Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION


LBM 3
“Gas Pernafasan”

Disusun Oleh:

Nama : Nabila Araishabeby Yudhyatirta


NIM : 017.06.0055
Kelas :B
Tutor : dr, Dian Rahadianti, M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya saya dapat melaksanakan dan menyusun laporan Small Group
Discussion (SGD) LBM 3 yang berjudul “Gas Pernafasan” ini tepat pada
waktunya. Laporan ini ditulis untuk memenuhi persyaratan sebagai syarat nilai
SGD serta Pleno dalam Blok Respirasi 1. Dalam penyusunan laporan ini, saya
mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagaipihak.
Oleh karena itu, melalui kesampatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan kaporan ini dengan lancar.
2. dr, Dian Rahadianti, M.Biomed selaku Tutor serta Fasilitator Small Group
Discussion (SGD) kelompok 10
3. Bapak/Ibu dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar yang
memberikan masukan terkait laporan yang saya buat.
4. Kakak tingkat yang berkenan memberikan masukan terkait dengan laporan
yang telah saya buat.
5. Serta kepada teman-teman yang memberikan masukan dan dukungannya
kepada saya.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata saya berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang akan menggunakannya.

Mataram, 9 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Skenario ......................................................................................................... 1
1.2 Deskripsi Masalah ......................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Definisi, Konsep Dan Manfaat Difusi Gas .................................................... 3
2.2 Mekanisme Difusi Gas Pernapasan Pada Alveolus ....................................... 3
2.3 Konsep Dari Tekanan Persial Pada Proses Pertukaran Gas .......................... 5
2.4 Komposisi Dan Konsentrasi Darah Yang Teroksigenasi Dan Tidak ............ 7
Teroksigenasi....................................................................................................... 7
2.5 Faktor yang mempengaruhi difusi gas .......................................................... 7
2.6 Proses transport O2 dan CO2 dalam darah.................................................. 10
BAB III ................................................................................................................. 13
KESIMPULAN.................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario
LBM 3
GAS PERNAFASAN

Seorang mahasiswa FK Unizar sedang menjalani Blok mengenai system


respirasi. Mahasiswa tersebut sedang mempelajari suatu konsep yang agak sulit
dimengerti yaitu mengenai proses difusi gas pernapasan didalam alveolus.
Mahasiswa ini merasa penasaran, bagaimana gas seperti O2 dan CO2 dapat masuk
dan berpindah ke- dan dari dalam darah? Mengapa gas lain seperti nitrogen tidak
ikut masuk kedalam darah?. Bagaimanakah gas-gas tersebut dapat bergerak bebas
didalam darah sehingga bisa dialirkan keseluruh tubuh?

1
1.2 Deskripsi Masalah
Pada blok yang ditempuh yaitu blok respirasi 1 dimana merupakan blok
yang mempelajari mengenai sistem pernafasan, proses pengambilan O2 dari luar
tubuh dan pengeluaran CO2 dari dalam tubuh manusia. Tujuan dari seseorang
bernafas adalah untuk mendapatkan O2 yang selanjutnya akan dipergunakan untuk
menghasilkan energi. Selain itu respirasi juga bertujuan untuk mengeluarkan racun
serta CO2 dari dalam tubuh. mekanisme pertukaran gas ini dilakukan dengan
mekanisme difusi. Dari hasil diskusi pada SGD LBM 3 sesi 1 didapatkan empat
identifikasi masalah. Identifikasi masalah yang pertama adalah bagaimana gas
seperti O2 dan CO2 dapat masuk ke dalam darah. Hal seperti itu dapat tejradi karena
pada alveolus terdapat kapiler dan terjadi proses difusi. Kemudian yang selanjutnya
adalah mengapa nitrogen tidak dapat masuk ke dalam darah yaitu karna hal ini
terjadi karena hemoglobin hanya dapat mengikat O2 dan CO2 di dalam darah.
Bagaimana gas tersebut dapat bergerak bebas di dalam darah? Karena memiliki
ikatan molekul yang lebih renggang dan juuga krean gas memiliki sifat yang dapat
bergerak bebas kemana saja. Identifikasi masalah yang terkahir adalah mengapa
proses difusi gas berada dalam alveolus? Hal ini terjadi karena alveolus terdapat
pembuluh kapiler serta alveolus yang sangat tipis dan memungkinkan terjadinya
difusi atau perpindahan zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Topik ini
penting untuk dipahami agar dapat dengan lancar memahami materi di blok blok
selanjutnya,

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi, Konsep Dan Manfaat Difusi Gas


Difusi merupakan dari proses pasif dengan terjadinya perpindahan molekul
atau ion dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasirendah
hingga mencapai kesetimbangan. Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan kapiler
jaringan berlangsung secara difusi pasif sederhana O2 dan CO2 menuruni gradien
tekanan parsial. Peristiwa difusi merupakan peristiwa pasifyang tidak memerlukan
energi ekstra. Tidak terdapat mekanisme transport aktif dalam pertukaran gas-gas
ini. Suatu tekanan yang ditimbulkan secara independen atau tersendiri oleh masing-
masing gas dalam suatu campuran gas disebut dengan tekana parsial gas. Proses
difusi terjadi di zona respirasi yang terdiri dari bronkiolus respiratori, duktus
alveolar, sakus alveolar, dan alveolus (Putra, K. A. H. Astara, M. E. J. 2016).

3
2.2 Mekanisme Difusi Gas Pernapasan Pada Alveolus

Gambar 1. Mekanisme Difusi

4
Pertukaran gas paru adalah difusi O2 dari udara di alveolus paru ke darah di
kapiler paru serta difusi co2 dalam arah yang berlawanan. Pertukaran gas di paru
ini mengubah darah terdeoksigenasi (kandungan O2 berkurang) menjadi darah
beroksigen (jenuh oleh O2). Sewaktu mengalir melalui kapiler paru, darah
mengambil O2 dari udara alveolus dan mengeluarkan udara CO2 ke udara alveolus.
Meskipun mekanisme ini sering disebut dengan istilah pertukaran gas, masing-
masing gas berdifusi secara bebas dari tempat yang tekanan parsialnya lebih tinggi
ke tekanan parsialnya lebih rendah (Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014).
O2 berdifusi dari udara alveolus, tempat tekanan parsialnya adalah 105
mmHg, ke darah kapiler paru, tempat PO2-nya hanya 40 mmHg dalam keadaan
istirahat. Apabila baru berolahraga, PO2, bahkan akan lebih rendah karena serat-
serat otot yang berkontraksi menggunakan lebih banyak O2. Difusi berlanjuthingga
PO2 darah kapiler paru meningkat untuk menyamai PO2 udara alveolus, 105
mmHg. Darah yang meninggalkan kapiler paru dekat rongga udara alveolus
bercampur dengan sejumlah kecil darah yang telah mengalir melalui bagian
penghantar sistem pernapasan, tempat pertukaran gas tidak terjadi. Oleh sebab itu,
PO2 darah di vena pulmonalis sedikit lebih rendah daripada PO2 di kapiler paru,
yaitu sekitar 100 mmHg (Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014).
Sementara O2 berdifusi dari udara alveolus ke darah terdeoksigenasi, CO2
berdifusi dalam arah berlawanan. PCO2 darah terdeoksigenasi adalah 45 mmHg
pada keadaan istirahat, dan PCO2 udara alveolus adalah 40 mmHg. Karena
perbedaan PCO2 ini, karbon dioksida berdifusi dari darah terdeoksigenasi ke
alveolus sampai PCO2 darah turun menjadi 40 mmHg. Ekshalasi menyebabkan
PCO2 alveolus tetap 40 mmHg. Karenanya, darah beroksigen yang kembali ke
sisi kiri jantung dalam vena pulmonalis memiliki PCO2 40 mmHg. Jumlah kapiler
di dekat alveolus di paru sangatlah besar, dan darah mengalir cukup lambat melalui
kapiler-kapiler ini sehingga jumlah O2 yang dapat terserap maksimal. Sewaktu
olahraga berat, saat curah jantung meningkat, darah mengalir lebih cepat melalui
sirkulasi sistemik dan paru. Akibatnya, waktu transit darah di kapiler paru menjadi
lebih singkat. Namun PO2 darah di vena pulmonalis normalnya tetap mencapai 100
mmHg (Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014).

5
Ventrikel kiri memompa darah beroksigen ke dalam aorta dan melalui arteri
sistemik ke kapiler sistemik. Pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemikdan sel
jaringan disebut respirasi internal atau pertukaran gas sistemik. Sewaktu O2
meninggalkan aliran darah, darah beroksigen diubah menjadi darah
terdeoksigenasi. Tidak seperti respirasi eksternal, yang terjadi hanya di paru,
respirasi internal berlangsung di jaringan di seluruh tubuh. PO2 darah yang
dipompa ke dalam kapiler sistemik lebih tinggi (100 mmHg) daripada PO2 di sel
jaringan (40 mmHg saat istirahat) karena sel secara terus-menerus menggunakan
O2 untuk menghasilkan ATP. Karena perbedaan tekanan ini, oksigen berdifusi
keluar kapiler ke dalam sel jaringan dan PO2 darah turun menjadi 40 mmHg saat
darah keluar dari kapiler sistemik (Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014).
Sementara O₂ berdifusi dari kapiler sistemik ke dalam sel jaringan, CO₂
berdifusi dalam arah berlawanan. Karena sel jaringan terus-menerus menghasilkan
CO₂ , PO2 sel (45 mmHg saat istirahat) lebih tinggi daripada tekanannya di darah
kapiler sistemik (40 mmHg). Akibatnya, CO₂ berdifusi dari sel jaringan melalui
cairan interstisial ke kapiler sistemik sampai PO2 dalam darah meningkat menjadi
45 mmHg. Darah terdeoksigenasi kemudian kembali ke jantung dan dipompa ke
paru untuk siklus respirasi eksternal berikutnya (Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014).
Saat istirahat, sel jaringan rata-rata memerlukan hanya 25% dari O2 yang
tersedia dalam darah beroksigen. Meskipun dinamai emikian, darah terdeoksigenasi
mempertahankan 75% kandungan O2-nya. Sewaktu olahraga, lebih banyak O2
berdifusi dari darah ke dalam sel yang aktif bermetabolisme. Sel- sel aktif
menggunakan lebih banyak O2 untuk menghasilkan ATP, menyebabkan
kandungan O2 darah terdeoksigenasi turun di bawah 75% (Tortora, GJ, Derrickson,
B. 2014).

2.3 Konsep Dari Tekanan Persial Pada Pertukaran Gas


Tekanan parsial gas adalah suatu tekanan yang ditimbulkan secara
independen atau tersendiri oleh masing-masing gas dalam suatu campuran gas.
Tekanan disebabkan oleh berbagai benturan dari molekul molekul yang bergerak
pada suatu permukaan. Oleh karena itu, tekanan gas pada permukaan saluran
pernapasan dan alveoli adalah sebanding dengan jumlah kekuatan interaksi dari

6
seluruh molekul gas yang membentur permukaan pada keadaan tertentu. Hal ini
menandakan bahwa tekanan berbanding langsung dengan konsentrasi molekul-
molekul gas. Pada fisiologi pernapasan, banyak sekali campuran gas-gas terutama
oksigen, nitrogen, dan karbon dioksida. Kecepatan difusi masing-masing gas ini
berbanding langsung dengan tekanan yang disebabkan oleh gas itu sendiri, yang
disebut tekanan parsial gas (Putra, K. A. H. Astara, M. E. J. 2016), (Guyton, A.C.,
dan Hall, J.E. 2019).

Konsep tekanan parsial adalah sebagai berikut. Udara mempunyaiperkiraan


komposisi seperti berikut, nitrogen 79 persen dan oksigen 21 persen. Tekanan total
dari campuran ini pada ketinggian di atas permukaan laut kira-kira 760 mm Hg atau
sebanding dengan 1 atm. Dari deskripsi sebelumnya mengenai dasar molekular
tekanan telah jelas bahwa masing-masing gas berperan terhadap tekanan total
dengan perbandingan langsung terhadap konsentrasinya. Oleh karena itu, 79 persen
dari 760 mm Hg disebabkan oleh nitrogen (600 mm Hg), dan 21 persen oleh
oksigen (160 mm Hg). Dengan demikian, tekanan parsial nitrogen dalam campuran
adalah 600 mm Hg, dan tekanan parsial oksigen adalah 160 mm Hg tekanan
totalnya adalah 760 mm Hg, yakni penjumlahan dari tekanan parsial masing-
masing. Tekanan parsial masing-masing gas dalam campuran dinyatakan dengan
simbol PO2, PCO2, PN2, dan lain sebagainya (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).
Tekanan parsial pada proses pertukaran gas akan memengaruhi laju
pertukaran gas paru dan sistemik. PO2 yang ada pada alveolus harus lebih tinggi
7
dibandingkan dengan PO2 yang ada pada darah agar oksigen yang terkandung
dalam alveolus dapat berdifusi ke dalam darah. Difusi akan lebih cepat berlangsung
ketika perbedaan antara PO2 yang ada di alveolus dengan PO2 yang ada di darah
memiliki perbedaan yang tinggi. Dengan bertambahnya ketinggian suatu tempat,
maka tekanan atmosfernya akan semakin berkurang, demikian juga dengan tekanan
parsial O2 yang semula 159 mmHg pada permukaan laut berubah menjadi 110
mmHg pada 10.000 kaki, kemudian menurun lagi seiring bertambahnya ketinggian
(Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014).

8
2.4 Komposisi Dan Konsentrasi Darah Yang Teroksigenasi Dan Tidak
Teroksigenasi
Darah teroksigenasi merupakan darah yang mengandung banyak oksigen
(CO2). Darah teroksigenasi ini mengalir dari vena pulmonalis kemudian masuk ke
jantung melalui bilik kiri dan selanjutnya disebar ke seluruh jaringan tubuh melalui
bilik kiri jantung. Darah terdeoksigenasi merupakan darah yang memiliki
konsentrasi oksigen yang rendah dan cenderung kaya akan CO2. Darah ini mengalir
dari jaringan tubuh kemudian dibawa ke jantung untuk selanjutnya dibawa ke paru
paru untuk dikeluarkan melalui hidung (Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014).

Darah terdeoksigenasi yang kembali ke kapiler paru mengandung CO2


yang larut dalam plasma. CO2 berikatan dengan goblin sebagai
karbaminohemoglobin (HbCO2), dan CO2 bergabung dengan HCO3- di dalam sel
darah merah. Sel darah merah juga menyerap H+ yang Sebagian diantaranya
berikatana dan kareannya disangga oleh hemoglobin. Sewaktu darah melewati
kapiler paru, molekul-molekul CO2 yang terlarut dalam plasma darah dan CO2
yang terlepas dari bagian globinhemoglobin berdifusi ke dalam udara alveolus dan
dihembuskan keluar. Pada saat yang sama, O2 yang terhirup berdifusi dari udara ke
alveolus ke dalam sel darah merah dan berikatan dengan hemoglobin untuk
membentuk oksihemoglobin. Karbon dioksida juga dilepaskan dari HCO3- ketika
H+ berikatan dengan HCO3- di dalam sel darah merah. H2CO3 yang terbentuk dari
reaksi ini, kemudian terurai menjadi CO2 yang dihembuskan keluar dan H2O.
Sewaktu konsentrasinya turun di dalam sel darah merah di kapiler paru, hco3-
berdifusi masuk ke plasma darah, dipertukarkan dengan CL-. Pada akhirnya, darah
beroksigen yang meninggalkan paru memiliki kandungan O2yang lebih tinggi dan
kandungan CO2 dan H+ yang lebih rendah. Di kapiler sistemik, karena semua sel
menggunakan O2 yang menghasilkan CO2, reaksi- reaksi kimianya berbalik
(Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014).

2.5 Faktor mempengaruhi difusi gas

9
Keterangan:
D = Kecepatan difusi
P = Perbedaan tekanan parsial di kedua ujung jalur difusi
A = Luas penampang
S = Daya larut gas
d = Jarak difusi
MW = Berat molekul gas
Makin besar daya larut gas, makin banyak jumlah molekul yang tersedia
untuk berdifusi pada perbedaan tekanan parsial tertentu. Makin besar luas
penampang daerah difusi itu, makin besar jumlah total molekul yang berdifusi.
Sebaliknya, makin jauh jarak yang harus ditempuh oleh molekul, makin lama waktu
yang diperlukan oleh molekul tersebut untuk berdifusi. Akhirnya, makin besar
kecepatan gerakan kinetik molekul-molekul, yang berbanding terbalik dengan akar
pangkat dua berat molekul, makin besar kecepatan difusi gas itu. Semua faktor
tersebut dirumuskan dengan rumus yang ada diatas (Guyton, A.C., dan Hall, J.E.
2019).

A. Perbedaan tekanan parsial gas-gas


Tekanan parsial pada proses pertukaran gas akan memengaruhi laju
pertukaran gas paru dan sistemik. PO2 yang ada pada alveolus harus lebih tinggi
dibandingkan dengan PO2 yang ada pada darah agar oksigen yang terkandung
dalam alveolus dapat berdifusi ke dalam darah. Difusi akan lebih cepat berlangsung
ketika perbedaan antara PO2 yang ada di alveolus dengan PO2 yang ada di darah
memiliki perbedaan yang tinggi. Dengan bertambahnya ketinggian suatu tempat,
maka tekanan atmosfernya akan semakin berkurang, demikian juga dengan tekanan
parsial O2 yang semula 159 mmHg pada permukaan laut berubah menjadi 110
mmHg pada 10.000 kaki, kemudian menurun lagi seiring bertambahnya ketinggian

B. Luas permukaan yang tersedia untuk pertukaran gas

10
Alveolus memiliki luas permukaan yang amat luas yakni sekitar 70 m2.
Banyak kapiler yang mengelilingi permukaan alveolus sehingga setiap saat,
tersedia hingga 900 mL darah untuk ikut serta dalamn pertukaran gas. Penyakit paru
yang menyerang atau menurunkan luas permukaan fungsional membranrespiratorik
akan menurunkan laju respirasi eksternal.

C. Jarak difusi
Membran respiratorik memiliki ketebalan membran yang sangat tipis,
sehingga difusi berlangsung dengan sangat cepat. Kapiler juga juga demikian
sempit sehingga sel darah merah harus melaluinya satu per satu dan jarak difusi dari
ruang udara alveolus ke hemoglobin di dalam sel darah merah menjadiminimal.
Penimbunan cairan interstisial di antara alveolus, seperti penyakit edemaparu dapat
memperlambat laju pertukaran gas karena jarak difusi semakin bertambah.

D. Berat molekul dan kelarutan gas


O2 berdifusi menembus membran respiratori 1,2 kali lebih cepat dibandingkan
dengan CO2. Hal ini dikarenakan berat molekul O2 lebih rendah dibandingkan
dengan CO2. Namun kelarutan CO2 dalam bagian cair membran respiratorik
sekitar 24 kali lebih besar daripada O2. Dengan adanya kedua faktor ini, difusi
keluar CO2 netto terjadi 20 kali lebih cepat daripada difusi masuk O2 netto.
Karenanya, apabila difusi lebih lambat daripada normal, misalnya pada penyakit
emfisema atau edema paru, insufisiensi O2 (hipoksia) biasanya muncul sebelum
terjadinya retensi CO2 signifikan (hiperkapnia).
(Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014).

11
2.6 Proses transport O2 dan CO2 dalam darah

Gambar 2. Proses transport oksigen dan karbon dioksida


Oksigen tidak mudah larut dalam air sehingga hanya 1,55 dari o2 yang
dihirup larut dalam plasma darah, yang terutam beupa air. Sekitar 98,5% O2 darah
yang terikat ke hemoglobin dalam sel darah merah. Setiap 100 mL darah beroksigen
mengandung gas O2 yang ekuivalen dengan 20 mL. dengan menggunakan
persentase yang baru disajikan, jumlah O2 terlarut dalam plasma adalah 0,3 mL dan
jumlah O2 terikat ke hemoglobin adalah 19,7 mL. Sebanyak 98,5% O2 yang terikat
ke hemoglobin terperangkap di dalam sel darah merah sehingga hanya O2 terlarut
(1,5%) yang dapat berdifusi keluar kapiler jaringan ke dalam sel jarigan. Faktor
terpenting yang menentukan jumlah O2 yang berikatan

12
dengan hemoglobin adalah PO2. Semakin besar PO2, maka semakin banyak O2
yang terikat ke hemoglobin.

Pada kondisi istirahat normal, setiap 100 mL darah terdeoksigenasi


mengandung 53 mL gas CO2, yang diangkut dalam darah dalam 3 bentuk utama
yakni:

A. CO2 terlarut
CO2 merupakan persentase terkecil yakni sekitar 7% adalah CO2 yang
terlarut dalam plasma. Ketrika mencapai paru, bentuk ini berdifusi ke dalam udara
alveolus dan dikeluarkan.

B. Senyawa karbamino
Senyawa ini memiliki persentase yang lebih tinggi, sekitar 23%. Senyawa
karbamino berikatan dengan gugus amino dari asam amino dan protein dalam darah
untuk membentuk senyawa karbamino. Karena protein paling banyak dalamdarah
adalah hemoglobin. Sebagian besar CO2 yang diangkut dengan cara iniakan terikat
ke hemoglobin. Tempat utama pengikatan CO2 adalah asam-asam amino terminal
di dua rantai alfa dan dua rantai beta. Hemoglobin yang mengikat CO2 disebut
dengan karbaminohemoglobin.

C. Ion bikarbonat
Persentase terbesar CO2 sekitar 70% diangkut dalam plasma darah sebagai
ion bikarbonat. Sewaktu berdifusi ke dalam kapiler sistemik dan masuk ke sel darah
merah, co2 bereaksi dengan air berkat keberadaan enzim karbonat anhydrase (CA)
untuk membentuk asam karbonat yang terurai menjadi H+ dan HCO3-.

Darah terdeoksigenasi yang kembali ke kapiler paru mengandung CO₂ yang larut
dalam plasma darah. CO₂ berikatan dengan globin sebagai karbaminohemoglobin
(Hb-CO₂ ), dan CO₂ bergabung dengan HCO, di dalam sel darah merah. Sel darah
merah juga menyerap H+, yang sebagian di antaranya berikatan dan karenanya
disangga oleh hemoglobin (Hb-H). Sewaktu darah melewati kapiler paru, molekul
molekul CO₂ yang terlarut dalam plasma darah dan CO₂ yang terlepas dari bagian
globin hemoglobin berdifusi ke dalam udara alveolus dan dihembuskan keluar.

13
Pada saat yang sama, O₂ yang terhirup berdifusi dari udara alveolus ke dalam sel
darah merah dan berikatan dengan hemoglobin untuk membentuk oksihemoglobin
(Hb-O,). Karbon dioksida juga dibebaskan dari HCO3- ketika H+ berikatan dengan
HCO3- di dalam sel darah merah. H₂ CO3 yang terbentuk dari reaksi ini kemudian
terurai menjadi CO₂ yang dihembuskan keluar, dan H2O. Sewaktu konsentrasinya
turun di dalam sel darah merah di kapiler paru, HCO3- berdifusi masuk dari plasma
darah, dipertukarkan dengan Cl-. Pada akhirnya, darah beroksigen yang
meninggalkan paru memiliki kandungan O2 yang lebih tinggi dan kandungan CO₂
dan H+ yang lebih rendah. Di kapiler sistemik, karena semua sel menggunakan O2
dan menghasilkan CO₂ , reaksi-reaksi kimianya berbalik(Tortora, GJ, Derrickson,
B. 2014).

14
BAB III

KESIMPULAN

Sistem respirasi merupakan proses pertukaran gas yang terjadi di dalam


tubuh. respirasi memiliki tiga Langkah dasar, yakni ventilasi paru, respirasi
eksternal, dan respirasi internal. Ventilasi paru adalah mekanisme inhalasi dan
ekshalasi udara dan melibatkan pertukaran udara antara atmosfer dengan alveolus.
Respirasi eksternal merupakan pertukaran gas yang terjadi antara alveolus paru
dengan darah yang ada di kapiler paru yang melintasi membran pernafasan.
Respirasi eksternal adalah pertukaran gas yang terjadi antara kapiler jaringan
sistemik dengan sel jaringan. Dikatakan bahwa proses respirasi melintasi membran
pernafasan, membran pernafasan sendiri terdiri dari epitel alveoli, membran basal
alveoli, ruang interstisial, membran basal kapiler, serta membran endothel kapiler.
Disini akan terjadi mekanisme difusi. Difusi merupakan proses pasif dengan
terjadinya perpindahan molekul atau ion dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke
daerah dengan konsentrasi rendah hingga mencapai kesetimbangan. Dalam sistem
pernafasan dikenal istilah partial pressure of respiratory gases. Tekanan partial
adalah suatu tekanan yang ditimbulkan secara independen atau tersendiri oleh
masing-masing gas dalam suatu campuran gas. faktor yang memengaruhi difusi gas
adalah Luas permukaan, ketebalan membran, gradien tekanan parsial, serta
kelarutan gas. Konsep untuk memahami mengenai pertukaran gas adalah apabila
terjadi ketidakseimbangan ventilasi terutama pada aliran darah di alveolus = Va/Q
(Va= ventilasi alveolus; Q= Aliran darah paru). Perubahan pada PO2 akan
menyebabkan respons pada pembuluh darah paru. Perubahan pada PCO2 akan
mengakibatkan respons pada bronkus.

15
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Revisi
Berwarna Ke-13.

Muliarta, I Made, 2019, Fisiologi system respirasi. Penerbit: Swasta nulus

Sadler TW. 2014. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 12. Jakarta: EGC;

Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U. (2021). Atlas Anatomi Manusia
Prometheus: Organ Dalam (5 ed.). EGC.

Sherwood, L.Z., 2019. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed: 9. Jakarta: EGC

Snell R.S. (2011). Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Alih Bahasa: Liliana
Sugiharto. Editor Edisi Bahasa Indonesia: Ardy Suwahjo, Yohanes
Antoni, Liestyawan. Jakarta: EGC, 2011; 67-69, 83-87.

Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014. Principles of Anatomy & Physiology 13th


Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Suwardianto, H. (2018). Pelatihan Penangganan Korban Tersedak Terhadap


Pemahaman Tujuan, Prosedur, Kewaspadaan, Dan Evaluasi Tindakan.
Jurnal Penelitian Keperawatan, 4(2).

Tarigan, A. B. B. 2019. Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Pertolongan


Pertama Pada Batita Tersedak Di Desa Tuntungan Ii Tahun 2019.

Putra, K. A. H. Astara, M. E. J. (2016). Fisiologi Ventilasi dan Pertukaran Gas.


Kepaniteraan Klinik Madya Di Smf/Bagian Anestesiologi Dan Terapi
Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rsup Sanglah Denpasar

iii

Anda mungkin juga menyukai