Anda di halaman 1dari 14

Tanggapan terhadap bencana

A. Aktifitas khusus terhadap tanggapan emergency :

Keadaan darurat menimbulkan suatu gejala ketimpangan sosial yang radikal,


dimana seringkali hal tersebut menelantarkan suatu populasi. Keadaan darurat memerlukan
suatu tanggapan yang dapat secara langsung menyelamatkan jiwa atau menekan angka
penderitaan. Diamanatkan untuk "melibatkan diri secara terorganisir dalam pemindahan
pengungsi, orang-orang terlantar dan individu-individu lain yang memerlukakn layanan
migrasi internasional dimana untuknya segala pengaturan dapat dibuat antara Organisasi
dan Negara yang Dimasuk secara terorganisir..." (Pasal 1.1 (b)), IOM telah terlibat dalam
berbagai kegiatan operasional keadaan darurat dan paska krisis di seluruh dunia.

Untuk meningkatkan kemampuan IOM dalam menanggapi konsekuensi migrasi


akibat suatu krisis, pada tahun 2012, IOM telah menerbitkan Kerangka Kerja Operasional
Krisis Migrasi (Migration Crisis Operational Framework/MCOF). Hal tersebut
merupakan alat yang fleksibel untuk mengorganisir tanggapan darurat IOM terhadap dua
pilar utama, yakni: fase-fase krisis dan sektor-sektor bantuan. Di bawah pilar yang pertama
- fase krisis - tanggapan IOM dibagi ke beberapa sub-bagian berikut: tahap "sebelum, saat,
dan setelah". Sementara itu, sektor-sektor pilar bantuan emmuat 15 jenis bantuan, termasuk
pengelolaan pemukiman tenda serta pelacakan pengungsi, penyediaan penampungan dan
barang-barang bukan makanan, dukungan kesehatan, dan lainnya.

Berlokasi di Lingkaran Api Pasifik, Indonesia rentan terhadap berbagai jenis bahaya
dan bencana. Beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan dalam jumlah bencana alam,
seperti ledakan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, dan lainnya. Selama ini , IOM
Indonesia telah menjadi ujung tombak dalam berbagai kegiatan operasional tanggap
darurat, dengan membantu ratusan orang yang terlantar oleh bencana alam dan/atau
konflik. IOM Indonesia telah mengembangkan pendekatan komprehensif terhadap situasi
darurat serta paska-krisis, berdasarkan MCOF, termasuk:
 Memberikan bantuan kemanusiaan berupa makanan dan barang bukan makanan;
 Menyediakan dukungan logistik untuk penyimpanan, transportasi dan pengiriman
bantuan kemanusiaan;
 Menyediakan evakuasi, rujukan, pendampingan medis dan bantuan psikososial;
 membangun pemukiman sementara dan fasilitas sanitasi;
 Membangun kembali layanan kesehatan dan pendidikan masyarakat;
 Menyediakan layanan pendukung mata pencaharian dan reintegrasi yang ramah
lingkungan. .

B. Peringatan
Sistem peringatan dini pada daerah rawan bencana gunung meletus merupakan
salahsatu upaya pengurangan resiko akibat bencana berupa peringatan dini
bahwa bencana akan t i b a k e p a d a m a s y a r a k a t ya n g t i n g g a l d i d a e r a h
r a w a n b e n c a n a g u n u n g m e l e t u s . S i s t e m peringatan dini pada daerah rawan
bencana gunung meletus merupakan sebuah sistem yang terdiri dari mekanisme-
mekanisme atau langkah-langkah pemberian informasi dan tindakan pada saat
bencana akan tiba

Peringatan dini pada daerah rawan bencana gunung meletus dilakukan ketika
aktivitas gunung berapi normal hingga memperlihatkan tanda-tanda aktivitas yang tidak
biasa, peringatan ini di bagi menjadi empat, yaitu:
1) Normal
Aktivitas gunung berapi dikatakan “normal” bila tidak ada gejala
aktivitastekanan magma dan aktivitas gunung berapi beara pada tingkat dasar. Pada
situasi s e p e r t i i n i ya n g d i l a k u k a n o l e h p e t u g a s a d a l a h p e n g a m a t a n r u t i n
d a n s u r v e y penyidikan.

2) Waspada
Gunung berapi mendapatkan status “waspada” bila terdapat
k e n a i k a n aktivitas diatas level normal, peningkatan aktivitas seismik
(kegempaan) dank e j a d i a n v u l k a n i s l a i n n y a , s e d i k i t p e r u b a h a n a k t i v i t a s
yang diakibatkan olehaktivitas magma, tektonik dan hidro -termal.
P a d a k o n d i s i s e p e r t i i n i p e t u g a s m e l a k u k a n p e n yu l u h a n / s o s i a l i s a s i
k e p a d a m a s ya r a k a t ya n g t i n g g a l d i d a r a h rawan bencana tersebut, penilaian
bahaya terhadap aktivitas tidak normal gunung berapi yang sudah tampak, penecekan
sarana serta pelaksanaan piket atau penjagaan terbatas

3) Siaga
Status “siaga” menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke
arahletusan atau menimbulkan bencana, pening katan aktivitas seismik
(kegempaan),semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut
ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana jika
tren peningkatan berlanjut maka letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu. Pada
keadaan siaga, petugas melakukan sosialisasi di wilayah terancam bencana, penyiapan
sarana darurat sebagai sarana evakuai warga yang tempat tinggalnya terkena
letusan gunung berapi, melakukan koordinasi secara harian serta melakukan
piket atau penjagaan penuh

4) Awas
Gunung berapi mendapatkan status “awas” bila gunung berapi
tersebutm e n a n d a k a n s e g e r a a t a u s e d a n g m e l e t u s a t a u a d a
keadaan kritis y a n g menimbulkan bencana, ketika sudah ada letusan
pemukaan dimulai dengan abud a n a s a p d a n l e t u s a n b e r p e l u a n g t e r j a d i
d a l a m w a k t u 2 4 j a m . K e t i k a g u n u n g berapi berstatus awas maka wilayah yang
terancam bahaya direkomendasikan u n t u k d i k o s o n g k a n , k o o r d i n a s i d e n g a n
p i h a k - p i h a k t e r k a i t d i l a k u k a n s e c a r a harian serta dilakukannya piket atau
penjagaan penuh
C. Evakuasi
Pantau Informasi
Biasanya saat terjadi erupsi terdapat bunyi sirine tanda peringatan. Setelah itu cari
informasi lewat media baik televisi atau radio. Radio dengan baterai lebih disarankan
karena saat listrik padam, Anda masih bisa mengandalkan radio. Memantau informasi
lewat media berguna untuk menentukan langkah selanjutnya.

Masuk ke dalam Rumah atau Tempat yang Aman


Masuk ke dalam rumah atau tempat yang aman jika Anda berada di luar ruangan, kecuali
ada instruksi untuk evakuasi. Tutup semua jendela dan pintu agar abu vulkanik tidak
masuk. Jika masih memiliki waktu, amankan kendaraan juga hewan ternak jika ada.

Jangan Abaikan Instruksi Darurat


Perhatikan instruksi darurat saat terjadi letusan. Instruksi ini akan mengarahkan Anda harus
dievakuasi ke tempat lain atau dapat tetap berada di tempat karena efek tak begitu besar.
Korban letusan biasanya banyak berjatuhan akibat tidak mengindahkan instruksi darurat.

Pergi ke Tempat Tinggi


Jika sedang berada di tempat terbuka, pergi ke tempat tinggi karena letusan besar sering
diikuti aliran lava, lumpur juga banjir. Walau sudah berada di tempat tinggi, tetap waspada
dan lindungi diri Anda dari piroklastika atau muntahan bebatuan hingga gas dari erupsi.
Jika terjebak pada piroklastika, berjongkok dan jangan menghadap gunung. Lindungi
kepala dengan tangan, jaket, tas atau apapun yang Anda temukan.

Lindungi Pernapasan
Erupsi biasanya disertai abu vulkanik dan gas beracun, maka Anda perlu mengenakan
masker atau penutup hidung agar tak mengganggu pernapasan. Selain itu, perlu juga
mengenakan kacamata pelindung serta baju dan celana panjang.
D. SAR
Penyelenggaraan Operasi Bantuan SAR Dalam Bencana
Kejadian bencana karena fenomena alam dapat terjadi sewaktu-waktu. Kejadian
bencana tersebut ada yang dapat diramalkan dan ada pula yang terjadi secara mendadak /
tiba-tiba tanda terduga. Kerusakan yang terjadi karena bencana alam seperti gempa bumi,
banjir, tanah longsor, tsunami, dan lain-lain akan berakibat pada bagian-bagian tertentu
pada sektor kehidupan masyarakat dan pemerintahan akan terganggu.

Penanggulangan kejadian bencana dalam skala besar akan dipengaruhi oleh :

1) Keterbatasan atau keterlambatan dalam pengerahan sumber daya untuk


menanggulangi, komunikasi, angkutan dan dukungan kebutuhan hidup darurat korban
2) Terisolasinya korban dari jangkauan bantuan

Kedua hal ini sangat mempengaruhi ‘respons time’ dari organisasi penanggulangan
bencana untuk menyiapkan bantuan penanggulangan hingga sampai ke daerah bencana.
Hal ini berakibat pada penanggulangan awal setelah bencana terjadi mungkin saja bisa
lebih dari 3 hari. Hal ini mengisyaratkan bahwa kesiapan masyarakat untuk dapat
menolong diri sendiri mereka pada saat awal bencana sangat diperlukan.

Episode Setelah Kejadian Bencana

Episode kegiatan setelah kejadian bencana meliputi kegiatan-kegiatan :

1) Search and Rescue


2) Penilaian awal, yang secara bertahap menjadi penilaian rinci
3) Bantuan darurat terhadap korban yang meliputi bantuan medik, makanan/minuman,
obat-obatan, evakuasi, penampungan dan lain-lain yang erat kaitannya dengan
kehidupan dan penghidupan korban bencana
4) Rehabilitasi dan rekonstruksi

Tenaga-tenaga penanggulangan bencana setelah kejadian bencana dapat dikategorikan


dalam :

1) Internal masyarakat yang etrtimpa bencana


2) Masyarakat tetangga wilayah yang tertimpa bencana
3) Satlak/Satkorlak PBP
4) Tenaga-tenaga profesional yang diperbantukan yang akan datang kemudian ditinjau
dari segi tenaga penanggulangan setelah kejadian bencana, maka masyarakat di daerah
rawan bencana perlu disiapkan untuk sewaktu-waktu menghadapi kejadian bencana.
Kesiapan itu dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan yang teratur dan terarah
sesuai denganjenis bencana yang mungkin terjadi di daerah tersebut.
Search and Rescue

Fungsi pencarian dan pertolongan / penyelamatan terdiri dari 2 (dua) kegiatan, yaitu

1) Kegiatan pencarian. Memeriksa (tempat, daerah, lokasi, dll) secara teliti dalam rangka
menemukan korban yang hilang
2) Kegiatan penyelamatan. Membebaskan atau memindahkan korban ke tempat yang
lebih aman

Sasaran Search and Rescue adalah untuk :

1) Adanya kemampuan rescue bagi para rescuer (penyelamat) untuk penyelamatan


korban
2) Menyelamatkan korban sebanyak mungkin dalm waktu relatif singkat
3) Menyelamatkan korban yang terperangkap sesuai urutan prioritas (mulai dari yang
ringan – berat)

Kegiatan penyelamatan dilakukan dengan syarat bahwa keselamatan rescuer adalah hal
yang paling utama. Karena bila hal ini kurang diperhatikan kemungkinan korban akan
bertambah. Untuk meminimalkan faktor resiko yang akan dihadapi oleh penolong maka
perlu adanya Perencanaan. Untuk menghindari pekerjaan yang terburu-buru, maka
keputusan untuk melakukan rescue didasarkan pada 2 (dua) faktor yaitu :

1) Resiko yang dihadapi


2) Sasaran rescue secara menyeluruh

Sumber daya Search and Rescue terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu :

1) Rescuer (personil terlatih dan sukarelawan)


2) Peralatan bantu kerja
3) Waktu, waktu akan sangat berharga bagi jiwa korban seperti “golden hour” atau
“golden day” dimana korban yang terperangkap atau terluka memiliki 80 %
kesempatan untuk hidup bila segera ditolong

Dalam kejadian bencana ketiga sumber di atas mungkin sangat terbatas. Untuk
memanfaatkan waktu yang terbatas tim rescue dapat memanfaatkan waktu tersebut
dengan :

1) Perencanaan (mengembangkan rencana tindak berdasarkan kemungkinan keadaan


Search and Rescue)
2) Memperhatikan dengan baik “scene size up” dari keadaan lapangan
3) Benar-benar memperhatikan keselamatan rescuer
Langkah-langkah dalam “scene size up”
 Mengumpulkan data di lapangan
 Menilai keadaan bahaya
 Menentukan sumber daya
 Menentukan prioritas rescuer
 Mengemabngkan rencana rescue
 Melaksanakan rescue
 Mengevaluasi kemajuan kegiatan rescue

Setiap langkah di atas perlu didukung dengan informasi tentang keadaan kritis yang
akurat untuk melaksanakan kegiatan SAR.

E. Penilaian pasca bencana


1. Recovery
Recovery merupakan fase setelah tanggap darurat. Fase ini dimulai 2 minggu
setelah kejadian bencana. Dalam setiap bencana, pasti ada trauma psikis (PTSD/Post
Trauma Stress Dissorder) yang dirasakan oleh warga. Besarnya erupsi Merapi dan
banyaknya korban, serta hancurnya sarana dan prasarana serta rusaknya perkebunan,
sawah dan ladang warga akibat tertutup oleh debu vulkanik dapat menimbulkan trauma
psikis. Jika tidak segera diintervensi, trauma ini bisa berkembang menjadi gangguan
kejiwaaan. Oleh karena itu, selain fokus perawatan fisik, pengkajian kejiwaan juga
diperlukan. Trauma Healing merupakan suatu hal yang tidak bisa terpisahkan dari
bencana Merapi. Akan tetapi kegiatan trauma healing ini belum banyak dilakukan untuk
para korban bencana Merapi. BNPB hendaknya juga menyiapkan team trauma healing
untuk pemulihan kondisi psikis para korban merapi.
2. Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Hingga saat ini kajian penilaian kerusakan dan kerugian sudah selesai dilakukan
oleh BNPB yang didukung oleh Bappenas, Bank Dunia, UNDP, kementerian/lembaga,
perguruan tinggi dan pemerintah daerah. Sedangkan kajian penilaian kebutuhan pasca
bencana dan rencana aksi11 rehabilitasi dan rekonstruksi dalam proses penyelesaian.
Kajian penilaian kerusakan dan kerugian dilakukan dengan menggunakan metode
ECLAC, yaitu metode penilaian akibat bencana yang dikembangkan oleh Economic
Commission for Latin America and the Caribbean (ECLAC). Dampak sebuah bencana
dapat diukur melalui perhitungan nilai ekonomi dari akibat yang ditimbulkan dari
bencana tersebut. Metode ECLAC membagi dampak ke dalam tiga aspek utama yaitu:
kerusakan, kerugian, dan dampak ekonomi makro dari kerusakan dan kerugian tadi.
Metode ini telah sering diterapkan di Indonesia. Kerusakan, yang merupakan dampak
langsung, adalah nilai dari kerusakan terhadap aset fisik seperti bangunan, dan
persediaan/stok (termasuk barang jadi, bahan baku, suku cadang), yang dihitung
berdasarkan biaya yang kirakira diperlukan untuk mengganti aset tersebut
menggunakan satuan harga yang disepakati. Kerugian, yang merupakan dampak tidak
langsung, adalah nilai dari proses atau kegiatan yang terganggu akibat rusaknya aset
atau terhentinya kegiatan sosial ekonomi akibat kejadian bencana. Sedangkan dampak
ekonomi makro, yang merupakan dampak sekunder, adalah akibat sampingan yang
ditimbulkan pada perekonomian, pembiayaan publik, pendapatan masyarakat serta
biaya-biaya sosial yang ditanggung oleh masyarakat, yang secara keseluruhan
berdampak pada volume perekonomian wilayah maupun nasional. Perhitungan nilai
kerusakan, kerugian dan dampak ekonomi dilakukan pada 5 sektor yaitu perumahan,
sosial (pendidikan, kesehatan, agama), ekonomi produktif (pertanian, perikanan,
peternakan, perkebunan, industri, perdagangan, pariwisata), prasarana (transportasi
darat dan udara, air bersih, sanitasi, irigasi, energi, telekomunikasi), dan lintas sector
(pemerintahan, keuangan dan lingkungan hidup). Dalam perhitungan tersebut data
yang digunakan adalah data per 31 Desember 2010. Kerugian dan kerusakan akibat
banjir lahar dingin tidak dimasukkan dalam kajian ini. Sebab potensi banjir lahar dingin
masih akan terjadi hingga Maret-April 2011 karena masih besarnya peluang terjadinya
hujan ekstrim di sekitar Merapi. Jika kajian kerusakan, kerugian dan dampak ekonomi
menunggu berakhirnya banjir lahar dingin, maka akan menghambat rencana
rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk itulah hasil perhitungan ini adalah hasil di luar dari
dampak banjir lahar dingin. Jumlah kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh
bencana letusan Gunung Merapi tahun 2010 adalah Rp. 3,56 trilyun. Jumlah nilai
kerusakan adalah Rp. 1,69 trilyun (47%), sedangkan jumlah nilai kerugian adalah Rp.
1,87 trilyun (53%). Nilai kerusakan paling besar dialami oleh sektor perumahan yang
mencapai Rp. 599 milyar (36%), infrastruktur Rp. 582 milyar (35%) dan ekonomi Rp.
403 milyar (24%). Sedangkan untuk kerugian terbesar berturut-turut adalah ekonomi
Rp .1,29 trilyun (69%), lintas sektor Rp. 396,73 milyar (21%) dan perumahan Rp 126
milyar (7%). Di sektor perumahan, perkiraan nilai kerusakan sebesar Rp. 599,3 milyar
dan kerugian sebesar Rp 27,3 milyar sehingga total Rp. 626,7 milyar untuk sector
perumahan. Kerusakan berat dialami oleh Kabupaten Sleman sebanyak 2.339 unit
rumah di Kecamatan Cangkringan dan Ngemplak. Di Provinsi Jawa Tengah sebanyak
274 unit rumah di Kabupaten Magelang (Kecamatan Sawangan dan Srumbung),
Kabupaten Boyolali (kecamatan Selo) dan Kabupaten Klaten (Kecamatan Kemalang).
Kerusakan terparah dialami oleh Kabupaten Sleman akibat timbunan pasir dan awan
panas yang mengakibatkan rusaknya struktur rumah, termasuk perabotan rumahtangga,
terutama yang terbuat dari plastik dan kayu. Perkakas dan perabot rumah menjadi
hangus/leleh dan tidak bisa dipergunakan lagi. Bahkan lokasi permukimannya pun
tidak bisa dibangun kembali karena memerlukan perbaikan dan pembersihan terlebih
dahulu untuk dapat membangun kembali rumahnya. Selain rusak berat, beberapa
rumah juga mengalami rusak sedang sebanyak 360 unit dan rusak ringan sebanyak
1.571 unit. Kerusakan ini terjadi di empat kabupaten (Magelang, Klaten, Boyolali dan
Sleman).
Setelah masa tanggap darurat, diperkirakan masih perlu 1 tahun atau lebih untuk
membangun kembali rumah-rumah yang rusak berat atau hancur, berikut sarana
pendukungnya. Selama masa tersebut, 2.613 keluarga terpaksa menempati
permukiman sementara. Untuk itu disediakan 2.613 unit hunian sementara berikut
sarana air, sanitasi dan fasilitas lingkungan. Ada kemungkinan bahwa sebagian besar
hunian sementara tidak dapat dibangun di halaman keluarga yang bersangkutan
sehingga dibutuhkan lahan sementara selama satu tahun tersebut. Khusus di Jawa
Tengah, setiap keluarga yang rumah dan sawahnya hancur dilakukan pendataan dan
dari pemerintah propinsi Jawa Tengah mendapatkan bantuan satu ekor sapi. Hal ini
dimaksudkan untuk memulihkan kembali perekonomian warga setelah hancur akibat
erupsi Merapi.
F. Bantuan emergency
Sistem Emergency dan Evakuasi Bencana Gunung api Kelud berbasis SMS
Gateway sebagai suatu sistem komputerisasi untuk membantu permasalahan emergency
dan evakuasi dengan memberikan informasi tentang kondisi gunung api. sehingga
diharapkan mampu menangani permasalahan–permasalahan yang muncul sehubungaan
dengan bencana gunung meletus pada Gunung api Kelud. SMS Gateway adalah
penghubung antara handphone yang menggunakan fasilitas SMS dengan komputer. SMS
Gateway bekerja dengan cara menghubungkan handphone yang memiliki fasilitas SMS
dan komputer (PC) selaku operator otomatisnya. Komunikasi antara handphone dengan
computer menggunakan gammu sms engine. Informasi yang akan ditampilkan kepada user
berupa hasil proses dari input perintah yang dikirim. Layanan SMS merupakan sebuah
layanan yang bersifat nonreal time yaitu suatu layanan di mana sebuah short message dapat
di-submit ke suatu tujuan, tidak peduli apakah tujuan tersebut aktif atau tidak. Bila
dideteksi bahwa tujuan tidak aktif, maka sistem akan menunda pengiriman ke tujuan
hingga tujuan aktif kembali. Pada dasarnya sistem SMS akan menjamin delivery dari suatu
short message hingga sampai ke tujuan. Kegagalan pengiriman yang bersifat sementara
seperti tujuan tidak aktif akan selalu teridentifikasi sehingga pengiriman ulang short
message akan selalu dilakukan kecuali bila diberlakukan aturan bahwa short message yang
telah melampaui batas waktu tertentu harus dihapus dan dinyatakan gagal terkirim.
Menurut Ir. Bustam Khang, SMS Gateway dimaksudkan untuk menjadi alat pertukaran
informasi melalui SMS. SMS Gateway dapat menyebarkan pesan ke ratusan nomor secara
otomatis dan cepat yang langsung terhubung dengan database tanpa harus mengetik ratusan
nomor dan pesan di ponsel karena semua nomor akan diambil secara otomatis dari database
tersebut. Selain itu, dengan menggunakan SMS Gateway pengirim pesan dapat lebih
fleksibel dalam mengirim berita karena biasanya pesan yang ingin dikirim berbedabeda
untuk masing-masing penerimanya.

G. Logistik dan persediaan


Logistik mempunyai peran penting dalam upaya penanggulangan bencana,
terutama pada saat prabencana, kesiapsiagaan, dan respon penanganan bencana, untuk
dapat memastikan tujuh tepat, yaitu: (1) tepat jenis bantuan barang; (2) tepat kuantitas; (3)
tepat kualitas; (4) tepat sasaran; (5) tepat waktu; (6) tepat pelaporan; dan (7) tepat biaya.
Pengelolaan logistik yang efektif, efisien, dan andal menjadi faktor penting dalam
penanggulangan bencana.
Bencana dan tindakan destruktif menuntut upaya logistik yang lebih tinggi dalam
hal pengetahuan dan biaya karena kejadian bencana mendadak memerlukan respon yang
sangat cepat di daerah-daerah yang hancur. Berbagai jenis bencana perlu dikelola dengan
cara pendekatan solusi yang berbeda. Logistik adalah unsur yang paling penting dalam
setiap upaya bantuan kemanusiaan atau bantuan bencana dan bagaimana cara kita
mengelola logistik bantuan kemanusiaan akan menentukan apakah operasi
penanggulangan bencana tersebut sukses atau gagal (Van Wassenhove, 2006). Namun
demikian, logistik juga menjadi aktivitas yang paling mahal dari setiap bantuan bencana.
Berdasarkan studi, diperkirakan bahwa biaya logistik untuk penanggulangan bencana
sekitar 80% dari total biaya dalam bantuan bencana (Van Wassenhove, 2006).
Manajemen logistik untuk penanggulangan bencana dikenal dengan logistik
kemanusiaan (humanitarian logistics) atau sering disebut juga dengan logistik bantuan
kemanusiaan. Logistik kemanusiaan merupakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian aliran bantuan kemanusiaan secara efisien, hemat biaya dan penyimpanan
bantuan kemanusiaan serta informasi terkait, dari titik asal ke titik konsumsi untuk tujuan
mengurangi penderitaan korban bencana (Thomas dan Kopczak, 2005).
Dalam konteks bencana, tentu penting untuk memastikan pengiriman bantuan
kemanusiaan yang efisien dan efektif, sehingga kebutuhan jenis bantuan kemanusiaan yang
sesuai dan relawan dapat mencapai ke lokasi korban dengan cepat dan tepat. Optimalisasi
kinerja logistik bantuan kemanusiaan mensyaratkan bahwa semua hubungan antara pihak
atau pelaku yang terlibat dalam penanggulangan bencana dikelola melalui pendekatan
terpadu secara efisien dan efektif dalam mengkoordinasikan kinerja antar-organisasi,
menghilangkan redundansi, dan memaksimalkan efisiensi seluruh rantai pasok darurat.

H. Komunikasi dan manajemen informasi


Prinsip dalam Komunikasi Bencana mengkomunikasikan suatu informasi tentang bencana
yang berharga kepada publik merupakan hal yang utama dalam "risk management". Publik
perlu tahu tentang bahaya dan resiko yang akan mereka hadapi, sehingga mereka biasa
melakukan persiapan-persiapan yang diperlukan bila terjadi suatu masalah. Tanpa
pengetahuan yang cukup, mereka sulit untuk melakukan persiapan-persiapan tersebut.
Oleh karena itu, seorang tenaga profesional hendaknya mengetahui sudut pandang dan
kebutuhan dari masyarakat di sekitarnya, sehingga mereka bisa memberikan pertolongan
dengan tepat. Sudah banyak program-program yang ditawarkan untuk mengatasi dampak
suatu bencana, termasuk pemberian informasi dan edukasi kepada publik, namun
kenyataannya dibutuhkan suatu keahlian yang tinggi untuk berkomunikasi secara efektif
kepada masyarakat agar dapat merubah sikap dan perilakunya. Namun hanya sedikit tenaga
profesional yang memahami hal ini. Seringkali masalah tehnik penyampaian informasi dan
edukasi ini hanya diselipkan begitu saja dalam beberapa program, namun tidak
diintegrasikan secara baik. Sehingga proses komunikasinya jadi terhambat, dan masyarakat
kehilangan kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya. Hal inilah yang menyebabkan
banyak program/proyek yang kurang berhasil dalam merubah sikap dan perilaku
masyarakat. Oleh karena itu sekarang digalakkan pelatihan dan penelitian untuk masalah
komunikasi ini, tidak hanya di masalah kesehatan namun Juga untuk masalah bencana.
Pada sesi ini, akan dibahas 4 aspek penting dalam berkomunikasi kepada masyarakat dan
tenaga profesional yang lain:
1. Prinsip dalam berkomunikasi yangbaik
2. Dasar-dasar metode dan pendekatan yangdapat digunakan untuk edukasi dan
meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
3. Edukasi dan pelatihan untuk tenaga profesional.

I. Keamanan
Aturan-aturan Keselamatan dan Keamanan
Beberapa yang harus diperhatikan adalah :
1) Bekerja dalam “buddy pair” atau berpasangan
2) Perhatikan selalu kondisi yang membahayakan rescuer seperti benda-benda tajam
3) Gunakan selalu APD/ alat perlindungan diri
4) Pergantian tim / shift

J. Manajemen operasi emergency


Konsep Manajemen Keadaan Darurat (Emergency Management)
Emergency atau keadaan darurat merupakan suatu kegiatan di mana staf melakukan
tindakan untuk menyelamatkan aset organisasi serta menjaga kegiatan organisasi agar tetap
berjalan karena adanya kejadian yang tidak terduga. Apabila tidak dilakukan tindakan,
dimungkinkan akan mengakibatkan kerugian terhadap organisasi.
Emergency management merupakan pendekatan yang terencana untuk mencegah
bencana yang menimpa arsip dan infromasi, menyiapkan dan merenspon keadaan darurat
serta pemulihan setelah bencana.
Emergency dapat diartikan
1.Tipe-tipe Bencana menurut Gerald Hoetmer:
a.Bencana alam: gempa bumi, angin ribut, angin topan, tanah longsor dan banjir
b.Bencana teknologi: kejadian yang disebabkan oleh kesalahan manusia (human error):
kesalahan konstruksi, kurangnya pemeliharaan/kontrol peralatan, tidakadanya
peremajaan peralatan
c.Sipil (civil disaster): kegiatan masyarakat yang sifatnya destruktif atau merusak yang
dapat mengakibatkan kerugian, kecelakaan, dan bahkan kematian: pencurian, spionase,
vandalisme (mengubah, menghapus, menambah, mencoret, merusak, mengaburkan,
memberi tanda khusus, menulisi/memberi catatan, dll.), teroris, kerusuhan dan perang.
2.Tahapan Dalam Manajemen Keadaan Darurat, beberapa pendapat:
a.Tahap Pencegahan (Prevention), Tahap Persiapan (Preparation), Tahap Tindakan
(Response), Tahap Pemulihan (Recovery)
b.Persiapan dan pemulihan
c.Pencegahan dan pemulihan
Pencegahan: merupakan rancangan manajemen keadaan darurat dalam rangka mengambil
langkah-langkah mencegah arsip dan informasi dari bencana dengan menggunakan
manajemen resiko (risk managemnt). Pencegahan akan meliputi kegiatan atau pengukuran
yang mengurangi kemungkinan kerugian yang akan dialami arsip dan informasi. Kegitan
ini meliputi identifikasi lokasi organisasi yang beresiko, tipe resiko, pemasangan
sistem,pemusnahan faktor perusak arsip.
Persiapan:kegiatan yang mengarah pada tindakan jika akan terjadi bencana dan merupakan
tahapan respon ayau tanggap dalam keadaan darurat yang meliputi kegiatan:
pengembangan dan updating rencana manajemen keadaan darurat, test system emergency,
peratihan pegawai dan penyediaan peralatan.
Tindakan:kegiatan dalam mengahadapi suatu keadaan darurat, yang melibatkan manusia,
dana, sarana dalam melindungi dan menyelamatkan organisasi dari kerugian.
Pemilihan: kegiatan mengumpulkan, memperbaiki semua sumber dan kegiatan setelah
terjadi bencana, termasuk pemulihan sistem dan proses organisasi agar normal kembali,
penyimpanan arsip/informasi ke dalam komputer (dehumidifying) dan mengembalikan
arsip vital dari penyimpanan offside
3.Keuntungan dari Rancangan Manajemen Keadaan Darurat (Emergency Management
Plan)
a.Organisasi dapat memulai kegiatan dengan cepat (quick resumption operation)
b.Organisasi akan memperbaiki tingkat keselamatan (improve safety)
c.Organisasi akan melindungi aset vitalnya
d.Organisasi akan terkurangi beaya asuransi
e.Organisasi akan memperbaiki tingkat keamanan (improve security)
f.Organisasi akan mematuhi peraturan
g.Organisasi akan mengurangi kesalahan

K. Rehabilitasi dan rekontruksi


Sinergi tiga pilar di atas harus mampu menciptakan ketahanan bangsa Indonesia
dari ancaman bencana, tidak hanya letusan gunung berapi, tetapi juga bencana-bencana
lain seperti gempa, tsunami, banjir, erosi, angin topan serta kebakaran yang sekarang ini
bertubi-tubi menerpa bangsa Indonesia.
Perlu segera dirumuskan upaya-upaya pemulihan kondisi pasca bencana,
diantaranya upaya-upaya sebagai berikut :
1. Pembangunan kembali sarana-sarana umum yang rusak akibat bencana.
2. Rehabilitasi mental para korban dan pengungsi yang terkena trauma psikhis dan
gangguan kejiwaan pasca bencana.
3. Pembangunan infra strutur di wilayah aman bencana meliputi; penampungan
pengungsi, sistem drainase dan sanitasi yang memadai, dan penyediaan dan
pengamanan logistik, penyediaan sekolah darurat, dsb.
4. Ganti rugi atau ganti lahan perumahan penduduk, lahan pertanian, dan ternak yang
menjadi modal dan mata pencaharian masyarakat.
5. Pemberian modal usaha yang ringan dan tanpa agunan sebagai modal kerja.
6. Pelatihan kerja dan kewirausahaan bagi korban bencana.

Anda mungkin juga menyukai