Anda di halaman 1dari 6

HEMOGLOBIN (Hb) I.

DEFINISI Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Hemoglobin (Hb) merupakan molekul protein di dalam sel darah merah yang bergabung dengan oksigen dan karbondioksida untuk diangkut melalui sistem peredaran darah ke jaringan dalam badan. Ion besi dalam bentuk Fe2+ dalam hemoglobin memberikan warna merah pada darah. Dalam keadaan normal 100 ml darah mengandungi 15 gram hemoglobin yang mampu mengangkut 0.03 gram oksigen.

STRUKTUR Molekul hemoglobin manusia tersusun dari empat subunit protein berbentuk globul (yaitu hampir berbentuk sfera). Oleh sebab satu subunit dapat membawa satu molekul oksigen, maka secara efektifnya setiap molekul hemoglobin dapat membawa empat molekul oksigen. Setiap subunit pula terdiri dari satu rantai polipeptida yang mengikat kuat sebuah molekul lain, disebut heme. Struktur heme adalah lebih kurang sama dengan klorofil. Ia terdiri dari satu molekul bukan protein berbentuk cincin yang disebut porphyrin, dan satu atom besi (Fe) yang terletak di tengahtengah molekul porphyrin. Disinilah oksigenakan diikat semasa darah melalui paru-paru.

II.JENIS-JENIS HEMOGLOBIN Hemoglobin, yang merupakan sekitar 90 persen dari protein sel darah merah, merupakan protein tetramerik, yaitu mengandungi empat rantai polipeptida. Hemoglobin dewasa (HbA), hemoglobin utama orang dewasa, memiliki dua rantai a dan dalam strukturnya (2 2) dan dengan demikian memiliki struktur kuaterner heterogen. Terdapat juga suatu hemoglobin dewasa minor (HbA2) yang secara normal mencakup sekitar 3 persen dari hemoglobin total dan mempunyai dua rantai sebagai pengganti rantai (oc2 82). HbA dan HbA2 merupakan bentuk postnatal dari hemoglobin. Sebelum kelahiran, hemoglobin janin dan embrionik digunakan

sebagai karier oksigen. Hemoglobin yang pertama timbul dalam perkembangan embrional disebut sebagai 22; rantai dan e masing-masing analog dengan rantai a dan rantai . Jika produksi rantai berhenti (setelah sekitar enam minggu), maka timbul tetramer oc2 C2, yaitu a menggantikan Suatu hemoglobin embrionik ketiga 272, juga telah diidentifikasi (y menggantikan e). Dua hemoglobin yang disebut terakhir ini merupakan fase transisi yang menjurus pada timbulnya hemoglobin janin (HbF), yang komposisi tetrameriknya adalah 0272. Dua rantai a, masing-masing dengan residu 141 asam amino, merupakan ciri molekular lazim dari HbF dan HbA. Rantai y, 5 dan , walaupun merupakan spesies molekul yang khas, namun masing-masing terdiri dari146 residu dan mempunyai asam amino homolog (serupa tetapi tidak sama). Rantai ydan 8 berbeda dari rantai masing-masing pada residu asam amino 39 dan 10.

IV.MENGUKUR KANDUNGAN HEMOGLOBIN Terdapat beberapa cara bagi mengukur kandungan hemoglobin dalam darah,

kebanyakannya dilakukan secara automatik oleh mesin yang direka khusus untuk membuat beberapa ujian terhadap darah. Di dalam mesin ini, sel darah merah diceraikan untuk mengasingkan hemoglobin dalam bentuk larutan. Hemoglobin yang terbebas ini dicampur dengan bahan kimia yang mengandungi cyanide yang mengikat kuat dengan molekul hemoglobin untuk membentuk cyanmethemoglobin. Dengan menyinarkan cahaya melalui larutan cyanmethemoglobin dan mengukur jumlah cahaya yang diserap (khususnya bagi gelombang antara 540 nanometer), jumlah hemoglobin dapat ditentukan. Paras hemoglobin biasanya ditentukan sebagai jumlah hemoglobin dalam gram (gm) bagi setiap dekaliter (100 mililiter). Aras hemoglobin normal bergantung kepada usia, awal remaja, dan jantina seseorang itu. Paras normal adalah : 1. Baru lahir : 17-22 gm/dl 2. Usia seminggu : 15-20 gm/dl 3. Usia sebulan : 11-15gm/dl \\ 4. Kanak-kanak: 11-13 gm/dl ] 5. Lelaki dewasa: 14-18 gm/dl 6. Wanita dewasa : 12-16 gm/dl 7. Lelaki separuh usia : 12.4-14.9 gm/dl 8. Wanita separuh usia: 11.7-13.8 gm/dl

Paras hemoglobin yang rendah merupakan satu keadaan yang dikenali sebagai anemik. Terdapat beberapa sebab berlakunya anemia. Sebab utama biasanya kehilangan darah (kecederaan teruk, pembedahan, pendarahan kanser kolon), kekurangan vitamin (besi, vitamin B12, folat), masalah sum-sum tulang (penggantian sum-sum tulang oleh barah, pemendaman oleh rawatan dadah chemotherapy, kegagalan buah pinggang (ginjal), dan hemoglobin tidak normal (anemia sel sabit). `

Paras hemoglobin yang tinggi pula terdapat dikalangan mereka yang tinggal di kawasan tanah tinggi dan perokok. Pendehidratan menghasilkan kadar hemoglobin tinggi palsu yang hilang apabila kandungan air bertambah. Sebab lain adalah penyakit paru-paru, sesetengah ketumbuhan, masalah sum-sum yang dikenali sebagai polycythemia rubra vera, dan penyalahgunaan hormon erythropoietin (Epogen) oleh ahli sukan bagi tujuan meningkatkan prestasi dalam acara sukan masing-masing.

V.HEMOGLOBIN SEBAGAI PROTEIN TRANSPOR H+ DAN CO2 Hemoglobin tidak hanya melengkapi oksigen ke jaringan tetapi juga mengangkut produk sampah dari metabolisme (H+ dan CO2) jaringan. Karena biomolekul yang sama bertanggung jawab bagi kedua sistem transpor, maka tidak mengherankan bahwa terdapat pengaturan yang saling mempengaruhi antara kedua fungsi ini. Saling ketergantungan metabolik dari dua fungsi transpor hemoglobin ini dikenal sebagai efek Bohr. Peningkatan konsentrasi CO2 dan H+ (penurunan pH) menurunkan afinitas oksigen dari hemoglobin dan sebaliknya, peningkatan konsentrasi oksigen menurunkan afinitas bagi CO2 dan H+. (Sebagai kontras, peningkatan konsentrasi CO2 dan H+ mempunyai efek yang kecil terhadap afinitas oksigen mioglobin.) Dalam keadaan fisiologi, saling keterkaitan antara dua fungsi transpor ini merupakan aspek yang penting dari masing-masing sistem. Asam (H+) dan CO2 dalam kapiler dari jaringan yang bermetabolisme secara aktif, contohnya, otot, menyebabkan meningkatnya pembebasan oksigen yang terikat hemoglobin, yang dibutuhkan oleh jaringan untuk metabolisme berikutnya. Dalam paru-paru, konsentrasi oksigen yang tinggi meningkatkan pelepasan H+ dan CO2 dari hemoglobin untuk ekshalasi CO2.

KARBOKSIHEMOGLOBIN (HbCO)

I.HEMOGLOBIN SEBAGAI PROTEIN TRANSPOR H+ DAN CO2 Hemoglobin tidak hanya melengkapi oksigen ke jaringan tetapi juga mengangkut produk sampah dari metabolisme (H+ dan CO2) jaringan. Karena biomolekul yang sama bertanggung jawab bagi kedua sistem transpor, maka tidak mengherankan bahwa terdapat pengaturan yang saling mempengaruhi antara kedua fungsi ini. Saling ketergantungan metabolik dari dua fungsi transpor hemoglobin ini dikenal sebagai efek Bohr. Peningkatan konsentrasi CO2 dan H+ (penurunan pH) menurunkan afinitas oksigen dari hemoglobin dan sebaliknya, peningkatan konsentrasi oksigen menurunkan afinitas bagi CO2 dan H+. (Sebagai kontras, peningkatan konsentrasi CO2 dan H+ mempunyai efek yang kecil terhadap afinitas oksigen mioglobin.) Dalam keadaan fisiologi, saling keterkaitan antara dua fungsi transpor ini merupakan aspek yang penting dari masing-masing sistem. Asam (H+) dan CO2 dalam kapiler dari jaringan yang bermetabolisme secara aktif, contohnya, otot, menyebabkanmeningkatnya pembebasan oksigen yang terikat hemoglobin, yang dibutuhkan oleh jaringan untuk metabolisme berikutnya. Dalam paru-paru, konsentrasi oksigen yang tinggi meningkatkan pelepasan H+ dan CO2 dari hemoglobin untuk ekshalasi CO2.

II.PENGIKATAN H+ DAN CO2 TERHADAP DEOKSIHEMOGLOBIN Dalam tahun-tahun terakhir ini penelitian kimiawi dan x-ray telah digunakan untuk mengidentifikasi tempat pengikatan deoksihemoglobin terhadap H+ dan CO2. Dipandang dari H+, tempat pengikatan diantisipasi merupakan gugusan yang dapat terionisasi dari residu asam amino, yang dalam konformasi deoksihemoglobin, dapat menerima proton, yaitu, mempunyai nilai phCa sekitar 7. Residu His 146 (terminal-C) dari dua rantai dan gugusan amino-a (residuterminal-N) dari dua rantai-a telah diidentifikasi sebagai empat dari tempat pengikatan H+. Dua residu His 122 dari rantai-a juga telah dikaitkan sebagai tempat pengikatan tambahan. Dalam kasus CO2, bukti menunjukkan bahwa gugusan amino-a (termini-N) dari empat rantai polipeptida merupakan tempat pengikatan. Pengikatan CO2 dicapai melalui pembentukan suatu karbamat dengan bentuk tidak terprotonasi dari gugusan amino-a.

III.KARBON MONOKSIDA SEBAGAI RACUN METABOLIS Polutan CO yang terhirup manusia pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian. Tetapi CO sebenarnya sangat berahaya karena pada konsentrasi relatif rendah (100 ppm atau kurang) juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Hal ini penting untuk diketahui terutama dalam hubungannya dengan masalah lingkungan karena konsentrasi CO di udara pada umumnya memang kurang dari 100 ppm. Bila gas CO terhisap ke dalam paru-paru maka polutan berbahaya ini akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini terjadi karena CO bersifat racun metabolis yang ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Seperti halnya dengan oksigen, gas CO juga mudah bereaksi dengan hemoglobin darah.

Ikatan CO dengan hemoglobin darah (karboksihemoglobin-HbCO) yang ternyata jauh lebih stabil dari pada ikatan oksigen dengan hemoglobin darah (oksihemoglobin-HbO2). Kestabilan HbCO sekitar 140 kali kestabilan HbO2, hal ini menyebabkan Hb darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu. Hb darah dalam keadaan normal berfungsi sebagai pembawa oksigen (O2) dalam bentuk oksihemoglobin (HbO2) dari paru-paru untuk dibagikan kepada sel-sel tubuh yang memerlukannya. Selain itu, Hb darah juga berfungsi mengambil gas CO2 hasil pembakaran di dalam sel tubuh dalam bentuk karbodioksihemoglobin (HbCO2) untuk dibuang keluar melalui paru-paru. Pengaruh beracun CO terhadap tubuh manusia terutama disebabkan oleh reaksi antara CO dengan Hb di dalam darah. Dengan adanya CO menyebabkan Hb dapat membentuk karboksihemoglobin (HbCO). Jika reaksi ini terjadi maka kemampuan darah untuk mentranspor oksigen menjadi berkurang. Konsentrasi HbCO di dalam darah dipengaruhi secara langsung oleh konsentrasi CO dari udara yang terhisap. Pada konsentrasi CO tertentu di udara maka konsentrasi HbCO di dalam darah akan mencapai konsentrasi ekuilibrium setelah beberapa waktu tertentu. Konsentrasi ekuilibrium HbCO tersebut akan tetap dipertahankan di dalam darah selama konsentrasi CO di dalam udara di sekelilingnya tetap tidak berubah. HbCO secara perlahan-lahan akan berubah sesuai dengan perubahan konsentrasi CO di udara untuk mencapai ekuilibrium yang baru. Selain dari sumber yang telah disebutkan di atas, polusi udara oleh CO juga terjadi selama

merokok. Asap rokok mengandung CO dengan konsentrasi sangat tinggi mencapai lebih dari 20.000 ppm. Selama dihisap, konsentrasi CO tersebut terencerkan menjadi sekitar 400-500 ppm. Konsentrasi CO yang tinggi dalam asap rokok yang terisap tersebut mengakibatkan kadar HbCO di dalam darah meningkat. Selain berbahaya terhadap orang yang merokok, adanya asap rokok yang mengandung CO juga berbahaya bagi orang di sekitarnya karena asapnya dapat terisap.

IV.GAMBARAN KLINIS Gejala intoksikasi karbon monoksida dapat bersifat ringan (gejala konstitusional) sampai berat (koma, depresi pernapasan, dan hipotensi). Gejala intoksikasi mulai muncul pada kadar HbCO sekitar 20%, dan jika konsentrasi meningkat (20-30%) muncul gejala sesak napas. Aritmia dan gangguan konduksi ventrikular terjadi pada kadar HbCO 30-40%. Kadar HbCO di atas 40% akan menyebabkan syok kardiogenik, depresi pernapasan dan pusat vasomotor, sementara kematian seringkali terjadi pada kadar HbCO 50-70%. Akan tetapi perlu diketahui bahwa untuk beberapa kasus, kadar HbCO tidak berkorelasi dengan tingkat keparahan gejala. Pada orang tua dan pada mereka yang menderita penyakit berat seperti penyakit arteri koroner atau penyakit paru obstruktif kronik, kadar HbCO 20-30% sudah dapat bersifat fatal.

Reff
Syarif, Rusli. 1991. Produktivitas. Bandung: ANGKASA. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997.p.329-346. http://enviroreview.blogspot.com/2008/09/karbon-monoksida-bersifat-racun.html

Anda mungkin juga menyukai