Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN SMALL GROUP DISCUSSION LBM 1

BLOK SP RESPIRASI 1

Disusun oleh :

NAMA : Isnatiya Noviana


NIM : 020.06.0037
KELOMPOK SGD :1
KELAS :A
TUTOR : dr. Rohmatul Hajiriah Nurhayati, S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2021

1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjat kan kehadirat tuhan yang mahaesa karena atas
rahmat-nya penulis dapat melaksanakan dan menyusun makalah yang berjudul “Small Group
Discussion Lbm 1”.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan sebagai syarat nilai SGD. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
tulus kepada:
1. dr. Rohmatul Hajiriah Nurhayati, S.Ked selaku Fasilitator SGD kelompok 1 yang
senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan SGD.
2. Bapak/ ibu dosen universitas islam al-azhar yang telah memberikan masukan terkait
makalah yang penulis buat.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Mataram, 17 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
- Skenario LBM 1 4
- Deskripsi masalah 5
BAB II
- Pembahasan LBM 1 6
BAB III
- Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO LBM 1
Difsui Gas Pernafasan

Seorang mahasiswa FK Unizar sedang menjalani Blok mengenai system respirasi.


Mahasiswa tersebut sedang mempelajari suatu konsep yang agak sulit dimengerti yaitu mengenai
proses difusi gas pernafasan didalam alveolus. Mahasiswa ini merasa penasaran, bagaimana gas
seperti O2 dan CO2 dapat masuk dan berpindah ke- dan dari- dalam darah? Mengapa gas lain
seperti nitrogen tidak ikut masuk kedalam darah? Bagaimanakah gas-gas tersebut dapat bergerak
bebas didalam darah sehingga bisa dialirkan keseluruh tubuh?

4
DESKRIPSI MASALAH
Dari skenario dijelaskan bahwa seorang mahasiswa merasa penasaran, bagaimana gas
seperti O2 dan CO2 dapat masuk dan berpindah ke- dan dari- dalam darah dan mengapa gas lain
seperti nitrogen tidak ikut masuk kedalam darah. Bagaimana gas-gas tersebut dapat bergerak
bebas didalam darah sehingga bisa dialirkan keseluruh tubuh. Pemakaian oksigen (O2) dan
pengeluaran karbondioksida (CO2) diperlukan untuk menjalankan fungsi normal sel dalam
tubuh, akan tetapi sebagian besar sel-sel tubuh tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas
langsung dengan udara, hal ini disebabkan oleh sel-sel yang letaknya sangat jauh dari tempat
pertukaran gas tersebut. Dengan demikian, sel-sel tersebut memerlukan struktur tertentu untuk
menukar maupun untuk mengangkut gas-gas tersebut. Proses memperoleh O2 untuk digunakan
oleh sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang diproduksi oleh sel tersebut disebut sebagai proses
respirasi atau pernapasan. Sistem respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh
yang merupakan parameter kesehatan manusia. (Muliarta. 2019:3)
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi yaitu pertama gradient tekanan parsial O2 dan
CO2, dimana aju transfer meningkat seiring dengan meningkatnya gradient tekanan parsial. Hal
ini sebagai penentu utama laju transfer. Kedua luas permukaan membrane alveolus-kapiler, yaitu
laju transfer akan berbanding lurus dengan luas permukaan, ketika laju transfer meningkat maka
luas permukaan juga akan meningkat. Ketiga ketebalan membrane alveolus-kapiler, yaitu dimana
laju transfer akan menurun seiring dengan menigkatnya ketebalan. Keempat yaitu konstanta
difusi, diaman laju transfer akan meningkat seiring dengan menigkatnya konstanta difusi atau
berbanding lurus. Konstanta difusi untuk CO2 adalah 20 kali lipat daripada O2, mengatasi
gradient tekanan parsial yang lebih kecil untuk CO2, karena itu jumlah CO2 dan O2 yang
dipindahkan menembus membrane hampir sama. (Muliarta. 2019:3)
Proses pengangkutan CO2, ketika darah arteri mengalir melalui kapiler jaringan, CO2
berdifusi menuruni gradien tekanan parsial dari sel jaringan ke dalam darah. Karbon dioksida
dianglut oleh darah dalam tiga acara yaitu larut secara fisik, terikat ke hemogloblin, dan sebagai
bikarbonat. Sejauh ini cara yang paling penting untuk mengangkut CO2 adalah sebagi bikarbonat
(HCO3+), dengan 60% CO diubah menjadi HCO3 - oleh reaksi kimia berikut, yang berlangsung di
dalam sel darah merah. (Muliarta. 2019:3)

5
BAB II
PEMBAHASAN
PROSES METABOLISME DALAM TUBUH
Metabolisme yaitu merupakan sekumpulan reaksi kimia yang terjadi pada makhluk hidup
untuk menjaga kelangsungan hidup. Reaksi-reaksinya meliputi sintesis molekul besar menjadi
molekul yang lebih kecil (anabolisme) dan penyusunan molekul besar dari molekul yang lebih
kecil (katabolisme). Beberapa reaksi kimia tersebut antara lain respirasi, glikolisis, fotosintesis
pada tumbuhan, dan sintesis protein. Metabolisme tubuh bekerja melalui dua proses, yaitu
katabolisme dan anabolisme, yang terjadi secara bersamaan. Katabolisme adalah proses
pengolahan dan pemecahan nutrisi serta pembakaran kalori dari makanan untuk kemudian
digunakan oleh tubuh sebagai energi. Melalui proses metabolisme, kandungan protein di dalam
makanan dan minuman diubah menjadi asam amino, lemak diubah menjadi asam lemak, dan
karbohidrat diubah menjadi gula sederhana (glukosa). Kemudian, tubuh akan menggunakan gula,
asam amino, dan asam lemak sebagai sumber energi saat dibutuhkan. Zat-zat tersebut diserap
dari sistem pencernaan ke dalam darah dan didistribusikan ke sel-sel tubuh. Proses metabolisme
gula menjadi energi disebut glikolisis. (Ezekia, Kevin. 2017)
Anabolisme merupakan proses memperbarui dan memperbaiki sel-sel tubuh melaui
pembakaran kalori menggunakan energi yang dihasilkan tubuh melalui proses katabolisme. Jika
kita mengonsumsi lebih banyak kalori dari makanan atau minuman, maka tubuh akan
menyimpan kelebihan energi yang dihasilkan sebagai jaringan lemak. Metabolisme berperan
mengubah zat-zat makanan seperti: glukosa, asam amino, dan asam lemak menjadi senyawa-
senyawa yang diperlukan untuk proses kehidupan seperti: sumber energi (ATP). Energinya yaitu
berguna untuk aktivitas otot, sekresi kelenjar, memelihara membran potensial sel saraf dan sel
otot, sintesis substansi sel. Zat-zat lain yang berasal dari protein berguna untuk pertumbuhan dan
reparasi jaringan tubuh. Hasil metabolisme tersebut kemudian dimanfaatkan oleh tubuh untuk
berbagai keperluan antara lain: sumber energi, mengganti jaringan yang rusak, pertumbuhan,
dsb. (Ezekia, Kevin. 2017)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUKARAN O2 PADA ALVEOLI


Oksigen yang diserap oleh darah di paru harus diangkut ke jaringan untuk digunakan oleh
sel. Sebaliknya, CO2 yang diproduksi di tingkat sel harus diangkut ke paru untuk dikeluarkan.

6
Sebagian besar O2 dalam darah diangkut dalam keadaan terikat hemoglobin. Oksigen terdapat
dalam darah dalam dua bentuk: larut secara fisik dan secara kimiawi berikatan dengan
hemoglobin. Sangat sedikit O2 yang larut secara fisik dalam air plasma karena O2 kurang larut
dalam cairan tubuh. Jumlah yang larut berbanding lurus dengan PO2 darah: semakin tinggi PO2,
semakin banyak O2 yang larut. Pada PO2 arteri normal sebesar 100 mm Hg, hanya 3 mL 02
dapat larut dalam 1 liter darah. Karena itu, hanya 15 mL O2 /mnt yang dapat larut dalam aliran
darah paru normal 5 liter/ mnt (curah jantung istirahat). Bahkan dalam keadaan istirahat, sel-sel
menggunakan 250 mL O2/mnt, dan konsumsi dapat meningkat hingga 25 kali lipat selama
olahraga berat. Untuk menyalurkan O2 yang dibutuhkan oleh jaringan bahkan dalam keadaan
istirahat, curah jantung harus sebesar 83,3 liter/mnt jika O2 hanya dapat diangkut dalam bentuk
terlarut. Jelas bahwa harus ada mekanisme lain untuk mengangkut O2 ke jaringan. Mekanisme
ini adalah hemoglobin (Hb). Hanya 1,5% O2 dalam darah yang larut; sisa 98,5%-nya diangkut
dalam ikatan dengan Hb. O2 yang terikat ke Hb tidak ikut membentuk PO2 darah; karena itu,
PO2 darah bukan ukuran kandungan O2 total darah, melainkan hanya ukuran bagian O2 yang
larut. (Sherwood 2014:508)

(Sherwood 2014:508)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUKARAN CO2 DAN O2 DALAM


JARINGAN
Perubahan pada kecepatan pertukaran gas dalam keadaan normal ditentukan terutama

7
oleh perubahan gradien tekanan parsial antara darah dan alveolus karena faktor-faktor lain
relative konstan dalam keadaan istirahat. Namun, pada keadaan ketika faktor-faktor lain ini
mengalami perubahan, perubahan tersebut mengubah kecepatan transfer gas di paru. (Sherwood,
hal:506)

(Sherwood, hal:506)

Efek luas permukaan pada pertukaran gas, laju pertukaran gas berbanding lurus dengan
luas permukaan tempat pertukaran gas tersebut terjadi. Selama olahraga, luas permukaan yang
tersedia untuk pertukaran dapat ditingkatkan untuk meningkatkan pemindahan gas. Dalam
keadaan istirahat, sebagian kapiler paru biasanya tertutup karena tekanan sirkulasi paru yang
rendah biasanya tidak dapat menjaga semua kapiler agar tetap terbuka. Selama olahraga, saat
tekanan tekanan darah paru meningkat karena bertambahnya curah jantung, banyak kapiler paru
yang semula tertutup menjadi terbuka. Hal ini meningkatkan luas perukaan darah yang tersedia
untuk pertukaran. Selain itu, membran alveolus lebih teregang daripada normal selama olahraga
karena volume tidal yang lebih besar (bernapas dalam). Peregangan ini menambah luas
permukaan alveolus dan mengurangi ketebalan membran alveolus. Secara kolektif, perubahan-
perubahan ini mempercepat pertukaran gas selama olahraga. (Sherwood, hal:507)
Efek ketebalan pada pertukaran gas, kurang adekuatnya pertukaran gas juga dapat terjadi

8
akibat ketebalan sawar yang memisahkan udara dan darah bertambah secara patologis. Dengan
bertambahnya ketebalan, kecepatan pemindahan gas berkurang karena gas memerlukan waktu
yang lebih lama untuk berdifusi menembus ketebalan yang lebih besar. Ketebalan meningkat
pada (1) edema paru, yaitu akumulasi berlebihan cairan interstisium antara alveolus dan kapiler
paru akibat peradangan paru atau gagal jantung kongestif sisi kiri. (2) fibrosis paru, yaitu
penggantian jaringan paru oleh jaringan ikat tebal sebagai respons terhadap iritasi kronik
tertentu; dan (3) pneumonia, yang ditandai oleh akumulasi cairan peradangan di dalam atau
sekitar alveolus. (Sherwood, hal:507)
Efek konstanta difusi pada pertukaran gas, kecepatan pemindahan gas berbanding lurus
dengan konstanta difusi, yaitu suatu konstanta yang berkaitan dengan kelarutan gas tertentu di
jaringan paru dan dengan berat molekulnya. Konstanta difusi untuk CO2 adalah 20 kali lipat
daripada untuk O2 karena CO2 jauh lebih mudah larut dalam jaringan tubuh dibandingkan O2.
Karena itu, kecepatan difusi CO2 menembus membran pernapasan 20 kali lebih cepat
dibandingkan dengan O2 untuk gradien tekanan parsial yang sama. Perbedaan dalam konstanta
difusi ini dalam keadaan normal mengimbangi perbedaan dalam gradien tekanan parsial yang
terdapat untuk O2 dan CO2 menembus membran kapiler alveolus. Gradien tekanan parsial CO2
adalah 6 mm Hg (PCO2 di darah 46 mm Hg; PCO2 di alveolus 40 mm Hg), dibandingkan
dengan gradien 02 sebesar 60 mm Hg (PO2 di alveolus 100 mm Hg; PO2 di darah 40 mm Hg).
(Sherwood, hal:507)

MEKANISME DIFUSI
Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari
bagianberkonsentrasi tinggi ke bagian berkonsentrasi rendah. Sedangkan osmosis adalah
perpindahan airmelalui membran semipermeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian
yang lebih pekat. Difusi bergantung pada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik. Energi
untuk proses difusiadalah energi kinetik yang normal ditimbulkan akibat pergerakan suatu bahan.
Difusi yang melewati membran sel dibagi menjadi dua subtipe yaitu difusi sederhana dan difusi
fentilasi. (Kustiyah, 2007)

9
(Kustiyah, 2007)
Difusi sederhana artinya pergerakan kinetik molekul atau ion melewati membran sel
tidak bereaksi dengan protein carier yang ada di membran sel kecepatan difusi sederhana
ditentukan dari jumlah substansi yang ada , kecepatan gerakan kinetik bahan, jumlah dan ukuran
dari pori 13 pada membran sel yang akan dilewati oleh bahan itu. Pada difusi sederhana, proses
difusi terjadi melalui dua jalan yaitu melalui lapisan lipid jika zat itu terlarut dalam lemak dan
melalui saluran air atau protein. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu
ukuran partikel, ketebalan membran, luas suatu area, jarak dan suhu. Semakin kecil ukuran
partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
Semakin tebal membran dan besar luas area serta semakin besarnya jarak antara dua konsentrasi,
menyebabkan semakin lambat kecepatan difusinya. Begitu pula dengan besarnya luas dan
tingginya suhu akan menyebabkan bertambah cepatnya laju difusi. (Kustiyah, 2007)

TEKANAN PARSIAL CO2 DAN O2


Tekanan parsial, udara atmosfer adalah campuran gas; udara kering tipikal mengandung
sekitar 79% nitrogen (N2) dan 21% O2, dengan persentase CO2, uap H2O, gas lain, dan polutan
hampir dapat diabaikan. Secara keseluruhan gas-gas ini menimbulkan tekanan atmosfer total
sebesar 760 mm Hg di permukaan laut. Tekanan total ini sama dengan jumlah tekanan yang
disumbangkan oleh tiap-tiap gas dalam campuran. Tekanan yang ditimbulkan oleh gas tertentu
berbanding lurus dengan persentase gas tersebut dalam campuran udara total. Setiap molekul
gas, berapa pun ukurannya, menimbulkan tekanan yang sama; sebagai contoh, sebuah molekul
N2 menimbulkan tekanan yang sama dengan sebuah molekul O2. Karena 79% udara terdiri dari

10
molekul N2, 79% dari 760 mm Hg tekanan atmosfer, atau 600 mm Hg, ditimbulkan oleh
molekulmolekul N2. (Sherwood, 2018:504)
Demikian juga, karena O2 membentuk 21% atmosfer, 21% dari 760 mm Hg tekanan
atmosfer, atau 160 mm Hg, ditimbulkan oleh O2 (Gambar 13-21). Tekanan yang ditimbulkan
secara independen oleh tiap-tiap gas dalam suatu campuran gas dikenal sebagai tekanan parsial,
yang dilambangkan oleh Pgas. Karena itu, tekanan parsial O2 dalam udara atmosfer, PO2,
normalnya adalah 160 mm Hg. Tekanan parsial CO2 atmosfer, PCO2, hampir dapat diabaikan
(0,23 mm Hg). Gas-gas yang larut dalam cairan misalnya darah atau cairan tubuh lain juga
menimbulkan tekanan parsial. Semakin besar tekanan parsial suatu gas dalam cairan, semakin
banyak gas tersebut larut. (Sherwood, 2018:504)
Gradien tekanan parsial, perbedaan dalam tekanan parsial antara darah kapiler dan
struktur sekitar dikenal sebagai gradient tekanan parsial. Terdapat gradien takanan parsial antara
udara alveolus dan darah kapiler paru. Demikian juga, terdapat gradient tekanan parsial antara
darah kapiler sistemik dan jaringan sekitar. Suatu gas selalu berdifusi menuruni gradien tekanan
parsialnya dari daerah de dengan tekanan parsial tinggi ke daerah dengan tekanan parsial yang
lebih rendah, serupa dengan difusi menuruni gradient konsentrasi. (Sherwood, 2018:504)

MEKANISME TRANSPORT DALAM DARAH.


Sistem peredaran darah pada pada arteri yaitu dibedakan menjadi: (1) Sistem peredaran
darah kecil (sistem peredaran paru-paru) yang dimana merupakan sistem peredaran yang
membawa darah dari jantung ke paru-paru kembali lagi ke jantung. Pada hal ini terjadi difusi gas
di paru-paru, yang mengubah darah yang banyak mengandung CO2 dari jantung menjadi O2
setelah keluar dari paru-paru. Mekanisme aliran darah yaitu: Ventrikel kanan jantung –> Arteri
pulmonalis –> paru-paru –> vena pulmonalis –> atrium kiri jantung. (2) Sistem peredaran darah
besar (peredaran darah sistemik) ini merupakan sistem peredaran darah yang membawa darah
yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Darah yang keluar dari jantung banyak
mengandung oksigen. Mekanisme aliran darah yaitu: Ventrikel kiri –> aorta –> arteri superior
dan inferior –> sel / jaringan tubuh –> vena cava inferior dan superior –> atrium kanan jantung.
(3) Sistem peredaran portal Sistem peredaran darah yang menuju ke alat-alat pencernaan menuju
ke hati, sebelum kembali ke jantung. pembuluh darah portal berwarna coklat karena banyak
mengandung nutrient. (Muliarta, I Made. 2019)

11
BAB III
KESIMPULAN
Difusi merupakan proses pertukaran gas yang terjadi pada paru-paru dan jaringan. Pada
jaringan oksigen akan berdifusi dari kapiler jaringan ke sel jaringan dan karbondioksida dari sel
jaringan ke kapiler jaringan, sedangkan pada paru-paru oksigen akan berdifusi dari alveolus ke
kapiler pulmonal dan karbondioksida dari kapiler pulmonal ke alveolus. Hal tersebut terjadi
karena adanya perbedaan tekanan parsial, di mana gas yang bertekanan tinggi akan menuju ke
tekanan yang lebih rendah. Difusi itu sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, anatara
lain: gradient tekanan parsial O2 dan CO2, luas permukaan membrane alveolus-kapiler, ketebalan
membrane alveolus-kapiler, dan konstanta difusi.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ezekia, Kevin. 2017. Metabolisme. FK UNUD RSUP Sanglah.

Guyton and Hall. 2016. “Textbook Of Medical Physiology”. Edisi 12. Elsevier. Jakarta: EGC

Kustiyah. 2007. Miskonsepsi Difusi dan Osmosis Pada Siswa MAN Model Palangkaraya. Jurnal

Ilmiah Guru Kanderang Tingang 1 : 24-37.

Muliarta, I Made. 2019. “Fisiologi Sistem Respirasi. Departemen Ilmu Faal, Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana. Swasta Nulus: Denpasar, Bali.

Sherwood, L. (2018). “Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem”. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Tortora, Gerard J. 2016. “Dasar Anatomi dan Fisiologi: Pemeliharaan dan Kontinuitas Tubuh

Manusia”. Volume 2 Edisi 13. Jakarta: EGC

13

Anda mungkin juga menyukai