Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

KONSEP OKSIGENASI
DOSEN : Wardatul Washilah S,kep.,Ns.,M,kep

Dosen Pembimbing : Bpk. Ainul Yakin S,kep.,Ns.,M,kes

Di buat Oleh Kelompok 4 :

1. Salsabila Himmatul Aisyah (14201.14.22084 )


2. Masnunatus Sa’adah (14201.14.22047 )
3. Syerina putri dewi (14201.14.22099 )
4. Siti haniva (14201.14.22089)
5. Siti Mudrika (14201.14.22093)
6. Ridho Muhammad firdaus (14201.14.22076)

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN


GENGGONG

PAJARAKAN PROBOLINGGO TAHUN AKADEMIK 2022 -


2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kepada allah SWT . Yang
telah memberikan rahmat dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul konsep OKSIGENASI ini dengan baik dan selesai tepat
waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada ibu Wardatul Washilah,


S.Kep., Ns, M.Kep selaku dosen konsep dasar keperawatan 1 yang membingbing
kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan
data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan
tentang teori keperawatan tentang caring.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang kami


belum ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari dosen maupun
teman-teman sekalian. Demi tercapainya makalah yang sempurna.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Penulis

Sabtu, 5 November 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………...…………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………..


1.2 Rumusan Masalah……………………………………….
1.3 Tujuan Ma salah………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Fisiologi Ventilasi………………………………………


2.2 Perfusi………………………………………………….
2.3 Difusi…………………………………………………..
2.4 Pertukaran Pernafasan………………………………….
2.5 Proses Transportasi ksigen…………………………….
2.6 Sirkulasi…………………………………………………
2.7 Proses Respirasi seluler………………………………..
BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan dan Saran…………………………………..

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ sel tubuh. Dalam
kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari peranan fungsi
sisitem pernafasan dan kardiovaskuler yang menyuplai kebutuhan oksigen
tubuh. Dan dalam implementasinya mahasiswa keperawatan diharapkan lebih
memahami tentang apa oksigenasi, bagaimana proses keperawatan pada klien
dengan gangguan oksigenasi dan bagaimana praktik keperawatan yang
mengalami masalah atau gangguan oksigenasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa fisiologi oksigenasi :


a. ventilasi
b. perfusi
c. difusi
d. pengaturan pernafasan
e. proses transportasi oksigen
f. sirkulasi
g. proses respirasi seluler
2. Apa faktor yang mempengaruhi Oksigenasi ?

2.3 Tujuan Masalah


1. Menjelaskan Tentang Definisi Fisiologi :

a. Ventilasi
b. Perfusi
c. Difusi
d. Pertukaran Pernafasan
e. Proses Transportasi Oksigen
f. Sirkulasi
g . Proses respirasi seluler
2. Menjelaskan Faktor yang mempengaruhi Oksigenasi
BAB II

PENDAHULUAN

2.1 Fisiologi Ventilasi

Ventilasi merupakan langkah pertama dalam peran paru sebagai organ


penukar gas dan penyuplai kebutuhan jaringan tubuh. Ventilasi adalah suatu
proses berurutan inhalasi dan menghembuskan napas. Dalam kondisi tenang,
paru menyerap sejumlah oksigen per menit yang sesuai dengan kebutuhan
untuk mendukung metabolisme jaringan dalam jumlah yang cukup, tidak
lebih dan tidak kurang. Proses ini juga bertujuan untuk menghilangkan
karbon dioksida yang dihasilkan oleh metabolisme.
Selama inspirasi, oksigen yang dihirup dari udara berada pada konsentrasi
sekitar 21% (atau tekanan parsial PO2 sekitar 150 mmHg). Inhalasi dilakukan
dengan menurunkan tekanan gas alveolar di bawah tekanan atmosfer diikuti
kontraksi diafragma dan otot-otot dinding dada, yang memperluas rongga
dada,sehingga akan mengurangi tekanan intratoraks.
Ketika tekanan intratoraks turun demikian juga tekanan alveolar.Ketika
tekanan alveolar turun di bawah tekanan atmosfer,maka udara akan mengalir
dari luar melalui sepanjang saluran udara untuk mencapai alveoli, yang akan
bercampur dengan gas alveolar yang tersisa dari napas sebelumnya.
Tingkat oksigen alveolar dari napas sebelumnya jauh lebih rendah dari
inspirasi karena telah berkurang pada proses difusi sebelumnya. Sehingga
oksigen yang baru dihirup akan langsung menaikkan kadar oksigen
alveolar,mengganti molekul oksigen yang telah pindah ke dalam darah.
Proses ini berfungsi untuk menstabilkan konsentrasi oksigen alveolar dari
waktu ke waktu pada level sekitar14%, atau sekitar 100 mmHg.5,6,7 Oksigen
secara berkelanjutan akan berpindah dari alveoli ke dalam darah di paru dan
oksigen yang baru akan dihirup masuk ke dalam alveoli.
Semakin cepat oksigen. Sebaliknya,semakin cepat oksigen dimasukkan ke
dalam alveoli dari atmosfer, makin tinggi pula konsentrasi oksigen di dalam
alveoli. Oleh karena itu,konsentrasi oksigen pada alveoli dan tekanan
parsialnya dikontrol oleh:
(1) kecepatan absorpsi oksigen ke dalam darah

(2) kecepatan masuknya oksigen baru ke dalam paru melalui


proses ventilasi.

2.2 Definisi Perfusi

Perfusi adalah proses dimana darah dioksigenasi mengalir ke paru


dan mengalami reoksigenasi atau dapat dikatakan sebagai sirkulasi darah
di dalam pembuluh kapiler paru.Rangkaian pembuluh kapiler paru sangat
padat,dimana terdapat 6 milyar kapiler yang mengelilingi 3 juta alveoli
paru.

Perfusi adalah perjalanan cairan melalui sistem peredaran darah atau


sistem limfatik keorganan atau jaringan,biasanya mengacu pada
pengiriman darah ketempat tidur kapiler dijaringan. Perfusi diukur sebagai
tingkat dimana darah dikirim ke jaringan, atau volume darah persatuan
waktu (aliran darah ) persatuan massa jaringan.

Satuan SI adalah m/(s.kg),meskipun perfusi organ manusia biasanya


dilaporkan dalam ml/min/g. kata ini berasal dari prancis “Perfuser” yang
berarti “menuangkan atau melalui”. Semua jaringan hewan memerlukan
suplai darah yang cukup untuk kesehatan dan kehidupan nya.

Perfusi yang buruk (malperfusion) yaitu iskemia,menyebabkan masalah


kesehatan,seperti yang terlihat pada penyakit kardiovaskular,termasuk
penyakit arteri koroner,penyakit serebrovaskular,penyakit arteri parifer,dan
banyak kondisi lainnya.

Tes yang memverifikasi bahwa ada perfusi yang mencukupi adalah bagian
dari proses penilaian pasien yang dilakukan oleh personel medis atau
darurat. Metode yang paling umum termasuk warna kulitt
tubuh,suhu,kondisi (kering/lembut/keras/bengkak/cekung/dll), dan
pengisian kapiler.

Selama oprasi besar,terutama operasi kardiotoraks,perfusi harus dijaga dan


dikelola oleh profesional kesehatan yang terlibat,daripada dibiarkan
homeostasis tubuh saja. Karena ahli bedah utama seringkali terlalu sibuk
untuk menangani sendiri semua kontrol hemodinamik,spesialis yang di
ebut ahli perfusi grip aspek ini. Ada lebih dari seratus ribu prosedur perfusi
setiap tahun.
2.3 Difusi

A. Pengertian Difusi

Dilansir Britannica Encyclopedia, difusi adalah proses yang dihasilkan dari gerakan
molekul dimana alirannya berpindah dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah
berkonsentrasi rendah.

Dalam definisi tersebut, perbedaan konsentrasi pada dua larutan dikenal juga
dengan sebutan gradien konsentrasi. Meski tidak ada perbedaan konsentrasi,
perpindahan molekul tetap dapat terjadi untuk mencapai kesetimbangan.

Proses difusi juga berlaku dalam tubuh manusia. Menurut Modul Biologi Kelas XI
yang disusun oleh Saifullah (2020), difusi adalah proses perpindahan partikel suatu
zat dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah untuk
mencapai keseimbangan.

Contoh difusi dalam tubuh manusia yaitu ketika kita menarik napas maka alveolus
mengembang dan oksigen masuk ke paru-paru. Lalu, ketika menghembuskan
napas, alveolus mengempis dan karbon dioksida keluar dari tubuh. Nah, proses ini
terjadi disebabkan molekul bergerak dari konsentrasi tinggi ke rendah.

B. Proses Difusi

Proses difusi dapat terjadi di zat padat, zat cair, atau zat gas. Dalam hal ini,
prosesnya tidak memerlukan energi karena itulah proses difusi disebut juga sebagai
sistem transpor pasif.

Proses difusi adalah kondisi dimana terjadinya pergerakan partikel zat dengan
gerakan acak yang berdifusi dari bagian berkonsentrasi tinggi menuju ke bagian
yang lebih rendah melalui membran sel.

Sebuah partikel dapat melewati membran tersebut jika ukuran partikel sangat kecil
dan dapat larut dalam air maupun lemak.

C. Faktor yang Mempengaruhi Difusi

Berikut ini merupakan sejumlah faktor yang mempengaruhi proses difusi


adalah sebagai berikut:

1. Ukuran molekul yang meresap

Jika molekul berukuran besar, maka proses difusi akan lebih lambat untuk melewati
membran daripada molekul yang ukurannya lebih kecil.
2. Suhu

Gerakan molekul akan lebih cepat ketika terjadi kenaikan suhu. Hal ini tentunya
berdampak pada laju difusi yang juga semakin cepat.

3. Konsentrasi zat

Laju difusi juga didasarkan pada besar gradien konsentrasi yang ada pada dua zat.

4. Wujud materi

Proses difusi pada zat padat biasanya akan lebih lambat dibandingkan dengan zat
cair dan zat gas. Contohnya proses difusi O2 pada hewan bersel satu. Difusi dapat
terjadi karena konsentrasi O2 di udara lebih tinggi daripada konsentrasi O2 di
dalam sel.

Baca juga:

Pengertian Denial Beserta Penyebab, Ciri, dan Cara Mengatasinya

D. Jenis-jenis Difusi

Difusi memiliki dua macam jenis yaitu difusi sederhana dan difusi
terbantu. Dikutip dari Modul Biologi yang disusun Saefullah (2020), berikut
penjelasannya

1. Difusi Sederhana

Pada jenis ini, difusi adalah perpindahan zat padat, cair, atau gas baik itu melewati
atau tidak melewati membran dari bagian berkonsentrasi tinggi (hipertonis) ke
bagian berkonsentrasi rendah (hipotonis). Akibat perpindahan ini, konsentrasi zat
menjadi sama (isotonis).

2. Difusi Terbantu

Jenis difusi ini memerlukan bantuan protein spesifik berupa saluran protein dan
protein transpor. Contohnya pada bakteri Escherichia coli yang akan menurun
metabolismenya jika dipindahkan ke dalam medium laktosa karena tidak dapat
melalui membran sel.

Namun, dengan bantuan enzim permease, laktosa dapat melewati membran sel.
Enzim permease adalah protein membran sel yang membuka jalan untuk ion dan
molekul polar tidak bermuatan untuk dapat melewati dua lapisan lipid hidrofobik
dari membran sel.

2.4 pengaturan pernafasan


Pusat pernafasan terletak di medula dan pons, yang merupakan bagian dari batang
otak medula merupakan pusat inspirasi dan ekspirasi

Pusat inspirasi secara otomatis membangkitkan impuls dalam irama ritmis. Impuls
ini berjalan sepanjang saraf menuju otot respirasi untuk merangsang kontraksinya.
Hasilnya adalah inhalasi. Saat paru-paru terinflasi, baroreseptor di jaringan paru
mendeteksi peregangan ini dan membangkitkan impuls sensorik menuju medula;
impuls ini mulai mendepresi pusat inspirasi. Ini disebut refleks inflasi Hering-Bauer,
yang membantu mencegah paru berlebihan.

Ketika pusat inspirasi terdepresi, terjadilah penurunan impuls menuju otot


pernafasan yang akan berelaksasi untuk menimbulkan ekhalasi. Kemudian pusat
inspirasi akan aktif kembali untuk memulai siklus pernafasan lain. Ketika dibutuhkan
ekhalasi yang lebih kuat, seperti kita melakukan latihan, pusat inspirasi mengaktifkan
pusat ekspirasi, yang membangkitkan impuls menuju muskuli interkostale interni dan
muskuli abdominis.

Dua pusat pernafasan di pons yang bekerja dengan pusat inspirasi yang
menghasilkan irama pernafasan normal. Pusat apneustik memperlama inhalasi , dan
kemudian diinterupsi oleh impuls dari pusat pneumotaksis, yang merupakan salah
satu yang mempengaruhi ekhalasi. Pada pernafasan normal, inhalasi berlangsung
satu sampai dua detik, diikuti oleh ekhalasi yang sedikit lebih lama (dua sampai tiga
detik), yang menghasilkan kisaran normal frekuensi pernafasan antara 12-sampai 20
kali permenit.

Apa yang baru saja digambarkan merupakan pernafasan normal, tetapi variasinya
mungkin terjadi dan cukup sering. Kondisi emosi biasanya mempengaruhi respirasi;
ketakutan yang tiba-tiba bisa menyebabkan terengah-engah dan teriakan , dan
kemarahan biasanya mempercepat pernafasan. Pada situasi ini impuls dari
hipotalamus memodifikasi keluaran dari medula. Korteks serebral mampu mengubah
kecepatan atau irama pernafasan kita secara volunter untuk berbicara, bernyanyi ,
bernapas lebih cepat atau lambat, bahkan untuk berhenti bernapas sekitar satu menit
sampai dua menit. Namun, perubahan tersebut tidak bisa terus menerus, dan medula,
pada akhirnya akan mengambil kendali.

Apa yang baru saja digambarkan merupakan pernafasan normal, tetapi variasinya
mungkin terjadi dan cukup sering. Kondisi emosi biasanya mempengaruhi respirasi;
ketakutan yang tiba-tiba bisa menyebabkan terengah-engah dan teriakan , dan
kemarahan biasanya mempercepat pernafasan.

Pada situasi ini impuls dari hipotalamus memodifikasi keluaran dari medula. Korteks
serebral mampu mengubah kecepatan atau irama pernafasan kita secara volunter
untuk berbicara, bernyanyi , bernapas lebih cepat atau lambat, bahkan untuk berhenti
bernapas sekitar satu menit sampai dua menit. Namun, perubahan tersebut tidak bisa
terus menerus, dan medula, pada akhirnya akan mengambil kendali.

Batuk dan bersin merupak refleks untuk mengeluarkan iritan dan jalan napas; medula
berisi pusat bagi kedua refleks ini. Bersin dirangsang oleh bahan yang mengiritasi
mukosa hidung , dan batuk dirangsang oleh iritasi pada mukosa faring, laring atau
trakea.

Kerja refleks pada hakikatnya sama untuk keduanya: suatu inhalasi diikuti ekhalasi
yang dimulai dengan penutuapan glotis untuk meningkatkan tekanan. Kemudian
glotis terbuka tiba-tiba dan ekhalasi terjadi eksplosif. Batuk akan langsung
dikeluarkan lewat mulut, sementara bersin dikeluarkan lewat hidung.

Refleks ekspirasi yang lain adalah menguap. Kebanyakan kita menguap ketika lelah,
tetapi stimulus untuk dan tujuan menguap tidak diketahui dengan pasti. Ada
beberapa kemungkinan, seperti kekurangan oksigen atau akumulasi karbon dioksida,
tetapi yang benar-benar pasti belum diketahui. Demikian juga, kita tidak tahu kenapa
menguap itu menular, tetapi dengan melihat seseorang menguap hampir dipastiakan
membuat diri kita juga menguap.

2.5 Proses Transportasi Oksigen

Proses transportasi oksigen atau Perjalanan Oksigen Di Tubuh Kita Oksigen


merupakan salah satu gas yang terdapat di udara bebas yang memiliki peran penting
untuk kelangsungan hidup. Oksigen merupakan salah satu bahan yang diperlukan
untuk menghasilkan energi oleh sel tubuh kita. Tanpa oksigen organ – organ tubuh
kita tidak dapat berfungsi baik. Akibatnya, organ mengalami gangguan hingga
kematian.

Perjalanan oksigen dari sumber oksigen ke dalam paru – paru dimulai


dari hidung atau mulut. Setelah itu, oksigen menuju faring, laring, trakea, bronkus,
dan ke alveolus (bagian terkecil paru – paru). Proses ini terjadi akibat tekanan di
dalam paru – paru menjadi lebih rendah dibandingkan udara luar. Setelah itu,
oksigen di dalam alveolus akan berdifusi (perpindahan oksigen dari tempat yang
berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah) ke dalam pembuluh
darah yang melewati alveolus. Faktor – faktor yang meningkatkan proses difusi
tersebut, yaitu luas permukaan alveolus yang besar dan perbedaan tekanan oksigen
antara alveolus - pembuluh darah yang besar. Sedangkan yang menghambat proses
difusi tersebut, yaitu ketebalan dinding alveolus dan berat molekul zat tersebut.

Setelah oksigen berdifusi ke dalam pembuluh darah, oksigen akan


dihantarkan ke jaringan seluruh tubuh oleh sel darah merah. Sel darah merah
mengandung hemoglobin (Hb) yang berperan penting sebagai alat transportasi
oksigen dalam darah. Sebagian besar, sekitar 97%, oksigen diangkut oleh
hemoglobin, sisanya 3% diangkut dalam keadaan terlarut dalam plasma darah.
Kemampuan Hb mengikat oksigen dipengaruhi beberapa faktor, yaitu pH,
kadar karbondioksida (CO2), dan suhu. Kemampuan Hb untuk mengikat oksigen
akan menurun jika pH darah menurun, kadar karbondioksida meningkat, dan suhu
meningkat. Hal ini bertujuan agar oksigen yang diangkut oleh Hb dapat dilepaskan
ke sel tubuh dan digunakan untuk menghasilkan energi. Begitupun sebaliknya, jika
pH meningkat, konsentrasi karbondioksida menurun, atau suhu menurun, maka
kemampuan Hb mengikat oksigen meningkat.

Oksigen yang sampai di jaringan akan berpindah dari pembuluh darah


ke jaringan. Proses ini terjadi karena konsentrasi oksigen di jaringan rendah
sehingga kadar oksigen dalam darah dapat berpindah ke jaringan. Setelah itu,
oksigen digunakan sebagai bahan dasar untuk menghasilkan energi (ATP).

Dengan demikian, transport oksigen dari udara luar sampai ke jaringan


sangat diperngaruhi oleh perbedaan tekanan oksgien dan kadar hemoglobin dalam
darah.

2.6 Definisi Sirkulasi

Kita mengalami suatu ruang dalam kaitannya dengan dari mana asal
kita bergerak dan akan kemana arah kita mengantisipasi tujuan kita.Sirkulasi
menjadi suatu wadah untuk memfasilitasi hal tesebut, dimana kita bergerak dari
suatu tempat ke sebuah tempat lain yang berbeda,sehingga fungsi dari sirkulasi
adalah untuk menghubungkan ruangan yang satu dengan ruangan lainnya.Kita
dapat juga menggunakan ruangan-ruangan yang ada sebagai sirkulasi atau membuat
suatu ruangan khusus sebagai sarana sirkulasi tersebut.

A. Bentuk pola sirkulasi

a. Pola sirkulasi direct adalah pola sirkulasi yang mengarah langsung dan hanya
memberi satu pilihan ke tujuan ahir. Akses visual yang diterima oleh pengunjung
adalah tujuan akhir ke ruang yang dituju.

b. Pola sirkulasi curvelinear adalah garis linear yang berliki-liku halus dan memberi
satu pilihan ke tujuan akhir. Pada pola sirkulasi ini akses visual ke tujuan akhir
kurang jelas dan memberi kesan mengalir

c. Pola sirkulasi erractic adalah pola sirkulasi yang terpatah-patah. Akses visual ke
tujuan akhir kurang jelas dan memiliki potensi untuk memberi kejutan-kejutan
ruang.
d. Pola sirkulasi interrupted adalah keadaan ruang sirkulasi yang terputusputus pada
bagian tertentu dan akses visual ke tujuan akhir kurang jelas.

e. Pola sirkulasi looping adalah pandangan ke arah tujuan akhir disamarkan dan
memberi kesan mengalir apa adanya

f. Pola sirkulasi distraction adalah bentuk sirkulasi dimana pandangan ke arah yang
dituju dikacaukan oleh obyek-obyek lain. Fokus visual mengalir bersama dengan
waktu tempuh

g. Pola sirkulasi obscure adalah pola sirkulasi dimana lalu lintas sirkulasi yang
disembunyikan dari jangkauan umum

h. Pola sirkulasi diverging adalah bentuk sirkulasi bercabang sehingga akses ke


tujuan akhir secara fisik dan visual menjadi tidak jelas.

2.7 Proses Respirasi Seluler

Respirasi sel merupakan proses perombakan molekul organik kompleks yang


kaya akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah
(proses katabolik) pada tingkat seluler.

Proses perombakan yang terjadi pada respirasi sel tersebut belum diketahui tingkat
kestabilannya. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keseimbangan pada setiap tahapannya.

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara

Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel
tubuh.

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan
dengan dua cara pernapasan, yaitu :

1. Respirasi / Pernapasan Dada

Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut Tulang rusuk terangkat ke
atas Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil
sehingga udara masuk ke dalam badan.

2. Respirasi/pernapsan perut

Otot difragma pada perut mengalami kontraksi Diafragma datar Volume rongga
dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil
sehingga udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam
keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi
berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus
selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan
disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.

Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapai 100 mmHg
dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40
milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh
kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc
karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju
paruparu dengan bantuan darah.

Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :

Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2

Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2

Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2

Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan


mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air. Tujuan proses
pernapasan yaitu untuk memperoleh energi.

2.8 Faktor yang mempengaruhi oksigenasi

Faktor- factor yang mempengaruhi oksigenasi (Potter & Perry,2006)


Faktor-faktor yang mempengaruhi keadekuatan sirkulasi, ventilasi dan transportasi
gas-gas pernafasan kejaringan ada empat yaitu :

1) Faktor fisiologis

Setiap kondisi yang mempengaruhi kardiopulmonal akan mempengaruhi


kemampuan tubuh untuk pemenuhan oksigen.Klasifikasi umum gangguan jantung
meliputi (1) ketidakseimbangan konduksi, (2) kerusakan fungsi faskuler, (3)
hipoksia miokard, (4) kardiomiopati, dan (5) hipoksia jaringan perifer.

Gangguan pernapasan meliputi: (1) hiperventilasi, (2) hipoventlasi, dan (3)


hipoksia. Proses fisiologis lain yang mempengaruhi proses oksigenasi yaitu (1)
penurunan kapasitas pembawa oksigen seperti anemia (2) peningkatan kebutuhan
metabolisme seperti: kehamilan,demam, infeksi, (3) perubahan yang mempengaruhi
pergerakan dinding dada atau sistem saraf pusat seperti: trauma, perubahan
konfigurasi struktural yang abnormal, miastenia grafis, sindruma guillain barre dan
lain-lain.

2) Faktor perkembangan

Tahap perkembangan (umur) dan proses penuaan yang normal akan


mempengaruhi oksigenasi jaringan. Pada bayi prematur berisiko terkena penyakit
membran hialin, yang diduga disebabkan oleh defisiensi surfaktan. Kemampuan
paru untuk mensistesis surfaktan berkembang lambat pada masa kehamilan, yakni
pada sekitar bulan ketujuh, dan dengan demikian bayi preterm tidak memiliki
surfaktan.

Bayi dan todler berisiko mengalami infeksi saluran napas atas sebagai hasil
pemaparan yang sering pada anak-anak lain dan pemaparan dari asap rokok yang
diisap dari orang lain. Selain itu selama proses pertumbuhan gigi, beberapa beberapa
bayi berkembang kongesti nasal, yang memungkinkan pertumbuhan bakteri dan
memungkinkan potensi terjadinya infeksi saluran pernapasan.

Infeksi saluran pernafasan atas biasanya tidak berbahaya dan bayi atau todler
sembuh dengan kesulitan yang sedikit. Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada
infeksi pernapasan dan faktorfaktor resiko pernafasan, misalnya asap rokok dan
merokok.

Individu usia dewasa pertengahan dan dewasa muda terpapar pada banyak faktor
resiko kardiopulmonar, seperti: diet yang tidak sehat,kurang latihan fisik, obat-obatan,
dan merokok. Dengan mengurangi faktorfaktor yang dapat dimodifikasi ini, akan
menurunkan resiko menderita penyakit jantung dan pulmonar. Sistem pernafasan dan
sistem jantung pada lansia mengalami perubahan sepanjang proses penuaan.

Pada sistem arterial terjadi plak aterosklerosis sehingga tekanan darah sistemik
meningkat. Kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia yang berhubungan
dengan osteoporosis dan kalsifikasi tulang rawan kosta. Ventilasi dan transfer gas
menurun seiring peningkatan usia.

3) Faktor perilaku

Perilaku atau gaya hidup, baik secara langsung atau tak langsung akan
mempengaruhi kebutuhan oksigen. Faktor perilaku yang mempengaruhi kebutuhan
oksigen antara lain : nutrisi, latihan fisik,merokok, penyalahgunaan substansi dan stres.

4) Faktor lingkungan
Lingkungan juga mempengaruhi oksigenasi. Insiden penyakit paru lebih tinggi di
daerah berkabut, di daerah perkotaan lebih tinggi dari pada pedesaan. Tempat kerja
dapat meningkatkan resiko yaitu polusi udara lingkungan kerja. Stresor yang terus
menerus akan meningkatkan laju metabolisme tubuh dan kebutuhan akan oksigen.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Oksigen adalah komponen yang sangat penting di dalam memproduksi


molekul Adenosin Trifosfat (ATP) secara normal. ATP adalah sumber bahan bakar
untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal. ATP memberikan energi yang
diperlukan oleh sel untuk melakukan keperluan sebagai aktivitas untuk memelihara
efektivitas segala fungsi tubuh. Seseorang yang mengalami gangguan oksigenasi dapat
terjadi hipoksia yakni kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen
dalam tubuh akibat kekurangan oksigen atau penggunaan peningkatan penggunaan
oksigen dalam sel. Keadaan ini Perawat memiliki peran penting dalam melaksanakan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien yang mengalami gangguan sistem
pernafasan. Memenuhi kebutuhan oksigenasi adalah intervensi mandiri seorang
perawat, cara memenuhi kebutuhan oksigenasi pada pasien antara lain :

•Posisi yang baik

•Suctioning

•Latih nafas dalam dan batuk efektif

•Humidifikasi

•Postural Drianage

•Terapi oksigen
•Kolaborai pemberian obat bronchodilator

Tindakan keperawatan diatas harus dilakukan evaluasi sejauh mana kemajuan yang
ditunjukan oleh pasien setelah diberikan intervensi keperawatan diatas yang
disesuaikan dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai