PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestas. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. (Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2010).
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia,
kurang suplai gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi
yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada
kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan
menjadi penyebab kematian. (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan observasi yang dilakukan kelompok VB sebagian besar pasien
neonatus di PICU/NICU terdiagnosa Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)
maka dari itu kami tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan terhadap bayi
Ny.M dengan diagnosa BBLSR.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil rumusan
masalah “ Bagaimana asuhan Keperawatan Anak pada bayi. M dengan
BBLSR di ruang PICU/NICU RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo “.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses keperawatan
pada bayi M dengan BBLSR di ruang PICU/NICU RSUD Dr.
Tjitrowardojo Purworejo.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah
keperawatan, menetapkan diagnosa keperawatan pada Bayi Ny. Y
dengan BBLSR di ruang PICU/NICU RSUD Dr. Tjitrowardojo
Purworejo.
b. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien.
c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang
nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan.
d. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
e. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
D. METODE
1. Pemeriksaan fisik
2. Wawancara
3. Observasi
4. Dokumentasi
E. RUANG LINGKUP
1. Lingkup mata ajaran keperawatan
Asuhan keperawatan Anak pada Bayi M dengan BBLSR di ruang
PICU/NICU RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo.
Lingkup kasus
Asuhan keperawatan Anak pada Bayi Ny. M dengan BBLSR di ruang
PICU/NICU RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo. adalah salah satu
bagian mata ajaran Keperawatan Anak.
2. Lingkup waktu
Asuhan keperawatan dilakukan selama 3 x 24 Jam pada tanggal 8 April,
dari sift pagi, siang dan malam.
3. Lingkup asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan yang digunakan adalah pendekatan dengan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, menentukan diagnosa yang
muncul, menyusun rencana tindakan, dan mengimplementasikan rencana
tersebut serta mengevaluasi hasilnya.
F. MANFAAT
1. Bagi penulis
Laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang
langsung dan nyata melaksanakan Asuhan keperawatan Anak pada Bayi
Ny. M dengan BBLSR di ruang PICU/NICU RSUD Dr. Tjitrowardojo
Purworejo.
2. Bagi pasien
Pasien mendapatkan asuhan keperawatan yang sesuai dengan masalah
keperawatan yang telah di tegakkan.
3. Bagi profesi keperawatan
Sebagai sarana dan bahan pertimbangan dalam pengembangan Asuhan
keperawatan pada Bayi Ny. M dengan BBLSR di ruang PICU/NICU
RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo.
4. Bagi tempat praktek
Sebagai bahan pertimbangan bagi perawat dalam pengembangan Asuhan
keperawatan pengembangan Asuhan keperawatan Bayi Ny. M dengan
BBLSR di ruang PICU/NICU RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo.
5. Bagi instusi pendidikan
Sebagai bahan referensi mahasiswa keperawatan dalam pengembangan
Asuhan keperawatan Anak pada Bayi Ny. M dengan BBLSR di ruang
PICU/NICU RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo.
BAB II
BERAT BAYI LAHIR RENDAH
A. DEFINISI
a. Definisi Berat Bayi Berat Lahir Rendah
Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. (Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2010).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram, terjadi gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ yang
dapat menimbulkan kematian.
BBLR adalah setiap bayi yang beratnya hanya 2,5 kg atau di bawahnya
pada saat lahir. (Denis Tiran, 2010).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu
hamil anemia, kurang suplai gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir
kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan
yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami
hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian. (Depkes RI,
2009).
b. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor
ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR.
1. Faktor ibu
a) Gizi ibu hamil yang kurang
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum
(mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan
mengukur LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5
cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu
berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
b) Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari
20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah.
Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki
sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua
meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta
kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin
intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu
bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak
meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
c) Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan
janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan
karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan
anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan
mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada
trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban
pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
d) Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat
persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
e) Penyakit menahun ibu seperti hypertensi, jantung, ganguan pembuluh
darah (perokok)
1) Asma bronkiale
2) Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik)
3) Hipertensi
4) Gaya hidup
2. Faktor Janin
a) Hamil dengan hydramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah
keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2010 cc. Hidramnion
harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat
membahayakan ibu dan anak.
b) Hamil ganda
Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih
ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir
umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor
penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.
c) Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22
minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan.
Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang
menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin
jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang
mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang
mengakibatkan kematian janin intrauterine. Bila janin dapat diselamatkan,
dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan
komplikasi asfiksia.
d) Preeklamsia dan Eklampsia
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal
ini disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan
menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh
makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah
plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.
e) Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban
biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila
ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.
f) Cacat bawaan/kelainan congenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang
dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang
mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya .
g) Infeksi dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati
dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran
nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. pengaruh infeksi hepatitis
menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin
dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk
terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah,
cacat bawaan dan kematian janin.
3. Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun. (Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2010)
c. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak
mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan
lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di
bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang
paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami
deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang
dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan
menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11
gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.
Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan,
abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara
bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat
meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi,
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar
(Mansjoer, 2014).
e. Klasifikasi BBLR
1. Prematuritas murni
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan
atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term.
Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa
Kehamilan (NKB- KMK). Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (
NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB-
KMK ).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan
lahir rendah dibedakan:
1. Bayi berat lahir rendah, berat lahir 1500 – 2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram
3. Bayi berat lahir eksterem, Berat lahir kurang dari 1000 gram (Mansjoer,
2014).
f. Manifestasi Klinis
1. Gejala klinis sebelum bayi dilahirkan :
a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus
prematurus dan lahir mati.
b) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c) Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat,
gerakan janin lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak
lanjut.
d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya.
e) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula
hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan
toxemia gravidarum.
2. Setelah bayi lahir dibedakan antara bayi dengan retardasi pertumbuhan
intrauterin, bayi prematur, bayi prematur dan bayi KMK.
a) Bayi premature
1) Vernik kaseosa sedikit/tidak ada
2) Jaringan lemak bawah kulit sedikit
3) Tulang tengkorak lunak mudah bergerak
4) Menangis lemah
5) Kulit tipis, merah dan stranparan
6) Tonus otot hipotoni
b) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine
1) Tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas
2) Kulit tipis, kering, berlipat-lipat mudah di angkat
3) Abdomen cekung atau rata
4) Tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan
5) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin sama dengan bayi
KMK (Mansjoer, 2014)..
h. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan skor ballard
2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah
4. Foto dada dan USG (Mansjoer, 2014).
i. Penatalaksanaan
1. Prematuritas murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu
lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi
serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
j. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
Bayi mungkin sadar 2-3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata
20 jam.
2. Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah persalinan SC atau
presentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan
gerakan sinkron dari dada dan abdomen, perhatikan adanya secret yang
mengganggu pernafasan, mengorok dan pernafasan cuping hidung.
3. Makanan dan cairan
4. Berat badan rata-rata 2500-4000 gram, kurang dari 2500 gram
menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus
diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum
dengan tetes ASI /sonde karena refleks menelan BBLR belum sempurna,
kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/BB/hari.
5. Berat badan
Kurang dari 2500 gram
6. Suhu
BBLR mudah terjadi hipotermi, oleh karena itu suhu tubuh BBLR harus
selalu di jaga dan di pantau.
7. Integumen
Pada BBLR biasanya terdapat tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan
kering
k. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1. Ketidakefektifan pola nafas dengan batasan karakteristik :
a. Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
b. Penurunan pertukaran udara per menit
c. Menggunakan otot pernafasan tambahan
d. Nasal flaring
e. Dyspnea
f. Orthopnea
g. Perubahan penyimpangan dada
h. Nafas pendek
i. Assumption of 3-point position
j. Pernafasan pursed-lip
k. Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
l. Peningkatan diameter anterior-posterior
m. Pernafasan rata-rata/minimal
n. Bayi : < 25 atau > 60
o. Usia 1-4 : < 20 atau > 30
p. Usia 5-14 : < 14 atau > 25
q. Usia > 14 : < 11 atau > 24
r. Kedalaman pernafasan
s. Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
t. Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
u. Timing rasio
v. Penurunan kapasitas vital
a. Hiperventilasi
b. Deformitas tulang
c. Kelainan bentuk dinding dada
d. Penurunan energi/kelelahan
e. Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
f. Obesitas
g. Posisi tubuh
h. Kelelahan otot pernafasan
i. Hipoventilasi sindrom
j. Nyeri
k. Kecemasan
l. Disfungsi Neuromuskuler
m. Kerusakan persepsi/kognitif
n. Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
o. Imaturitas Neurologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Batasan Karakteristik :
a. Kram abdomen
b. Nyeri abdomen
c. Menghindari makanan
d. Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
e. Kerapuhan kapiler
f. Diare
g. Kehilangan rambut berlebihan
h. Bising usus hiperaktif
i. Kurang makanan
j. Kurang informasi
k. Kurang minat pada makanan
l. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
m. Kesalahan konsepsi
n. Kesalahan informasi
o. Mambran mukosa pucat
p. Ketidakmampuan memakan makanan
q. Tonus otot menurun
r. Mengeluh gangguan sensasi rasa
s. Mengeluh asupan makanan kurang dan RDA (recommended daily
allowance)
t. Cepat kenyang setelah makan
u. Sariawan rongga mulut
v. Steatorea
w. Kelemahan otot pengunyah
x. Kelemahan otot untuk menelan
Faktor Yang Berhubungan :
a. Faktor biologis
b. Faktor ekonomi
c. Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
d. Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
e. Ketidakmampuan menelan makanan
f. Faktor psikologis
3. Resiko hipotermi dengan faktor resiko:
a. Dasar kuku sianostik
b. Fruktuasi suhu tubuh diatas dan dibawah kisaran normal
c. Kulit kemerahan
d. Hipertensi
e. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
f. Peningkatan frekwensi pernapasan
g. Sedikit menggigil, Kejang
h. Pucat sedang
i. Piloereksi
j. Penurunan suhu tubuh dibawah kisaran normal
k. Kulit dingin, Kulit hangat
l. Pengisian ulang kapiler yang lambat,
m. Takikardi
4. Risiko infeksi dengan faktor resiko :
Penyakit kronis.
Diabetes melitus
Obesitas
Pengetahuan yang tidak cukup untuk
menghindari pemanjanan patogen.
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
Gangguan peritalsis
Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur
invasif)
Perubahan sekresi pH
Penurunan kerja siliaris
Pecah ketuban dini
Pecah ketuban lama
Merokok
Stasis cairan tubuh
Trauma jaringan (mis, trauma destruksi jaringan)