Anda di halaman 1dari 14

KURVA DISOSIASI OKSIGEN HEMOGLOBIN

Oleh:

Eliza Trise Novella (2210070200077)

Preseptor :

dr. Ade Ariadi, Sp. An

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ANESTESI


FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RSUD M.NATSIR SOLOK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-

Nyasehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat ini dengan judul “Kurva Disosiasi

Oksigen Hemoglobin” yang merupakan salahsatu tugas kepaniteraan klinik dari bagian anestesi.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada dr. Ade Ariadi, Sp. An

selaku pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat waktu

demi memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu

penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Solok, 14 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 LatarBelakang ............................................................................................... 1
1.2 TujuanPenulisan ............................................................................................ 2
1.3 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUANPUSTAKA ....................................................................................... 3


2.1 Oksigen Dalam Darah ................................................................................... 3
2.2 Kurva Disosiasi Oksigen Hemoglobin ........................................................... 7
2.3 Efek Bohr ...................................................................................................... 9
2.4 Faktor-faktor Yang Meggeser Kurva Disosiasi Oksigen Hemoglobin ............ 9

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 13


3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Oksigen adalah komponen yang penting dalam proses metabolisme. Manusia memperoleh

oksigen melalui gas yang dihirup dari udara bebas. Gas dapat bergerak dari satu tempat ke

tempat lain dengan difusi. Gerakan tersebut disebabkan oleh perbedaan tekanan dari tempat satu

ketempat lain. Gas dari udara bebas masuk ke dalam alveolus karena adanya perbedaan tekanan

antara udara bebas dan alveolus.1

Persentase hemoglobin yang membawa oksigen tergantung pada beberapa faktor yang

mempengaruhinya. Namun faktor yang paling penting adalah tekanan parsial oksigen (PO2).

Terdapat hubungan yang langsung, namun tidak linier antara saturasi oksigen dan tekanan parsial

oksigen. Hubungan ini digambarkan dalam kurva dissosiasi oksihemoglobin.Kurva disosiasi

oksigen hemoglobin memiliki dampak fisiologis yang penting.1,2

Kurva disosiasi oksigen-hemoglobin (kurva oksigen-hemoglobin) adalah grafik yang

menunjukkan hubungan antara saturasi hemoglobin dengan oksigen (SO2) di dalam darah

dengan tekanan parsial oksigen (PO2) di lingkungan sekitarnya. Kurva ini memberikan gambaran

tentang sejauh mana hemoglobin di dalam sel darah merah mampu mengikat dan melepaskan

oksigen dalam respons terhadap variasi tekanan oksigen.3

Posisi kurva menunjukkan sejauh mana hemoglobin dapat melepaskan oksigen ke jaringan

pada berbagai tekanan oksigen di sekitarnya. Ini penting untuk memastikan bahwa sel-sel tubuh

menerima suplai oksigen yang cukup. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kurva yaitu

4
suhu, pH, dan konsentrasi karbon dioksida dapat memengaruhi bentuk kurva. Ini mencerminkan

adaptasi hemoglobin terhadap kondisi lingkungan di dalam tubuh. 3

1.2 Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian anestesi RSUD
M. Natsir dan di harapkan agar dapat menambah pengetahuan penulis serta sebagai bahan
informasi bagi para pembaca, khususnya kalangan medis tentang “Kurva Disosiasi Oksigen
Hemoglobin”.

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini:

1. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis mengenai Kurva Disosiasi Oksigen Hemoglobin

2. Sebagai proses pembelajaran bagi mahasiswa yang menjalankan kepaniteraan klinik

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Oksigen Dalam Darah

Oksigen yang berada di dalam darah pada kondisi bebas dan tidak terikat disebut oksigen

terlarut. Volume gas yang terlarut di dalam suatu cairan tergantung pada koefisien kelarutan gas

tersebut pada cairan tertentu. Gas dengan koefisien kelarutan yang tinggi mempunyai volume

terlarut yang lebih besar daripada gas dengan koefisien kelarutan yang lebih rendah meskipun

keduanya memiliki tekanan parsial yang sama. 1

Oksigenasi pada pembuluh darah arteri dan vena sering dilibatkan dalam evaluasi

oksigenasi sistemik. Pengukuran relevan kadar Oksigen (O 2) dalam darah meliputi tekanan

parsial O2 (PO2), saturasi O2 di hemoglobin (SO2), konsetrasi ikatan Hb dengan O2 dan O2 yang

terlarut dalam plasma, serta total konsentrasi O2. Oksigenasi pada hemoglobin (Hb) dievaluasi

dengan fraksi Hb dalam darah yang tersaturasi penuh oleh O 2 SO2 adalah rasio antara Hb yang

teroksigenasi dengan total Hb dalam darah yang disajikan dalam bentuk persentase.3

Koefisien kelarutan oksigen didalam darah pada suhu 370C adalah 0,003 ml O2 /100 ml

darah/mmHg. Sehingga ketika PO2 100 mmHg, maka volume oksigen yang terlarut 0,3 vol%.

Terdapat hubungan yang linier antara PO2 dan jumlah oksigen yang terlarut, dimana semakin

tinggi PO2 maka jumlah oksigen yang terlarut semakin besar. Volume oksigen yang terlarut

sangat tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan matabolisme tubuh. Namun di dalam darah

terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme tubuh dan kemudian melepaskannya pada jaringan dengan mudah. 1,2

6
Hemoglobin menempati sepertiga dari komponen intraseluler eritrosit. Hemoglobin juga

memberikan karakteristik warana merah pada darah. Konsentrasi normal hemoglobin 15 g/100

ml pada laki-laki dan 13-14 g/100 ml pada wanita. Setiap molekul hemoglobin mampu mengikat

empat molekul oksigen. Hemoglobin yang telah mengikat oksigen disebut oksihemoglobin.

Persentase hemoglobin yang membawa oksigen di dalam pembuluh darah arteri disebut saturasi

oksigen (SaO2).1,2

2.2 Kurva Disosiasi Oksigen Hemoglobin

Hemoglobin adalah suatu protein tetramerik eritrosit yang mengikat molekul bukan

protein, yaitu senyawa porfirin besi yang disebut heme. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,

apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Afinitas

oksigen terhadap hemoglobin harus diketahui karena suplai oksigen untuk jaringan dan

pengambilan oksigen oleh paru-paru sangat tergantung pada hubungan tersebut.3

Kurva disosiasi oksigen-hemoglobin (kurva oksigen-hemoglobin) adalah grafik yang

menunjukkan hubungan antara saturasi hemoglobin dengan oksigen (SO 2) di dalam darah

dengan tekanan parsial oksigen (PO2) di lingkungan sekitarnya. Kurva ini memberikan gambaran

tentang sejauh mana hemoglobin di dalam sel darah merah mampu mengikat dan melepaskan

oksigen dalam respons terhadap variasi tekanan oksigen. 1,2

Ketika darah berada di paru-paru dengan tingkat oksigen yang tinggi, hemoglobin akan

mengikat oksigen dengan kuat, sehingga kurva disosiasi oksigen-hemoglobin akan mencapai

puncaknya. Sebaliknya, ketika darah mengalir ke jaringan tubuh yang memerlukan oksigen,

hemoglobin akan melepaskan oksigen dengan lebih mudah, dan kurva akan menunjukkan

penurunan saturasi hemoglobin seiring penurunan tekanan oksigen. 1,2

7
Kurva oksihemoglobin tergeser kekanan apabila pH darah menurun atau PCO2 meningkat.

Dalam keadaan ini pada PO2 tertentu afinitas hemoglobin terhadap oksigen berkurang sehingga

oksigen dapat ditranspor oleh darah berkurang. Pergaseran kurva sedikit kekanan akan

membantu pelepasan oksigen kejaringan- jaringan. Pergeseran ini dikenal dengan nama Efek

bohr.1,2

Sebaliknya, penigkatan pH darah (alkalosis) atau penurunan PCO2, suhu, dan 2,3-DPG akan

menyebabkan pergeseran kurva disosiasi oksihomoglobin kekiri. Pergeseran kekiri menyebabkan

peningkatan afinitas hemoglobin terhadap oksigen, akibatnya uptake oksigen dalam paru-paru

meningkat apabila terjadi pergaserankekiri, tetapi pelepasan oksigen ke jaringan-jaringan

terganggu.1,2

Gambar 1. Kurva Disosiasi Oksigen Hemoglobin

8
Kurva Disosiasi Oksigen yang berbentuk sigmoid ini secara fisiologis menguntungkan

karena bagian puncak kurva yang mendatar memungkinkan jumlah oksigen arteri tetap tinggi

dan stabil walaupun terjadi perubahan tekanan parsial oksigen. Sebaliknya bagian tengah dari

kurva yang terlihat curam memungkinkan penglepasan oksigen dengan mudah pada perubahan

tekanan parsial oksigen yang kecil.2

2.3 Efek Bohr

Efek Bohr pertama kali dijabarkan oleh ilmuwan Denmark bernama Christian Bohr. Beliau

menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi proton dan/atau CO2 akan menurunkan daya serap

hemoglobin terhadap oksigen. Peningkatan rasio plasma CO2 juga akan menurunkan pH darah

oleh karena sifat antagonis antara proton dan karbondioksida. Peningkatan CO2 ini akan

mempengaruhi kurva oksigen terlarut dalam darah. Pergeseran kurva ke sebelah kanan berarti

suatu pengurangan dalam afinitas dari hemoglobin untuk oksigen. Efek fasilitas transport

oksigen seperti hemoglobin membungkus oksigen di dalam paru-paru, tetapi kemudian

melepaskan ke jaringan- jaringan yang paling membutuhkan oksigen. Ketika jaringan tersebut

metabolismnya meningkatan, produksi karbon dioksidanya pun meningkat. Karbon dioksida

dengan cepat dijadikan molekul bikarbonat dan proton asam oleh enzim karbonik anhydrase. Hal

ini menyebabkan pH jaringan menurun dan juga meningkatkan oksigen terlarut dari hemoglobin,

memperbolehkan jaringan tersebut memperoleh oksigen yang cukup sesuai kebutuhannya. Kurva

disosiasi bergeser ke kanan ketika karbon dioksida atau konsentrasi ion hydrogen meningkat.1,3

2.4 Faktor-faktor yang Menggeser Kurva Disosiasi Oksigen-Hemoglobin

Efektifitas ikatan hemoglobin dan oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

ini juga yang kemudian mengubah kurva disosiasi. Pergeseran kurva ke kanan disebabkan oleh

9
peningkatan suhu, peningkatan 2,3-DPG, peningkatan PCO2, atau penurunan pH. Untuk kondisi

sebaliknya, kurva bergeser ke kiri. Pergeseran kurva ke kanan menyebabkan penurunan afinitas

hemoglobin terhadap oksigen. Sehingga hemoglobin sulit berikatan dengan oksigen

(memerlukan tekanan parsial yang tinggi bagi hemoglobin untuk mengikat oksigen).1,2

Pergeseran kurva ke kiri dan peningkatan afinitas tampak memberikan manfaat bagi pasien

karena hemoglobin dapat mengikat oksigen lebih mudah. Bagaimanapun, hemoglobin telah

tersaturasi 97 % dengan afinitas yang normal,sehingga tidak terdapat penambhan oksigen yang

cukup bermakna dengan adanya pergeseran kurva ke kiri. Bahkan, peningkatanafinitas Hb-O ini

dapat mengganggu pelepasan oksigen ke dalam jaringan dan padaumumnya menimbulkan

dampak yang merugikan. Di sisi lain, penurunan afinitas Hb-O dan pergeseran kurva ke

kanan,biasanya meningkatkan pelepasan oksigen ke jaringan dan sering merupakan mekanisme

kompensasi yang berharga.2,3

Pergeseran kurva ke kanan menyebabkan seseorang dengan PO2 90 mmHg mampu

meningkatkan pelepasan oksigen hingga 60%. Namun, pergeseran ini akan memiliki dampak

yang merugikan ketika seseorang memiliki PO2 kurang dari 60 mmHg. Ketika terjadi

hipoksemia, pergeseran kurva ke kanan dapat menurunkan masuknya oksigen ke dalam darah

dengan cukup bermakna. Kerugian ini sepertinya lebihberat daripada manfaatnya. DPG normal

dalam darah mempertahankan kurva disosiasi oksigen-hemoglobin sedikit bergeser ke kanan

setiap saat. Tetapi, pada keadaan hipoksia yang berlangsung lebih dari beberapa jam, jumlah

DPG akan meningkat, dengan demikian, menggeser kurva disosiasi oksigen- hemoglobin lebih

ke kanan. Ini menyebabkan oksigen dilepaskan ke jaringan pada tekanan oksigen 10 mmHg lebih

besar daripada keadaan tanpa peningkatan DPG ini. Pada beberapa keadaan, hal ini dapat

menjadi suatu mekanisme penting untuk menyesuaikan diri terhadap hipoksia, khususnya

10
terhadap hipoksia akibat aliran darah jaringan yang kurang baik. Namun, adanya kelebihan DPG

juga akan menyulitkan hemoglobin untuk bergabung dengan oksigen dalam parubila PO2

alveolus dikurangi, dengan demikian kadang-kadang menimbulkanresiko juga selain manfaat.

Oleh karena itu pergeseran kurva disosiasi DPG memberi manfaat pada keadaan tertentu tetapi

merugikan pada keadaan lain.2,3

Pergeseran kurva disosiasi oksigen-hemoglobin sebagai respon terhadap perubahan karbon

dioksida dan ion hidrogen memberi pengaruh penting dalam meninggikan oksigenasi darah

dalam paru serta meningkatkan pelepasan oksigen dari darah dalam jaringan. Ini disebut Efek

Bohr , dan dapat dijelaskan sebagai berikut: Ketika darah melalui paru, karbon dioksida berdifusi

dari darah ke dalam alveoli.Ini menurunkan PCO 2 darah dan konsentrasi ion hidrogen sebagai

akibat penurunan asam karbonat darah. Efek dari dua keadaan ini menggeser kurva disosiasi

oksigen-hemoglobin ke kiri dan ke atas. Oleh karena itu, jumlahoksigen yang berikatan dengan

hemoglobin menyebabkan PO2 alveolus meningkat, dengan demikian transpor oksigen ke

jaringan lebih besar. Biladarah mencapai jaringan kapiler, terjadi efek yang tepat

berlawanan.Karbon dioksida yang memasuki darah dari jaringan menggeser kurva kekanan,

memindahkan oksigen dari hemoglobin ke jaringan dengan PO2 yang lebih tinggi.1,2,3

11
Gambar 2. Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kurva

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kurva disosiasai oksigen adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara saturasi

oksigen atau kejenuhan hemoglobin terhadap oksigen dengan tekanan parsial oksigen pada

ekuilibrium yaitu pada keadaan suhu 37o C, pH 7.40 dan Pco2 40 mmHg. Ketika darah berada di

paru-paru dengan tingkat oksigen yang tinggi, hemoglobin akan mengikat oksigen dengan kuat,

sehingga kurva disosiasi oksigen-hemoglobin akan mencapai puncaknya.

Kurva oksihemoglobin tergeser kekanan apabila pH darah menurun atau PC02 meningkat.

Dalam keadaan ini pada P02 tertantu afinitas hemoglobin terhadap oksigen berkurang sehingga

oksigen dapat ditranspor oleh darah berkurang. Sebaliknya, penigkatan pH darah (alkalosis) atau

penurunan PCO2, suhu, dan 2,3-DPG akan menyebabkan pergeseran kurva disosiasi

oksihomoglobin kekiri.Pergeseran kekiri menyebabkan peningkatan afinitas hemoglobin

terhadap oksigen. Akibatnya uptake oksigen dalam paru-paru meningkat apabila terjadi

pergaseran kekiri, tetapi pelepasan oksigen ke jaringan-jaringan terganggu.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2011). Textbook of Medical Physiology. Saunders.

2. Murray, R. K., Bender, D. A., Botham, K. M., Kennelly, P. J., Rodwell, V. W., & Weil,

P. A. (2018). Harper's Illustrated Biochemistry. McGraw-Hill Education.

3. Rehatta, N. M, Hanindito, E., & Tantri, A. R. (2019). Anestesiologi dan Terapi Intensif :

Buku Teks KATI-PERDATIN. Gramedia pustaka utama.

14

Anda mungkin juga menyukai