Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gunung Berapi adalah gunung yang mempunyai lubang kepundan
atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma, gas,
atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Atau secara teknis, gunung
berapi adalah suatu sistem saluran fluida panas yang memanjang dari
kedalaman sekitar 10 kilometer di bawah permukaan bumi sampai ke
permukaan bumi. Fluida panas ini juga termasuk endapan hasil
akumulasi material yang dikeluarkn pada saat gunung meletus.
Sistem saluran fluida panas ini berupa batuan dalam wujud cair yang
disebut lava.
Indonesia merupakan gugusan pulau yang kaya akan gunung
berapi. Dengan gunung berapi inilah yang berpotensi untuk meletus.
Letusan gunung sebagai gangguan kesehatan darurat ditandai
dengan kejadiannya cepat, letusan gunung bisa bersusulan dan
susulannya bisa kecil atau tidak jarang justru lebih besar..
Indonesia memiliki 128 gunung berapi aktif, setara dengan 15%
jumlah gunung berapi di dunia. Diantaranya pernah meletus sebuah
gunung yang melebihi 70 kali. Dari gunung-gunung berapi ini sudah
tercatat lebih dari 70 letusan dengan korban tidak kurang dari 175.000
orang dengan jumlah gunung ini, maka luas daerah yang terancam
risiko letusan gunung adalah seluas 16.620 km dengan jumlah
penduduk luasnya sekitar 3 juta orang.
Dari kejadian Gunung Merapi ini yang membuat para petugas
kesahatan khususnya di bidang Epidemiologi melakukan penelitian
agar merekomendasi pengambilan keputusan dalam menangani hal
tersebut yakni dengan memberikan penanggulangan serta menyusun
perencanaan terhadap kejadian-kejadian tersebut agar kehidupan

Page | 1
masyarakat yang ada di sekitar kawasan gunung dapat terjamin dan
lebih aman.

B. Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang tersebut maka penyusun, merumuskan beberapa
masalah yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Gunung Merapi ?
2. Bagaimana Manajemen Kesehatan Darurat Gunung Merapi ?
3. Bagaimana Surveilans Epidemiologi Kesehatan Darurat Gunung
Merapi ?

C. Tujuan
Dari Rumusan Masalah Tersebut maka Tujuan dapat dirumuskan
sebagai Berikut :
1. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Gunung Merapi
2. Untuk Mengatahui Manajemen Kesehatan Darurat Gunung Merapi
3. Untuk Mengatahui Surveilans Epidemiologi Kesehatan Darurat
Gunung Merapi

Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Epidemiologi Gunung Merapi


Gunung adalah suatu daerah berbentuk daratan yang mempunyai
perbedaan tinggi yang menyolok atau menonjol dibandingkan dengan
daerah di sekitarnya. Gunung biasanya lebih tinggi dan curam jika
dibandingkan dengan bukit. Dalam Encyclopedia Britannica, suatu
daratan yang menjulang tinggi didefinisikan sebagai gunung apabila
memiliki puncak dengan ketinggian lebih dari 2.000 kaki atau 610
meter. Pada umumnya gunung berada di atas daratan, namun ada
juga gunung yang berada di bawah permukaan laut.
Sedangkan gunung berapi adalah gunung yang mempunyai lubang
kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan
magma, gas, atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Atau secara
teknis, gunung berapi adalah suatu sistem saluran fluida panas yang
memanjang dari kedalaman sekitar 10 kilometer di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi. Fluida panas ini juga termasuk
endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkn pada saat gunung
meletus. Sistem saluran fluida panas ini berupa batuan dalam wujud
cair yang disebut lava.
Keberadaan gunung berapi sangat berhubungan dengan struktur
dan pergerakan lempeng bumi. Oleh karena itu, sebelum kita
membahas gunung berapi dan proses pembentukannya, kita pelajari
terlebih dahulu struktur bumi dan pergerakan lempeng bumi, serta
tenaga endogen dan eksogen.
Indonesia merupakan gugusan pulau yang kaya gunung berapi.
Dengan gunung berapi inilah yang berpotensi untuk meletus. Letusan
gunung sebagai gangguan kesehatan darurat ditandai dengan
kejadiannya selain cepat, letusan gunung bisa bersusulan dan
susulannya bisa kecil pada tetapi tidak jarang justru lebih besar.

Page | 3
Indonesia memiliki 128 gunung berapi aktif, setara dengan 15%
jumlah gunung berapi di dunia. Diantaranya pernah meletus lebih 70
kali. Dari gunung-gunung berapi ini sudah tercatat lebih dari 70
letusan dengan korban tidak kurang dari 175.000 orang orang dengan
jumlah gunung ini maka luas daerah yang terancam risiko letusan
gunung adalah seluas 16.620 km dengan jumlah penduduk luasnya
sekitar 3 juta orang.

B. Manajemen Kesehatan Darurat Gunung Merapi


Manajemen bencana Gunung Merapi merupakan salah satu
tanggung jawab pemerintah pusat maupun daerah bersama-sama
masyarakat dalam rangka mewujudkan perlindungan yang
maksimal kepada masyarakat beserta aset-aset sosial, ekonomi
dan lingkungannya dari kemungkinan terjadinya bencana gunung
merapi. Keikutsertaan masyarakat di dalam manajemen bencana
gunung merapi perlu terus dijaga dan terus dikembangkan.
Pengembangan keikutsertaan masyarakat sebaiknya dilaksanakan
melalui pemberdayaan masyarakat yang bermuara pada sistem
manajemen bencana yang berbasis kepada kemampuan
masyarakat itu sendiri dan bertumpu kepada kemampuan
sumberdaya setempat (community based disaster management).
Tentunya akan lebih baik dan bijaksana apabila para pengambil
keputusan baik di pemerintahan pusat maupun daerah, para
pakar bencana alam gunung merapi, dan masyarakat semakin
meningkatkan komunikasi di antara mereka, agar mekanisme
transformasi manajemen bencana ke dalam pelaksanaan
pembangunan maupun kehidupan sehari-hari dapat berlangsung
dengan lebih baik.

Page | 4
Manajemen bencana gunung merapi merupakan seluruh kegiatan
yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana.
Banyaknya peristiwa bencana gunung merapi yang terjadi dan
menimbulkan korban jiwa serta harta benda yang besar di seluruh
wilayah Indonesia, telah membuka mata masyarakat bahwa
manajemen bencana di negara ini masih sangat jauh dari yang
diharapkan. Selama ini, manajemen bencana dianggap bukan
prioritas dan hanya datang sewaktu-waktu saja, padahal Indonesia
adalah wilayah yang tergolong kawasan rawan terhadap bencana
gunung merapi. Oleh karena itu, pemahaman tentang manajemen
bencana gunung merapi perlu dimengerti dan dikuasai oleh seluruh
kalangan, baik pemerintah, masyarakat maupun pihak swasta.
Agar dapat maju dan bersaing dengan bangsa lain, bagi
masyarakat yang hidup pada daerah rawan bencana gunung merapi,
sudah seharusnya memiliki kebijakan, strategi, perencanaan atau
program-program yang dilakukan sebagai upaya meningkatkan
kewaspadaan menghadapi bencana, diantaranya dengan
memperhatikan kaidah-kaidah kebencanaan dalam pelaksanaan
pembangunan, serta jenis dan karakteristik bencana pada suatu
wilayah, seharusnya disadari oleh pemahaman terhadap kondisi
lingkungan yang memungkinkan atau rawan terhadap suatu jenis
bahaya. Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah kondisi geologi,
geomorfologi, iklim dan sosial.
Dalam menempuh suatu manajemen bencana gunung merapi
yang tepat hendaknya ditekankan pengertian dan peristilahan yang
terkait dengan kebencanaan, antara lain :
a. Bahaya(hazard)
Suatu kejadian yang jarang terjadi atau kejadian yang ekstrem
dalam lingkungan alam maupun lingkungan buatan yang merugikan
kehidupan manusia, harta benda atau aktifitas manusia, yang apabila
meluas atau membesar dapat menyebabkan bencana.

Page | 5
b. Bencana(disaster)
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
manusia dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan
penderitaan manusia, harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan
sarana, prasarana, dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan masyarakat.
c. Risiko(risk)
Perkiraan kehilangan /kerugian (orang meninggal, luka, kerusakan
harta benda, gangguan aktifitas ekonomi) akibat bencana. Risiko
merupakan hasil dari bahaya dan kerugian, yang dapat dinyatakan
dengan rumus sederhana: R= HxV (E).
Kerentanan (vulnerability): Tingkat atau derajad kehilangan atau
kerugian (dari 0 hingga 100%) yang dihasilkan dari suatu fenomena
yang potensial terjadi kerusakan.

Manajemen bencana gunung merapi merupakan seluruh kegiatan


yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan
bencana,pada sebelumnya, saat, dan sesudah terjadi bencana yang
dikenal sebagai Siklus Manajemen Bencana yang bertujuan untuk :
a. Mencegah kehilangan jiwa
b. Mengurangi penderitaan manusia
c. Memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai
risiko
d. Mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda seta
kehilangan sumber ekonomi.

Menurut Kirbani (20\01:76), kegiatan manajemen bencana


gunung merapi dapat dibagi dalam tiga kegiatan utama yaitu :
a. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan serta peringatan dini (early warning
system).

Page | 6
b. Kegiatan pada saat terjadinya bencana yang mencakup
kegiatan tanggap darurat untuk lebih meringankan penderitaa
sementara, seperti kegiatan Search and Rescue( SAR ),
bantuan darurat dan pengungsian.
c. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan
untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.

Dalam sistem manajemen bencana hendaknya semua pihak


mampu memahami pentingnya tahapan-tahapan dalam upaya
penanggulangan bencana, yaitu :
a. Kegiatan pada tahap pra bencana
Kegiatan pada tahap pra bencana selama ini banyak dilupakan,
padahal justru kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting
karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal
dalam menghadapi bencana dan pasca bencana, hal tersebut
dikarenakan pemerintah bersama masyarakat maupun pihak swasta
belum begitu serius memikirkan langkah-langkah atau kegiatan-
kegiatan apa yang perlu dilakukan di dalam menghadapi bencana
atau bagaimana memperkecil dampak dari bencana itu sendiri.
b. Kegiatan pada saat terjadi bencana
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat
kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan,
terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan
pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari
pemerintah bersama masyarakat maupun pihak swasta. Pada saat
terjadi bencana biasanya masyarakat mengalami kepanikan yang
sangat luar biasa, dikarenakan pemahaman tentang mitigasi bencana
masih sangat kurang misalnya melakukan sistem peringatan dini
(early warning system)secara sederhana agar dapat memberi suatu
tanda bahaya bagi orang lain. Disinilah pentingnya tindakan mitigasi

Page | 7
bencana bagi masyarakat secara menyeluruh agar dapat terhindar
dari bahaya bencana gempa bumi.
c. Kegiatan pada tahap pasca bencana
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan
kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan mengfungsikan
kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula. Pada tahap ini
yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi
yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah perencanaan
serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu
diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan dan
depresi akibat bencana.

C. Surveilans Kesehatan Darurat Gunung Merapi


Upaya surveilens bencana serupa dengan prinsip surveilens
epidemiologi lainnya, hanya saja disini berkaitan erat dengan waktu
yang merupakan tindakan yang segera, sehingga diperlukan
percepatan langkah-langkah surveilens dalam pengumpulan data
sampai pengumpulan keputusan untuk masukan terhadap masalah
bencana missal yang dihadapi. Surveilens (surveillance) dimaksud
adalah the on going, the collection, analysis and interpretation of
health data essential running, implementation and evaluation of
public health practictly intergrated with timely dissemination of
these data to those to know.
Dalam penerapan surveilens kesehatan darurat, dilakukan
langkah-langkah-langkah kegiatan surveilens yang meliputi :
1. Identifikasi kasus
Seorang kasus/korban suatu musibah bisa saja tidak
ada identitas atau karena kecelakaan yang menimpanya
menjadi diidentifikasi secara biologis/medis

Page | 8
2. Perhitungan besarnya masalah
Dimaksudkan untuk menentukan wilayah daerah atau
banyaknya masyarakat yang menjadi korban langsung
maupun tidak langsung terancam musibah.
3. Pelarian penyebab atau sumber malapetaka
Pelarian sumber informasi terkait dengan bencana,
penanganan pasca perawatan setelah korban kembali ke
komunitasnya disaster assessment, evaluasi dan studi
tentang bencana yang telah terjadi.
Salah satu tujuan utama lainnya dari surveilens Kesehatan
Darurat adalah untuk mengetahui lebih cepat tentang besarnya
masalah atau besarnya dampak yang terjadi akibat musibah.
Kegunaan akhir dari surveilens adalah dipergunakannya
data yang relevan untuk perencanaan dalam pengembangan
regional (terutama korban planning/masalah bentuk bangunan)
yang tangguh terhadap kejadian bencana gunung merapi yang
setiap waktu mungkin terjadi.

Selain Itu, adapun tindakan yang meliputi Kesehatan Darurat


Gunung merapi adalah RHA (Rapid Health Assessment) dimana
merupakan suatu kegiatan penilaian melalui pengumpulan
informasi dan analisis masalah pada saat kejadian untuk digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan dalam melakukan tindakan
penanggulangan akibat dampak kejadian tersebut.
Dimana Kegiatan RHA (Rapid Health Assessment) ini
meliputi :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan memperhatikan
masalah waktu, lokasi RHA, dan tenaga/tim pelaksana.

Page | 9
a. Waktu
Ketika Kejadian Gunung Meletus maka RHA harus dilakukan
secepat mungkin
b. Lokasi RHA
Lokasi kejadiannya dimana terkena dampak secara
langsung, lokasi penampungan korban dan pengungsian,
serta lokasi yang memungkinkan dapat membantu sumber
daya untuk mengatasi masalah.
c. Pelaksana/tim RHA
Terdiri dari unsur medis, epidemiologi, kesehatan
lingkungan, dll serta memiliki kapasitas dalam pengambilan
keputusan.
Dalam melakukan pengumpulan data, metode yang digunakan
yakni :
a. Metode Wawancara
Melakukan wawancara kepada tokoh masyarakat dan para
pejabat yang ada di daerah kejadian gunung merapi, dimna
pada metode wawancara ini menggunakan instrumen yang
telah dirancang
b. Metode Observasi
Dilakukan terhadap kondisi lingkungan daerah kejadian
gunung Merapi dengan melihat/mengobservasi

2. Analisis RHA
Seluruh data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis. Analisis
diarahkan kepada faktor resiko, penduduk yang beresiko,
situasi penyakit dan budaya lokal serta potensi sumber daya
lokal agar diperoleh gambaran.

Page | 10
a. Luasnya Lokasi Kejadian
Analisis dilakukan terhadap seberapa besar lokasi kejadian
gunung merapi, hubungan transportasi dan komunikasi
antar lokasi, serta kelancaran evakuasi dan pelayanan
kesehatan
b. Dampak kesehatan terhadap penduduk
Analisi kesehatan yang akan dan mungkin terjadi ditunjukan
pada besarnya angka kematian, angka korban luka, jumlah
penduduk yang terkena penyakit, serta bisa dengan melihat
epidemiologis terhadap kesehatan penduduk terhadap
kejadian gunung merapi
c. Potensi Sarana Pelayanan Kesehatan
Analisis diarahkan kepada kemampuan sarana kesehatan
terdekat untuk evakuasi dan rujukan korban gunung merapi
d. Potensi Sumber Daya Kesehatan
Analisis diarahkan kepada kempuaan tenaga kesehatan
pemerintah maupun setempat terhadap kejadian gunung
merapi
e. Potensi sumber Air bersih dan sanitasi
Analisis diarahkan terhadap kesediaan sumber air bersih
yang ada, jika ada apakah difungsikan dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya atau tidak
f. Ketersediaan Logistik
Analisis ini diarahkan kepada persediaan obat-obatan yang
ada di sekitar tempat pengungsian atau tempat kejadian
Gunung Merapi

Page | 11
3. Rekomendasi
Rekomendasi dibuat berdasarkan hasil Analisis RHA.
Rekomandasi iini harus mendukung pelaksanaan pelayanan
kesehatan terhadap korban dan pihak yang terkait.
Rekomendasi dapat berupa :
1. Bantuan obat-obatan, bahan dan alat terhadap korban
gunung merapi
2. Tindakan pencegahan berupa imunisasi, agar penyakit-
penyakit yang ada di tempat pengungsian tidak mudah
menyebar
3. Koordinasi lintas sektoral maupun lintas program, dll

Page | 12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Gunung Berapi adalah gunung yang mempunyai lubang
kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya
cairan magma, gas, atau cairan lainnya ke permukaan bumi.
Atau secara teknis, gunung berapi adalah suatu sistem saluran
fluida panas yang memanjang dari kedalaman sekitar 10
kilometer di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi.
Fluida panas ini juga termasuk endapan hasil akumulasi material
yang dikeluarkn pada saat gunung meletus. Sistem saluran fluida
panas ini berupa batuan dalam wujud cair yang disebut lava.
2. Manajemen Kesehatan Darurat Gunung Merapi Meliputi : pra-
Bencana, kejadian Bencana, dan Setelah Bencana.
3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Darurat Gunung Merapi
meliputi : Pengumpulan data, Pengolahan data Analisis data
sampai dengan rekomendasi

Page | 13

Anda mungkin juga menyukai