Anda di halaman 1dari 9

2.

3 Hemoglobin dan Transport Oksigen


Metabolisme aerob berperan dalam pembakaran nutrien dan membentuk energi.
Proses ini menggunakan oksigen (O2) dan menghasilkan karbodioksida (CO2). Sistem
sirkulasi berperan mengantarkan O2 dan nutrien ke jaringan tubuh dan kemudian
mengambil CO2 yang terbentuk. Peran ganda dari sistem sirkulasi dalam hal
transportasi oksigen dan karbondioksida disebut sebagai fungsi respirasi darah.
Sistem transportasi oksigen terdiri dari sistem paru dan sistem kardiovaskular.
Proses pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru
(ventilasi), aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi dan
kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi
oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan
hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen.
Hemoglobin (Hb), merupakan alat pengangkut utama untuk transportasi oksigen
dalam darah. Hemoglobin terkandung dalam eritrosit, yang secara umum dikenal
sebagai sel darah merah. Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni
hanya sekitar 3%.Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Adapun
dalam sistem transpornya O2 dapat dibagi menjadi 2, yakni:
3% O2 terlarut di plasma
97% O2 berikatan dengan hemoglobin membentuk oksihemoglobin
Dengan tingginya tekanan parsial O2 (PO2) di darah dibanding di jaringan, maka O2
akan ditranspor dari darah ke jaringan. Faktor yang dapat mempengaruhi transpor O2
selain PO2 adalah pH, PCO2, suhu, & 2,3 BPG. Faktor-faktor tersebut akan
mempengaruhi afinitas O2.
Transpor oksigen merupakan bagian dari proses eksternal respirasi, yaitu
pertukaran gas antara atmosfir dan paru-paru, pertukaran oksigen dan karbon dioksida
antara paru-paru dan darah, transpor oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan
pertukaran gas antara darah dan sel. Normalnya, sekitar 97% oksigen ditranspor dari
paru-paru ke jaringan terikat dengan hemoglobin dan sisanya 3% terlarut dalam plasma.
Untuk memonitor oksegenasi dalam jaringan digunakan beberapa parameter seperti
oxygen delivery (DO2), oxygen content ( CaO2) , tekanan parsial oksigen, saturasi
oksigen, dan oxygen consumption (VO2). Terapi oksigen harus segera diberikan pada
keadaan-keadaan hipoksemia atau yang dicurigai hipoksemia, Evaluasi terapi oksigen
dapat dilakukan dengan pemeriksaan fungsi sistem kardiopulmoner dan analisa gas
darah. Transpor O2 dari paru ke jaringan diuraikan menjadi 4 parameter, yaitu:

a. Konsentrasi O2 di dalam darah


b. Kecepatan pengantaran/pengiriman (delivery) O2 di darah arteri
c. Kecepatan pengambilan (uptake) O2 dari kapiler darah ke jaringan
d. Fraksi O2 di kapiler darah yang masuk ke jaringan.
Oksigen tidak mudah larut di dalam air. Sekitar 93% plasma adalah air sehingga untuk
memudahkan oksigenisasi darah diperlukan molekul khusus pengikat oksigen, yaitu
hemoglobin. Konsentrasi oksigen (O2) dalam darah, juga disebut kandungan O2 (O2
content), merupakan gabungan O2 yang terikat pada hemoglobin dan O2 yang terlarut
dalam plasma.
Konsentrasi O2 terlarut dalam plasma ditentukan oleh kelarutan O2 dalam air
(plasma) dan tekanan parsial oksigen (PO2) dalam darah. Kelarutan O2 dalam air
dipengaruhi suhu (kelarutan akan meningkat saat suhu menurun). Pada suhu tubuh
normal (37), 0,03 mL O2 akan larut dalam 1 liter air saat PO2 1 mmHg. Nilai ini
dinyatakan sebagai koefisien kelarutan yaitu 0,03 mL/L/mmHg (atau 0,003 mL/100
mL/mmHg. Konsentrasi O2 terlarut (dalam mL/dL) (pada suhu tubuh normal) dinyatakan
dalam persamaan O2 terlarut = 0,003 x PO2 Persamaan ini menunjukkan bahwa
kelarutan oksigen dalam plasma sangat kecil. Misalnya, jika PO2 100 mmHg maka 1
liter darah hanya akan mengandung 3 mL O2 terlarut. Konsentrasi O2 dalam darah
arteri (CaO2) dapat dihitung dengan menggabungkan persamaan 1 dan 2 serta
menggunakan saturasi O2 dan PO2 dari darah arteri (SaO2 dan PaO2) yakni CaO2 =
(1,34 x Hb x SaO2) + (0,003 x PaO2).
Konsentrasi normal O2 yang terikat, terlarut, dan total dalam darah arteri dapat
dilihat pada tabel 2. Ada sekitar 200 mL O2 dari tiap liter darah arteri dan hanya 1,5% (3
mL) yang terlarut dalam plasma. Konsumsi oksigen rata-rata orang dewasa adalah 250
mL/menit, yang berarti jika orang dewasa terpaksa hanya menggunakan O2 terlarut
dalam plasma maka diperlukan curah jantung (cardiac output) 89 L/menit untuk
mempertahankan metabolisme aerob. Hal ini menunjukkan pentingnya hemoglobin
dalam hal transport oksigen.
Konsentrasi O2 dalam darah vena (CvO2) dapat dihitung dengan cara yang
sama dengan CaO2, menggunakan saturasi O2 dan PO2 dari darah vena (SvO2 dan
PvO2)

yakni

CvO2

(1,34

Hb

SvO2)

(0,003

PvO2)

Nilai SvO2 dan PvO2 paling baik diperiksa dari darah vena campur (mixed venous) yang
diambil dari arteri pulmonalis (menggunakan kateter arteri pulmonal). Tampak pada tabel

2, SvO2 normal adalah 73% (0,73), PvO2 normal 40 mmHg, dan CvO2 normal 15 mL/dL
(150 mL/L).
2.3.1

Ikatan Hemoglobin-Oksigen
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi

dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri
dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu
atom besi. Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin
yang menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen.
Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan
dari heme dan globin, globin sebagai istilah generik untuk protein globular. Ada
beberapa protein mengandung heme, dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan
paling banyak dipelajari. Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen. Hemoglobin
merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif dan terdapat pada hewan-hewan
bertulang belakang atau vertebrata. Hemoglobin adalah suatu zat yang memberikan
warna merah sel darah merah. Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2
molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan
beta adalah protein yang diproduksi dengan penyandian oleh gen globin alpha dan
beta.12 Haemoglobin (Hb) adalah tetramer dengan berat molekul 64.500. Baik haem
maupun globin sendiri tidak dapat berikatan dengan O2. Setiap Fe2+ dapat mengikat
satu molekul O2, dan kemudian, setiap molekul haemoglobin dapat mengikat hingga
empat molekul O2. HB dewasa normal terdiri atas 4 subunit protein, dengan beberapa
variasi fisiologis dan patologis, yang akan dibahas kemudian.10
Hb terbungkus dalam eritrosit untuk mencegah filtrasi oleh glomerulus, dan untuk
membatasi kenaikan viskositas darah (ketika Hb terlarut dalam plasma). Jumlah oksigen
terlarut di dalam darah proporsional dengan tekanan parsialnya (Hukum Henry). Pada
suhu 37OC, 0.003ml O2 terlarut dalam setiap 100ml darah per mmHg. Konsumsi O2
istirahat sekitar 300L/menit O2; bahkan ketika seluruh O2 dalam darah arteri
(100mmHg) diekstraksi oleh jaringan, cardiac output akan berkisar 100L/menit untuk
mendukung kebutuhan O2 tubuh. O2 terlarut juga menunjukkan jalur mayor transportasi
O2 antara dinding kapiler untuk mengoksigenasi sel, dan satu-satunya jalur dari alveoli
ke eritrosit.10
Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul
hemoglobin berikatan dengan oksigen membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi
hemoglobin dengan mudah berbalik (reversibel), sehingga memungkinkan hemoglobin

dan oksigen berpisah, menyebabkan oksigen menjadi bebas. Sehingga oksigen dapat
masuk ke dalam jaringan. Ikatan O2 pada Hb adalah ko-operatif, di mana ikatan setiap
molekul O2 pada tetramer Hb memfasilitasi ikatan berikutnya. Ko-operatifitas positif ini
adalah alat khusus Hb tetramerik dan tidak tampak pada monomer.10

Gambar 2.4-1. Kooperatifitas ikatan O2 terhadap haemoglobin.10


Konsentrasi O2 yang terikat pada hemoglobin (HbO2) ditentukan oleh variabel
pada persamaan HbO2 = 1.34 x Hb x SO2

Hb adalah konsentrasi hemoglobin dalam darah dan biasa dinyatakan dalam


gram per 100 militer (g/dL).

Angka 1,34 adalah kapasitas pengikatan oksigen oleh hemoglobin. (dinyatakan


dalam mL O2 per gram Hb).

SO2 adalah rasio hemoglobin yang mengikat oksigen terhadap jumlah total
hemoglobin dalam darah (SO2 = HbO2/total Hb), juga disebut saturasi O2 dari
hemoglobin.

HbO2 dinyatakan dengan satuan yang sama dengan Hb (g/dL).

Pada persamaan 1 diketahui bila hemoglobin tersaturasi semua dengan O2 (misal, bila
SO2=1), maka tiap gram hemoglobin akan mengikat 1,34 mL oksigen. Satu gram
hemoglobin secara normal mengikat 1,39 mL oksigen. Namun ada fraksi kecil (3-5%)
dari hemoglobin dalam sirkulasi yaitu methemoglobin dan karboksihemoglobin, yang
memiliki kapasitas pengikatan O2 rendah. Sehingga angka yang lebih rendah, 1,34
mL/g, lebih representatif sebagai kapasitas pengikatan O2 dari hemoglobin total.
2.3.2

Variasi Bentuk Hemoglobin

Berikut ini adalah sebagian kecil variasi yang diketahui.


1. Myoglobin adalah bentuk monomerik haemoglobin yang terekspresi dalam serat otot
lurik. Myoglobin memiliki afinitas lebih tinggi terhadap O2 daripada haemoglobin dan

tidak menunjukkan ko-operatifitas pada ikatannya dengan O2. Myoglobin bekerja


sebagai penyimpan O2 yang tersedia dalam kondisi hipoksia, dan juga
memungkinkan O2 dibawa mengoksigenasi sel ketika otot berkontraksi dan perfusi
menurun.10
2. Foetal haemoglobin (HbF) dibentuk oleh rantai gamma afinitas yang lebih tinggi
terhadap O2 dibandingkan haemoglobin dewasa (HbA). Hal ini memfasilitasi
pengiriman O2 ke foetus dari darah uterus maternal, pada tekanan parsial lebih
rendah daripada darah arteri normal. HbF cenderung menghilang dari sel darah
merah fetal beberapa bulan setelah lahir.10 Fetal hemoglobin (HbF) memiliki struktur
yang berbeda dengan normal hemoglobin (HbA). Kurva disosiasi HbF relatif
bergeser ke kiri dibandingkan dengan HbA. Tekanan oksigen arterial fetal umumnya
rendah, oleh karena itu pergeseran ke kiri akan meningkatkan difusi dari oksigen
menuju plasenta. Pada plasenta terdapat konsentrasi yang tinggi dari 2,3-DPG.
Ikatan ini lebih siap digunakan pada HbA, namun tidak pada HbF. Hal ini
menyebabkan HbA menghasilkan lebih banyak oksigen pada plasenta untuk
digunakan oleh fetus.

Gambar 2.4-2. Perbandingan Kurva Disosiasi Oksigen


untuk Myoglobin, Haemoglobin, dan Fetal Hemoglobin.10
3. Sickle haemoglobin (HbS) berasal dari mutasi polipeptida globin. Polimerisasi HbS,
khususnya pada kondisi di mana O2 rendah atau keasaman tinggi (misal pada
jaringan teroksigenasi). Protein yang terpolimerisasi mendistorsi bentuk eritrosit,

memjadikan bentuk bulan sabit, dan menyebabkan obstruksi kapiler kecil, men-triger
krisis sickle.10
4. Carboxyhaemoglobin. CO memiliki afinitas terhadap Hb sekitar 200 kali daripada O2.
Sebagai

konsekuensinya,

menghirup

meskipun

sedikit

konsentrasi

CO

menyebabkan anaemia dengan penurunan jumlah Hb yang tersedia untuk mengikat


O2. Carboxyhaemoglobin berwarna merah, sehingga pasien dengan keracunan CO
tidak tampak anaemis.10
5. Methaemoglobin merupakan bentuk hemoglobin abnormal yang mengandung ion
Fe3+ pada grup haem-nya, daripada Fe2+ (yang umumnya ditemukan pada Hb
normal). Hal ini menyebabkan pergeseran kurva ke sebelah kiri dimana
methemoglobin

tidak

lagi

mengangkut

oksigen

dengan

efektif.

Namun,

methemoglobin dapat meningkatkan afinitas terhadap sianida sehingga berguna


pada pengobatan keracunan sianida. Agen oksidasi seperti nitrit dan sulfonamid
dapat menyebabkan hal ini terjadi. Eritrosit mengandung enzim methaemoglobin
reductase yang mengatalisis reduksi ion Fe3+ kembali ke bentuk Fe2+.10
2.3.3

Pelepasan Ikatan Oksigen-Hemoglobin


Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24

jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume
udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi
oksigen udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi
hemoglobin darah berkurang.Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam
kapiler darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat
oleh zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan
tubuh. Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun
oleh senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang
berupa protein. Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat
diperlihat-kan menurut persamaan reaksi bolak-balik berikut ini.13
Hb4 + O2 4 Hb O2 (oksihemoglobin) berwarna merah jernih
Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (PO2),
perbedaan kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke
dalam arteri demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam
udara inspirasi. Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mm Hg,
sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan oksigen di
lingkungan lebih tinggi daripada dalam alveolus paru dan arteri yang hanya 104 mm Hg.

Sehingga, oksigen dapat masuk ke paru secara difusi. Dari paru, O2 akan mengalir
lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung
O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mm hg menuju ke jaringan
tubuh yang tekanan O2 nya 0-40 mm hg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari
jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan di
atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari
jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu 45 mm
hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas.
Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mm Hg dapat mengangkut 19 cc
oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen
yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk
mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah.13
2.3.4

Distribusi Oksigen dalam Darah dan Cairan Tubuh


Diekspresikan dalam persentase, kejenuhan oksigen merupakan perbandingan

dari jumlah oksigen terikat pada hemoglobin, terhadap kapasitas hemoglobin membawa
oksigen. Kapasitas membawa oksigen ini ditentukan dengan jumlah hemoglobin yang
ada dalam darah. Jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin pada suatu waktu
tergantung pada, sebagian besar, tekanan parsial dari oksigen pada mana hemoglobin
terekspos.11
Dalam kapiler alveoli permukaan paru, tekanan parsial oksigen umumnya tinggi,
sehingga oksigen mudah terikat pada hemoglobin yang ada. Dengan sirkulasi darah ke
jaringan tubuh yang lain dimana tekanan parsial oksigen lebih kecil, hemoglobin
melepas oksigen ke jaringan karena hemoglobin tidak dapat mempertahankan kapasitas
penuhnya terhadap oksigen dengan tekanan parsial oksigen yang lebih rendah.11
Bila oksigen telah berdifusi dari alveoli ke dalam darah paru, oksigen terutama
ditranspor dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin ke kapiler jaringan, dimana
oksigen dilepaskan untuk digunakan oleh sel. Adanya hemoglobin di dalam sel darah
merah memungkinkan darah untuk mengangkut 30 sampai 100 kali jumlah oksigen yang
dapat ditranspor dalam bentuk oksigen terlarut di dalam cairan darah (plasma).1
Dalam sel jaringan, oksigen bereaksi dengan berbagai bahan makanan untuk
membentuk sejumlah besar karbon dioksida. Karbon dioksida ini masuk ke dalam
kapiler jaringan dan ditranspor kembali ke paru. Seperti oksigen, karbon dioksida
bergabung dengan bahan-bahan kimia dalam darah yang meningkatkan transportasi
karbon dioksida 15-20 kali lipat.1
Gas dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan cara difusi, dan

pergerakan ini disebabkan oleh perbedaan tekanan dari tempat pertama ke tempat yang
lain. Sehingga oksigen berdifusi dari alveoli ke darah kapiler paru karena tekanan
oksigen (PO2) dalam alveoli lebih besar daripada PO2 dalam darah paru. Kemudian,
dalam jaringan, PO2 yang sangat tinggi dalam darah kapiler menyebabkan oksigen
berdifusi ke dalam sel.1
Sebaliknya, bila oksigen dimetabolisme dalam sel untuk membentuk karbon
dioksida, tekanan karbon dioksida (PCO2) meningkat ke nilai yang tinggi, sehingga
karbon dioksida berdifusi ke dalam kapiler jaringan. Demikian pula, karbon dioksida
berdifusi keluar dari darah memasuki alveoli karena PCO 2 dalam darah kapiler paru
lebih besar daripada dalam alveoli.1
Pada dasarnya, transpor oksigen dan karbon dioksida oleh darah bergantung
pada difusi keduanya dan aliran darah. Untuk itu perlu dipertimbangkan faktor-faktor
kuantitatif yang berperan pada efek ini.1
PO2 dalam alveolus rata-rata 104 mmHg, sedangkan PO2 darah vena yang
masuk kapiler rata-rata hanya 40 mmHg karena sejumlah besar oksigen dikeluarkan
dari darah ini setelah melalui seluruh jaringan perifer. Oleh karena itu, perbedaan
tekanan awal yang menyebabkan oksigen berdifusi ke dalam paru adalah 104-40, atau
64

mmHg.

Peningkatan

PO2

yang

cepat

sewaktu

darah

melewati

kapiler

memperlihatkan bahwa PO2 meningkat sebanding dengan peningkatan yang terjadi


pada udara alveolus sewaktu darah melewati sepertiga panjang kapiler, menjadi hampir
104 mmHg.1
Sekitar 98 persen darah dari paru yang masuk atrium kiri mengalir melalui kapiler
alveolus dan teroksigenasi hingga PO2 sekitar 104 mmHg. 2 persennya berjalan
langsung dari aorta melalui sirkulasi bronchial, terutama mensuplai jaringan profunda
paru dan tidak terpapar udara paru. Aliran darah ini merupakan aliran pintas, berarti
darah yang memintas daerah pertukaran gas. Pada waktu meninggalkan paru, PO 2
darah pintas hampir sama dengan darah vena normal, kira-kira 40 mmHg. Darah ini
bercampur dalam darah vena paru dengan darah yang teroksigenasi dari kapiler
alveolus; campuran darah ini disebut darah vena campuran, menyebabkan PO2 darah
yang dipompa oleh jantung kiri ke dalam aorta turun sampai sekitar 95 mmHg.1
2.3.5

Pengambilan Oksigen Oleh Darah Paru Selama Kerja


Selama kerja berat, tubuh seseorang memerlukan 20 kali jumlah oksigen normal.

Juga, karena peningkatan curah jantung, waktu menetapnya darah dalam kapiler sangat
berkurang menjadi kurang dari setengah normal, walaupun pada kenyataannya kapiler

yang terbuka bertambah. Oksigenasi darah dapat bertahan karena dua alasan tersebut.
Namun karena ada suatu faktor pengaman yang besar untuk difusi oksigen melalui
membran paru, darah tersebut hampir sepenuhnya dijenuhkan dengan oksigen ketika
meninggalkan kapiler paru. Alasannya adalah sebagai berikut :2
1. Pertama, bahwa kapasitas difusi oksigen meningkat kira-kira hampir tiga kali lipat
selama kerja, hasil ini terutama akibat meningkatnya daerah permukaan kapiler yang
berperan dalam difusi, tetapi juga dari rasio ventilasi-perfusi yang semakin
mendekati ideal di bagian atas paru.
2. Kedua, bahwa selama aliran darah paru normal, darah hampir menjadi tersaturasi
dengan oksigen melalui sepertiga kapiler paru, dan ada sedikit penambahan oksigen
yang masuk ke dalam darah selama dua pertiga akhir dari perpindahannya. Dengan
ini pada keadaan normal, darah tinggal dalam kapiler paru kira-kira tiga kali lebih
lama dari yang diperlukan untuk oksigenasi penuh. Oleh karena itu, waktu latihan,
walaupun darah hanya sebentar saja berada dalam kapiler, tetapi darah masih dapat
teroksigenasi penuh atau hampir penuh.

Anda mungkin juga menyukai