Anda di halaman 1dari 2

Difusi Gas Dalam Kapiler Paru

Perbedaan kedalaman O2 dan CO2 di jaringan mempengaruhi transpor


gas-gas melewati dinding alveolus, molekul O2 berdifusi lebih cepat dari pada
molekul CO2 karena massanya lebih kecil. Apabila terdapat penyakit yang
menyebabkan dinding alveolus menebal transport O2 akan lebih terganggu
dibandingkan dengan transport CO2.Saat kita bernapas normal, pasokan udara
segar tidak mencapai alveolus yang masih terisi oleh udara pengap dari napas
sebelumnya karena konsentrasinya yang lebih tinggi, O2 segar dengan cepat
berdifusi melewati udara pengap untuk mencapai permukaan alveolus.
Oksigen larut di dinding alveolus yang lembab dan terus berdifusi ke
dalarn darah kapiler sampai PO2: darah sama dengan PO2 di alveolus, proses ini
berlangsung dalam waktu kurang dari detik. Darah hanya dapat mengangkut
sedikit O2 dalam bentuk terlarut sebagian besar O2 untuk sel di angkut dengan
terikat secara kimiawi ke hemoglobin (Hb) di sel darah merah, setiap sel darah
merah dapat mengangkut sekitar sejuta molekul O2. Molekul oksigen berikatan
secara ringan dan reversibel dengan Hb bila PO2 tinggi seperti di dalam kapiler
paru Oksigen berikatan dengaa hemoglobin, tetapi bila PO2 rendah seperti
dalam kapiler jaringan oksigen di lepaskan dari hemoglobin. PO2 dalam udara
alveoli 104 mmHg sementara PO2 dalam darah venosa 40 mmHg, sehingga ada
perbedaan tekanan partial oksigen sekitar 64 mmHg, dengan demikian terjadilah
difusi oksigen dari udara alveoli ke darah kapiler paru begitu cepat, difusi
oksigen dari udara alveoli ke darah kapiler.
Saat mencapai sel yang lingkungan PO2 rendah O2 terlepas dari Hb dan
berdifusi ke dalam sel, tidak semua O2 meninggalkan Hb; jumlah yang lepas
tersebut bergantung pada PO2 jaringan, pada keadaan istirahat darah vena
kembali ke jantung sekiar 75% dari kandungan O2 nya, oksigen tetap bertahan
di darah karena tidak dibutuhkan di jaringan, sedangkan saat kerja fisik olah raga
berat, situasi di otot yang aktif berubah secara drastis. Tekanan O2 di otot yang
bekerja akan turun dengan cepat sehingga lebih banyak O2 yang terlepas dari
Hb dan berdifusi ke dalam otot. Selain itu tubuh dapat meningkatkan aliran
darah ke otot yang sedang bekerja sampai tiga kali lipat. Otot yang sedang
bekerja dapat mengkonsumsi O2 sepuluh kali lebih banyak di bandingkan saat
istirahat. Karbon dioksida tidak di angkut dari jaringan dengan difusi sederhana
sebagian besar dipertahankan relatif konstan oleh kecepatan bernapas,
sesesorang yang melakukan; pernapasan terlalu cepat (hiperventilasi) dapat
menyebabkan penuruan PCO2 didarah (hiperkapnia); hal ini dapat mengalami
gangguan kesadaran hingga pingsan.
Transpor Oksigen
Sekitar 97% oksigen dalam darah terikat oleh hemoglobin eritrosit. Sedangkan
sisanya sebanyak 3% larut dalam plasma darah. Hemoglobin terdiri atas 4
gugus heme (suatu molekul organik dengan satu atom besi) yang dapat
berikatan dengan 02 membbentuk oksihemogobin HbO2. Setiap molekul
hemoglobin mengandung 4 gugus heme, maka molekul ini dinyatakan sebagai
Hb4. Jika berikatan dengn 4 molekul O2 akan membentuk Hb4O8. Reaksi
engikatan ini berlangusng sangat cepat, hanya membutuhkan waktu kurang dari
0,01 detik. Reaksi deoksigenasi (reduksi) Hb4O8 juga berangsung sangat cepat.
Reaks yang terjadi yaitu :
Hb4 + O2 Hb4O2
Transpor Karbon Dioksida
Ketika darah arter mengalir mealui kapiler jaringan, CO2 berdifusi dari sel-sel
jaingan ke dalam darah. Karbon Dioksida diangkut oleh darah dengan tiga cara,
sebagai berikut :
1. CO2 larut dalam plasma darah. Kelarutan CO2 dala plasma daah sekitar 20
kali lebih besar daripada kelarutan O2. Meskipun demikian hanya 10% dari
kandungan CO2 total darah yang terangkut dengan cara ini
2. CO2 terikat oleh hemglobin. Sebanyak 30% CO2 berikatan dengan Hb
membentuk karbomino hemoglobin (HbCO2). Karbon dioksida terikat oleh
hemoglobin di bagian globin.
3. CO2 berbentuk bikarbonat. Sebanyak 60% CO2 diubah menjadi HCO3 di
dalam sel darah merah dengan enzim karbonat anhidrase. Reaksinya yaitu :

Pada reaksi pertama CO2 berikatan denga H20 untuk membentuk asam karbonat
(H2CO3). Reaksi ini dapat terjadi sangat lamat di plasma darah, tetapi akan
berlangsung sangat cepat dalam sel darah merah karena adanya enzim karbonat
anhidrase yang mengkatalisis reaksi. Reaksi dapat terjadi dua arah, bergantung
pada konsentrasi senyawa. Jika konsentrasi CO2 tinggi seperti di dalam jaringan,
reaksi berlangsung ke kanan, sehingga lebih banyak terbentuk ion hidrogen dan
bikarbonat. Sebaliknya jika konsentrasi CO2 rendah seperti di dalam paru-paru,
reaksi berlangsung ke kiri dan melepaskan CO2.

Sumber:
Sherwood, L. 2001. Fisiologi manusia; Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC
Guyton, A. 1994. Fisiologi kedokteran. Edisi ke 7. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai