DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1A
Adila Hardiani Razbi 4002190017
Ai Komariah 4002190016
Ainun Habibah 4002190056
Asep Gunawan 4002190142
Dea Dini Fithriani 4002190134
Della Meiriza N 4002190065
Dikna Febiana 4002190015
Elisa Salsyabila L 4002190061
Eneng Egga Martiantiny 4002190014
Rodum Al Ashar 4002190004
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
seminar ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini ditunjukan guna
memenuhi tugas yang diberikan oleh preceptor akademik dan preceptor CI klinik
IGD.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan
masukan dari preceptor akademik yaitu Putri Puspitasari,M.Kep dan Deris
Riyandi.,S.Kep.,Ners dan juga kepada preceptor klinik yaitu Setiaji,S.Kep.,Ners
yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah
ini baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik
dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari preceptor akademik dan preceptor klinik yang
bersangkutan serta rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.
Bandung, Maret
2023
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
2.1 Definisi..............................................................................................................3
2.2 Klasifikasi Gagal Nafas....................................................................................3
2.3 Etiologi..............................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis.............................................................................................6
2.5 Patofisiologi.......................................................................................................7
2.6 Gambar.............................................................................................................8
2.7 Penatalaksanaan...............................................................................................9
2.8 pemeriksaan penunjang / diagnostik..............................................................9
2.9 Asuhan keperawatan......................................................................................10
BAB III...........................................................................................................................22
KASUS & PEMBAHASAN...........................................................................................22
3.1 Pengkajian Pasien..........................................................................................22
3.2 PRIMARY SURVEY...........................................................................................23
3.3 SECONDARY SURVEY :.............................................................................25
3.4 ANALISA DATA............................................................................................31
3.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN..........................................................................32
3.6 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN...............................................33
3.7 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN..........................................................38
BAB IV............................................................................................................................40
PENUTUP.......................................................................................................................40
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................40
4.2 Saran...............................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut
adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang memiliki struktural dan
fungsional paru yang normal sebelum awitan penyakit muncul. Sedangkan
gagal nafas kronis adalah gagal nafas yang terjadi pada pasien dengan
penyakit paru kronis seperti bronkitis kronis,emfisema. Pasien mengalami
toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap.
Gagal napas timbul ketika pertukaran oksigen dengan karbondioksida
pada paru-paru tidak dapat mengimbangi laju konsumsi oksigen dan
produksi karbondioksida pada sel tubuh (Soemantri, 2007; 135). Gagal napas
terjadi apabila paru tidak dapat lagi menjalankan fungsi primernya dalam
melakukan pertukaran gas, yaitu oksigenasi daran arteri dan
pembuangan karbon dioksida. Hal ini akan mengakibatkan tegangan
oksigen arteri kurang dari 50 mmHg (hipoksemia) dan tekanan
karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia).
Gagal nafas dapat diakibatkan oleh kelainan pada paru, jantung, dinding
dada. otot pernafasan dan mekanisme pengendalian sentral ventilasi di medula
oblongata. Meskipun tidak dianggap sebagai penyebab langsung gagal nafas,
disfungsi dari jantung, sirkulasi paru, sirkulasi sistemik, transport oksigen
hemoglobin dan disfungsi kapiler sistemik mempunyai peran penting pada
gagal nafas. Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak
adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernafasan terletak di bawah batang otak(pons dan medulla).
Gagal nafas merupakan diagnosa klinis, namun dengan adanya analisa gas
darah(AGD), gagal nafas dipertimbangkan sebagai kegagalan fungsi
pertukaran gas yang nyata dalam bentuk kegagalan oksigenasi( hipoksemia)
atau kegagalan dalam pengeluaran CO: (hiperkapnia, kegagalan ventilasi) atau
merupakan kegagalan kedua fungsi tersebut.
2.1 Definisi
Definisi Gagal Nafas Kegagalan pernapasan adalah suatu kondisi dimana
oksigen tidak cukup masuk dari paru-paru ke dalam darah. Organ tubuh,
seperti jantung dan otak, membutuhkan darah yang kaya oksigen untuk
bekerja dengan baik. Kegagalan pernapasan juga bisa terjadi jika paru-paru
tidak dapat membuang karbon dioksida dari darah. Terlalu banyak karbon
dioksida dalam darah dapat membahayakan organ tubuh (Viswanatha & Putra,
2017).
Keadaan ini disebabkan oleh pertukaran gas antara paru dan darah yang
tidak adekuat sehingga tidak dapat mempertahankan pH, pO2, dan pCO2,
darah arteri dalam batas normal dan menyebabkan hipoksia tanpa atau disertai
hiperkapnia. Gagal napas merupakan suatu kondisi gawat darurat pada sistem
respirasi berupa kegagalan sistem respirasi dalam menjalankan fungsinya,
yaitu oksigenasi dan eliminasi karbon dioksida. Gagal nafas merupakan
diagnosa klinis, namun dengan adanya analisa gas darah (AGD), gagal nafas
dipertimbangkan sebagai kegagalan fungsi pertukaran gas yang nyata dalam
bentuk kegagalan oksigenasi (hipoksemia) atau kegagalan dalam pengeluaran
CO2 (hiperkapnia, kegagalan ventilasi) atau merupakan kegagalan kedua
fungsi tersebut (Viswanatha & Putra, 2017).
2.3 Etiologi
Penyebab dari gagal nafas menurut (Shebl & Burns, 2018) diantaranya:
1. Depresi sistem saraf pusat Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi
tidak adekuat. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernafasan, terletak
dibawah otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer Akan mempengaruhi fungsi pernapasan
menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke spinal
ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti
gangguan medulla spinalis, otototot pernafasan atau pertemuan
neuromuscular yang terjadi pada pernafasan akan sangat mempengaruhi
ventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumotoraks Merupakan kondisi yang
mengganggu ventilasi melalui pengahambatan ekspansi paru. Kondisi ini
biasanya diakibatkan penyakit paru yang mendasari, penyakit pleura atau
trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma Disebabkan oleh kendaraan motor dapat menjadi penyebab gagal
nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cedera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstuksi jalan
nafas atas dan depresi pernafasan. Hemothoraks, pneumotoraks dan fraktur
tulang iga dapat terjadi dan mungkin menyebabkan gagal nafas.
5. Penyakit akut paru Pneumoni disebabkan oleh bakteri atau virus.
Pneumoni kimiawi diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengiritasi
dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronchial, embolisme paru
dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyebabkan
menyebabkan gagal nafas.
6. Kelainan pada alveolus Kelainan pada alveolus yang mengakibatkan gagal
napas tipe 1 (hipoksemik) seperti pada kasus edema paru dan pneumonia
berat
1. Penyebab sentral
a. Trauma kepala : contusio cerebri
b. Radang otak : encephaliti
c. Gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
d. Obat-obatan : narkotika, anestesi
2. Penyebab perifer
a) Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle
relaxans
b) Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c) Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS edema
paru, atelektasis, ARDS
d) Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax,
Haematothoraks
e) Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
2.5 Patofisiologi
Gagal nafas merupakan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi paru yang
menyebabkan hipoksemia atau peningkatan produksi karbon dioksida dan
gangguan pembuangan karbon dioksida yang menyebabkan hiperkapnia.
Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru
kembali ke asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan
yang irreversibel. Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan
kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/menit. Kapasitas
vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg). Gagal nafas penyebab
terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan
nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di
bawah batang otak (pons dan medulla) (Lamba et al., 2016).
2.6 Gambar
Kelainan fungsi
Gg. Pengembangan paru, kolap silia sal pernafasan
alveoli
Peningkatan produksi
Ventilasi dan Ekspansi paru
sekret
perfusi tidak
seimbang
No Masalah
Data Fokus Pathway
. Keperawatan
1. Ds : Gagal Nafas Bersihan jalan
- Dispnea ↓ nafas tidak efektif
- Sulit Bicara Meningkatkan permeabilitas
- Ortopnea membrane alveolan kapiler
↓
Do : Gg. Endothelium kapiler
- Batuk tidak efektif ↓
- Tidak mampu batuk Cairan masuk ke intertisial
- Sputum berlebih ↓
- Mengi, wheezing dan ↑ Tahanan jalan nafas
atau ronkhi kering ↓
Kehilangan fungsi silia sal
pernafasan
↓
Peningkatan produksi sekret
↓
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
2. Ds ; Gagal Nafas Pola nafas tidak
- Ortopnea ↓ efektif
- Dispnea Meningkatkan permeabilitas
Do: membrane alveolan kapiler
- Pengguynaan otot ↓
bantu pernafasan Gg. Evitalium alveolar
- Fase ekpirasi ↓
memanjang Edema paru
- Pola napas abnormal ↓
(mis. Takipnea, ↓ comlain paru
bradipnea, ↓
hiperventilasi, ↓cairan surfaktan
kussmaul, cheyne- ↓
stokes) Gg.pengembangan paru, kolap
- Tekanan ekspirasi dan alveoli
inspirasi menurun ↓
- Kapastitas vital Ekpansi paru
menurun ↓
Pola nafas tidak efektif
3. Ds : Gagal Nafas Gangguan
- Dispneu ↓ pertukaran gas
- Pusing Meningkatkan permeabilitas
- Penglihatan kabur membrane alveolan kapiler
Do : ↓
- PCO2 Gg. Evitalium alveolar
meningkat/menurun ↓
- PO2 menurun Edema paru
- Takikardi ↓
- pH arteri ↓ comlain paru
meningkat/menurun ↓
- Bunyi nafas tambahan ↓cairan surfaktan
- Sianosis ↓
- Diaforesis Gg.pengembangan paru, kolap
- Gelisah alveoli
- Kesadaran menurun ↓
Ventilasi dan perfusi tidak
seimbang
↓
Gangguan pertukaran gas
4. - Mengeluh sulit Gagal nafas Gangguan
menggerakan ↓ mobilitas fisik
ekstremitas Pernafasan tidak adekuat
- Nyeri saat bergeran ↓
- Enggan melakukan Penurunan kesadaran
pergerakan ↓
- Merasa cemas saat Pergerakan terbatas
bergerak ↓
Do : Gangguan mobilitas fisik
- Kekuatan otot menurun
- Rentang gerak (ROM)
menurun
- Sendi kaku
- Gerakan tidak
terkoordinasi
- Gerakan lemah
- Fisik lemah
3. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi secret/mucus, keterbatasan gerakan dada, nyeri, kelemahan
dan kelelahan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan, penurunan
ekspansi paru
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran udara
ke alveoli atau kebagian utama paru
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran
4. Intervensi keperawatan
Perencanaan
Diagnosa
No Intervensi
Keperawatan Tujuan Rasional
Keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah Manajemen jalan 1. Untuk mengatsi
nafas tidak dilakukan nafas apakah adanya
efektf b/d tindakan Observasi gangguan pada pola
peningkatan keperawatan 1. Monitor poal nafas napas
produksi 3x24 jam (frekuensi, 2. Untuk mengetahui
secret/mucus, oksigenasi dan kedalaman, usaha apakah terdapat
keterbatasan eliminasi napas) terdapat bunyi
gerakan dada, karbondioksida 2. Monitor bunyi napas tambahan
nyeri, pada membran napas tambahan 3. Untuk mengetahui
kelemahan alveolus kapiler (mis. Gurgling, apakh terdapat
dan kelelahan normal dengan mengi, wheezing, perubahan warna
kriteria hasil : ronkhi kering) dan aroma pada
- batuk efektif 3. Monitor sputum sputum
- produksi (jumlah, warna, 4. Agar kepatenan
sputum aroma) jalan napas tetap
- mengi Terapeutik terjaga
- sianosis 4. Pertahankan 5. Agar pasien tidak
- gelisah kepatenan jalan terlalu merasakan
nafas dengan head- sesak yang dialami
til dan chin lift 6. Untuk mengurangi
(jaw-thrust jik rasa sakit yang
curiga trauma dirasakan
servikal) 7. Agar pasien
5. Posisikan semi mengerti sehingga
fowler atau fowler pada saat
6. Lakukan fisioterapi melakukan
dada tindakan berjalan
Edukasi dengan lancar
7. Ajarkan teknik 8. Agar dapat
batuk efektif meradakan gejala
Kolaborasi akibat penyempitan
8. Kolaborasi salura pernafasan
pemberian
bronkodilator
2. Pola nafas Setelah 1. Untuk
1. Monitor pola
tidak efektif dilakukan menentukan
napas, monitor
b/d. tindakan normal tidaknya
saturasi oksigen
kelelahan, keperawatan pola napas dan
2. Monitor
penurunan 3x24 jam saturasi oksigen
frekuensi,irama,ke
ekspansi paru inspirasi dan ( 95% )
dalaman pola
ekspirasi yang 2. Agar mengetahui
napas
tidak normal engganya
3. Monitor adanya
memberikan frekuensi,irama,d
sumbatan jalan
ventilasi adekuat an kedalaman
napas
membaik dengan pola napas
4. Monitor
kriteria hasil : 3. Untuk
kecepatan aliran
- Tidak menentukan
oksigen
adanya adanya sumbatan
5. Monitor tanda-
dispneu napas yang
tanda
- Tidak menyebabkan
hipoventilasi
menggun napas tidak efektif
6. Pertahankan
akan otot dan tindakan yang
kepatenan jalan
bantu dilakukan
napas
napas 4. Untuk menambah
7. Berikan Oksigen
- Frekuensi saturasi oksigen
sesuai kebutuhan
napas dan membantu
8. Atur interval
dalam pernafasan saat
pemantauan
rentang sesak
respirasi sesuai
normal 5. Untuk mengkaji
kondisi pasien
adanya tanda dan
gejala
hipoventilasi pada
pasien
6. Agar pola napas
teratur dan
meminimalisir
kesesakan
7. Untuk membantu
pernafasan
8. Agar mengetahui
normal atau
tidaknya respirasi
pada pasien
3. Gangguan Setelah 1. Monitor pola 1. Untuk menentukan
pertukaran dilakukan napas, monitor normal atau tidak
gas b/d tindakan saturasi oksigen pola napas dan
gangguan keperawatan 3 x 2. Monitor saturasi oksigen
aliran udara 24 jam frekuensi,irama,k ( 95% )
ke alveoli atau diharapkan edalaman pola 2. Agar mengetahui
kebagian karbondioksaida napas normal engganya
utama paru pada membran 3. Monitor adanya frekuensi,
alveolus – sumbatan jalan irama,dan
kapiler dalam napas kedalaman pola
batas normal 4. Monitor napas
dengan kriteria kecepatan aliran 3. Untuk melihat
hasil ; oksigen adanya sumbatan
- Tingkat 5. Monitor napas yang
kesadaran tanda"hipoventila menyebabkan
meningka si napas tidak efektif
t 6. Pertahankan dan tindakan yang
- Tidak kepatenan jalan dilakukan
dyspnea napas 4. Untuk menambah
- Tidak ada 7. Berikan Oksigen saturasi oksigen
bunyi sesuai kebutuhan dan pernapasan
nafas 8. Atur interval saat terjadi sesak
tambahan pemantauan 5. Untuk mengkaji
- Tidak respirasi sesuai adanya tanda
gelisah kondisi pasien gejala hipoventilasi
- Diaforesi 9. Bersihkan pada pasien
s sekret,pada mulut 6. Agar pola napas
- PCO2 hidung dan trakea teratur dan
dalam jika perlu meminimalisir
rentang 10. Kolaborasi kesesakan
normal penentuan dosis 7. Untuk membantu
- PO2 oksigen pernapasan
dalam 8. Agar mengetahui
rentang normal atau
normal tidaknya respirasi
pada pasien
9. Di lakukan
tindakan sucsion
Agar napas tidak
terhambat dan pola
napas bisa teratur
10. Untuk menentukan
kebutuhan oksigen
pada pasien
4. Gangguan Setelah 1. Identifikasi adanya 1. Untuk mengetahui
mobilitas fisik dilakukan keluhan nyeri atau nyeri dna kleuhan
b/d penurunan tindakan keluhan fisik fisik yang dirasakan
kesadaran keperawatan 3 x lainya oleh klien
24 jam 2. Identifikasi 2. Untuk mengethui
diharapkan toleransi fisik sejauh mana
mobilitas fisik melakukan gerakan kemampuan
meningkta 3. Monitor prekuensi melakukan ambulasi
dengan kriteria jantung dan 3. Terkontrolnya
hasil : tekanan frekuensi jantung
- Meningka darah,sebelum dan tekanan darah
tnya memulai sebelum ambulasi
pergeraka mobilisasi 4. Terkontrolnya
n 4. Monitor kondisi kondisi umum
ektremita umum selama selama melakukan
s melakukan ambulasi
- Meningkt mobilisasi 5. Agar ambulasi dapat
anya 5. Fasilitasi berjalan dan
kekuatan melakukan memandirikan
otot pergerakan jika pasien
- Berkuran perlu 6. Membantu pasien
gnya rasa 6. Anjurkan dalam emningkatkan
nyeri mobilisasi sebuah ambulasi
- Tidak sederhana yang 7. Mengertinya tujuan
adanya harus di lakukan dan prosedur
kaku ( duduk di tempat transportasi
sendi tidur)
- Gerakan 7. Jelaskam tujuan
tidak lagi dan prosedur
terbatas mobilisasi
- Tidak
adanya
kelemaha
n fisik
BAB III
PENGKAJIAN PASIEN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
1) Nama inisial : An. R
2) No. RM : 00273910
3) Usia : 12 Tahun, 8 Bulan, 5 Hari
4) Status perkawinan : Belum Menikah
5) Pekerjaan : Belum Bekerja
6) Agama : Islam
7) Pendidikan : Masih Sekolah
8) Suku : Sunda
9) Alamat rumah : Kp.Rancabogo Ngamprah Bandung
10) Sumber biaya : Jamkesda
11) Tanggal masuk RS : 27-02-2023
12) Diagnosa medis : Respiration Faillure
b. Identitas Penanggung Jawab
1) Nama : Ny. Iis
2) Umur : 59 Tahun
3) Hubungan dengan pasien : Nenek
4) Alamat :Kp.Rancabogo Ngamprah Bandung
3.2 PRIMARY SURVEY
PRIMARY SURVEY
Respon :
o Alert DIAGNOSA
TINDAKAN :
o Verbal KEPERAWATAN
o Pain
o Unresponsive
Airway :
o Bersih o Penurunan kesadaran o Suctioning
o Tidak Bersih b.d gangguan sirkulasi o OPA
Data lain yang mendukung : darah di otak o ETT
Saat bernafas seperti ada suara nafas o Bershihan jalan nafas
tambahan Rhonki
tidak efektif b.d
Pasien mengeluh batuk akhir-akhir ini
sekresi yang tertahan
Breathing : o Gangguan pertukaran
o Pergerakan Dada : gas b.d perubahan
Nafas Cepat dan Dangkal (Takipnea) membran alveolus-
o Frekuensi Nafas :
kapiler
32 x/menit
o Hipovolemia b.d
o Suara Nafas :
Ada bunyi suara nafas tambahan
(Rhonki)
o Perkusi Dada :
Redup
Data Lain Yang Mendukung :
SPO2 : 84%
Circulation :
o Nadi : 180 x/menit teraba lemah o Jumlah IV Line : 2
o Akral : dingin o Jenis Cairan : RL
o Kesadaran : 8 Sopor (E2, V3,M3) 40 Mg/KgBB/Jam x
o Tekanan Darah : 160/90 mmHg 2 + Bolus RL 400
o Suhu : 37,50c ml
o Kateter
Urine/diuresis :
150 cc
o Monitor EKG :
Disability :
o GCS : 3 koma (E1, V1,M1)
o Pupil : Ada refleks terhadap cahaya lewat
o Lateralisasi Motorik : Kekuatan otot
o Data lain yang mendukung : Terpasang IV line 2, NGT, Kateter, ETT
Exposure :
Wajah tampak pucat bengkak, Akralnya dingin, Tidak ada lesi disekitar tubuh
Evaluasi :
o Kesadan/GCS : 8 Sopor (E2, V3,M3)
o Tekanan Darah : 120/90 mmHg
o Nadi : 118 x/menit teraba lemah
o Respirasi : 24 x/menit
o Urin Output : 150 cc
o Suhu : 36,50c
o Kondisi pasien sudah lebih stabil dan sempat terbangun dan mengamuk
o Rawat R.PICU
Hasil Lab :
Hematologi
Hemoglobin 12,0 g/dl 11,8 – 15,0
Eritrosit 4,3 10^6/uL 4,0 – 5,5
Leukosit 24,48 10^3/uL 4,50 – 13,50
Hematokrit 36,7 % 33,0 – 45,0
Trombosit 67 10^3/uL 156 - 408
MCV,MCH,MCHC
MCV 84,6 fL 74,0 – 102,0
MCH 27,6 Pq 23,0 – 31,0
MCHC 32,7 g/dL 32,0 – 36,0
RDW 13,8 % 10,0 – 16,0
Hitung jenis
Basofil 0,3 % 0,0 – 1,0
Eosinofil 0,2 % 1,0 – 4,0
Neutrofil Segmen 73,8 % 50,0 – 80,0
Limfosit 20,0 % 25,0 – 50,0
Monosit 5,7 % 4.0
NLR 3,69
Program terapi :
1. Pemasangan infus anak
IV Line : 2
Jenis cairan : RL 40 Mg/KgBB/Jam x 2 + Bolus RL 400 ml
2. Pemasangan NGT
3. Pemasangan Cateter urine
4. Pemasangan OPA
5. Pemasangan ETT
6. Kolaborasi pemberian obat
o Diazepam 100 mg per-rectal
o Zybital 500 mg/iv bolus lambat
o Inj Paracetamol 1 gr/iv (extra)
3.4 ANALISA DATA
DIAGNOSA PERENCANAAN
No.
KEPERAWATAN
1 Penurunan kesadaran b.d Setelah dilakukan pengkajian Pencegahan aspirasi - Untuk mengetahui tingkat
gangguan sirkulasi darah selam 1x6 jam diharpkan kesadaran pasien
Observasi
di otak penurunan kesadaran dapat
- Untuk mengetahui tatus
teratasi dengan kriteria hasil: - Monitor tingkat kesadaran
pernafasan
- Tingkat kesadaran - Monitor tatus pernafasan
meningkat - Monitor
edukasi
Kolaborasi
- bertujuan untuk
meningkatkan konsentrasi
oksigen pasien dalam
pertukaran gas serta
meningkatkan saturasi
oksigen.
3.7 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI
PARAF
DX. /
IMPLEMENTASI RESPON (nama
KEPERAWATAN TGL/
perawat)
JAM
Penurunan Manajemen jalan - Pasien masih belum
kesadaran b.d nafas sadar penuh
gangguan sirkulasi observasi - Masih adanya retensi
darah di otak - mengidentifikasi sputum
kemampuan batuk
- Memoonitor adanya
retensi sputum
Pasien keluar :
Rawat inap di PICU/NICU
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kegagalan pernapasan adalah suatu kondisi dimana oksigen tidak
cukup masuk dari paru-paru ke dalam darah. Kegagalan pernapasan juga bisa
terjadi jika paru-paru tidak dapat membuang karbon dioksida dari darah.
Terlalu banyak karbon dioksida dalam darah dapat membahayakan organ
tubuh (Viswanatha & Putra, 2017). Keadaan ini disebabkan oleh pertukaran
gas antara paru dan darah yang tidak adekuat sehingga tidak dapat
mempertahankan pH, pO2, dan pCO2, darah arteri dalam batas normal dan
menyebabkan hipoksia tanpa atau disertai hiperkapnia.
4.2 Saran
Dapat dijadikan sebagai referensi guna mendukung penyusunan lebih
lanjut pada pasien yang tiba-tiba gagal nafas dan tindakan apa saja yang harus
utama dilakukan pada kegawatan tersebut. Dapat menerapkan tindakan non-
farmakologis dan kolaborasi dengan tindakan keperawatan dalam mencegah
penurunan saturasi oksigen dan perbaiakn TTV pada pasien terpasang ETT.
DAFTAR PUSTAKA
SLKI DPP PPNI 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta :
PPNI
SIKI DPP PPNI 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta
: PPNI
Hanif, Semedi. B. P., & Utariani, A. (2020). Laporan Kasus: Perawatan Gagal
Napas Akut Akibat Pneumonitis Lupus di Unit Perawatan Intensif dengan
Fasilitas Terbatas. Majalah Kesehatan, 7(1), 48-58
Dian nurita. 2019. Gagal Napas Sebagai Gejala Awal Emboli Paru