Anda di halaman 1dari 2

Fase Pertukaran Udara di Jaringan Tubuh dan Paru-paru

Proses Pertukaran Oksigen dan Karbondioksida. Pada prinsipnya, pertukaran gas yang terjadi di
jaringan tubuh dan paruparu terjadi secara difusi mengikuti perbedaan tekanan. Udara yang sampai
alveoli memiliki tekanan O2 yang lebih tinggi dan tekanan CO2 yang lebih rendah dibandingkan
dengan darah dalam pembuluh arteri yang melewati alveoli. Jika tekanan udara 1 atmosfer (760
mmHg), dan volume O2 adalah 21%, tekanan parsial O2 (PO2 ) di udara bebas adalah 0,21 x 760
mmHg, yaitu sekitar 160 mmHg. Sementara itu, tekanan parsial CO2 (PCO2 ) diketahui adalah sekitar
0,23 mmHg. Akibatnya, O2 dari udara berdifusi melewati epitel alveoli dan kapiler ke dalam darah di
dalam kapiler (Campbell, 1998: 845).

Dalam darah, oksigen diikat oleh hemoglobin. Hemoglobin adalah protein yang terdiri atas hemin
dan globin. Hemin memiliki unsur besi (Fe) yang menjadi pusat dari molekul hemoglobin. Dalam
unsur besi ini, terjadi pengikatan oksigen (proses oksigenasi) sehingga terbentuk oksihemoglobin
(HbO2). Setiap molekul hemoglobin dapat mengikat 4 molekul O2. Namun, kemampuan mengikat
oksigen ini bergantung pada tekanan oksigen (tekanan udara) di lingkungan luar.

Pada saat yang bersamaan dengan difusi oksigen, terjadi juga difusi CO2 dengan arah yang
berlawanan, yaitu dari darah ke udara dalam rongga alveoli. Ketika darah meninggalkan kapiler di
alveoli, darah tersebut telah memiliki tekanan O2 yang lebih tinggi dan tekanan CO2 yang lebih
rendah.
Jantung memompa darah dari paru-paru ke seluruh tubuh. Pertukaran gas di dalam jaringan terjadi
dengan prinsip yang sama dengan yang telah diuraikan sebelumnya. Jaringan (sel) memiliki tekanan
CO2 yang lebih tinggi dan tekanan O2 yang lebih rendah dibandingkan dengan darah. Penumpukan
CO2 terjadi sebagai akibat dari metabolisme sel.

Perbedaan tekanan menyebabkan oksigen dalam darah dilepaskan dari oksihemoglobin. Karbon
dioksida dalam sel akan berdifusi keluar darah. Akibat perbedaan tekanan parsial dan kelarutan,
kurang dari 5% CO2 akan tetap berada dalam sel. Di dalam darah, CO2 dapat bereaksi dengan H2 O
dan membentuk asam karbonat (H2 CO3 ). Asam karbonat juga dapat berdisosiasi menjadi asam
bikarbonat (HCO3 – ) dengan melepaskan satu atom H+. Atom hidrogen tersebut kemudian
ditangkap oleh hemoglobin.

Sebagian kecil CO2 , yaitu sekitar 30%, berikatan dengan salah satu protein dalam hemoglobin.
Sementara itu, 65% CO2 diangkut dalam bentuk ion HCO3 – melalui proses berantai yang disebut
dengan proses pertukaran klorida. Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase dalam eritrosit,
CO2 bereaksi dengan H2 O membentuk asam karbonat (H2 CO3 ). Asam karbonat dapat berdisosiasi
menjadi asam bikarbonat (HCO3 – ) dengan melepaskan satu atom H+ . Asam bikarbonat akan keluar
dari eritrosit ke plasma darah. Kedudukan ion bikarbonat akan digantikan oleh ion Cl– . Dinamika
pengikatan dan pelepasan antara asam karbonat dan ion Cl– dengan ion H+ menyebabkan
perubahan pada sistem buffer pada darah dan turunnya pH darah. Reaksinya sebagai berikut.

Ketika darah sampai ke paru-paru, terjadi reaksi yang sama hanya saja dengan arah yang
berlawanan.

Anda mungkin juga menyukai