Oleh:
Preseptor :
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nyasehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat ini dengan judul “Kurva Disosiasi
Oksigen Hemoglobin” yang merupakan salahsatu tugas kepaniteraan klinik dari bagian anestesi.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada dr. Ade Ariadi, Sp. An
selaku pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat waktu
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu
penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Oksigen adalah komponen yang penting dalam proses metabolisme. Manusia memperoleh
oksigen melalui gas yang dihirup dari udara bebas. Gas dapat bergerak dari satu tempat ke
tempat lain dengan difusi. Gerakan tersebut disebabkan oleh perbedaan tekanan dari tempat satu
ketempat lain. Gas dari udara bebas masuk ke dalam alveolus karena adanya perbedaan tekanan
Persentase hemoglobin yang membawa oksigen tergantung pada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Namun faktor yang paling penting adalah tekanan parsial oksigen (PO2).
Terdapat hubungan yang langsung, namun tidak linier antara saturasi oksigen dan tekanan parsial
menunjukkan hubungan antara saturasi hemoglobin dengan oksigen (SO2) di dalam darah
dengan tekanan parsial oksigen (PO2) di lingkungan sekitarnya. Kurva ini memberikan gambaran
tentang sejauh mana hemoglobin di dalam sel darah merah mampu mengikat dan melepaskan
Posisi kurva menunjukkan sejauh mana hemoglobin dapat melepaskan oksigen ke jaringan
pada berbagai tekanan oksigen di sekitarnya. Ini penting untuk memastikan bahwa sel-sel tubuh
menerima suplai oksigen yang cukup. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kurva yaitu
4
suhu, pH, dan konsentrasi karbon dioksida dapat memengaruhi bentuk kurva. Ini mencerminkan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian anestesi RSUD
M. Natsir dan di harapkan agar dapat menambah pengetahuan penulis serta sebagai bahan
informasi bagi para pembaca, khususnya kalangan medis tentang “Kurva Disosiasi Oksigen
Hemoglobin”.
1. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis mengenai Kurva Disosiasi Oksigen Hemoglobin
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Oksigen yang berada di dalam darah pada kondisi bebas dan tidak terikat disebut oksigen
terlarut. Volume gas yang terlarut di dalam suatu cairan tergantung pada koefisien kelarutan gas
tersebut pada cairan tertentu. Gas dengan koefisien kelarutan yang tinggi mempunyai volume
terlarut yang lebih besar daripada gas dengan koefisien kelarutan yang lebih rendah meskipun
Oksigenasi pada pembuluh darah arteri dan vena sering dilibatkan dalam evaluasi
oksigenasi sistemik. Pengukuran relevan kadar Oksigen (O 2) dalam darah meliputi tekanan
parsial O2 (PO2), saturasi O2 di hemoglobin (SO2), konsetrasi ikatan Hb dengan O2 dan O2 yang
terlarut dalam plasma, serta total konsentrasi O2. Oksigenasi pada hemoglobin (Hb) dievaluasi
dengan fraksi Hb dalam darah yang tersaturasi penuh oleh O 2 SO2 adalah rasio antara Hb yang
teroksigenasi dengan total Hb dalam darah yang disajikan dalam bentuk persentase.3
Koefisien kelarutan oksigen didalam darah pada suhu 370C adalah 0,003 ml O2 /100 ml
darah/mmHg. Sehingga ketika PO2 100 mmHg, maka volume oksigen yang terlarut 0,3 vol%.
Terdapat hubungan yang linier antara PO2 dan jumlah oksigen yang terlarut, dimana semakin
tinggi PO2 maka jumlah oksigen yang terlarut semakin besar. Volume oksigen yang terlarut
sangat tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan matabolisme tubuh. Namun di dalam darah
terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh dan kemudian melepaskannya pada jaringan dengan mudah. 1,2
6
Hemoglobin menempati sepertiga dari komponen intraseluler eritrosit. Hemoglobin juga
memberikan karakteristik warana merah pada darah. Konsentrasi normal hemoglobin 15 g/100
ml pada laki-laki dan 13-14 g/100 ml pada wanita. Setiap molekul hemoglobin mampu mengikat
empat molekul oksigen. Hemoglobin yang telah mengikat oksigen disebut oksihemoglobin.
Persentase hemoglobin yang membawa oksigen di dalam pembuluh darah arteri disebut saturasi
oksigen (SaO2).1,2
Hemoglobin adalah suatu protein tetramerik eritrosit yang mengikat molekul bukan
protein, yaitu senyawa porfirin besi yang disebut heme. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,
apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Afinitas
oksigen terhadap hemoglobin harus diketahui karena suplai oksigen untuk jaringan dan
menunjukkan hubungan antara saturasi hemoglobin dengan oksigen (SO 2) di dalam darah
dengan tekanan parsial oksigen (PO2) di lingkungan sekitarnya. Kurva ini memberikan gambaran
tentang sejauh mana hemoglobin di dalam sel darah merah mampu mengikat dan melepaskan
Ketika darah berada di paru-paru dengan tingkat oksigen yang tinggi, hemoglobin akan
mengikat oksigen dengan kuat, sehingga kurva disosiasi oksigen-hemoglobin akan mencapai
puncaknya. Sebaliknya, ketika darah mengalir ke jaringan tubuh yang memerlukan oksigen,
hemoglobin akan melepaskan oksigen dengan lebih mudah, dan kurva akan menunjukkan
7
Kurva oksihemoglobin tergeser kekanan apabila pH darah menurun atau PCO2 meningkat.
Dalam keadaan ini pada PO2 tertentu afinitas hemoglobin terhadap oksigen berkurang sehingga
oksigen dapat ditranspor oleh darah berkurang. Pergaseran kurva sedikit kekanan akan
membantu pelepasan oksigen kejaringan- jaringan. Pergeseran ini dikenal dengan nama Efek
bohr.1,2
Sebaliknya, penigkatan pH darah (alkalosis) atau penurunan PCO2, suhu, dan 2,3-DPG akan
peningkatan afinitas hemoglobin terhadap oksigen, akibatnya uptake oksigen dalam paru-paru
terganggu.1,2
8
Kurva Disosiasi Oksigen yang berbentuk sigmoid ini secara fisiologis menguntungkan
karena bagian puncak kurva yang mendatar memungkinkan jumlah oksigen arteri tetap tinggi
dan stabil walaupun terjadi perubahan tekanan parsial oksigen. Sebaliknya bagian tengah dari
kurva yang terlihat curam memungkinkan penglepasan oksigen dengan mudah pada perubahan
Efek Bohr pertama kali dijabarkan oleh ilmuwan Denmark bernama Christian Bohr. Beliau
menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi proton dan/atau CO2 akan menurunkan daya serap
hemoglobin terhadap oksigen. Peningkatan rasio plasma CO2 juga akan menurunkan pH darah
oleh karena sifat antagonis antara proton dan karbondioksida. Peningkatan CO2 ini akan
mempengaruhi kurva oksigen terlarut dalam darah. Pergeseran kurva ke sebelah kanan berarti
suatu pengurangan dalam afinitas dari hemoglobin untuk oksigen. Efek fasilitas transport
melepaskan ke jaringan- jaringan yang paling membutuhkan oksigen. Ketika jaringan tersebut
dengan cepat dijadikan molekul bikarbonat dan proton asam oleh enzim karbonik anhydrase. Hal
ini menyebabkan pH jaringan menurun dan juga meningkatkan oksigen terlarut dari hemoglobin,
memperbolehkan jaringan tersebut memperoleh oksigen yang cukup sesuai kebutuhannya. Kurva
disosiasi bergeser ke kanan ketika karbon dioksida atau konsentrasi ion hydrogen meningkat.1,3
Efektifitas ikatan hemoglobin dan oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
ini juga yang kemudian mengubah kurva disosiasi. Pergeseran kurva ke kanan disebabkan oleh
9
peningkatan suhu, peningkatan 2,3-DPG, peningkatan PCO2, atau penurunan pH. Untuk kondisi
sebaliknya, kurva bergeser ke kiri. Pergeseran kurva ke kanan menyebabkan penurunan afinitas
(memerlukan tekanan parsial yang tinggi bagi hemoglobin untuk mengikat oksigen).1,2
Pergeseran kurva ke kiri dan peningkatan afinitas tampak memberikan manfaat bagi pasien
karena hemoglobin dapat mengikat oksigen lebih mudah. Bagaimanapun, hemoglobin telah
tersaturasi 97 % dengan afinitas yang normal,sehingga tidak terdapat penambhan oksigen yang
cukup bermakna dengan adanya pergeseran kurva ke kiri. Bahkan, peningkatanafinitas Hb-O ini
dampak yang merugikan. Di sisi lain, penurunan afinitas Hb-O dan pergeseran kurva ke
meningkatkan pelepasan oksigen hingga 60%. Namun, pergeseran ini akan memiliki dampak
yang merugikan ketika seseorang memiliki PO2 kurang dari 60 mmHg. Ketika terjadi
hipoksemia, pergeseran kurva ke kanan dapat menurunkan masuknya oksigen ke dalam darah
dengan cukup bermakna. Kerugian ini sepertinya lebihberat daripada manfaatnya. DPG normal
setiap saat. Tetapi, pada keadaan hipoksia yang berlangsung lebih dari beberapa jam, jumlah
DPG akan meningkat, dengan demikian, menggeser kurva disosiasi oksigen- hemoglobin lebih
ke kanan. Ini menyebabkan oksigen dilepaskan ke jaringan pada tekanan oksigen 10 mmHg lebih
besar daripada keadaan tanpa peningkatan DPG ini. Pada beberapa keadaan, hal ini dapat
menjadi suatu mekanisme penting untuk menyesuaikan diri terhadap hipoksia, khususnya
10
terhadap hipoksia akibat aliran darah jaringan yang kurang baik. Namun, adanya kelebihan DPG
juga akan menyulitkan hemoglobin untuk bergabung dengan oksigen dalam parubila PO2
Oleh karena itu pergeseran kurva disosiasi DPG memberi manfaat pada keadaan tertentu tetapi
dioksida dan ion hidrogen memberi pengaruh penting dalam meninggikan oksigenasi darah
dalam paru serta meningkatkan pelepasan oksigen dari darah dalam jaringan. Ini disebut Efek
Bohr , dan dapat dijelaskan sebagai berikut: Ketika darah melalui paru, karbon dioksida berdifusi
dari darah ke dalam alveoli.Ini menurunkan PCO 2 darah dan konsentrasi ion hidrogen sebagai
akibat penurunan asam karbonat darah. Efek dari dua keadaan ini menggeser kurva disosiasi
oksigen-hemoglobin ke kiri dan ke atas. Oleh karena itu, jumlahoksigen yang berikatan dengan
jaringan lebih besar. Biladarah mencapai jaringan kapiler, terjadi efek yang tepat
berlawanan.Karbon dioksida yang memasuki darah dari jaringan menggeser kurva kekanan,
memindahkan oksigen dari hemoglobin ke jaringan dengan PO2 yang lebih tinggi.1,2,3
11
Gambar 2. Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kurva
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurva disosiasai oksigen adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara saturasi
oksigen atau kejenuhan hemoglobin terhadap oksigen dengan tekanan parsial oksigen pada
ekuilibrium yaitu pada keadaan suhu 37o C, pH 7.40 dan Pco2 40 mmHg. Ketika darah berada di
paru-paru dengan tingkat oksigen yang tinggi, hemoglobin akan mengikat oksigen dengan kuat,
Kurva oksihemoglobin tergeser kekanan apabila pH darah menurun atau PC02 meningkat.
Dalam keadaan ini pada P02 tertantu afinitas hemoglobin terhadap oksigen berkurang sehingga
oksigen dapat ditranspor oleh darah berkurang. Sebaliknya, penigkatan pH darah (alkalosis) atau
penurunan PCO2, suhu, dan 2,3-DPG akan menyebabkan pergeseran kurva disosiasi
terhadap oksigen. Akibatnya uptake oksigen dalam paru-paru meningkat apabila terjadi
13
DAFTAR PUSTAKA
2. Murray, R. K., Bender, D. A., Botham, K. M., Kennelly, P. J., Rodwell, V. W., & Weil,
3. Rehatta, N. M, Hanindito, E., & Tantri, A. R. (2019). Anestesiologi dan Terapi Intensif :
14