Anda di halaman 1dari 5

Oksihemoglobin dan Transpor Oksigen

A. Oksihemoglobin

Sebelum membicarakan apa itu oksihemoglobin, ada baiknya kita


membicarakan terlebih dahulu mengenai hemoglobin.

Hemoglobin merupakan suatu protein majemuk yang tersusun atas protein


sederhana dan radikal prostetik heme. Salah satu fungsi terpenting hemoglobin adalah
mengangkut oksigen dari kedua paru-paru ke jaringan tubuh dan mengangkut karbon
dioksida dari jaringan tubuh ke kedua paru-paru.1 Setiap molekul hemoglobin terdiri
dari empat rantai polipeptida yang disebut globins dan empat molekul pigmen organik
yang mengandung nitrogen cakram yang disebut hemes. Bagian protein dari
hemoglobin terdiri dari dua rantai alfa identik yang masing-masing memiliki panjang
141 asam amino serta dua rantai beta identik yang masing-masing memiliki panjang
146 asam amino. Masing-masing dari empat rantai polipeptida dikombinasikan
dengan satu kelompok heme.2 Berikut ini adalah strukturnya.

Di tengah setiap kelompok heme adalah satu atom besi, yang dapat bergabung
dengan satu molekul oksigen. Dengan demikian, satu molekul hemoglobin dapat
bergabung dengan empat molekul oksigen. Heme normal mengandung zat besi dalam
bentuk tereduksi (Fe2+ atau besi). Dalam bentuk ini, zat besi dapat berbagi elektron
dan ikatan dengan oksigen untuk membentuk oksihemoglobin. Lalu, ada juga suatu
keadaan dimana oksihemoglobin berdisosiasi untuk melepaskan oksigen ke jaringan,
namun besi heme masih dalam bentuk tereduksi (Fe2+). Pada keadaan ini, hemoglobin
tidak berikatan dengan oksigen sehingga disebut deoxyhemoglobin atau
berkurangnya hemoglobin. Pada keadaan ini, hemoglobin tidak kehilangan elektron
dan menjadi teroksidasi ketika bergabung dengan oksigen. Selain itu, ada pula
keadaan dimana hemoglobin mengandung zat besi dalam keadaan teroksidasi (Fe3+
atau besi) yang dinamakan Methemoglobin. Methemoglobin tidak memiliki elektron
yang diperlukan untuk membentuk ikatan dengan oksigen dan tidak dapat
berpartisipasi dalam transportasi oksigen. Dan yang terakhir ada keadaan dimana
heme tereduksi dikombinasikan dengan karbon monoksida dan bukan oksigen yang
disebut karboksihemoglobin. Jika hal ini terjadi, karbon monoksida cenderung untuk
menggantikan oksigen dalam hemoglobin dan tetap melekat pada hemoglobin ketika
darah melewati kapiler sistemik dan pengangkutan oksigen pun berkurang.2

Kapasitas pembawa oksigen darah amat dipengaruhi oleh hemoglobin ini. Bila
kadar hemoglobin rendah, maka kadar oksigen dalam darah juga rendah dan bila
kadar hemoglobin tinggi, maka kadar oksigen dalam darah juga tinggi. Hal ini
mempengaruhi transpor oksigen yang diangkut oleh darah.2

B. Transpor Oksigen
Pada transpor oksigen, hemoglobin harus berikatan dengan gas tidak secara
permanen sehingga dapat memuat serta mengikat oksigen di paru-paru (Loading
reactions) dan membongkar serta melepaskannya di bagian tubuh yang lain pada
kapiler sistemik (Unloading recations).2 Berikut ini adalah Loading-Unloading
reactions.

Pengikatan dan pembebasan oksigen secara kooperatif sangat jelas terlihat


pada kurva disosiasi. Sepanjang kisaran tekanan parsial oksigen dimana kurva
disosiasi mempunyai kemiringan yang tajam. Perubahan nilai tekanan parsial oksigen
sedikit saja akan menyebabkan hemoglobin memuat atau melepaskan oksigen dalam
jumlah yang sangat banyak. Jika terjadi penurunan tekanan parsial oksigen sedikit
saja, hal itu dapat menyebabkan peningkatan yang relatif besar dalam jumlah oksigen
yang dapat dilepaskan oleh darah. Berikut ini adalah kurva disosiasi yang dimaksud.3
Selain itu, hemoglobin juga amat berpengaruh pada transpor oksigen. Afinitas
hemoglobin ini sensitif terhadap beberapa faktor lingkungan yang terdiri dari beberapa
hal berikut.
a. pH darah.
Nilai pH darah berkaitan erat dengan keseimbangan asam-basa dalam tubuh.
Afinitas menurun ketika pH diturunkan dan meningkat ketika pH dinaikkan—
hal ini disebut dengan Efek Bohr. Pada kondisi pH darah menurun, afinitas
hemoglobin terhadap oksigen berkurang sehingga oksigen yang dapat ditranspor
oleh darah berkurang pula. Namun, pada kondisi pH darah meningkat, uptake
oksigen dalam paru-paru meningkat, tetapi pelepasan oksigen ke jaringan akan
terganggu sehingga tubuh tetap kekurangan oksigen.2,4
Ketika kurva disosiasi oksihemoglobin digambarkan pada nilai pH yang
berbeda, kurva disosiasi terlihat bergeser ke kanan saat mengalami penurunan
pH dan bergeser ke kiri saat mengalami kenaikan pH. Hal tersebut dapat dilihat
pada grafik berikut.2
Jika persen pembongkaran dihitung (dengan mengurangi persen saturasi
oksihemoglobin untuk darah arteri dan vena), akan terlihat bahwa pergeseran ke
kanan kurva menunjukkan pembongkaran oksigen yang lebih besar. Namun,
bila terjadi pergeseran ke kiri, hal ini menunjukkan unloading reactions dengan
sedikit lebih banyak oksigen pemuatan di paru-paru.2
b. Kadar 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG).
Kadar 2,3-difosfogliserat hanya ditemukan di dalam sel eritrosit dan jika
senyawa ini ditemukan banyak pada sel eritrosit, maka afinitas hemoglobin
terhadap oksigen menurun, namun akan meningkatkan pembongkaran oksigen
dan menggeser kurva disosiasi oksihemoglobin ke kanan. Sebaliknya, apabila
kadar 2,3-difosfogliserat menurun, maka afinitas hemoglobinnya meningkat
terhadap oksigen dan akan menurunkan pembongkaran oksigen serta menggeser
kurva disosiasi oksihemoglobin ke kiri. 2,4
c. Temperatur Tubuh.
Peningkatan temperatur tubuh menyebabkan pelepasan oksigen karena terjadi
peningkatan kebutuhan oksigen untuk proses metabolisme. Sebaliknya,
penurunan temperatur tubuh akan menyebabkan gangguan pelepasan oksigen
dari oksihemoglobin.4
Ketika kurva disosiasi oksihemoglobin dibangun pada suhu yang berbeda,
kurva bergerak ke kanan saat suhu meningkat. Pergeseran kurva ke kanan
menunjukkan bahwa afinitas hemoglobin untuk oksigen menurun karena
kenaikan suhu. Peningkatan suhu melemahkan ikatan antara hemoglobin dan
oksigen sehingga memiliki efek yang sama dengan penurunan pH. Oleh karena
itu, pada suhu yang lebih tinggi, lebih banyak oksigen diturunkan ke jaringan
daripada jika kekuatan ikatannya konstan.2
Sumber:

1. Damin S. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan


Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta : Penerbit EGC; 2008.
2. Fox, Stuart I. Human Physiology Eight Edition. New York : The McGraw-Hill
Companies; 2003.
3. Neil A. Campbell dan Jane B. Reece. Biologi. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2004
4. Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar.
Jakarta : Salemba Medika; 2008.

Anda mungkin juga menyukai