NAMA KELOMPOK :
EKO GUNTORO
IRHAM FAHRIZAL
RIA WAHIDAH WULANDARI
WAHYU ORFERA HARLING HARNOWO
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Halusinasi dan
Aplikasi Kasus terhadap Halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Halusinasi
b. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang konsep dasar asuhan keperawatan
perilaku kekerasan
c. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien
halusinasi dengan gangguan perilaku kekerasan
C. Ruang Lingkup
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi
pembahasan yang meluas atau menyimpang, maka perlu kiranya dibuat suatu
batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam
penulisan makalah ini, yaitu hanya pada lingkup seputar asuhan keperawatan pada
klien halusinasi dengan gangguan perilaku kekerasan. Ruang lingkup yang
dibahas dalam makalah ini mengenai:
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan
halusinasi
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan
perilaku kekerasan
3. Mahasiswa/i mampu menjelaskan pembahasan tentang asuhan keperawatan
pada klien halusinasi dengan gangguan perilaku kekerasan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduaan tanpa adanya stimulus yang nyata
(Keliat, 2014).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Rosyad,
2020).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi
adalah adanya gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran sering terjadi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan dengan persepsi yang salah
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata.
B. Jenis
Menurut Muhith (2015) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Halusinasi Pendengaran (Auditory)
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang hal
yang berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada
sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup
telinga, mulut komat-kamit, dan ada gerakan tangan.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau
panorama yang luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan atau menakutkan.
Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk ke
arah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.
3. Halusinasi Penciuman (Olfactory)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau darah,
urine atau feses atau bau harum seperti parfum. Perilaku yang muncul adalah
ekspresi wajah seperti mencium dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan
hidung pada tempat tertentu, menutup hidung.
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti rasa
darah, urine atau feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut
seperti gerakan mengunyah sesuatu, sering meludah, muntah.
5. Halusinasi Perabaan (Taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan ada
yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan makhluk halus.
Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-raba
permukaan kulit, terlihat menggerakkan badan seperti merasakan sesuatu
rabaan.
6. Halusinasi Sinestetik
Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
makanan dicerna atau pembentukan urine, perasaan tubuhnya melayang di atas
permukaan bumi. Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap tubuhnya
sendiri dan terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang tubuhnya.
D. Tahapan
Menurut Trimeilia (2011) tahapan halusinasi ada lima fase yaitu:
1. Stage I (Sleep Disorder), Fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi.
Karakteristik : Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari
lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah
makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih
hamil, terlibat narkoba, dikhianati kekasih, masalah di kampus, di drop out, dst.
Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan support sistem kurang
dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangung terus-
menerus sehingga terbiasa menghayal. Klien menganggap lamunan-lamunan
awal tersebut sebagai pemecahan masalah.
2. Stage II (Comforting Moderate Level of Anxiety), Halusinasi secara umum ia
terima sebagai sesuatu yang alami.
Karakteristik : Klien mengalami emosi yang berlanjut, seperti adanya perasaan
cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba untuk memusatkan
pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman
pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam
tahapan ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
Perilaku yang muncul biasanya dalah menyeringai atau tertawa yang tidak
sesuai, menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakan mata cepat,
respon verbal lamban, diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.
3. Stage III (Condemning Severe Level of Anxiety), Secara umum halusinasi
sering mendatangi klien.
Karakteristik : Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami
bias. Klien mulai merasa tidak mampu mengontrolnya dan mulai berupaya
untuk menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien.
Klien mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya tersebut dan
menarik diri dari orang lain dengan intensitas watu yang lama. Perilaku yang
muncul adalah terjadinya peningkatan sistem syaraf otonom yang menunjukkan
ansietas atau kecemasan, seperti : pernafasan meningkat, tekanan darah dan
denyut nadi menurun, konsentrasi menurun.
4. Stage IV (Controling Severe Level of Anxiety), Fungsi sensori menjadi tidak
relevan dengan kenyataan.
Karakteristik : Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal
yang datang. Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari
sinilah dimulai fase gangguan psikotik. Perilaku yang biasanya muncul yaitu
individu cenderung mengikuti petunjuk sesuai isi halusinasi, kesulitan
berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik/menit.
5. Stage V (Concuering Panic Level of Anxiety), Klien mengalami gangguan
dalam menilai lingkungannya.
Karakteristik : Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancam
dengan datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti
ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat
berlangsung selama minimal empat jam atau seharian bila klien tidak
mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat. Perilaku
yang muncul adalah perilaku menyerang, risiko bunuh diri atau membunuh,
dan kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi (amuk, agitasi, menarik
diri).
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam
hayal. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau
peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat berakhir dengan
pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
e. Faktor Genetik Dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini. Gangguan orientasi
realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada pasien skizofrenia.
Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang
tuanya mengalami skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra
untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi
klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada
di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus
terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan
yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik (Fitria, 2012).
3. Penilaian terhadap stressor
Tidak terdapat riset ilmiah yang menunjukan ilmiah yang menunjukan
bahwa stres tidak menyebabkan skizofrenia. Namun studi mengenai relaps dan
eksaserbasi gejala membuktikan bahwa stres, penilaian individu terhadap
stresor, dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan
gejala.
4. Sumber Koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman tentang
pengaruh gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal, seperti
intelegensi atau kreativitas yang tinggi.
5. Mekanisme Koping
Menurut Muhith (2015), mekanisme koping adalah perilaku yang
mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi maladaptif meliputi:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali
seperti apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya
untuk menjelaskan kerancuan persepsi).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-
lain. Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukan perilaku apatis,
mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
6. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Pikiran logis Pikiran terkadang Kelainan pikiran
Persepsi akurat menyimpang Halusinasi
Emosi konsisten Ilusi Tidak mampu
Perilaku sosial Emosional mengatur emosi
Hubungan sosial berlebihan/dengan Ketidakteraturan
pengalaman kurang Isolasi sosial
Perilaku ganjil
Menarik diri
F. Pohon Diagnosa
Pasien biasanya memiliki lebih dari satu masalah keperawatan. Sejumlah
masalah pasien akan saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon
masalah (Yusuf dkk. 2015). Untuk membuat pohon masalah, minimal harus ada
tiga masalah yang berkedudukan sebagai penyebab (causa), masalah utama (core
problem), dan akibat (effect). Menurut Yusuf dkk (2015), pohon masalah pada
pasien halusinasi adalah sebagai berikut :
Isolasi Sosial
Causa
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
Core Problem
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN:
1. Nama : Ny. B (P)
2. Umur : 65 Tahun
B. ALASAN MASUK:
Keluarga klien mengatakan bahwa Ny. B memiliki riwayat gangguan sejak umur 30
tahun dan kembali kambuh setelah suaminya meninggal. Keluarga mengatakan klien
takut sering dengar suara suaminya berbicara yang sudah meninggal. Klien sering
mendengar suara seperti bisikan dari suaminya. Suara bisikan itu muncul pada saat
klien melamun dan saat tidur. Suara sering muncul pada malam hari. Saat makan
selalu belepotan dan tampak, klien berbau pengap rambut beranakan.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya: Berhasil Kurang
Berhasil Tidak Berhasil
3. Trauma:
No Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik x x x x
2. Aniaya sexual x x x x
3. Penolakan x x x x
4. Kekerasan dalam keluarga x x x x
5. Tindakan kriminal x x x x
6. Lain-lain
Jelaskan No.
1. Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik
2. Klien tidak pernah mengalami aniaya sexsual
3. Tidak pernah
4. Klien tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarga
5. Klien tidak pernah melakukan Kriminal
Masalah Keperawatan : Tidak ada
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa? Ada Tidak
ada
Bila ada : Hubungan keluarga : Tidak ada
Gejala : Tidak ada
Riw. Pengobatan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital : TD: 120/100 mm/Hg N: 78 x/mt
S: 36,90C P: 22 x/mt
2. Ukur : BB: 62 kg
TB: 169 cm
Jelaskan : TTV klien dalam rentang normal
Masalah Keperawatan : Tidak ada
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram: (minimal 3 generasi)
Keterangan : : Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Meninggal dunia
Penjelasan :GI : Kakek dan nenek klien dari ibu dan bapak sudah
meninggal karena faktor usia
G II : Bapak klien anak bungsu dari tiga bersaudara,
sedangkan ibu klien anak kedua dari empat
bersaudara
G III : Klien anak bungsu dari tiga bersaudara sedangkan
suami anak bungsu dari dua bersaudara
G IV : Klien mempunyai empat anak
2. Konsep Diri:
a. Citra tubuh : Klien mengatakan menyukai bagian muka nya
b. Identitas Diri : Klien mengatakan ia anak bungsu dari tiga bersaudara
dan mempunyai tiga cucu
c. Peran : Klien mengatakan sebagai ibu dan nenek
d. Ideal Diri : Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya
e. Harga Diri : Klien mengatakan mau berhubungan dengan orang lain
selain keluarga
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Klien mengatakan suaminya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien mengatakan tidak pernah ikut kegiatan kelompok di masnyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan tidak ada masalah dalam berkomunikasi dengan orang lain
Masalah Keperawatan : Tidak ada
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien mengatakan beragama islam
b. Kegiatan Ibadah : Klien mengatakan tidak pernah beribadah
Masalah Keperawatan : Tidak ada
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan:
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, makan, mandi, toileting dan
pemakaian sarana dan prasarana atau instrumentasi dalam mendukung
penampilan, apakah klien:
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasa
Lain-lain, jelaskan :
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
2. Pembicaraan:
Cepat Keras Gagap Inkoherensi Apatis Lambat
Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan
Lain-lain, jelaskan...........................................................................
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi TIK Grimasen
Tremor Kompuls if Lain-lain, jelaskan....................................
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
7. Proses Pikir:
a. Proses pikir (arus dan bentuk pikir):
Sirkumtansial Tangensial Blocking Kehilangan asosiasi
Flight of idea Pengulangan pembicaraan
Lain-lain, jelaskan..................................................................................
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
b. Isi pikir:
Obsesi Phobia Hipokondria Depersonalisasi
Pikiran magis Ide terkait
Waham: Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip pikir Siar pikir
Kontrol pikir Lain-lain, jelaskan.........................
Masalah Keperawatan : Halusinasi
8. Tingkat Kesadaran:
Bingung Sedasi Stupor Lain-lain, jelaskan....................
Adakah gangguan orientasi (disorientasi): Waktu Tempat Orang
Jelaskan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Halusinasi
9. Memori:
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka menengah
Gangguan daya ingat jangka pendek
Konfabulasi Lain-lain, jelaskan: .............................................
Jelaskan : Klien tidak mampu mengingat
Masalah Keperawatan : Halusinasi
H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
xBicara dengan orang lain x Minum alkohol
xMampu menyelesaikan masalah √ Reaksi lambat/ berlebihan
xTekhnik relaksasi x Bekerja berlebihan
xAktivitas konstruktif √ Menghindar
xOlah raga x Mencederai diri
Lain-lain Lain-lain
Jelaskan:...............................................................................................................
Masalah Keperawatan: ........................................................................................
K. ASPEK MEDIS
Diagnosa Medis : Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
Terapi Medis : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
M. Pohon Masalah
(KELOMPOK 10)
III. ANALISA DATA
No
Data Senjang Masalah
Dx.
1. Ds : Gangguan persepsi
- Klien mengatakan mendengar bisik-bisikan sensori: Halusinasi
- Klien mengatakan pada saat tidur sering pendengaran
terbangun mendengar bisikan
- Keluarga klien mengatakan klien sering
mengobrol sendiri dan tampak takut
Do :
- Klien berhenti bicara seolah mendengar atau
melihat sesuatu gerakan mata yang cepat dan
tampak takut
2. Ds : Defisit perawatan diri
- Keluarga mengatakan klien makan berantakan
dan tampak terburu-buru
- Keluarga mengatakan klien jarang mandi dan
gosok gigi
- Baju tidak sesuai
Do:
- Klien tampak kurang bersih
- Badan klien sedikit bau asam nyengat
- Kuku klien tampak panjang
TUK :
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrol halusinasinya.
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan
baik.
Rencana tindakan :
1. Membina hubungan
saling percaya dengan klien
2. Mendorong klien
untuk mengungkapkan perasaannya
SP1 :
a. Bantu pasien
mengenal halusinasi
- Isi
- Jenis
- Frekuensi
- Waktu terjadinya
- Situasi pencetus
- Perasaan saat terjadi halusinasi
b. Latih cara
mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
- Jelaskan cara menghardik halusinasi
- Peragakan cara menghador halusinasi
- Minta pasien ulang peragakan
- Pantai penerapan cara ini
- Masukan jadwal kegian harian
Sp2 :
a. Evaluasi kegiatan yang lalu yaitu sp1
b. Latihan berbicara/bercakap-cakap dengan
orang lain saat halusinasi muncul
c. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
Sp3 :
a. Evaluasi kegiatan yang lalu sp1 dan sp2
b. Latih kegiatan halusinasi tidak muncul
c. Pantau pelaksanan jadwal kegiatan pasien
sp4 :
a. Evaluasi kegitan yang lalu sp1,sp2,sp3,
b. Tanyakan kegiatan
c. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada
ganggua niwa
d. Jelaskan akibat bila tidak mengikuto
program
e. Jelaskan cara mendapkan obat
f. Latih pasien minum obat
g. Masukan jadwal harian
2. Defisit Perawatan Diri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x pertemuan di harapkan klien
dapat :
TUM : Klien dapat mengendalikan Defisit
perawatan diri
TUK :
1. Menjelasakan
perawatan diri
2. Mengidentifikasi
perawatan diri yang dialami
3. Mengetahui cara
perawatan diri : kebersihan diri,
berpakaian, makan dan minum, eliminasi
dan lingkungan
4. Melakukan
kebersihan diri
5. Memenuhi
kebutuhan makan dan minum
6. Melakukan
eliminasi bab bak
7. Menciptakan
lingkungan rumah yang bersih dan aman
8. Merasa nyaman
dengan perawatan diri
9. Merasakan manfaat
perawatan diri
10. Memoertahankan
perawatan diri
Rencana Tindakan :
B. Saran
1. Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat
melakukan pendekatan secara bertahap dan terus menerus untuk membina
hubungan saling percaya antara perawat klien sehingga tercipta suasana
terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.
2. Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien
dirumah sakit, sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi
klien dan dapat membantu perawat bekerja sama dalam pemberian asuhan
keperawatan bagi klien
REFERENSI
.
Book. Sutejo. (2016). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Budi Anna Keliat, SKP, Mapp, Se, Dkk. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: ECG.
Carpente LJ. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 6. Jakarta: ECG.
Damaiyanti, Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan kedua.Bandung;
PT. Refika Adimata.
Direja, Ade Herman S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medical
Direktorat Kesehatan Jiwa, Petunjuk klinik asuhan keperawatan pasien gangguan
jiwa Schizofrenia, 1998.
Fitria, Nita. (2012). Pinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan LP dan SP Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B. A, & Akemat (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Keliat, B.A , dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (basic
course). Jakarta: EGC
Keliat, B.A dan Pasaribu. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan
Jiwa Stuart. Singapura. Elsevier.
Keliat, Budi Ana. (2014). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC. Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
KDT.
Keliat, Budi Ana. (2014). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC. Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
KDT.
Maramis W.F. Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi VI. Surabaya : Airlangga University
Press.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Andi.
PPDEJ – III. 1998. Diagnosa gangguan jiwa. Jakarta
Prabowo, E. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa . Yogyakarta : Medikal
Putri, Dewa Ayu Hendrawathy, dan Wayan Suwardnyana. (2020). Komunikasi
Terapeutik: Strategi pemulihan Pasien Gangguan Jiwa (Skizofrenia). Bali:
Nilacakra.
Rosyad, Yafi Syabila. (2020). Keperawatan Jiwa II. Jawa Barat: Media Sains
Indonesia. Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta
Timur: CV. Trans Info Media.
Saragih, dkk. (2014). Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Keluarga
Tentang Perawatan Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di Rumah. Jurnal
Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Keperawatan. Vol 1, No. 1
Stuart G.W. and Sundeen S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan jiwa. Jakarta: ECG.
Wijayaningsih Kartika, Sari. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Medika
Wilkinson, Judith M. (2017). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Yosep, I & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.
Yusuf, Ah; PK, Rizky F & Nihayati, Hanik E.(2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.