Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestas. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. (Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2010).
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia,
kurang suplai gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi
yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada
kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan
menjadi penyebab kematian. (Depkes RI, 2009). 
Berdasarkan observasi yang dilakukan kelompok VB sebagian besar pasien
neonatus di PICU/NICU terdiagnosa Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)
maka dari itu kami tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan terhadap bayi
Ny.M dengan diagnosa BBLSR.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil rumusan
masalah “ Bagaimana asuhan Keperawatan Anak pada bayi. M dengan
BBLSR di ruang PICU/NICU RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo “.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses keperawatan
pada bayi M dengan BBLSR di ruang PICU/NICU RSUD Dr.
Tjitrowardojo Purworejo.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah
keperawatan, menetapkan diagnosa keperawatan pada Bayi Ny. Y
dengan BBLSR di ruang PICU/NICU RSUD Dr. Tjitrowardojo
Purworejo.
b. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien.
c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang
nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan.
d. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
e. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan

D. METODE
1. Pemeriksaan fisik
2. Wawancara
3. Observasi
4. Dokumentasi

E. RUANG LINGKUP
1. Lingkup mata ajaran keperawatan
Asuhan keperawatan Anak pada Bayi M dengan BBLSR di ruang
PICU/NICU RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo.
Lingkup kasus
Asuhan keperawatan Anak pada Bayi Ny. M dengan BBLSR di ruang
PICU/NICU RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo. adalah salah satu
bagian mata ajaran Keperawatan Anak.
2. Lingkup waktu
Asuhan keperawatan dilakukan selama 3 x 24 Jam pada tanggal 8 April,
dari sift pagi, siang dan malam.
3. Lingkup asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan yang digunakan adalah pendekatan dengan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, menentukan diagnosa yang
muncul, menyusun rencana tindakan, dan mengimplementasikan rencana
tersebut serta mengevaluasi hasilnya.

F. MANFAAT
1. Bagi penulis
Laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang
langsung dan nyata melaksanakan Asuhan keperawatan Anak pada Bayi
Ny. M dengan BBLSR di ruang PICU/NICU RSUD Dr. Tjitrowardojo
Purworejo.
2. Bagi pasien
Pasien mendapatkan asuhan keperawatan yang sesuai dengan masalah
keperawatan yang telah di tegakkan.
3. Bagi profesi keperawatan
Sebagai sarana dan bahan pertimbangan dalam pengembangan Asuhan
keperawatan pada Bayi Ny. M dengan BBLSR di ruang PICU/NICU
RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo.
4. Bagi tempat praktek
Sebagai bahan pertimbangan bagi perawat dalam pengembangan Asuhan
keperawatan pengembangan Asuhan keperawatan Bayi Ny. M dengan
BBLSR di ruang PICU/NICU RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo.
5. Bagi instusi pendidikan
Sebagai bahan referensi mahasiswa keperawatan dalam pengembangan
Asuhan keperawatan Anak pada Bayi Ny. M dengan BBLSR di ruang
PICU/NICU RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo.
BAB II
BERAT BAYI LAHIR RENDAH
A. DEFINISI
a. Definisi Berat Bayi Berat Lahir Rendah
Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. (Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2010).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram, terjadi gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ yang
dapat menimbulkan kematian.
BBLR adalah setiap bayi yang beratnya hanya 2,5 kg atau di bawahnya
pada saat lahir. (Denis Tiran, 2010).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu
hamil anemia, kurang suplai gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir
kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan
yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami
hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian. (Depkes RI,
2009). 

b. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor
ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR.
1. Faktor ibu
a) Gizi ibu hamil yang kurang
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum
(mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan
mengukur LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5
cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu
berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
b) Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari
20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah.
Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki
sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua
meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta
kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin
intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu
bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak
meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
c) Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan
janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan
karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan
anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan
mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada
trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban
pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
d) Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat
persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
e) Penyakit menahun ibu seperti hypertensi, jantung, ganguan pembuluh
darah (perokok)
1) Asma bronkiale
2) Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik)
3) Hipertensi
4) Gaya hidup
2. Faktor Janin
a) Hamil dengan hydramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah
keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2010 cc. Hidramnion
harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat
membahayakan ibu dan anak.
b) Hamil ganda
Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih
ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir
umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor
penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.
c) Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22
minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan.
Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang
menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin
jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang
mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang
mengakibatkan kematian janin intrauterine. Bila janin dapat diselamatkan,
dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan
komplikasi asfiksia.
d) Preeklamsia dan Eklampsia
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal
ini disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan
menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh
makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah
plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.
e) Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya
kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban
biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila
ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.
f) Cacat bawaan/kelainan congenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang
dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang
mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya .
g) Infeksi dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati
dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran
nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. pengaruh infeksi hepatitis
menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin
dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk
terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah,
cacat bawaan dan kematian janin.
3. Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun. (Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2010)

c. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak
mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan
lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra
hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih
sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di
bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang
paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami
deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang
dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan
menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11
gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.
Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan,
abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara
bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat
meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi,
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar
(Mansjoer, 2014).

e. Klasifikasi BBLR
1. Prematuritas murni
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan
atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term.
Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa
Kehamilan (NKB- KMK). Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan (
NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB-
KMK ).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan
lahir rendah dibedakan:
1. Bayi berat lahir rendah, berat lahir 1500 – 2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram
3. Bayi berat lahir eksterem, Berat lahir kurang dari 1000 gram (Mansjoer,
2014).

f. Manifestasi Klinis
1. Gejala klinis sebelum bayi dilahirkan :
a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus
prematurus dan lahir mati.
b) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c) Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat,
gerakan janin lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak
lanjut.
d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya.
e) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula
hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan
toxemia gravidarum.
2. Setelah bayi lahir dibedakan antara bayi dengan retardasi pertumbuhan
intrauterin, bayi prematur, bayi prematur dan bayi KMK.
a) Bayi premature
1) Vernik kaseosa sedikit/tidak ada
2) Jaringan lemak bawah kulit sedikit
3) Tulang tengkorak lunak mudah bergerak
4) Menangis lemah
5) Kulit tipis, merah dan stranparan
6) Tonus otot hipotoni
b) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine
1) Tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas
2) Kulit tipis, kering, berlipat-lipat mudah di angkat
3) Abdomen cekung atau rata
4) Tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan
5) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin sama dengan bayi
KMK (Mansjoer, 2014)..

g. Komplikasi Pada Bblr


1. Pada prematur yaitu :
a) Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit
membran hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran
hialin yang melapisi alveoulus paru.
b) Pneumonia Aspirasi
Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna, sering
ditemukan pada bayi prematur.

c) Perdarahan intra ventikuler


Perdarahan spontan diventrikel otot lateral biasanya disebabkan oleh
karena anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan
membran hialin pada paru. Kelainan ini biasanya ditemukan pada
atopsi.
d) Hyperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia
dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor
kematangan hepar sehingga konjungtiva bilirubium indirek menjadi
bilirubium direk belum sempurna.
e) Masalah suhu tubuh
Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum
sempurna. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan
bertambah. Otot bayi masih lemah, lemak kulit kurang, sehingga cepat
kehilangan panas badan. Kemampuan metabolisme panas rendah,
sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak
kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5 – 37,5
0
C).
2. Pada bayi Dismatur
Pada umumnya maturitas fisiologik bayi ini sesuai dengan masa
gestasinya dan sedikit dipengaruhi oleh gangguan-gangguan pertumbuhan
di dalam uterus. Dengan kata lain, alat-alat dalam tubuhnya sudah
berkembang lebih baik bila dibandingkan dengan bayi dismatur dengan
berat yang sama. Dengan demikian bayi yang tidak dismatur lebih mudah
hidup di luar kandungan. Walaupun demikian harus waspada akan
terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditangani dengan baik.
(Wiknjosastro H, 2007 Hal. 782).
a) Aspirasi mekonium yang sering diikuti pneumotaritas Ini disebabkan
stress yang sering dialami bayi pada persalinan.
b) Usher (1970) melaporkan bahwa 50% bayi KMK mempunyai
hemoglobin yang tinggi yang mungkin disebabkan oleh hipoksia
kronik di dalam uterus.
c) Hipoglikemia terutama bila pemberian minum terlambat agaknya
hipoglikemia ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan glikogen hati
dan meningginya metabolisme bayi.
d) Keadaan lain yang mungkin terjadi asfiksia, perdarahan paru yang
pasif, hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom (sindrom
down's, turner dan lain-lain) cacat bawaan oleh karena infeksi
intrauterine dan sebagainya.
Adapun komplikasi pada BBLR jika bayi dismatur adalah, sebagai berikut
a) Suhu tubuh yang tidak stabil.
b) Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada
BBLR.
c) Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi.
d) Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun fungsinya.
e) Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.
f) Gangguan immunologic. (Wiknjosastro H, 2007, Hal. 776)

h. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan skor ballard
2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah
4. Foto dada dan USG (Mansjoer, 2014).

i. Penatalaksanaan
1. Prematuritas murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu
lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi
serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.

a) Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR


Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan
relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi
dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan 2 kg
adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg
adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas, sehingga panan badannya dapat dipertahankan.
b) Makanan bayi premature
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-
5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,
sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling
utama, sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan
sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus
dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/ hari.
c) Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan
dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan
baik.
2. Dismaturitas (KMK)
a) Pengaturan suhu bayi dismatur mudah dan cepat sekali menderita
hipotermia bila berada dilingkungan yang dingin kehilangan panas
disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila
dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah
kulit dan kekurangan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan
dalam keadaan istirahat, konsumsi oksigen paling sedikit,  sehingga
suhu tubuh bayi setiap normal. Bila bayi dirawat didalam incubator,
maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 - 2,5 kg adalah 34 0C. jika
ditempat pertolongan tidak ada incubator maka bayi di bungkus bayi
dan meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau dengan
memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi.
b) Pemberian minum (Wiknjosastro H, 2007)
Pada bayi dismatur reflek isap, telan dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama
lipase masih kurang. Prinsip pemberian minum ialah early feeding
yaitu minum sesudah berumur 2 jam untuk mencegah penurunan berat
badan, hipglikemia, dan hiperbilirubinemia.  Pemberian minum sesuai
jumlah kebutuhan.
c) Perlindungan terhadap infeksi (Wiknjosastro H, 2007, hal. 783)
1) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine
serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan
pemeriksaan ultrasonografi.
2) Memeriksa kadar gula darah dengan dextrostik atau di
laboratorium. Bila terbuka adanya hipoglikemia harus segera
diatasi.
3) Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4) Melakukan tracheal - washing pada bayi yang diduga akan
menderita aspirasi mekonium.
d) Perawatan bayi dengan metode kanguru
Dengan mengenakan popok dan tutup kepala pada bayi baru lahir
kemudian, bayi diletakkan diantara payudara ibu dan ditutup baju ibu
yang berfungsi sebagai kantung kanguru. Posisi bayi tegak ketika ibu
berdiri atau duduk dan tengkurap atau miring ketika ibu berbaring.
(Perinasia, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Depkes RI dan
Health Service Program – USAID, 2008). 

j. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
Bayi mungkin sadar 2-3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata
20 jam.
2. Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah persalinan SC atau
presentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan
gerakan sinkron dari dada dan abdomen, perhatikan adanya secret yang
mengganggu pernafasan, mengorok dan pernafasan cuping hidung.
3. Makanan dan cairan
4. Berat badan rata-rata 2500-4000 gram, kurang dari 2500 gram
menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus
diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum
dengan tetes ASI /sonde karena refleks menelan BBLR belum sempurna,
kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/BB/hari.
5. Berat badan
Kurang dari 2500 gram
6. Suhu
BBLR mudah terjadi hipotermi, oleh karena itu suhu tubuh BBLR harus
selalu di jaga dan di pantau.
7. Integumen
Pada BBLR biasanya terdapat tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan
kering
k. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1. Ketidakefektifan pola nafas dengan batasan karakteristik :
a. Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
b. Penurunan pertukaran udara per menit
c. Menggunakan otot pernafasan tambahan
d. Nasal flaring
e. Dyspnea
f. Orthopnea
g. Perubahan penyimpangan dada
h. Nafas pendek
i. Assumption of 3-point position
j. Pernafasan pursed-lip
k. Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
l. Peningkatan diameter anterior-posterior
m. Pernafasan rata-rata/minimal
n. Bayi : < 25 atau > 60
o. Usia 1-4 : < 20 atau > 30
p. Usia 5-14 : < 14 atau > 25
q. Usia > 14 : < 11 atau > 24
r. Kedalaman pernafasan
s. Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat
t. Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg
u. Timing rasio
v. Penurunan kapasitas vital

Faktor yang berhubungan :

a. Hiperventilasi
b. Deformitas tulang
c. Kelainan bentuk dinding dada
d. Penurunan energi/kelelahan
e. Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
f. Obesitas
g. Posisi tubuh
h. Kelelahan otot pernafasan
i. Hipoventilasi sindrom
j. Nyeri
k. Kecemasan
l. Disfungsi Neuromuskuler
m. Kerusakan persepsi/kognitif
n. Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
o. Imaturitas Neurologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Batasan Karakteristik :
a. Kram abdomen
b. Nyeri abdomen
c. Menghindari makanan
d. Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
e. Kerapuhan kapiler
f. Diare
g. Kehilangan rambut berlebihan
h. Bising usus hiperaktif
i. Kurang makanan
j. Kurang informasi
k. Kurang minat pada makanan
l. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
m. Kesalahan konsepsi
n. Kesalahan informasi
o. Mambran mukosa pucat
p. Ketidakmampuan memakan makanan
q. Tonus otot menurun
r. Mengeluh gangguan sensasi rasa
s. Mengeluh asupan makanan kurang dan RDA (recommended daily
allowance)
t. Cepat kenyang setelah makan
u. Sariawan rongga mulut
v. Steatorea
w. Kelemahan otot pengunyah
x. Kelemahan otot untuk menelan
Faktor Yang Berhubungan :
a. Faktor biologis
b. Faktor ekonomi
c. Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
d. Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
e. Ketidakmampuan menelan makanan
f. Faktor psikologis
3. Resiko hipotermi dengan faktor resiko:
a. Dasar kuku sianostik
b. Fruktuasi suhu tubuh diatas dan dibawah kisaran normal
c. Kulit kemerahan
d. Hipertensi
e. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
f. Peningkatan frekwensi pernapasan
g. Sedikit menggigil, Kejang
h. Pucat sedang
i. Piloereksi
j. Penurunan suhu tubuh dibawah kisaran normal
k. Kulit dingin, Kulit hangat
l. Pengisian ulang kapiler yang lambat,
m. Takikardi
4. Risiko infeksi dengan faktor resiko :
Penyakit kronis.
         Diabetes melitus
         Obesitas
Pengetahuan yang tidak cukup untuk
menghindari pemanjanan patogen.
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
         Gangguan peritalsis
         Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur
invasif)
         Perubahan sekresi pH
         Penurunan kerja siliaris
         Pecah ketuban dini
         Pecah ketuban lama
         Merokok
         Stasis cairan tubuh
         Trauma jaringan (mis, trauma destruksi jaringan)

Ketidakadekuatan pertahanan sekunder


         Penurunan hemoglobin
         Imunosupresi (mis, imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutikal
termasuk imunosupresan, steroid, antibodi monoklonal, imunomudulator)
         Supresi respon inflamasi
Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat
         Wabah
Prosedur invasif
Malnutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Buku Acuan Pelatihan PONED Komponen Neonatal. 2004. DEPKES RI.


Jakarta: JNPK-KR
Donna L. Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4,
Penerbit Buku Kedokteran. EGC : Jakarta
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2010.  Bayi Berat Lahir Rendah.
Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta: IDAI
Kuncara, H.Y, dkk. 2011 . Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth. EGC : Jakarta
Ladewig, patricia, dkk. 2006. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu Bayi
Baru Lahir Edisi 5. Jakarta : EGC
Marion Johnson, dkk. 2010. Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby
Year-Book, St. Louis
Marjory Gordon, dkk. 2018. Nursing Diagnoses: Definition & Classification
2018 -2023 . NANDA
Mansjoer, A dkk. 2014 . Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI
Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC
Ngatisyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2011 . Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai