Anda di halaman 1dari 55

Media Pembelajaran

Geografi
Kelompok Peminatan

Untuk SMA/MA Kelas XI


JENIS DAN PENANGGULANGAN BENCANA
BAB 7 ALAM MELALUI EDUKASI, KEARIFAN LOKAL,
DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI MODERN
A. JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA ALAM
Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban

Sumber : pixabay.com
jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
Ada tiga jenis bencana. Ketiga jenis bencana itu adalah sebagai berikut.

A. Bencana alam
Bencana alam adalah bencana
yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan
fenomena alam, seperti gempa
bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, tanah longsor dan
abrasi.
Sumber: static.flickr.com
Ada tiga jenis bencana alam. Ketiga jenis bencana alam itu antara lain
sebagai berikut.
1. Bencana Alam Geologis
Bencana alam geologis terjadi sebagai
akibat dari proses tektonik bumi, yang
berpotensi:
• Merusak lingkungan alam
• Dapat menyebabkan kehilangan nyawa
• Kerusakan harta benda
• Gangguan sosial dan ekonomi
Fenomena yang termasuk bencana alam
geologis antara lain gempa bumi, tanah
longsor, tsunami, dan gunung meletus.
Sumber: commons.wikimedia.org
Gempa Bumi
Gempa bumi adalah
getaran bumi yang
disebabkan peristiwa
pelepasan energi karena
pecahan dan gerakan
batuan pada bagian dalam
bumi (kerak bumi) secara
tiba-tiba.

Ada dua tipe gempa bumi


yang umum, yaitu gempa
tektonik dan gempa
vulkanik.
Tanah Longsor
Tanah longsor adalah
gerakan tanah atau massa
batuan yang menuruni lereng
atau tebing di bawah
pengaruh gravitasi bumi.
Gerakan ini dikendalikan oleh

Sumber: commons.wikipedia.org
kondisi geologi, curah hujan,
dan kemiringan lereng.
Ada berapa jenis tanah
longsor, yaitu rayapan,
luncuran, jatuhan, dan aliran.
Tsunami

Tsunami mengacu pada serangkaian


gelombang yang melintasi lautan
dengan panjang gelombang yang
sangat panjang dan kecepatan tinggi.

Di laut terbuka, gelombang tsunami


dapat mencapai kecepatan 800
km/jam.

Sumber : commons.wikimedia.org
Gunung Meletus
Gunung meletus adalah bagian
dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah erupsi.
Bahaya letusan gunung api
berkaitan dengan proses dan
material yang dikeluarkan ketika
gunung api itu meletus.

Bahaya letusan gunung api ini


antara lain lelehan lava, awan
panas, lahar, dan abu pasir
vulkanik.
Sumber: static.flickr.com
2. Bencana Alam Klimatologis
Bencana alam klimatologis
merupakan bencana alam yang
disebabkan oleh fenomena cuaca
yang mempunyai potensi
menimbulkan bencana,
menghancurkan tatanan kehidupan
sosial, atau yang menimbulkan
korban jiwa manusia. Fenomena yang
termasuk bencana alam klimatologis
antara lain sebagai berikut.
Banjir
Banjir adalah luapan air dalam
jumlah besar di luar batas
normalnya, terutama di atas
tanah yang biasanya kering.
Beberapa penyebab banjir
adalah curah hujan yang tinggi
dan keruntuhan tanggul atau
struktur pelindung lainnya.

Ada tiga jenis banjir yaitu


banjir bandang, banjir sungai,
dan banjir pantai.
Sumber: commons.wikipedia.org
Badai
Badai disebabkan oleh gangguan
atmosfer yang dahsyat di darat dan
air. Badai menjadi ancaman potensial
utama bagi sebagian penduduk dunia
karena prevalensinya, ukuran daerah
yang hancur, dan skala kerusakan
yang diakibatkannya.

Ada beberapa jenis badai yaitu badai


siklon tropis dan badai tornado.

Sumber : pxhere.com
Kekeringan
Kekeringan disebabkan penurunan
curah hujan alami selama periode
waktu yang lama. Kekeringan
dapat dikelompokkan berdasarkan
karakteristik dan dampak yang
ditimbulkan.

Secara khusus, ada empat tipe


kekeringan yaitu kekeringan
meteorologi, hidrologi, pertanian,
dan sosial ekonomi. Sumber: pixabay.com
Kebakaran hutan
Kebakaran hutan
merupakan keadaan
ketika hutan dilanda
api. Akibatnya,
kerusakan hutan
atau hasil hutan
yang menimbulkan
kerugian ekonomis
dan atau nilai
lingkungan.
Sumber: publicdomainpictures.net
3. Bencana Alam Ekstraterestrial
Bencana alam ekstraterestrial
adalah bencana alam yang
disebabkan gaya atau energi dari
luar bumi. Bencana ini terjadi ketika
asteroid, meteoroid, dan komet
melintas di dekat bumi, memasuki
atmosfer bumi, dan/atau
menghantam bumi, dan oleh
perubahan kondisi antarplanet yang
memengaruhi magnetosfer bumi,
ionosfer, dan termosfer.
Sumber: commons.wikipedia.org
B. Bencana Nonalam

Bencana nonalam adalah


bencana yang diakibatkan
peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam, antara
lain seperti:
• Kegagalan teknologi
• Kegagalan modernisasi
• Epidemi
• Wabah penyakit.
Kegagalan teknologi
Hell’s Gate (gerbang neraka), Turkmenistan
Berada di tengah gurun di daerah Turkmenistan, ada
sebuah lubang dengan lebar 100 meter. Dari dalam lubang
ini, muncul api yang membakar secara terus menerus
bahkan hingga 38 tahun lamanya. Tahun 1971, teknologi rig
pengeboran minyak milik Uni Soviet melakukan
pengeboran dengan teknologi yang ada. Namun, teknologi
tersebut belum bisa mendeteksi tentang keberadaan
cadangan gas alam yang ada di bawahnya.
Setelah dibor, tanah runtuh termasuk juga rig pengeboran
yang tepat berada di atasnya. Selanjutnya, asap beracun
keluar dan menyembur ke permukaan dari dalam lubang
tersebut. Untuk menghentikannya, pemerintah Uni Soviet
kemudian membakar lubang tersebut.
Kegagalan teknologi
The Great Garbage Patch, Amerika
Serikatb (kumpulan sampah plastik di
samudera pasifik)
Teknologi bidang industri plastik
ternyata tidak diimbangi dengan
teknologi daur ulang plastik. Tempat
ini adalah TPA yang terbesar di dunia.
Dikenal dengan istilah Pacific Trash
Vortex, tempat ini memiliki 3,5 juta ton
lebih sampah di mana 90% adalah
plastik yang berputar di antara pulau
atau laut Hawaii dan Kalifornia.
Luasnya mencapai 2 kali negara Texas.
Kegagalan teknologi
Lumpur Lapindo, Sidoardjo Jawa
Timur

Lumpur Lapindo yang masih


menyembur sejak tahun 2006 yang lalu
menyisakan duka bagi warga setempat.
Semburan lumpur PT Lapindo Brantas
yang menenggelamkan hingga satu
kecamatan, yang merupakan kesalahan
dan kelalaian industrial Lapindo dalam
eksplorasi dan eksploitasi gas serta
minyak bumi.
C. Bencana sosial

Bencana sosial adalah


bencana yang diakibatkan
peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan
oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas
masyarakat dan teror

Sumber: commons.wikimedia.org
B. SIKLUS PENANGGULANGAN BENCANA
Ada tiga tahapan penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Ketiga tahapan
itu adalah sebagai berikut.
1. Prabencana yang meliputi:
a. situasi tidak terjadi bencana;
b. situasi terdapat potensi bencana.
2. Tahap tanggap darurat yang dilakukan
dalam situasi terjadi bencana.
3. Pascabencana yang dilakukan setelah
terjadi bencana.
Prabencana yang meliputi:
a. situasi tidak terjadi bencana;
- Perencanaan penenggulngan bencana
- Pengurangan resiko bencana
- pencegahan
- Pemaduan dalam perencanaan pembangunan
- persyaratan analisis resiko bencana
- pelaksanaan dan penegakan rencana tata raung
- Pendidikan dan pelatihan
- persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
b. Situasi terdapat potensi bencana:

- Kesiapsiagaan

- Peringatan dini
- Mitigasi bencana
Tahap Tanggap Darurat
Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana

Tahap Pasca Bencana


Meliputi : rehabilitasi dan rekonstruksi.
Skema Rencana Penanggulangan Bencana
Perencanaan penanggulangan
bencana disusun berdasarkan
hasil analisis risiko bencana
dan upaya
penanggulangannya. Setiap
rencana dalam perencanaan
ini merupakan
program/kegiatan yang terkait
dengan pencegahan, mitigasi
dan kesiapsiagaan.
Mekanisme Kesiapan dan Penanggulangan
Dampak Bencana
Pada tahap prabencana di mana tidak terjadi bencana, penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi:
1) perencanaan penanggulangan bencana
2) pengurangan risiko bencana;
3) pencegahan;
4) pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
5) persyaratan analisis risiko bencana;
6) pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
7) pendidikan dan pelatihan;
8) persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
Tahap Prabencana

Pada tahap prabencana di


mana ada potensi bencana,
penyelenggaraan
penanggulangan bencana
meliputi:
1) kesiapsiagaan;
2) peringatan dini;
3) mitigasi bencana.
Sumber: commons.wikipedia.org
Situasi tidak terjadi bencana

Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan pada tahapan ini


adalah:

1.membuat peta atau denah wilayah yang sangat rawan terhadap


bencana
2.pembuatan alarm bencana
3.membuat bangunan tahan terhadap bencana tertentu
4.memberi penyuluhan serta pendidikan yang mendalam terhadap
masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana.
Tahap tanggap darurat
Tanggap darurat bencana adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan.
Tanggap darurat bencana meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana Sumber: commons.wikimedia.org

dan sarana.
Contoh Tahap Tanggap Darurat
1. Menyelamatkan diri dan orang terdekat.
2. Jangan panik.
3. Untuk bisa menyelamatkan orang lain, anda harus dalam kondisi
selamat.
4. Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa
barang-barang apa pun.
5. Lindungi diri dari benda-benda yang mungkin melukai diri
Pascabencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada
tahap pascabencana meliputi rehabilitasi dan
rekonstruksi. Mekanisme penanggulangan bencana
terbagi ke dalam tiga tahapan berikut:
• Pada saat prabencana, fungsi BPBD ( Badan
Penanggulangan Bencana Daerah) bersifat
koordinatif dan pelaksana.
• Pada saat darurat, fungsi BPBD (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah) bersifat
koordinatif, komando, dan pelaksana.
• Pada saat pascabencana, fungsi BPBD (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah) bersifat
koordinatif dan pelaksana.
Tahap Pasca Bencana(Rehabilitasi & Rekonstruksi)
1.Bantuan Darurat
1. Mendirikan pos komando bantuan
2. Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan Bencana (SATKORLAK PBP) dan
pemberi bantuan yang lain.
3. Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos koordinasi.
4. Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
5. Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.
6. Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.
7. Mencari, mengevakuasi, dan makamkan korban meninggal.
2.Inventarisasi kerusakan
1. Pada tahapan ini dilakukan pendataan terhadap berbagai kerusakan yang terjadi, baik bangunan, fasilitas
umum, lahan pertanian, dan sebagainya.
3.Evaluasi kerusakan
1. Pada tahapan ini dilakukan pembahasan mengenai kekurangan dan kelebihan dalam penanggulangan
bencana yang telah dilakukan. Perbaikan dalam penanggulangan bencana diharapkan dapat dicapai pada
tahapan ini.
4.Pemulihan (Recovery)
1. Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi lingkungan yang rusak atau kacau
akibat bencana seperti pada mulanya. Pemulihan ini tidak hanya dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi
korban yang terkena bencana juga diberikan pemulihan baik secara fisik maupun mental.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
1. Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi kepercayaan dan melibatkan
seluruh komponen masyarakat utamanya korban bencana. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pemetaan
wilayah bencana.
2. Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem pengelolaan lingkungan
3. Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap
4. Relokasi korban dari tenda penampungan
5. Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana
6. Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka menengah
7. Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja
8. Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah sakit dan pasar mulai dilakukan
9. Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau pendampingan.

6. Rekonstruksi
Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik,
sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya

7. Melanjutkan pemantauan
Wilayah yang pernah mengalami sebuah bencana memiliki kemungkinan besar akan mengalami kejadian yang
sama kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan terus-menerus untuk meminimalisir dampak bencana
tersebut.
memberikan perlindungan kepada
Tujuan Penanggulangan masyarakat dari ancaman bencana;

Bencana
menyelaraskan peraturan perundang-
undangan yang sudah ada;

menjamin terselenggaranya
penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;

menghargai budaya lokal;

membangun partisipasi dan kemitraan


publik serta swasta
C. PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA ALAM
DI INDONESIA
Kondisi geologis Indonesia yang berada
pada pertemuan Lempeng Indo-
Australia, Lempeng Eurasia, dan
Lempeng Pasifik dan diikuti oleh
kerusakan lingkungan menimbulkan
potensi rawan bencana alam di wilayah
Indonesia.

Persebaran wilayah rawan bencana di


Indonesia dapat dilihat dari peta indeks
Sumber: commons.wikipedia.org rawan bencana Indonesia berikut.
Perhitungan indeks
rawan bencana
Indonesia (IRBI)
merupakan suatu
perangkat analisis
kebencanaan yang
berbentuk indeks yang
menunjukkan riwayat
nyata kebencanaan yang
telah terjadi dan
menimbulkan kerugian.
D. LEMBAGA-LEMBAGA YANG BERPERAN DALAM
PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah

Sumber: commons.wikimedia.org Sumber: commons.wikimedia.org


Badan Nasional
Penanggulangan
Bencana (BNPB)

Lembaga Usaha
Sumber: commons.wikimedia.org Sumber: commons.wikimedia.org

Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah
Sumber: commons.wikimedia.org (BPBD)
Lembaga Internasional Sumber: commons.wikimedia.org
E. PENANGGULANGAN BENCANA ALAM MELALUI EDUKASI,
KEARIFAN LOKAL, DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI MODERN

Penanggulangan Bencana Alam


melalui Edukasi
Pendidikan kebencanaan dapat
dilakukan melalui kegiatan pendidikan
formal dan informal. Terkait dengan hal
ini, dalam Rencana Nasional
Penanggulangan Bencana 2010–2014,
telah direncanakan adanya
implementasi kesiapsiagaan bencana di
sekolah/madrasah. Sumber: commons.wikipedia.org
Penanggulangan Bencana Alam melalui Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah kekayaan


budaya setempat yang
mengandung kebijakan hidup,
pandangan hidup yang
mengakomodasi kebijakan dan
kearifan hidup. Beberapa kearifan
lokal yang berperan dalam
penanggulangan bencana antara
lain Subak (Bali), Nyabuk Gunung
(Jawa), dan Semong (Aceh).
Sumber: commons.wikimedia.org
Penanggulangan Bencana Alam melalui Kearifan Lokal
1.Nyabuk Gunung di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing atau Ngais Gunung di Jawa Barat
ataupun sengkedan di Bali ialah sistem pertanian dengan membuat terasering menjajaki garis
kontur gunung( contour planting). Kearifan lokal semacam ini bisa menghindari terbentuknya
tanah longsor.
2.Kearifan suku Mentawai di Sumatera Barat dalam aktivitas perladangan tidak mengenal sitem
tebas bakar.
3.Semong dalam cerita rakyat Aceh, Semong jadi semacam mitugasi bencana yang menyerukan
kepada penduduk buat lari ke bukit kala gempa.
4.Tradisi Tana’ Ulen suku Dayak Kenyah di kalimantan Timur yang melarang penduduk buat
menebang tumbuhan, membakar hutan, membuat ladang, serta melaksanakan aktivitas- aktivitas
lain yang memunculkan kehancuran hutan di dalam daerah tana’ ulen.
5.Subak di Bali yang mengelola irigasi buat sistem pertanian dengan melindungi penyeimbang
serta keharmonisan antarmanusia, alam serta Tuhan. Sistem pengairan ramah area ini di
Sulawesi diketahui dengan istilah Tolai, d Jawa Tengah dikenal dengan dharma tirta, serta di
Jawa barat dikenal dengan mitracai.
Penanggulangan Bencana Alam melalui Teknologi Modern

Contoh teknologi modern


dalam penanggulangan
bencana antara lain
• Teknologi modifikasi cuaca yang
diterapkan untuk
penanggulangan bencana asap
kebakaran lahan dan hutan.
• Sistem Indonesia Tsunami Early
Warning System untuk
mendeteksi ada atau tidaknya
gelombang tsunami.
Sumber: commons.wikimedia.org
Penanggulangan Bencana Alam melalui Teknologi Modern
Pondasi melayang
Konsep teknologi ini dikembangkan oleh para
ilmuwan Jepang di mana pondasi bangunan dapat
terangkat jika terdapat gempa. Sistem kerjanya
seperti ini: terdapat sensor yang dapat mendeteksi
gempa. Sensor itu tersambung dengan kompresor
udara di mana dalam waktu sekian detik akan
memompa udara yang mengangkat pondasi dan
bangunan jika terdapat gempa.

Hal itu akan mengisolasi bangunan itu dari tenaga


yang dapat menghancurkan. Ketika gempa berakhir,
kompresor akan mati dan pondasi akan kembali
seperti awal.
Penanggulangan Bencana Alam melalui Teknologi Modern
Penyerap goncangan
Teknologi ini sebenarnya telah digunakan
untuk mobil dan kendaraan lainnya, namun
masih jarang diterapkan kepada bangunan.
Menggunakan sistem kerja hidrolik, getaran
gempa akan disalurkan kepada penyerap
goncangan, memperlambat dan melemahkan
getaran magnitudo gempa sehingga tidak
merusak bangunan. Teknik ini
dinamakan damping dan umumnya dapat
ditemui di arsitek-arsitek modern.
Penanggulangan Bencana Alam melalui Teknologi Modern
Tenaga pendulum
Pernah lihat cara kerja pendulum yang digoyang
sebagaimanapun pada akhirnya akan kembali ke
tengah? Itulah konsep yang diterapkan para ilmuwan,
khususnya terhadap bangunan pencakar langit.

Saat terdapat aktifitas gempa, pendulum yang


terdapat dalam pondasi akan bergerak dengan arah
berlawanan hingga mengurangi energi gempa. Salah
satu gedung yang sudah menggunakan teknologi ini
adalah Taipei 101, gedung setinggi 508 meter dan
memiliki jumlah lantai sesuai namanya tersebut.
Penanggulangan Bencana Alam melalui Teknologi Modern
Mantel gempa yang tak terlihat
Konsep dari gempa adalah menyalurkan
gelombang layaknya ombak atau riak pada air.
Gelombang itu dirasa oleh para ilmuwan dapat
disalurkan dan mereka percaya dapat
menciptakan teknologi tersebut yang berupa
mantel tak terlihat.

Lewat mantel itu, gelombang gempa tidak dapat


menyalurkan energinya kepada bangunan dan
hanya sekedar melewatinya. Konsep ini sudah
diujicoba oleh para ilmuwan Prancis pada 2013
silam.

.
Penanggulangan Bencana Alam melalui Teknologi Modern

Buoy (pendeteksi gelombang tsunami)


F. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MITIGASI
BENCANA ALAM DI INDONESIA
Hak setiap anggota masyarakat adalah sebagai berikut.
A
Mendapatkan perlindungan sosial dan
rasa aman, khususnya bagi kelompok
masyarakat rentan bencana.
B
Mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan
keterampilan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
C Mendapatkan informasi secara tertulis
dan/atau lisan tentang kebijakan
penanggulangan bencana.
D
Berperan serta dalam perencanaan,
pengoperasian, dan pemeliharaan
program penyediaan bantuan
pelayanan kesehatan, termasuk
dukungan psikososial.
E
Berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan terhadap kegiatan
penanggulangan bencana, khususnya
yang berkaitan dengan diri dan
komunitasnya.
F
Melakukan pengawasan sesuai dengan
mekanisme yang diatur atas
pelaksanaan penanggulangan bencana.
G
Setiap orang yang terkena
bencana berhak
mendapatkan bantuan
pemenuhan kebutuhan dasar.

H
Setiap orang berhak untuk
memperoleh ganti kerugian
karena terkena bencana yang
disebabkan oleh kegagalan
konstruksi.
Sementara itu, kewajiban setiap orang adalah sebagai berikut.
Menjaga kehidupan sosial masyarakat
yang harmonis

Memelihara keseimbangan,
keserasian, keselarasan, dan
kelestarian fungsi lingkungan hidup

Melakukan kegiatan penanggulangan


bencana

Memberikan informasi yang benar


kepada publik tentang
penanggulangan bencana
Sumber: commons.wikimedia.org

Anda mungkin juga menyukai