Anda di halaman 1dari 5

Bencana Letusan Gunung Berapi

Gunung meletus adalah peristiwa alam dimana endapan magma yang berada di dalam
perut bumi didorong keluar oleh gas yang mempunyai tekanan tinggi. Gunung meletus
merupakan gejala alam vulkanik, letusan yang terjadi berasal dari gunung berapi yang masih
aktif. Hampir semua kegiatan gunung berapi berkaitan dengan zona kegempaan aktif, sebab
berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan
suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan
cairan pijar (magma).

Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang
sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam
bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200°C. Letusan gunung
berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau
lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh 90 km (Priambodo, 2009).

Berdasarkan kejadiannya,bahaya letusan gunung api dibedakan menjadi dua yaitu


bahaya utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder), jenis bahaya masing-masing
mempunyai resiko merusak dan mematikan (Nurjannah dkk,2011).

a. Bahaya utama (primer)


Bahaya utama letusan gunung berapi adalah bahaya yang lansung terjadi
ketika proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya ini adalah awan panas,
lontaran batu pijar, hujan abu lebat, dan lelehan lava.
b. Bahaya ikutan (sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung berapi adalah bahaya yang terjadi setelah proses
peletusan berlansung. Apabila suatu suatu gunung api meletus akan terjadi
penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lerengbagian atas. Pada
saat musim hujan tiba sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan
tercipta lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan. Biasanya banjir tersebut
dikenal dengan banjir lahar dingin.

Dampak bencana letusan gunung berapi

Banyak dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya letusan gunung berapi baik
dampak terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan maupun dampaknya terhadap
keseimbangan lingkungan. Menurut Priambodo (2009) berikut ini beberapa dampak yang
diakibatkan karena terjadinya letusan gunung api :

a. Pencemaran pada udara dengan abu gunung berapi yang mengandung gas seperti
sulfur dioksida, gas hydrogen sulfide, nitrogen dioksida serta beberapa partikel
lain yang dapat meracuni mahkluk hidup sekitarnya.
b. Terganggunya kegiatan pada perekonomian masyarakat sekitar gunung meletus.
c. Rusaknya infrastruktur dan pemukiman masyarakat sekitar karena material
berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik panas.
d. Rusaknya lahan pertanian sementara yang dilalui lahar panas dan kebakaran hutan
yang mengakibatkan rusaknya ekosistem.
e. Selain dari gas beracun diatas material yang dikeluarkan oleh gunung berapi pun
dapat menyebabkan sejumlah penyakit misalnya saja ISPA.
f. Hilangnya wisatawan pecinta alam pada tempat tempat yang dianggap salah satu
destinasi wisata bagi wisatawan pecinta alam.

1. Penanggulangan gunung meletus di dalam negeri (Indonesia)


Model penanggulangan bencana dikenal sebagai siklus penanggulangan bencana yang
terdiri dari tiga fase yaitu :
a) Fase Prabencana
Fase prabencana pendekatannya adalah pengurangan risiko bencana
dengan tujuan untuk membangun masyarakat Indonesia yang tangguh dalam
menghadapi ancaman bencana. Tahapan manajemen bencana pada kondisi
sebelum kejadian yaitu kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi. Tindakan
yang harus dilakukan individu yaitu :
1) Mengikuti sosialisasi tentang peristiwa letusan gunung berapi pada
masyarakat awam terkait peristiwa alam seperti gempa karena gunung
berapi, dan terjadinya gunung meletus.
2) Mematuhi pengumuman dari instansi berwenang, misalnya dalam
penetapan status gunung berapi.
3) Mengenali tanda-tanda terjadinya bencana gunung berapi,misalnya
turunya binatang dari puncak gunung atau terciumnya bau belerang.
4) Mengetahui tempat yang aman dan jalur evakuasi.
b) Fase Saat Terjadinya Bencana
Fase ini kegiatan yang dilakukan adalah tanggap darurat bencana dimana
sasarannya adalah “save more lifes”. Kegiatan utamanya adalah tanggap
darurat berupa pencarian, penyelamatan, dan evakuasi serta pemenuhan
kebutuhan dasar berupa air minum, makanan dan penampungan/shalter bagi
korban bencana.
Tindakan yang harus dilakukan individu yaitu :
1) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan
daerahaliran lahar.
2) Ditempat terbuka, lindungi diri dari abuletusan dan awan panas serta
persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
3) Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti : baju lengan panjang
atau jaket, celana panjang, topi, masker dan lainnya.
4) Jangan memakai lensa kontak.
5) Lakukan evakuasi dan pengungsian pada masyarakatsekitargunung
meletus ketempat yang lebih aman.
6) Mematuhi pedoman dan perintah dari instansiberwenang tentang upaya
penanggulangan bencana.
c) Fase Pasca Bencana
Pada fase pasca bencana, aktivitas utama ditargetkan untuk memulihkan
kondisi (rehabilitas) dan pembangunan kembali (rekonstruksi) tata kehidupan
danpenghidupan masyarakat menjadi lebih baik (build back better). Tindakan
yang harus dilakukan individu yaitu :
1) Jauhi tempat aliran sungai, kemungkinan akanterjadi banjir lahar dingin
batu batu besar.
2) Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.
3) Bersihkan atap dari timbunan abu karenaberatnya, bisa merusak
ataumeruntuhkan atap bangunan.
4) Hindari mengendarai mobil disaerah yang terkena hujan abu sebab bisa
merusak mesin.

http://repsitory.poltekkes-denpasar.ac.id/1353/3/BAB%20II.pdf

2. Penanggulangan gunung meletus diluar nrgeri (Fhilipina)


Letusan gunung taal di fhilipina dimulai pada 12 januari 2020. Institute
vulkanologi dan seismologi Filipina (PHIVOLCS) kemudian mengeluarkan
peringatan tingkat 4 atau AWAS yang menunjukkan bahwa letusan yang berbahaya
dimunkingkan dalam beberapa jam hungga beberapa hari. Letusan tersebut adalah
letusan freatik dari kawah utama yang memuntahkan abu ke calabarzon, metro
manila,dan beberapa bagian dari Luzon tengah.

https://id.m.wikipedia.rg/wiki/Letusan_Gunung_Taal_2020

Filipina merupakan negara peringkat tiga rawan bencana alam di dunia. Meski
demikian, antisipasi bencana belum bisa maksimal dilakukan akibat mahalnya dana
penggulangan bencana di Filipina yang dipicu sejumlah faktor. Rentannya Filipina
terhadap bencana alam membawa pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi
Filipina. Dimana dana yang dikeluarkan untuk penanggulangan bencana alam telah
mengakibatkan penyusutan produk domestik bruto tahunan Filipina sebesar 0.8 persen
seperti dikatakan oleh Jerry Velasquez, staf ahli PBB untuk UNISDR atau Strategi
Internasional untuk Pengurangan Bencana.
Selain faktor ini, studi yang dilakukan oleh Bank Dunia dan Dewan Koordinasi
Bencana Nasional di Filipina juga menyebutkan ada faktor-faktor lain yang memicu
tingginya biaya penanggulangan bencana alam di Filipina yakni dana besar yang
harus dikeluarkan terkait dampak sosial dan lingkungan yang diakibatkan oleh
bencana.
“Sejak tahun 2000 Filipina terus-menerus menderita kekurangan dana
penanggulangan bencana“ tulis PBB dalam laporan Penilaian Global Pengurangan
Risiko Bencana (GAR). Velasquez menyebutkan, sehingga anggaran bencana
nasional Philipina tahun 2013 sebesar 128 juta euro telah habis terpakai untuk
menanggulangi badai Haiyan.
Strategi Evakuasi yang Mahal

Ada dua strategi evakuasi korban bencana alam. Pertama strategi evakuasi
awal yakni evakuasi yang dilakukan segera setelah tanda-tanda awal bahaya muncul.
Kedua adalah tindakan evakuasi yang dilakukan beberapa saat sebelum bencana
melanda. Sehubungan dengan strategi ini pemerintah Filipina memberlakuan
kebijakan evakuasi awal.“Filipina memberlakukan kebijakan yang merupakan satu-
satunya di dunia“ kata Velasquez. Ia menambahkan, kebijakan ini berarti, di tengah
kondisi masyarakat Filipina yang terus tumbuh dan makin rentan maka akan semakin
banyak pula korban yang harus diselamatkan.

Hambatan dalam pelaksanaan kebijakan ini adalah sangat susah untuk


meyakinkan para korban tentang arti dan tujuan evakuasi karena bencana tersebut
belum pasti terjadi dan tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Untuk mengatasi hal ini, beberapa gubernur di Filipina bernisiatif melakukan
pembagian 5 kilo beras pada tiap-tiap keluarga di tempat-tempat pusat pengungsian.
“Ini menelan banyak biaya“ kata Velasquez. Sebelum badai Haiyan terjadi
pemerintah Philipina telah mengungsikan satu juta korban.

Pertumbuhan Ekonomi Meningkatkan Risiko Bahaya

Pertumbuhan ekonomi Filipina tak hanya memberikan keuntungan tapi juga


jadi ancaman bagi penduduk. Pertumbuhan ekonomi Filipina yang hampir mencapai
tujuh persen yang ditopang faktor dasar yakni pertumbuhan pesat penduduk usia
produktif juga menjadi sebab tingginya biaya penanggulangan bencana. Velasquez
menyebutkan, pertumbuhan ekonomi juga berarti semakin besarnya bahaya bagi
penduduk akibat kecenderungan orang untuk mengabaikan risiko demi mendapat
keuntungan cepat.

Industri-industri mencari lokasi di daerah pesisir pantai atau dekat sungai


dimana pergerakan ini diikuti juga oleh aliran tenaga kerja. Akibatnya saat badai dan
banjir melanda semakin banyak orang yang terkena dampak. Infrastruktur dan pabrik-
pabrik di negara-negara berkembang nyatanya memang lebih rentan jika dibanding di
negara-negara industri maju. Pabrik-pabrik ini akan lebih mudah rusak akibat material
bangunan dan metode konstruksi yang kurang baik.

https://amp-dw-com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.dw.com/id/filipina-sebab-mahalnya-dana-
penanggulangan-bencana/a-17221277?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16318370640273&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.dw.com%2Fid%2Ffilipina-sebab-mahalnya-dana-
penanggulangan-bencana%2Fa-17221277

Anda mungkin juga menyukai