Anda di halaman 1dari 46

BENCANA DAN

TINDAKAN KRISIS
Liza Septaria 1926059
2.Meisy Arsita Saputri 1926063
3. Delly Sartika 1926023
4. Wayan devi setiawati 1825117
5. rizkia Oktaviani 1926101
. Jetri Aria 1926051
7. komang putri ayu cindy r 1926057
8. Muhammad Firdaus 1926067
9. Willi Yantika 1926117
10. Tarisa lara dita 1926109
11. Hasmita Dwi Putri 1926047
12. Defri Toyib 1926021
13. Pera Julistri 1926083
PENDAHULUAN
Bencana merupakan peristiwa traumatis dan
menimbulkan dampak yang merugikan bagi
manusia dan lingkungannya. Akibat dari
bencana dapat menimbulkan kehilangan
nyawa, harta benda dan menimbulkan
masalah kesehatan jiwa. Oleh karena itu
perlu dipahami masalah kesehatan jiwa yang
terjadi akibat bencana dan cara
penanggulangannya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran
Umum (TPU):
Setelah mengikuti
pembelajaran ini, peserta
mampu menggunakan
konsep bencana dan
tindakan krisis
A. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK):
Setelah mengikuti pembelajaran ini,
peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep bencana
2. Menjelaskan tindakan krisis
PENGERTIAN BENCANA
Bencana is any event that results in a precipitous or
gradual decline in the overall health status of a
community with which it is unable to cope
adequately (WHO)

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian


peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh alam dan/atau non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis (Undang-Undang Nomor 24 tahun
2007)
PENGERTIAN BENCANA
Bencana: kejadian yang bersifat alamiah
maupun buatan manusia dan mengakibatkan
penderitaan dan kesengsaraan sehingga
penyintas (survivor) membutuhkan bantuan
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya
(Palang Merah Amerika)

Pengertian bencana adalah kejadian yang


membutuhkan usaha ekstra keras (luar biasa);
lebih dari respons terhadap situasi
kedaruratan biasa.
PENYEBAB BENCANA

Bencana alam

Bencana non
alam

Bencana sosial
Gempa bumi Letusan Gunung Merapi
Tsunami Tanah longsor
Banjir
Topan

Warning System

Prakiraan badai

Awan Badai Tropical Cyclone


BIOLOGI
Epidemi, penyakit
tanaman, hewan,
SARS 1, SARS 2
Flu Burung dll.

Korban Flu Burung


Kandang kurang Bersih ?
Bahaya Teknologi

Kecelakaan Pesawat

Semburan lumpur Sidoarjo

Akibat Radiasi Nuklir / Radioaktif


LINGKUNGAN :
Kebakaran hutan

Memadamkan kebakaran hutan


Teror

Tragedi Bom Bali


Konflik

Konflik Sosial di Pontianak


Proses terjadinya bencana
Pra Bencana Bencana Pasca Bencana

Tanggap
Pencegahan, Darurat: Trauma Rehabilitasi
Mitigasi & • Impact
Kesiapsiagaan • Rescue
• Recove krisis
ry
PROSES TERJADINYA BENCANA
a. Pra bencana
Kondisi non bencana adalah kondisi tidak ada
bencana pada lokasi rawan bencana seperti daerah
pantai atau pegunungan, daerah jalur gempa,
daerah pinggiran sungai, lokasi pemukiman padat,
gedung-gedung tinggi dan lain-lain. Di setiap
tempat di dunia ini kondisi ini selalu ada.
b. Bencana
Kondisi bencana adalah ketika bencana
benar-benar sedang terjadi. Lama waktu
kondisi ini berbeda-beda

Beberapa kondisi yang biasanya menyertai


bencana antara lain adalah kematian,
kerusakan dan kehilangan harta benda, serta
perpisahan dengan orang yang dicintai
Tahapan Saat Bencana
Tahapan impact adalah 0 - 48 jam
setelah terjadi bencana

Tahapan rescue adalah 0 - 1


minggu setelah terjadi bencana

Tahapan recovery adalah 1 - 4


minggu setelah terjadi bencana
c. Pasca Bencana
Pasca bencana dihitung mulai empat minggu setelah
bencana sampai dengan pemulihan telah terjadi

Individu yang mengalami bencana dapat dipastikan


akan mengalami trauma baik fisik maupun psikologis

Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba akibat


sesuatu kejadian akan menimbulkan
ketidakseimbangan emosi, pikiran dan perilaku yang
dapat mengarah pada kesehatan jiwa
CARA MENGELOLA BENCANA
Tindakan keperawatan dalam mengelola
bencana; sesuai dengan proses terjadinya,
terbagi dalam 3 tahapan:

a. Program antisipatif untuk kondisi pra


bencana
b. Tindakan segera untuk kondisi segera
setelah bencana
c. Pemulihan untuk kondisi pasca bencana.
a. Program antisipasi kondisi bencana

Tindakan ditujukan pada kesiapan


individu dan masyarakat untuk
mengantisipasi bencana yang akan
terjadi.
b. Tindakan segera setelah bencana
( emergensi )
Tingkat I

• Perlu bantuan emergensi medik,


kepolisian, pemadam kebakaran, SAR dari
lokal. Misalnya kebakaran pada satu
rumah, tenggelam, kecelakaan lalu lintas.
Tingkat II

Perlu bantuan dengan cakupan yang lebih


luas; biasanya melibatkan tim kesehatan,
SAR, kepolisian satu propinsi karena lokasi
bencana yang lebih luas. Misalnya
kecelakaan atau bom di satu gedung atau
area khusus.
Tingkat III

Penanganan bencana sudah


membutuhkan bantuan dari berbagai
unsur di masyarakat yang melibatkan
satu negara, seperti gempa bumi, angin
ribut, banjir bandang, air bah, pandemi
covid 19
Saat membantu korban gunakan
pendekatan kelompok atau keluarga;
bukan individual, sehingga dapat
menjangkau sebanyak mungkin
korban seperti membentuk kelompok-
kelompok terapi.
c. Tindakan pemulihan
Perlu keterlibatan seluruh pihak untuk bergerak bersama
memperbaiki kondisi ekonomi dan kehidupan
masyarakat.

Kondisi yang menunjukan perbaikan : adanya


penanganan masalah-masalah kesehatan oleh Depkes
atau dinas kesehatan bersama LSM yang terkait,
pembangunan perumahan dan jalan-jalan oleh
Departemen pekerjaan umum dan lembaga terkait,
keamanan oleh tentara atau polisi, air bersih oleh PAM,
makanan, minuman, pakaian oleh kementrian
kesejahteraan rakyat, dll.
Lanjutan........
Tindakan yang dilakukan: perbaikan, penataan kembali
dan mitigasi.

Tindakan yang termasuk perbaikan: pembangunan


kembali sarana fisik yang rusak, kembali sekolah dan
bekerja serta melanjutkan kehidupan sesuai dengan
kondisi saat ini.

Pada pelayanan kesehatan prevensi primer ditujukan bagi


masyarakat yang tidak terganggu sedangkan pada
masyarakat yang menunjukkan masalah psikososial dan
gangguan jiwa pemulihan dilaksanakan melalui prevensi
sekunder.
Lanjutan......
Fase penataan kembali dilakukan jika kehidupan
masyarakat sudah lebih normal. Penataan dilakukan
terhadap infrastruktur yang rusak dan membangun
kembali sistem kehidupan bermasyarakat.

Fase mitigasi : merencanakan aktivitas-aktivitas yang


berorientasi pada masa depan untuk mencegah
bencana sekunder yang dapat terjadi atau
meminimalkan dampak bencana seperti menyiapkan
program-program pelatihan untuk meningkatkan
ketrampilan kerja, melatih tenaga-tenaga kesehatan
untuk meningkatkan kesehatan dan lain-lain.
RESPON INDIVIDU DAN TINDAKAN
SAAT BENCANA?

1. Segera (24 jam) setelah bencana


2. Minggu pertama-keempat
3. Minggu keempat berikutnya
1. Segera (24 jam) setelah bencana
Reaksi individu :
Tegang, cemas, panik
Terpaku, linglung, syok, tidak percaya
Gembira atau eforia, tidak terlalu merasa menderita
Lelah, bingung
Gelisah, menangis, menarik diri
Merasa bersalah
Tindakan :

Pertolongan kedaruratan untuk masalah-masalah fisik


Memenuhi kebutuhan dasar
Untuk membantu individu melalui fase krisisnya
maka perawat perlu memfasilitasi kondisi yang dapat
menyeimbangkan krisis seperti menjadi sumber
koping (support system) bagi klien
2. Minggu pertama – empat
Reaksi individu :
Ketakutan, waspada, sensitif, mudah marah, sulit
tidur
Khawatir, sangat sedih
Mengulang-ulang kembali (flashback) kejadian
Bersedih
Reaksi positif yang masih dimiliki : berharap atau
berpikir tentang masa depan, terlibat dalam kegiatan
menolong dan menyelamatkan
Menerima bencana sebagai takdir
Tindakan :
Berikan informasi yang sederhana dan mudah diakses tentang lokasi
jenazah
Dukung keluarga jika jenazah dimakamkan tanpa upacara tertentu
Bantu mencari anggota keluarga yang terpisah pada individu yang
beresiko seperti lansia, ibu hamil, anak, remaja.
Anjurkan pasien dan keluarga untuk melakukan aktivitas kelompok
yang terorganisir seperti ibadah bersama,
Motivasi anggota tim lapangan untuk terlibat dalam proses berkabung,
misalnya tahlilan, takziah.
Lakukan aktifitas rekreasi bagi anak-anak
Informasikan pada korban tentang reaksi psikologis normal yang terjadi
setelah bencana. Yakinkan mereka bahwa hal tersebut normal dan
berlangsung sementara; akan hilang dengan sendirinya dan
dialami oleh semua orang
Informasikan tentang reaksi stres yang normal pada masyarakat secara
massal (libatkan ulama, guru dan pemimpin sosial lainnya)
3. Minggu keempat berikutnya
Reaksi individu :
Kelelahan
Merasa panik
Kesedihan terus berlanjut, pesimis dan berpikir tidak
realistis
Tidak beraktivitas, isolasi dan menarik diri
Kecemasan; yang dimanifestasikan dengan : palpitasi,
pusing, letih, mual, sakit kepala, dll.
Tindakan :
Pertolongan pertama pada masalah psikososial sebagai berikut :
Identifikasi individu dengan koping yang tidak efektif yang ditandai
dengan gejala psikologis yang dilaporkan
Bina hubungan saling percaya
Penuhi kebutuhan fisik yang mendesak
Mobilisasi dukungan sosial (tapi jangan memaksa)
Cegah timbulnya bahaya yang lain (seperti berjangkitnya penyakit
menular)
Mulai berkomunikasi: mendengarkan masalah mereka, sampaikan
keprihatinan, berikan bantuan yang berkelanjutan (tapi tidak pernah
memaksa
Sampaikan bahwa semua korban bencana merasakan perasaan yang
sama
Tetap mensupervisi perawatan sampai reaksi berlalu.
Motivasi para korban untuk bekerja bersama memenuhi
kebutuhan mereka seperti membersihkan lokasi bersama-
sama, memasak bersama.
Libatkan korban yang masih sehat dalam pelaksanaan bantuan
Motivasi pemimpin masyarakat dan tokoh kunci lainnya untuk
terlibat dalam diskusi kelompok dan dapat memotivasi klien
untuk berbagi perasaan
Pastikan informasi yang diterima akurat
Pastikan distribusi bantuan merata
Berikan pelayanan dengan empati “yang sehat” dan tidak
memihak pada salah satu bagian dari masyarakat (misalnya
golongan minoritas)
Lanjutan...........

Tindakan psikososial khusus


 Konseling terhadap trauma
 Konseling terhadap proses berduka
 Bimbingan antisipasi
 Konseling krisis
 Konseling untuk menyelesaikan masalah
Konseling Trauma
Dengarkan ungkapan perasaan dgn penuh perhatian
Tanya & klarifikasi u/ m’gali lagi pengalamannya
Coba u/ memahami penderitaan yg dialami oleh pasien &
keluarga
Sampaikan bhw sdr akan selalu membantu & perlihatkan
bhw memahami apa yg dirasakan
Sampaikan bhw orang lainpun mengalami hal yg sama bila
mengalami kejadian yg dialami
Bicarakan cara terbaik yg dpt dilakukan untuk mengatasi
masalah
KONSELING PROSES BERDUKA
Pendekatan dengan lemah lembut
Tanyakan ttg kondisi keluarganya & kmdn
bicarakan ttg korban yg meninggal
Motivasi u/ berbagi informasi ttg keluarga yg
meninggal
Fokuskan pembicaraan pada hubungan dgn
orang-orang terdekat sebelum bencana dan arti
kehilangan secara pribadi
Bimbingan Antisipasi
Bantu pasien u/ menerima bhw reaksi yg diper-lihatkan
adalah normal shg dpt mengurangi rasa tdk berarti & putus
asa
Informasikan ttg stress yg alamiah & intensitas perasaan
dpt berkurang seiring dg berjln waktu
Lakukan pertemuan2 yg berisi informasi2 yg perlu
diketahui korban
Fokuskan pd kekuatan kelompok u/ menghadapi krisis
secara bersama-sama, tidak difokuskan pd reaksi akibat
stres secara individu
Konseling Krisis
Bersama pasien mengidentifiksi masalah yg menyebabkan
ia meminta pertolongan
Bantu pasien u/ membuat daftar alternatif & strategi u/
mengatasi masalahnya
Bantu pasien u/ menilai dukungan sosial yg tersedia
Bantu pasien u/ mengambil keputusan yg tepat bagi
dirinya
Bantu pasien u/ melaksanakan keputusan yg sdh diambil
Mendiskusikan persepsi pasien ttg kemampuan- nya
Konseling untuk menyelesaikan masalah

Mengidentifikasi masalah
Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah melalui
curah pendapat
Bandingkan keuntungan dan kerugian dari setiap
penyelesaian masalah
Identifikasi solusi yang paling sesuai u/ pasien
Implementasikan bentuk penyelesaian yg telah dipilih
EVALUASI DAN RUJUKAN
Bila melalui beberapa konseling diatas ternyata tidak
membuat kondisi emosional pasien semakin baik
maka dibutuhkan evaluasi dan penanganan oleh
tenaga kesehatan mental professional (perawat jiwa,
psikiater atau psikologis).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai