negatif Count 1250 3959 5209
% within
24.0% 76.0% 100.0%
Sikap_kat
Positif Count 106 3845 3951
% within
2.7% 97.3% 100.0%
Sikap_kat
Total Count 1356 7804 9160
% within
14.8% 85.2% 100.0%
Sikap_kat
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.093E2a 1 .000
b
Continuity Correction 807.616 1 .000
Likelihood Ratio 964.318 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
809.217 1 .000
Association
N of Valid Casesb 9160
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 584.89.
b. Computed only for a 2x2 table
95
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Sikap_kat (Negatif / 11.453 9.347 14.033
Positif)
For cohort Prisek_Kat =
8.945 7.368 10.859
Risiko IMS
For cohort Prisek_Kat =
.781 .768 .794
Tidak
N of Valid Cases 9160
Peran Sekolah * Perilaku Seksual
Crosstab
Perilaku Seksual
Berisiko
IMS Tidak Total
Peran Sekolah Tidak Count 670 4117 4787
Berperan % within Peran Sekolah 14.0% 86.0% 100.0%
Berperan Count 686 3687 4373
% within Peran Sekolah 15.7% 84.3% 100.0%
Total Count 1356 7804 9160
% within Peran Sekolah 14.8% 85.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 5.181a 1 .023
b
Continuity Correction 5.048 1 .025
Likelihood Ratio 5.176 1 .023
Fisher's Exact Test .023 .012
Linear-by-Linear
5.180 1 .023
Association
N of Valid Casesb 9160
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 647.36.
b. Computed only for a 2x2 table
96
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Peran
Sekolah (Tidak .875 .779 .982
Berperan / Berperan)
For cohort Perilaku
.892 .809 .984
Seksual = Berisiko IMS
For cohort Perilaku
1.020 1.003 1.038
Seksual = Tidak
N of Valid Cases 9160
Pengaruh Teman Sebaya * Perilaku Seksual
Crosstab
Perilaku Seksual
Berisiko
IMS Tidak Total
Pengaruh Ada Pengaruh Count 935 1590 2525
Teman % within
Sebaya Pengaruh Teman 37.0% 63.0% 100.0%
Sebaya
Tidak ada Count 421 6214 6635
Pengaruh % within
Pengaruh Teman 6.3% 93.7% 100.0%
Sebaya
Total Count 1356 7804 9160
% within
Pengaruh Teman 14.8% 85.2% 100.0%
Sebaya
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.365E3a 1 .000
Continuity Correctionb 1.363E3 1 .000
Likelihood Ratio 1.216E3 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
1.365E3 1 .000
Association
N of Valid Casesb 9160
97
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 373.79.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Pengaruh Teman
8.680 7.640 9.860
Sebaya (Ada Pengaruh /
Tidak ada Pengaruh)
For cohort Perilaku
5.836 5.252 6.485
Seksual = Berisiko IMS
For cohort Perilaku
.672 .652 .693
Seksual = Tidak
N of Valid Cases 9160
Pendidikan * Perilaku Seksual
Crosstab
Perilaku Seksual
Berisiko
IMS Tidak Total
Pendidikan Tinggi Count 915 5049 5964
% within
15.3% 84.7% 100.0%
Pendidikan
Rendah Count 434 2716 3150
% within
13.8% 86.2% 100.0%
Pendidikan
Total Count 1349 7765 9114
% within
14.8% 85.2% 100.0%
Pendidikan
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.000a 1 .046
b
Continuity Correction 3.877 1 .049
Likelihood Ratio 4.038 1 .044
Fisher's Exact Test .047 .024
Linear-by-Linear
3.999 1 .046
Association
N of Valid Casesb 9114
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 466.24.
98
Crosstab
Perilaku Seksual
Berisiko
IMS Tidak Total
Pendidikan Tinggi Count 915 5049 5964
% within
15.3% 84.7% 100.0%
Pendidikan
Rendah Count 434 2716 3150
% within
13.8% 86.2% 100.0%
Pendidikan
Total Count 1349 7765 9114
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for
Pendidikan (Tinggi / 1.134 1.002 1.283
Rendah)
For cohort Perilaku
1.114 1.002 1.238
Seksual = Berisiko IMS
For cohort Perilaku
.982 .965 .999
Seksual = Tidak
N of Valid Cases 9114
Tempat Tinggal * Perilaku Seksual
Crosstab
Perilaku Seksual
Berisiko
IMS Tidak Total
Tempat Tinggal Rural Count 584 3388 3972
% within Tempat
14.7% 85.3% 100.0%
Tinggal
Urban Count 772 4416 5188
% within Tempat
14.9% 85.1% 100.0%
Tinggal
Total Count 1356 7804 9160
% within Tempat
14.8% 85.2% 100.0%
Tinggal
99
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .056a 1 .813
b
Continuity Correction .043 1 .836
Likelihood Ratio .056 1 .812
Fisher's Exact Test .835 .418
Linear-by-Linear
.056 1 .813
Association
N of Valid Casesb 9160
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 587.99.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Tempat
.986 .878 1.108
Tinggal (Rural / Urban)
For cohort Perilaku
.988 .895 1.091
Seksual = Berisiko IMS
For cohort Perilaku
1.002 .985 1.019
Seksual = Tidak
N of Valid Cases 9160
umur * Perilaku Seksual
Crosstab
Perilaku Seksual
Berisiko
IMS Tidak Total
umur Remaja Count 1040 3898 4938
Akhir % within
21.1% 78.9% 100.0%
umur
Remaja Awal Count 316 3906 4222
% within
7.5% 92.5% 100.0%
umur
Total Count 1356 7804 9160
% within
14.8% 85.2% 100.0%
umur
100
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3.326E2 1 .000
b
Continuity Correction 331.559 1 .000
Likelihood Ratio 351.396 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
332.598 1 .000
Association
N of Valid Casesb 9160
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 625.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for umur
(Remaja Akhir / 3.298 2.886 3.769
Remaja Awal)
For cohort Perilaku
2.814 2.498 3.170
Seksual = Berisiko IMS
For cohort Perilaku
.853 .839 .868
Seksual = Tidak
N of Valid Cases 9160
SDKI12-RP
1. PROVINSI
2. KABUPATEN/KOTA *)
3. KECAMATAN
4. DESA/KELURAHAN *)
TANGGAL
TANGGAL
WAWANCARA
BULAN
TAHUN 2 0 1 2
PEWA-
NAMA PEWAWANCARA WANCARA
HASIL KUNJUNGAN
HASIL KUNJUNGAN ***)
TANGGAL
RP- 1
PERSETUJUAN ORANG TUA/WALI
(DIBACAKAN KEPADA ORANG TUA/WALI RESPONDEN PRIA YANG BERUMUR 15-24 TAHUN)
Pada survei ini, Kami akan mewawancarai pria belum kawin usia 15-24 tahun secara perorangan. Kami akan menanyakan mengenai
pengetahuan, pendapat dan perilaku mereka dalam kesehatan reproduksi. Informasi ini akan membantu pemerintah dalam perencanaan
program-program pelayanan kesehatan yang khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan remaja.
Kami sangat mengharapkan izin Bapak/Ibu untuk memperkenankan putra Bapak/Ibu berperan serta dalam survei ini. Wawancara biasanya
berlangsung selama kurang lebih 25 menit. Informasi apapun yang diberikan oleh putra Bapak/Ibu tidak akan diberitahukan kepada orang
lain.
Apakah saya diperbolehkan meminta (NAMA ANAK) untuk diwawancarai secara pribadi? Jika Bapak/Ibu memutuskan untuk melarang putra
Bapak/Ibu untuk diwawancarai, kami akan menghormati keputusan Bapak/Ibu. Sekarang bagaimana keputusan Bapak/Ibu?
BAGIAN 1
RP- 3
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Selamat (pagi, siang, sore, ...). Nama saya .............. Saya adalah petugas dari Badan Pusat Statistik yang sedang melaksanakan survei
dengan cakupan nasional mengenai pria belum kawin usia 15 sampai 24 tahun. Saya ingin bertanya mengenai pengetahuan, pendapat dan
perilaku kesehatan Saudara.
Keterangan ini akan membantu pemerintah untuk merencanakan pelayanan kesehatan, khusus untuk memenuhi kebutuhan orang
muda/remaja. Kami akan sangat menghargai kesertaan Saudara dalam survei ini. Wawancara akan berlangsung sekitar 25 menit.
Keterangan apapun yang Saudara berikan akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan diberitahukan kepada pihak lain.
Partisipasi Saudara dalam survei ini bersifat sukarela dan Saudara dapat memilih untuk tidak menjawab beberapa atau semua pertanyaan.
Namun, kami berharap Saudara tidak akan menolak untuk diwawancarai karena pandangan dan jawaban Saudara sangat diperlukan.
Apakah ada yang ingin Saudara tanyakan mengenai survei ini? (JAWAB DENGAN JELAS DAN SINGKAT)
RESPONDEN SETUJU DIWAWANCARAI ..... 1 RESPONDEN TIDAK SETUJU DIWAWANCARAI ... 2 SELESAI
BAGIAN 1
RP- 4
BAGIAN 1. LATAR BELAKANG RESPONDEN
TAHUN .........
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
RP- 5
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
110 Sekarang saya mohon Saudara untuk membacakan kalimat ini. TIDAK DAPAT MEMBACA
TUNJUKKAN SALAH SATU KARTU. JIKA RESPONDEN TIDAK BISA MEMBACA SEBAGIAN
DAPAT MEMBACA KALIMAT SECARA LENGKAP, TANYAKAN:
KALIMAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BUTA/GANGGUAN PENGLIHATAN . . . 4
112 Apakah Saudara membaca surat kabar atau majalah paling PALING SEDIKIT SEKALI SEMINGGU . . 1
sedikit sekali seminggu, jarang atau tidak pernah?
JARANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
TIDAK PERNAH . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 114
114 Apakah Saudara mendengarkan radio paling sedikit sekali PALING SEDIKIT SEKALI SEMINGGU . . 1
seminggu, jarang, atau tidak pernah? JARANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
TIDAK PERNAH . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 116
RP- 6
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
116 Apakah Saudara menonton televisi paling sedikit sekali PALING SEDIKIT SEKALI SEMINGGU . . 1
seminggu, jarang, atau tidak pernah? JARANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
TIDAK PERNAH . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 118
118 Selama tujuh hari yang lalu, apakah Saudara melakukan YA ............................ 1 121
kegiatan bekerja paling sedikit satu jam terus menerus?
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
119 Meskipun Saudara tidak bekerja dalam tujuh hari yang lalu, YA ............................ 1 121
apakah Saudara mempunyai pekerjaan tetap tetapi sementara
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
tidak bekerja karena cuti, sakit, bepergian, atau alasan lain?
121A Apakah Saudara bekerja untuk anggota keluarga, orang lain atau PEKERJA KELUARGA ........... 1
mempunyai usaha sendiri? BURUH/KARYAWAN ............. 2
BERUSAHA/MEMPUNYAI USAHA . . . 3
122 Apakah Saudara bekerja sepanjang tahun, musiman, atau SEPANJANG TAHUN . . . . . . . . . . . . . 1
sesekali saja? MUSIMAN ...................... 2
SESEKALI ...................... 3
123 Apakah Saudara dibayar dengan uang atau barang atau tidak UANG ........................ 1
dibayar sama sekali untuk pekerjaan tersebut? UANG DAN BARANG . . . . . . . . . . . . . 2
BARANG ...................... 3
TIDAK DIBAYAR . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
RP- 7
BAGIAN 2. PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN MENGENAI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
Sekarang saya akan bertanya mengenai perubahan dari anak-anak ke remaja, sistem reproduksi dan hal-hal yang terkait.
201 Kalau seorang anak laki-laki mulai menjadi remaja, biasa disebut BADAN MULAI BEROTOT ......... A
akil baliq atau puber, ia mengalami perubahan pada tubuh. SUARA MENJADI BESAR ......... B
Dapatkah Saudara menyebutkan perubahan-perubahan itu?
TUMBUH RAMBUT DI WAJAH,
SEKITAR ALAT KELAMIN, KETIAK,
DADA, KAKI ATAU LENGAN ..... C
Ada lagi? GAIRAH SEKS MENINGKAT ....... D
MIMPI BASAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . E
TULANG JAKUN MENONJOL . . . . . . . F
JANGAN MEMBACAKAN JAWABAN. PUTING SUSU MENGERAS ....... G
LINGKARI SETIAP KODE JAWABAN YANG DISEBUT. LAINNYA X
(TULISKAN)
TIDAK TAHU ........................ Z
202 Kalau seorang anak perempuan mulai menjadi remaja, ia juga TUMBUH RAMBUT DI SEKITAR ALAT
mengalami perubahan pada tubuh. Dapatkah Saudara KELAMIN ATAU KETIAK ....... A
menyebutkan perubahan-perubahan itu?
PAYUDARA MEMBESAR ......... B
PINGGUL MEMBESAR ............ C
Ada lagi? GAIRAH SEKS MENINGKAT ....... D
MULAI HAID .................... E
JANGAN MEMBACAKAN JAWABAN. LAINNYA X
LINGKARI SETIAP KODE JAWABAN YANG DISEBUT. (TULISKAN)
TIDAK TAHU ........................ Z
204 Dari mana Saudara mendapat informasi mengenai perubahan TEMAN ........................ A
pada tubuh dari anak-anak ke remaja? IBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B
BAPAK ........................ C
Ada lagi? SAUDARA KANDUNG ............ D
KELUARGA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . E
GURU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . F
PETUGAS KESEHATAN . . . . . . . . . . . . G
PEMUKA AGAMA ................ H
TELEVISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I
JANGAN MEMBACAKAN JAWABAN. RADIO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . J
LINGKARI SETIAP KODE JAWABAN YANG DISEBUT. BUKU/MAJALAH/SURAT KABAR ... K
INTERNET . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . L
LAINNYA X
(TULISKAN)
TIDAK ADA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Z
205 Berapa umur Saudara ketika pertama kali mengalami mimpi BELUM PERNAH . . . . . . . . . . . . . . . . 00 208
basah?
RP- 8
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
206 Sebelum Saudara mengalami mimpi basah pertama kali, apakah YA ............................ 1
ada seseorang yang berbicara dengan Saudara tentang mimpi
basah?
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 208
207 Siapa yang berbicara tentang mimpi basah dengan Saudara? TEMAN ........................ A
IBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B
BAPAK ........................ C
Ada lagi? SAUDARA KANDUNG . . . . . . . . . . . . . . D
KELUARGA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . E
JANGAN MEMBACAKAN JAWABAN. GURU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . F
LINGKARI SETIAP KODE JAWABAN YANG DISEBUT. PETUGAS KESEHATAN . . . . . . . . . . . . G
PEMUKA AGAMA ................ H
LAINNYA X
(TULISKAN)
208 Pada wanita yang sudah haid umumnya, apakah ada masa YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
subur?
Masa subur yang dimaksud di sini ialah antara hari pertama haid TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
dan hari pertama haid berikutnya, dimana ada hari-hari tertentu
seorang wanita mempunyai kesempatan lebih besar dari hari-hari
lain untuk hamil apabila berhubungan seks. TIDAK TAHU ........................ 8 210
209 Apakah hari-hari tersebut menjelang haid, selama haid, segera MENJELANG HAID . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
setelah haid berakhir, atau di tengah antara dua haid?
SELAMA HAID . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
SEGERA SETELAH HAID
BERAKHIR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
DI TENGAH ANTARA DUA HAID . . . . . 4
LAINNYA 6
(TULISKAN)
TIDAK TAHU ........................ 8
211 Apakah Saudara tahu bagaimana cara menghindari kehamilan? TIDAK BERHUBUNGAN SEKS . . . . . . . A
MENGGUNAKAN METODE
JIKA 'TAHU': Bagaimana caranya? KONTRASEPSI . . . . . . . . . . . . . . . . . . B
Ada lagi? PANTANG BERKALA . . . . . . . . . . . . . . C
SANGGAMA TERPUTUS . . . . . . . . . . . . D
JANGAN MEMBACAKAN JAWABAN. MINUM JAMU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . E
LINGKARI SETIAP KODE JAWABAN YANG DISEBUT. LAINNYA X
(TULISKAN)
TIDAK TAHU .................... Z
RP- 9
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
Sekarang saya ingin menanyakan tentang keluarga berencana. Ada berbagai macam alat atau cara yang dapat digunakan pasangan untuk
menunda atau mencegah kehamilan.
Wanita dapat minum pil setiap hari untuk mencegah kehamilan. TIDAK ............................... 2
(TULISKAN)
TIDAK ............................... 2
RP- 10
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
219 Menurut Saudara mengapa seseorang dapat menderita anemia? KURANG MAKAN DAGING, AYAM,
IKAN, HATI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . A
KURANG MAKAN SAYUR-SAYURAN
Ada lagi? DAN BUAH-BUAHAN . . . . . . . . . . . . B
PERDARAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . C
SEDANG MENDAPAT HAID . . . . . . . . . D
KURANG MAKAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . E
PENYAKIT MENULAR . . . . . . . . . . . . . . F
JANGAN MEMBACAKAN JAWABAN. LAINNYA X
LINGKARI SETIAP KODE JAWABAN YANG DISEBUT. (TULISKAN)
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Z
221 Bagaimana cara mengobati penderita anemia? MINUM PIL TAMBAH DARAH . . . . . . . A
MINUM PIL ZAT BESI . . . . . . . . . . . . . . B
Ada lagi? BANYAK MAKAN DAGING, AYAM,
IKAN, HATI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . C
BANYAK MAKAN SAYUR-SAYURAN
DAN BUAH-BUAHAN YANG
MENGANDUNG ZAT BESI . . . . . . . D
LAINNYA X
JANGAN MEMBACAKAN JAWABAN. (TULISKAN)
LINGKARI SETIAP KODE JAWABAN YANG DISEBUT. TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Z
RP- 11
BAGIAN 3. PERKAWINAN DAN ANAK
Sekarang saya akan menanyakan pendapat Saudara mengenai perkawinan dan anak.
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
LAINNYA 96 309
(TULISKAN)
308 Dari jumlah tersebut, berapa anak laki-laki, berapa anak LAKI- PEREM- APA
perempuan dan berapa anak yang diharapkan tanpa LAKI PUAN SAJA
memperhatikan jenis kelamin?
JUMLAH
'APA SAJA' ADALAH JUMLAH ANAK YANG DIINGINKAN
TANPA PREFERENSI JENIS KELAMIN TERTENTU. LAINNYA 999996
(TULISKAN)
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
RP- 12
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
TAHUN ................ 2
313 Jika seorang wanita hamil, tetapi ia tidak menginginkan MELAHIRKAN DAN DIRAWAT
kandungannya, menurut Saudara apa yang seharusnya ia SENDIRI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
lakukan: melahirkan dan merawat sendiri bayinya, melahirkan
dan memberikan bayinya kepada orang lain untuk diasuh,
menggugurkan kandungannya, atau terserah kepada wanita itu? MELAHIRKAN DAN DIASUH
ORANG LAIN ..................... 2
MENGGUGURKAN . . . . . . . . . . . . . . . . 3
RP- 13
BAGIAN 4. PERAN KELUARGA, SEKOLAH, MASYARAKAT DAN MEDIA
Sekarang saya ingin menanyakan beberapa hal yang berhubungan dengan peran keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai sumber
informasi tentang kesehatan reproduksi yaitu hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas dan infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS,
serta hal lain seperti penggunaan obat-obat terlarang dan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya).
402 Kalau Saudara ingin tahu lebih jauh mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan reproduksi, pada siapa TEMAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . A
Saudara akan bertanya? IBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B
BAPAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . C
SAUDARA KANDUNG . . . . . . . . . . . . D
KELUARGA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . E
Siapa lagi? GURU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . F
PETUGAS KESEHATAN . . . . . . . . . G
JANGAN MEMBACAKAN JAWABAN. PEMUKA AGAMA . . . . . . . . . . . . . . . . H
LINGKARI SETIAP KODE JAWABAN YANG DISEBUT. LAINNYA X
(TULISKAN)
TIDAK ADA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Z
404. Apakah Saudara pernah diberi 405. Apakah jenjang sekolah Saudara ketika
TOPIK pelajaran di sekolah tentang pertama kali diberi pelajaran di sekolah
(TOPIK)? tentang (TOPIK)?
C. HIV/AIDS. YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 SD/MI/SEDERAJAT . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 SMP/MTs/SEDERAJAT . . . . . . . . . . . . 2
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . 8 SMA/SMK/MA/SEDERAJAT . . . . . . . . 3
AKADEMI/DI/DII/DIII . . . . . . . . . . . . . . 4
DIPLOMA IV/UNIV .............. 5
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
RP- 14
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
412 Pelayanan apa saja yang sudah tersedia di tempat tersebut? INFORMASI KESPRO . . . . . . . . . . . . . . A
KONSELING . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B
Ada lagi? PEMERIKSAAN KESEHATAN . . . . . . . C
PENGOBATAN IMS . . . . . . . . . . . . . . . . D
ALAT/CARA KB ................ E
JANGAN MEMBACAKAN JAWABAN. LAINNYA X
LINGKARI SETIAP KODE JAWABAN YANG DISEBUT. (TULISKAN)
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Z
413 Selain yang sudah tersedia, pelayanan kesehatan reproduksi apa INFORMASI KESPRO . . . . . . . . . . . . . . A
saja yang Saudara inginkan tersedia di tempat tersebut? KONSELING . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B
PEMERIKSAAN KESEHATAN . . . . . . . C
PENGOBATAN IMS . . . . . . . . . . . . . . . . D
Ada lagi? ALAT/CARA KB ................ E
LAINNYA X
JANGAN MEMBACAKAN JAWABAN. (TULISKAN)
LINGKARI SETIAP KODE JAWABAN YANG DISEBUT. TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Z
RP- 15
BAGIAN 5. ROKOK, MINUMAN BERALKOHOL DAN OBAT-OBATAN TERLARANG
Sekarang saya akan menanyakan beberapa hal mengenai merokok, minum minuman beralkohol, dan pemakaian obat-obatan
terlarang. Seperti telah saya katakan, Saudara dapat menolak untuk menjawab beberapa atau semua pertanyaan. Meskipun
demikian, saya harap Saudara akan terbuka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini karena pendapat Saudara sangat
penting. Informasi yang Saudara berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk studi ilmiah.
TIDAK INGAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
HANYA MENCOBA . . . . . . . . . . . . . . . . 94
TIDAK INGAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
512 Dalam tiga bulan terakhir, berapa hari Saudara minum minuman
beralkohol? JUMLAH HARI . . . . . . . . . . . . . .
RP- 16
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
520 Apakah Saudara pernah nyuntik obat-obatan yang bisa berakibat YA ............................ 1
teler, flai, hai, on ?
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 525
TIDAK INGAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
RP- 17
BAGIAN 6. HIV/AIDS
608 Apakah virus penyebab AIDS dapat ditularkan dari seorang ibu YA TIDAK TT
ke anaknya:
- Selama hamil? SELAMA HAMIL . . . . . 1 2 8
- Saat melahirkan? SAAT MELAHIRKAN . . 1 2 8
- Selama menyusui? SELAMA MENYUSUI . .,1 2 8
609 Bagaimana cara mengetahui seseorang terinfeksi HIV/AIDS? DENGAN MENGENALI FISIK . . . . . . . A
DENGAN MENGENALI PERILAKU
Ada cara lain? ORANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B
DENGAN TES DARAH . . . . . . . . . . . . . . C
RP- 18
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
610 Apakah Saudara tahu tentang adanya tes HIV/AIDS secara YA ............................ 1
sukarela yang didahului dengan konseling yang dikenal dengan
VCT yaitu Voluntary Counseling and Testing ? TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 612
612 Apakah Saudara akan membeli sayuran segar dari petani atau YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
penjual yang Saudara ketahui terinfeksi HIV/AIDS? TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
613 Jika salah satu anggota keluarga tertular virus HIV/AIDS, apakah YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Saudara akan merahasiakannya? TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
TT/TIDAK YAKIN/TERGANTUNG . . . . . 8
614 Jika salah satu anggota keluarga Saudara menderita AIDS, YA ............................ 1
apakah Saudara bersedia merawatnya di rumah Saudara? TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
TT/TIDAK YAKIN/TERGANTUNG . . . . . 8
615 Jika seorang guru wanita diketahui tertular virus HIV/AIDS tapi YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
tidak kelihatan sakit, menurut pendapat Saudara apakah ia TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
sebaiknya diperbolehkan tetap mengajar di sekolah? TT/TIDAK YAKIN/TERGANTUNG . . . . . 8
RP- 19
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
(TULISKAN)
619 Jika seorang laki-laki tertular infeksi menular seksual (IMS), NYERI PERUT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . A
apakah gejala-gejalanya? NANAH KELUAR DARI ALAT
KELAMIN (KENCING NANAH) . . . . . B
CAIRAN BAU KELUAR DARI
ALAT KELAMIN ................ C
Ada lagi? RASA NYERI/PANAS PADA
SALURAN KENCING ............ D
KEMERAHAN / RADANG PADA
ALAT KELAMIN ................ E
BENGKAK PADA ALAT KELAMIN ... F
JAWABAN JANGAN DIBACAKAN DAN LINGKARI SETIAP LUKA / BISUL PADA ALAT
KODE GEJALA YANG DISEBUT. KELAMIN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . G
KUTIL PADA ALAT KELAMIN . . . . . . . H
GATAL PADA ALAT KELAMIN . . . . . . . I
KENCING DARAH ................ J
BERAT BADAN TURUN . . . . . . . . . . . . K
IMPOTEN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . L
LAINNYA X
(TULISKAN)
RP- 20
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
620 Jika seorang perempuan tertular infeksi menular seksual (IMS), NYERI PERUT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . A
apakah gejala-gejalanya? KEPUTIHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B
KEPUTIHAN YANG BERBAU . . . . . . . C
RASA NYERI/PANAS PADA
Ada lagi? SALURAN KENCING ............ D
KEMERAHAN / RADANG PADA
ALAT KELAMIN ................ E
BENGKAK PADA ALAT KELAMIN ... F
JAWABAN JANGAN DIBACAKAN DAN LINGKARI SETIAP LUKA / BISUL PADA ALAT
KODE GEJALA YANG DISEBUT. KELAMIN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . G
KUTIL PADA ALAT KELAMIN . . . . . . . H
GATAL PADA ALAT KELAMIN ..... I
KENCING DARAH ................ J
BERAT BADAN TURUN . . . . . . . . . . . . K
SULIT HAMIL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . L
LAINNYA X
(TULISKAN)
RP- 21
BAGIAN 7. PACARAN DAN PERILAKU SEKSUAL
Sekarang saya akan menanyakan beberapa pertanyaan berhubungan dengan seksualitas. Kita Ingin mengetahui apakah orang muda seusia
Saudara aktif secara seksual. Informasi yang Saudara berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk studi ilmiah.
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
JIKA RESPONDEN MERASA TIDAK NYAMAN DENGAN PERTANYAAN INI, KATAKAN BAHWA PERTANYAAN
INI MEMANG SENSITIF TAPI SANGAT PENTING UNTUK MENDAPATKAN INFORMASI YANG AKURAT.
YAKINKAN SEKALI LAGI BAHWA KERAHASIAAN INFORMASI INI TERJAMIN.
706 Apa alasan utama Saudara melakukan hubungan seksual untuk TERJADI BEGITU SAJA . . . . . . . . . . . . 01
pertama kalinya? PENASARAN/INGIN TAHU . . . . . . . . . 02
DIPAKSA OLEH PASANGAN . . . . . . . 03
MEMERLUKAN UANG UNTUK
HIDUP/SEKOLAH . . . . . . . . . . . . . . . . 04
INGIN MENIKAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . 05
JANGAN MEMBACAKAN ALTERNATIF JAWABAN. IKUTAN TEMAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . 06
LAINNYA 96
(TULISKAN)
TIDAK INGAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
707 Di mana Saudara melakukan hubungan seksual untuk pertama DI RUMAH SENDIRI . . . . . . . . . . . . . . . . 01
kalinya? DI RUMAH PASANGAN . . . . . . . . . . . . 02
HOTEL/MOTEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . 03
TEMPAT KOST . . . . . . . . . . . . . . . . . . 04
TEMPAT PELACURAN . . . . . . . . . . . . . . 05
JANGAN MEMBACAKAN ALTERNATIF JAWABAN. KENDARAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 06
LAINNYA 96
(TULISKAN)
TIDAK INGAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
RP- 22
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
710 Pada waktu pertama kali melakukan hubungan seksual tersebut, YA ............................ 1
apakah Saudara atau pasangan memakai pencegah
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
kehamilan/alat/cara KB untuk mencegah kehamilan?
TIDAK TAHU/TIDAK INGAT . . . . . . . . . 8 712
MINGGU LALU . . . . . . . . . . . . 2
BULAN LALU . . . . . . . . . . . . 3
TAHUN LALU . . . . . . . . . . . . 4
713 Saat terakhir kali Saudara melakukan hubungan seksual, apakah YA ............................ 1
Saudara atau pasangan memakai pencegah kehamilan/alat
kontrasepsi/alat KB untuk mencegah kehamilan? TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
TIDAK TAHU/TIDAK INGAT . . . . . . . . . 8 715
RP- 23
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
718 Apakah Saudara setuju jika seorang wanita melakukan hubungan SETUJU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
seksual sebelum menikah? TIDAK SETUJU .................. 2
TERGANTUNG .................. 8
719 Apakah Saudara setuju jika seorang pria melakukan hubungan SETUJU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
seksual sebelum menikah?
TIDAK SETUJU .................. 2
TERGANTUNG .................. 8
- Kedua belah pihak sama-sama senang melakukan hubungan. SUKA-SAMA SUKA ... 1 2
- Keduanya saling mencintai. SALING CINTA . . . . . . . 1 2
- Keduanya merencanakan untuk menikah. AKAN MENIKAH . . . . . . . 1 2
- Wanita sudah dewasa dan sadar terhadap akibat-akibat
yang akan timbul. WANITA DEWASA . . . . . 1 2
- Ingin menunjukkan rasa cinta. TUNJUKKAN CINTA . . . 1 2
721 Apakah Saudara sangat setuju, setuju, atau tidak setuju dengan SANGAT SETUJU ................ 1
pendapat bahwa mempertahankan keperawanan sebelum SETUJU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
menikah penting bagi wanita?
TIDAK SETUJU .................. 3
729 Berapa kali terjadi kehamilan yang tidak diinginkan tersebut? SEKALI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
BEBERAPA KALI ................ 2
RP- 24
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
731 Apa yang Saudara lakukan dengan bayi tersebut? DIASUH SENDIRI . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
DIASUH ORANG LAIN . . . . . . . . . . . . . . 2
LAINNYA 6
(TULISKAN)
TIDAK TAHU .................... 8
734 Tahukah Saudara ada seseorang remaja belum menikah yang YA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Saudara kenal secara pribadi, yang berusaha mencoba
menggugurkan kandungannya atau yang telah menggugurkan
TIDAK. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
kandungannya?
RP- 25
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
RP- 26
CATATAN PEWAWANCARA
RP- 27