Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN GANGGUAN

PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI

NAMA KELOMPOK :
EKO GUNTORO
IRHAM FAHRIZAL
RIA WAHIDAH WULANDARI
WAHYU ORFERA HARLING HARNOWO

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN YARSI PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan gangguan pola perilaku atau psikologis yang di
tunjukan oleh individu yang menyebabkan distress, difungsi dan menurunnya
kualitas hidup (Keliat & pasaribu, 2016). Gangguan jiwa di tandai dengan adanya
penyimpangan yang fundamental, karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta
adanya efek yang tidak wajar atau tumpu l (Muslim, 2002 dalam Yusuf, 2015).
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan menimbulkan
hendaya pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia.Salah satu yang termasuk
gangguan jiwa adalah skizofrenia (Keliat, 2011).
Menurut Yosep & Sutini (2016) pada pasien skizofrenia, 90% pasien
mengalami halusinasi. Halusinasi adalah gangguan penerimaan pancaindra tanpa
stimulasi eksternal (halusinasi pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman,
dan perabaan). Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pada
individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi yaitumerasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu. Pasien
merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, 2011).
Stuart & Laraia dalam Yosep & Sutini (2016) menyatakan bahwa pasien
dengan diagnosis medis skizofrenia sebanyak 20% mengalami halusinasi
pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami halusinasi
pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10% mengalami
halusinasi lainnya. Adapun gejala-gejala yang dapat diamati pada pasien
halusinasi diantaranya bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas, mencium
seperti sedang membaubauin sesuatu, menutup hidung.(Yusuf, dkk, 2015).
Halusinasi benar-benar nyata dirasakan oleh klien yang mengalaminya,
seperti mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan
persepsi tersebut nyata, sama halnya seseorang seperti seseorang yang
mendengarkan siaran ramalan cuaca dan tidak lagi meragukan orang yang
berbicara tentang cuaca tersebut. Ketidakmampuan untuk mempersepsikan
stimulus secara riil dapat menyulitkan kehidupan klien.Karenanya halusinasi
menjadi prioritas untuk segera diatasi (Muhith, 2015).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Saragih, 2014).
Perilaku kekerasan ini dapat berupa muka masam, bicara kasar, menuntut
dan perilaku yang kasar disertai kekerasan (Saragih, 2014). Menurut Kusumawati
(2010), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada diri sendiri maupun
orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Direja,
2011).
Menurut Keliat & Akemat (2010) pasien perilaku kekerasan baik yang
dirawat maupun tidak dirawat, harusnya di pertimbangkan potensi terjadinya
perilaku kekerasan. Pada penanganan masalah gangguan jiwa terdapat salah satu
diagnosa keperawatan yaitu resiko perilaku kekerasan. Resiko perilaku kekerasan
adalah keadaan dimana seseorang pernah atau mempunyai riwayat melakukan
tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan
baik secara fisik atau emosional atau seksual dan verbal (Sari, 2015)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Halusinasi dan
Aplikasi Kasus terhadap Halusinasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Halusinasi
b. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang konsep dasar asuhan keperawatan
perilaku kekerasan
c. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien
halusinasi dengan gangguan perilaku kekerasan
C. Ruang Lingkup
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi
pembahasan yang meluas atau menyimpang, maka perlu kiranya dibuat suatu
batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam
penulisan makalah ini, yaitu hanya pada lingkup seputar asuhan keperawatan pada
klien halusinasi dengan gangguan perilaku kekerasan. Ruang lingkup yang
dibahas dalam makalah ini mengenai:
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan
halusinasi
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan
perilaku kekerasan
3. Mahasiswa/i mampu menjelaskan pembahasan tentang asuhan keperawatan
pada klien halusinasi dengan gangguan perilaku kekerasan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduaan tanpa adanya stimulus yang nyata
(Keliat, 2014).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Rosyad,
2020).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi
adalah adanya gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran sering terjadi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan dengan persepsi yang salah
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata.

B. Jenis
Menurut Muhith (2015) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Halusinasi Pendengaran (Auditory)
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang hal
yang berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada
sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup
telinga, mulut komat-kamit, dan ada gerakan tangan.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual)
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau
panorama yang luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan atau menakutkan.
Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk ke
arah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.
3. Halusinasi Penciuman (Olfactory)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau darah,
urine atau feses atau bau harum seperti parfum. Perilaku yang muncul adalah
ekspresi wajah seperti mencium dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan
hidung pada tempat tertentu, menutup hidung.
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti rasa
darah, urine atau feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut
seperti gerakan mengunyah sesuatu, sering meludah, muntah.
5. Halusinasi Perabaan (Taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan ada
yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan makhluk halus.
Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-raba
permukaan kulit, terlihat menggerakkan badan seperti merasakan sesuatu
rabaan.
6. Halusinasi Sinestetik
Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
makanan dicerna atau pembentukan urine, perasaan tubuhnya melayang di atas
permukaan bumi. Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap tubuhnya
sendiri dan terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang tubuhnya.

C. Tanda Dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicara
sendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan pengalaman sensori,
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas rentang perhatian
yang menyempit hanya beberapa detik atau menit, kesukaran berhubungan dengan
orang lain, tidak mampu merawat diri (Putri & Suwadnyana, 2020).
Jenis halusinasi karakteristik
Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah, urine, fases umumnya bau- bau
yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya sering
akibat stroke, tumor, kejang / dernentia.
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, fases.
Pengecapan PerabaanMengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
Sinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah divera (arteri) pencernaan
makanan, merasa pergerakan sementara bergerak tanpa
berhenti
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan, paling sering suara kata yang
jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
jelas dimana klien mendengar perkataan bahwa pasieb disuruh
untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas dan komplek. Penglihatan
dapat berupa sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
Penglihatan yang menakutkan seperti monster.

D. Tahapan
Menurut Trimeilia (2011) tahapan halusinasi ada lima fase yaitu:
1. Stage I (Sleep Disorder), Fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi.
Karakteristik : Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari
lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah
makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih
hamil, terlibat narkoba, dikhianati kekasih, masalah di kampus, di drop out, dst.
Masalah terasa menekan karena terakumulasi sedangkan support sistem kurang
dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangung terus-
menerus sehingga terbiasa menghayal. Klien menganggap lamunan-lamunan
awal tersebut sebagai pemecahan masalah.
2. Stage II (Comforting Moderate Level of Anxiety), Halusinasi secara umum ia
terima sebagai sesuatu yang alami.
Karakteristik : Klien mengalami emosi yang berlanjut, seperti adanya perasaan
cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba untuk memusatkan
pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman
pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam
tahapan ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
Perilaku yang muncul biasanya dalah menyeringai atau tertawa yang tidak
sesuai, menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakan mata cepat,
respon verbal lamban, diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.
3. Stage III (Condemning Severe Level of Anxiety), Secara umum halusinasi
sering mendatangi klien.
Karakteristik : Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami
bias. Klien mulai merasa tidak mampu mengontrolnya dan mulai berupaya
untuk menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien.
Klien mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya tersebut dan
menarik diri dari orang lain dengan intensitas watu yang lama. Perilaku yang
muncul adalah terjadinya peningkatan sistem syaraf otonom yang menunjukkan
ansietas atau kecemasan, seperti : pernafasan meningkat, tekanan darah dan
denyut nadi menurun, konsentrasi menurun.
4. Stage IV (Controling Severe Level of Anxiety), Fungsi sensori menjadi tidak
relevan dengan kenyataan.
Karakteristik : Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal
yang datang. Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari
sinilah dimulai fase gangguan psikotik. Perilaku yang biasanya muncul yaitu
individu cenderung mengikuti petunjuk sesuai isi halusinasi, kesulitan
berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik/menit.
5. Stage V (Concuering Panic Level of Anxiety), Klien mengalami gangguan
dalam menilai lingkungannya.
Karakteristik : Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancam
dengan datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti
ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat
berlangsung selama minimal empat jam atau seharian bila klien tidak
mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat. Perilaku
yang muncul adalah perilaku menyerang, risiko bunuh diri atau membunuh,
dan kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi (amuk, agitasi, menarik
diri).

E. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Predisposisi
Menurut Muhith (2015) faktor predisposisi klien dengan halusinasi:
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentah terhadap stress.
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang
dapat meningkatkan stress dan ansietas yang dapat berakhir dengan
gangguan persepsi. Pasien mungkin menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biologis
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stres
berkepanjangan menyebabkan teraktivitasnya neurotransmitter otak.
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi
realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal, perubahan
besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik.

d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam
hayal. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau
peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat berakhir dengan
pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
e. Faktor Genetik Dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini. Gangguan orientasi
realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada pasien skizofrenia.
Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang
tuanya mengalami skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra
untuk menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi
klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada
di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus
terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan
yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik (Fitria, 2012).
3. Penilaian terhadap stressor
Tidak terdapat riset ilmiah yang menunjukan ilmiah yang menunjukan
bahwa stres tidak menyebabkan skizofrenia. Namun studi mengenai relaps dan
eksaserbasi gejala membuktikan bahwa stres, penilaian individu terhadap
stresor, dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan
gejala.

4. Sumber Koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman tentang
pengaruh gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal, seperti
intelegensi atau kreativitas yang tinggi.
5. Mekanisme Koping
Menurut Muhith (2015), mekanisme koping adalah perilaku yang
mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi maladaptif meliputi:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali
seperti apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya
untuk menjelaskan kerancuan persepsi).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-
lain. Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukan perilaku apatis,
mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
6. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
 Pikiran logis  Pikiran terkadang  Kelainan pikiran
 Persepsi akurat menyimpang  Halusinasi
 Emosi konsisten  Ilusi  Tidak mampu
 Perilaku sosial  Emosional mengatur emosi
 Hubungan sosial berlebihan/dengan  Ketidakteraturan
pengalaman kurang  Isolasi sosial
 Perilaku ganjil
 Menarik diri

F. Pohon Diagnosa
Pasien biasanya memiliki lebih dari satu masalah keperawatan. Sejumlah
masalah pasien akan saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon
masalah (Yusuf dkk. 2015). Untuk membuat pohon masalah, minimal harus ada
tiga masalah yang berkedudukan sebagai penyebab (causa), masalah utama (core
problem), dan akibat (effect). Menurut Yusuf dkk (2015), pohon masalah pada
pasien halusinasi adalah sebagai berikut :

Isolasi Sosial
Causa
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
Core Problem

G. Diagnosa Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Gangguan persepsi sensori : Subjektif:
Halusinasi 1. Klien mengatakan mendengar sesuatu.
2. Klien mengatakan melihat bayangan putih.
3. Klien mengatakan dirinya seperti disengat
listrik.
4. Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap,
seperti feses.
5. Klien mengatakan kepalanya melayang diudara.
6. Klien mengatakan dirinya merasakan ada
sesuatu yang berbeda pada dirinya
Objektif:
1. Klien terlihat berbicara atau tertawa sendiri saat
dikaji.
2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.
3. Berhenti berbicara di tengah-tengah kalimat
untuk mendapatkan sesuatu.
4. Disorientasi
5. Konsentrasi rendah.
6. Pikiran cepat berubah-ubah.
7. Kekacauan alur pikiran.

H. Rencana Tindakan Keperawatan


Rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan halusinasi menurut Keliat
(2014), yaitu:
1. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c. Pasien mengikuti program pengobatan secar optimal
2. Tindakan keperawatan
a. Bantu pasien mengenali halusinasinya.
b. Latih pasien mengontrol halusinansinya.
1) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul.
(a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
(b) Mempergakan cara menghardik
(c) Meminta pasien mempergerakkan ulang
(d) Memantau penerapan cara ini,menguatkan prilaku pasien
2) Bercakap cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap cakap dengan orang
lain.
3) Lakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan
diri dengan aktivitas yang teratur.
(a) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi
(b) Mendiskusikan ativitas yang biasa dilakukan oleh pasien
(c) Melatih pasien melakukan aktivitas
(d) Menyusun jadwal aktivitas sehari- hari sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih
(e) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan memberikan penguatan
terhadap prilaku pasien yang positif
4) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih
untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program.
(a) Jelaskan guna obat
(b) Jelaskan akibat bila putus obat
(c) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
(d) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
3. Tindakan keperawatan pada keluarga
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan
asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi.
a. Tujuan
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit
maupun dirumah
2) Keluarga dapat menjadi sitem pendukung yang efektif untuk pasien
b. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi
adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan perndidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien ,tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi , dan cara merawat pasien halusinasi
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasien
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
I. Strategi Pelaksanaan Pasien Tindakan 1 Halusinasi
1. Orientasi
a. Salam kenal
"Assalamualaikum, Selamat pagi! Saya perawat yang akan merawat
Anda. Saya E, senang dipanggil E. Nama Anda siapa? Senang
dipanggil apa?"
b. Evaluasi/validasi
"Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini?"
c. Kontrak :
1) Topik : "Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
suara yang selama ini D dengar, tetapi tidak tampak wujudnya?”
2) Waktu : “Di mana kita duduk? Di ruang tamu? "
3) Tempat : “Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit?
d. Kontrak :
1) Topik : "Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
suara yang selama ini D dengar, tetapi tidak tampak wujudnya?”
2) Waktu : “Di mana kita duduk? Di ruang tamu? "
3) Tempat : “Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit?
2. Kerja
“Apakah D mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan
suara itu?” “Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan
D paling sering mendengar suara itu? Berapa kali sehari D alami? Pada
keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu tersendiri?”
“Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang D
lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara itu
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?”
”D, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan
yang keempat minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.
Caranya adalah saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya
tidak mau dengar... Saya tidak mau dengar! Kamu suara palsu! Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba D peragakan!
Nah begitu... Bagus! Coba lagi! Ya, bagus, D sudah bisa.”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien subjektif
“Bagaimana perasaan D setelah memeragakan latihan tadi?”
2) Evaluasi perawat
“Coba D sebutkan kembali suara-suara yang D dengar itu namanya
apa? Suaranya mengatakan apa? Berapa kali muncul dalam sehari?
Dalam keadaan apa suara itu terdengar? Apa yang D rasakan dan
apa yang Bapak lakukan?”
“Coba sebutkan lagi 4 cara untuk mencegahnya? Ya, bagus Pak!”
“Nah, sekarang coba Bapak praktikkan lagi cara menghardik. Iya
bagus sekali Pak!”
b. Tindak lanjut klien
“Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Mau jam berapa D
latihannya? Bagaimana jika jam 13:00 dan 18:00? (Memasukkan
kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
pasien)”
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik : “Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua?
2) Waktu : Pada jam berapa D? Bagaimana kalau jam 10 pagi?
3) Tempat : Dimana tempatnya? Baiklah, sampai jumpa.”

J. Strategi Pelaksanaan Pasien Tindakan 2 Halusinasi


1. Orientasi
a. Salam kenal
“Selamat pagi D! Sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya
datang lagi. Bapak masih ingatkan dengan saya? Coba siapa? Iya
bagus.”
“Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara mencegah/mengontrol
halusinasi yang kedua”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih sering
terdengar? Apakah Bapak sudah berlatih cara menghardik sesuai
jadwal yang dibuat dan
apakah Bapak sudah mempraktikkannya? Coba Bakap praktikkan lagi
cara meghardik halusinasi tersebut. Ya bagus!”
c. Kontrak :
1) Topik : “Baik sekarang kita akan belajar cara
mencegah/mengontrol halusinasi yang kedua yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain.
2) Waktu : berapa lama bincang-bincangnya Pak? Bagaimana kalau
30 menit?
3) Tempat : Dimana tempatnya? Disini saja ya.
2. Kerja
"Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai men dengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol Minta teman untuk
ngobrol dengan D. Contohnya begini, "Tolong. saya mulai dengar suara-
suara. Ayo ngobrol dengan saya!"Atau kalau ada di rumah, misalnya
Kakak D, katakan, "Kak, ayo ngobrol dengan orang D. D sedang dengar
suara-suara." Begitu D. Coba D lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya,
begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D!" Di sini, D
dapat mengajak perawat atau pasien lain untuk bercakap-cakap.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien subjektif
“Bagaimana perasaan D setelah kita berlatih cara kedua, yaitu
menemui orang lain dan bercakap-cakap?”
2) Evaluasi perawat
“Coba D praktikkan lagi cara yang barusan saya ajarkan. Ya bagus
D! Jadi sudah berapa cara yang kita latih PD? Coba sebutkan lagi?
Ya bagus, jadi sudah 2 yaitu menghardik dan bercakap-cakap
dengan orang lain”
b. Tindak lanjut klien
“Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian ya D. Mau jam
berapa berlatihnya? Bagaimana satu kali sehari? Baik jadi jam 3 siang
ya D. Jangan lupa dilatih terus ya. Jadi jika D mendengar suara-suara
itu, D bisa praktikkan ke 2 cara yang sudah kita latih ya”
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik : “Besok kita ketemu lagi ya D, kita akan berlatih cara
mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu melaksanakan aktivitas
terjadwal.
2) Waktu : Mau jam berapa D? Baik jam 10 pagi. Waktunya berapa
lama? Ya, 15 menit.
3) Tempat : Tempatnya dimana? Baiklah disini saja lagi ya D.
Sampai jumpa.”

K. Strategi Pelaksanaan Pasien Tindakan 3 Halusinasi


1. Orientasi
a. Salam kenal
“Selamat pagi D! Sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya
datang kembali. Bapak masih ingatkan dengan saya? Coba siapa? Iya
bagus!”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suara itu masih
muncul? D masih ingat tidak apa yang sudah kita latih? Ada berapa
cara? Ya bagus! Ada dua cara ya D, yaitu menghardik dan bercakap-
cakap dengan orang lain.”
“Lalu apakah D sudah berlatih cara menghardik dan bercakap-cakap
dengan orang lain sesuai jadwal yang dibuat? Bisa saya liat jadwalnya?
Dan apakah D sudah mempraktikkannya? Ya bagus sekali D! Apa
yang D rasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba D praktikkan kembali 2 cara yang sudah kita latih. Ya bagus
sekali D!”
c. Kontrak :
1) Topik : “Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol
halusinasi dengan cara ketiga yaitu melaksanakan aktivitas
terjadwal.
2) Waktu : Mau berapa lama berlatihnya? Bagaimana kalau 30
menit?
3) Tempat : Dimana tempatnya? Baiklah disini saja.”
2. Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)
“Tujuan melaksanakan aktivitas terjadwal ini adalah untuk mencegah
suara-suara itu datang lagi. Apa saja yang biasa pak lakukan? Coba tulis
lembar kegiatan ini ya? Tulis dari pagi bangun tidur sampai malam mau
tidur lagi. Setelah itu apa lagi? (terus disebutkan atau ditulis sampai
didapat kegiatannya sampai malam hari)”
“Wah bagus. Banyak sekali kegiatannya ya D. Sekarang kita latih satu
kegiatan yang sudah bapak tulis ya. bapak mau melatih kegiatan yang
mana? Bagaimana kalau sesuai jam sekarang? Sekarang jam 10.30 pagi,
jadi kegiatannya adalah? Wha bagus D!” “Membaca surah AL-Fatihah
bagaimana ya D? Ya bagus, membaca surah AL-Fatihah seperti
ini...(sebutkan). Sekarang kita lakukan ya D. Bagus
sekali D bisa melakukannya.”
“Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah suara-suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi ya pak, supaya dari pagi
sampai malam bapak selalu ada kegiatan.”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien subjektif
“Bagaimana perasaan D setelah kita berlatih melakukan kegiatan?”
2) Evaluasi perawat
“Coba D sebutkan jadwal kegiatan hariannya. Ya bagus! Coba
sekarang sebutkan lagi bagaimana cara mencuci piring yang barusan
saya ajarkan? Ya bagus sekali D! Jadi sudah berapa cara yang kita
latih D? Coba sebutkan lagi. Ya bagus D, jadi sudah ada 3 cara
yaitu menghardik, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas
terjadwal.”
b. Tindak lanjut klien
“Jangan lupa kegiatan yang terjadwal ini dilakukan ya D, juga dilatih
cara menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lainnya sesuai
jadwal. Jadi kalau D mendengar suara-suara itu lagi, D bisa praktikkan
ke 3 cara yang sudah kita latih ya D.”
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik : “Baik D, sekarang bincang-bincangnya sudah selesai.
Bagaimana kalau besok saya datang lagi untuk latihan cara
mengontrol halusinasi yang ke 4 yaitu minum obat.
2) Waktu : Mau jam berapa D? Baik jam 10 pagi ya D. Waktunya
berapa lama? Baik 30 menit saja.
3) Tempat : tempatnya mau dimana? Tempatnya disini lagi ya D!
Baiklah D, saya permisi dulu ya, jangan lupa D berlatih ya. Sampai
jumpa!”

L. Strategi Pelaksanaan Pasien Tindakan 4 Halusinasi


1. Orientasi
a. Salam kenal
“Selamat pagi D! Sesuai dengan janji saya kemaren. Sekarang saya
kembali lagi. D masih ingatkan dengan saya? Coba siapa? Wahh
bagus. Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara mengontrol
halusinasi dengan minum obat.”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan D saat ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih? Apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan? Bisa saya liat jadwalnya?
Wahh bagus sekali D! D masih ingat apa
yang sudah kita latih? Ya bagus! Coba praktekkan! Ya bagus! Apakah
D pagi ini sudah minum obat? Nama obatnya apa saja? Oh D belum
tau ya nama obatnya?”
c. Kontrak :
1) Topik : “Baik sekarang kita akan belajar cara mengontrol atau
mencegah halusinasi dengan minum obat.
2) Waktu : Mau berapa lama berbincang-bincangnya? Bagaimana
kalau 30 menit?
3) Tempat : Dimana tempatnya? Disini saja ya D.
2. Kerja
“D, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-
suara berkurang atau hilang? Minum obat sangat penting agar suara-suara
yang D dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa
macam obat Bapak minum? (Perawat menyiapkan obat pasien). Ini yang
berwarna orange (Chlorpromazine, CPZ) gunanya untuk menghilangkan
suara-suara. Sedangkan yang merah jambu (Haloperidol, HLP) berfungsi
untuk menenangkan pikiran dan menghilangkan suara- suara. Semua obat
ini diminum sesuai resep ya D. Kalau suara-suara sudah hilang, obatnya
tidak boleh dihentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau
putus obat, D akan kambuh dan sulit sembuh seperti keadaan semula.”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien subjektif
“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap mengenai
obat?”
2) Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
“Coba D sebutkan kembali obat-obat yang D konsumsi? Ya benar
sekali! Lalu sebutkan apa saja yang sudah saya ajarkan hari-hari
sebelumnya?”
b. Tindak lanjut klien
“Baiklah D, bagaimana kalau besok kita mendiskusi lebih dalam lagi
tentang apa yang belum D pahami”
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik : “Baiklah D, bagaimana kalau besok kita mendiskusi
lebih dalam lagi tentang apa yang belum bapak pahami”
2) Waktu : Mau berapa lama berbincang-bincangnya? Bagaimana
kalau 30 menit?
3) Tempat : Dimana tempatnya? Disini saja ya D.

M. Strategi Pelaksanaan Keluarga Tindakan 1 Halusinasi


1. Orientasi
a. Salam kenal
“Assalammualaikum Bapak/Ibu! Selamat pagi! Saya E, perawat yang
merawat anak Bapak/Ibu.”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu
tentang kondisi anak Bapak/Ibu?”
c. Kontrak :
1) Topik : “Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang
anak Bapak/Ibu alami dan bantuan apa yang bisa Bapak/Ibu
berikan.”
2) Waktu : “Berapa lama waktu Bapak/Ibu inginkan? Bagaimana
kalau 30 menit, Bapak/Ibu?”
3) Tempat : “Kita mau diskusi di mana, Bapak/Ibu? Bagaimana
kalau di kursi panjang, atau di mana?”
2. Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)
"Masalah apa yang Bapak alami dalam merawat D? Apa yang Bapak/Ibu
lakukan?"
“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu disebut halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidal ada bendanya.
Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri, atau marah tanpa sebab. Jadi,
jika anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya
suara itu tidak ada. Kalau anak Bapak mengatakan melihat bayangan-
bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada. Oleh karena itu, kita
diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Terdapat beberapa
cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan
halusinasi. Cara-cara tersebut adalah: Pertama, di hadapan anak
Bapak/Ibu, jangan membantah atau mendukung halusinasi. Katakan saja
Bapak/Ibu percaya bahwa mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi
Bapak/ ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya. Kedua, jangan
biarkan anak Bapak /Ibu melamun dan sendiri karena kalau melamun
halu- sinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap
dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama dan ibadah
bersama. Terkait dengan kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu
untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Bapak/ pantau
pelaksanaannya dan berikan pujian jika D berhasil melakukannya! Ketiga,
bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan
obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih
anak Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jadi, Bapak/Ibu dapat
mengingatkan kembali. Obatnya ada tiga macam, yang berwarna oranye
namanya CPZ untuk gunanya menghilangkan suara-suara atau bayangan.
Yang berwarna putih manya THP berfungsi untuk membuat D tenang dan
tidak kaku. Yang berwarna biru namanya HLP gunanya menenangkan
pikiran. Semua obat ini harus D minum 3 kali sehari pukul 7 pagi, 1
siang, dan. malam. Obat harus selalu diminum untuk mencegah
kekambunan Terakhir, jika ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul,
putus sinasi dengan cara menepuk punggung D. Kemudian suruh D
menghardik suara tersebut, D sudah saya ajarkan cara untuk menghard
halu- halusinasi. Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi D.
Sambil menepuk punggung anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa
kamu?"
Kamu ingatkan apa yang diajarkan perawat jika suara-suara itu datang? Ya,
Usir suara itu, D! Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu saya tidak
mau dengar! Ucapkan berulang-ulang, D. Sekarang coba Bapak/Ibu
praktikkan cara yang baru saya ajarkan. Bagus Pak/Bu!"
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan
memutuskan halusinasi D?”
2) Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
"Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali empat cara merawat
D! Bagus sekali Pak/Bu!”
b. Tindak lanjut keluarga
“Baiklah Bapak/Ibu, bagaimana kalau besok kita mempraktik cara
merawat pasien langsung di hadapan pasien.”
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik : “Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu, untuk
mempraktikkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan D?"
2) Waktu : "Jam berapa kita bertemu?"
3) Tempat : Baiklah, Bapak/Ibu. Kita bertemu lagi di ruangan ini 2
hari lagi jam 2 ya Bapak/Ibu. Saya permisi dulu. Assalamu’alaikum
wr wb.”

N. Strategi Pelaksanaan Keluarga Tindakan 2 Halusinasi


1. Orientasi
a. Salam kenal
“Assalammualaikum Bapak/Ibu! Selamat pagi!”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
c. Kontrak :
1) Topik : “Apakah Bapak/Ibu masih ingat bagaimana cara
memutus halusinasi anak Bapak/Ibu yang sedang mengalami
halusinasi? Bagus!”
2) Waktu : “Sesuai dengan perjanjian kita, selama 30 menit ini kita
akan mempraktikkan cara memutus halusinasi langsung di hadapan
anak bapak/ibu.”
3) Tempat : “Mari kita datangi anak Bapak/Ibu!”
4. Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)
"Selamat pagi D, Bapak/Ibu D sangat ingin membantu D mengendalikan
suara-suara yang sering D dengar. Untuk itu pagi ini Bapak/ Ibu D datang
untuk mempraktikkan cara memutus suara-suara yang D dengar. D, nanti
kalau sedang dengar suara-suara dan D bicara atau tersenyum-senyum
sendiri, Bapak/Ību akan mengingatkan ya? Sekarang, coba Bapak/Ibu
peragakan cara memutus halusinasi sedang D alami seperti yang sudah
kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung D lalu suruh D mengusir suara
dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut. (Perawat
mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien.)
"Bagus sekali! Bagaimana D? Senang dibantu Bapak/Ibu? Nah,
Bapak/İbu ingin melihat jadwal harian D. (Pasien memeragakan dan
kemudian perawat mendorong orang tua memberikan pujian.) Baik lah,
sekarang saya dan orang tua D ke ruang perawat dulu." (Peran dan
keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga.)
5. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mempraktikkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu.”
2) Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
“Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya pak/bu. Bapak/lbu dapat
melakukan cara itu jika anak Bapak/Ibu mengalami halusinasi.”
b. Tindak lanjut keluarga
“Baiklah Bapak/Ibu, bagaimana kalau besok kita membuat
perencanaan pulang bersama keluarga.”
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik : “Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk
membicarakan tentang jadwal kegiatan harian D di rumah."
2) Waktu : " Pukul berapa Bapak/ Ibu bisa datang?”
Tempat : Kita bertemu di tempat ini lagi ya? Sampai jumpa
Assalamu’alaikum wr wb.”

O. Strategi Pelaksanaan Keluarga Tindakan 3 Halusinasi


1. Orientasi
a. Salam kenal
“Assalammualaikum Bapak/Ibu! Selamat pagi! karena besok D sudah
boleh pulang maka sesuai janji kita sekarang ketemu untuk
membicarakan jadwal D selama di rumah.”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Bagaimana Pak/Bu, selama
Bapak/Ibu membesuk apakah sudah mempraktikkan cara merawat D?”
c. Kontrak :
1) Topik : “Nah, sekarang kita bicarakan jadwal D di rumah?”
2) Waktu : “Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Bagaimana kalau
30 menit?”
3) Tempat : “Mari kita duk di ruang perawat!”
2. Kerja
“Ini jadwal kegiatan D di rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjuk kan di
rumah, Coba Bapak/Ibu lihat mungkinkah dilakukan di rumah. Siapa
yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan? Pak/ Bu, jadwal yang
telah dibuat selama D di rumah sakit tolong dilanjutkan di rumah, baik
jadwal aktivitas maupun minum obatnya."
"Hal-hal yang harus diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku vang
ditampilkan oleh anak Ibu dan Bapak selama di rumah, misal kalau D terus
mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat
atau perlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi,
segera hubungi Suster B di Puskesmas terdekat dari rumah Bapak/ Ibu, ini
nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx. Selanjutnya akan
membantu memantau perkembangan D selama Suster B yang di rumah.”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien subjektif
“Bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang ingin ditanyakan”
2) Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
“Coba Bapak/Ibu sebutkan cara-cara merawat D di rumah!” Bagus!
(Jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat), Ini jadwalnya
untuk dibawa pulang. Selanjutnya, silakan Ibu menyelesaikan
administrasi yang dibutuhkan. Kami akan siapkan D untuk pulang"
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN:
1. Nama : Ny. B (P)
2. Umur : 65 Tahun

B. ALASAN MASUK:
Keluarga klien mengatakan bahwa Ny. B memiliki riwayat gangguan sejak umur 30
tahun dan kembali kambuh setelah suaminya meninggal. Keluarga mengatakan klien
takut sering dengar suara suaminya berbicara yang sudah meninggal. Klien sering
mendengar suara seperti bisikan dari suaminya. Suara bisikan itu muncul pada saat
klien melamun dan saat tidur. Suara sering muncul pada malam hari. Saat makan
selalu belepotan dan tampak, klien berbau pengap rambut beranakan.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya: Berhasil Kurang
Berhasil Tidak Berhasil
3. Trauma:
No Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik x x x x
2. Aniaya sexual x x x x
3. Penolakan x x x x
4. Kekerasan dalam keluarga x x x x
5. Tindakan kriminal x x x x
6. Lain-lain
Jelaskan No.
1. Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik
2. Klien tidak pernah mengalami aniaya sexsual
3. Tidak pernah
4. Klien tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarga
5. Klien tidak pernah melakukan Kriminal
Masalah Keperawatan : Tidak ada
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa? Ada Tidak
ada
Bila ada : Hubungan keluarga : Tidak ada
Gejala : Tidak ada
Riw. Pengobatan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?


Klien mengatakan sering di ejek oleh anak-anak bahwa dirinya gila
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital : TD: 120/100 mm/Hg N: 78 x/mt
S: 36,90C P: 22 x/mt
2. Ukur : BB: 62 kg
TB: 169 cm
Jelaskan : TTV klien dalam rentang normal
Masalah Keperawatan : Tidak ada

E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram: (minimal 3 generasi)

Keterangan : : Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Meninggal dunia
Penjelasan :GI : Kakek dan nenek klien dari ibu dan bapak sudah
meninggal karena faktor usia
G II : Bapak klien anak bungsu dari tiga bersaudara,
sedangkan ibu klien anak kedua dari empat
bersaudara
G III : Klien anak bungsu dari tiga bersaudara sedangkan
suami anak bungsu dari dua bersaudara
G IV : Klien mempunyai empat anak
2. Konsep Diri:
a. Citra tubuh : Klien mengatakan menyukai bagian muka nya
b. Identitas Diri : Klien mengatakan ia anak bungsu dari tiga bersaudara
dan mempunyai tiga cucu
c. Peran : Klien mengatakan sebagai ibu dan nenek
d. Ideal Diri : Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya
e. Harga Diri : Klien mengatakan mau berhubungan dengan orang lain
selain keluarga
Masalah Keperawatan : Tidak ada

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Klien mengatakan suaminya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien mengatakan tidak pernah ikut kegiatan kelompok di masnyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan tidak ada masalah dalam berkomunikasi dengan orang lain
Masalah Keperawatan : Tidak ada

4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien mengatakan beragama islam
b. Kegiatan Ibadah : Klien mengatakan tidak pernah beribadah
Masalah Keperawatan : Tidak ada
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan:
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, makan, mandi, toileting dan
pemakaian sarana dan prasarana atau instrumentasi dalam mendukung
penampilan, apakah klien:
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasa
Lain-lain, jelaskan :
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri

2. Pembicaraan:
Cepat Keras Gagap Inkoherensi Apatis Lambat
Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan
Lain-lain, jelaskan...........................................................................
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran

3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi TIK Grimasen
Tremor Kompuls if Lain-lain, jelaskan....................................
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran

4. Afek dan Emosi:


a. Afek: Datar Tumpul Labil Tidak sesuai Lain-lain
Jelaskan:....................................................................................................
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
b. Alam Perasaan (emosi): Sedih Ketakutan Putus asa
Khawatir Gembira berlebihan Lain-lain, jelaskan............
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran

5. Interaksi selama Wawancara:


Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata kurang Defensif Curiga
Lain-lain Jelaskan:....................................................................................
Masalah Keperawatan: Halusinasi pendengaran

6. Persepsi & Sensorik:


Apakah ada gangguan: Ada Tidak ada
Halusinasi: Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Ilusi: Ada Tidak ada Lain-lain, jelaskan.................................
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran

7. Proses Pikir:
a. Proses pikir (arus dan bentuk pikir):
Sirkumtansial Tangensial Blocking Kehilangan asosiasi
Flight of idea Pengulangan pembicaraan
Lain-lain, jelaskan..................................................................................
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
b. Isi pikir:
Obsesi Phobia Hipokondria Depersonalisasi
Pikiran magis Ide terkait
Waham: Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip pikir Siar pikir
Kontrol pikir Lain-lain, jelaskan.........................
Masalah Keperawatan : Halusinasi

8. Tingkat Kesadaran:
Bingung Sedasi Stupor Lain-lain, jelaskan....................
Adakah gangguan orientasi (disorientasi): Waktu Tempat Orang
Jelaskan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Halusinasi

9. Memori:
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka menengah
Gangguan daya ingat jangka pendek
Konfabulasi Lain-lain, jelaskan: .............................................
Jelaskan : Klien tidak mampu mengingat
Masalah Keperawatan : Halusinasi

10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung:


Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana Lain-lain, jelaskan......................
Jelaskan : Klien tidak dapat berhitung secara berurutan
Masalah Keperawatan : ..................................................................................

11. Kemampuan Penilaian:


Gangguan ringan Gangguan bermakna Lain-lain, jelaskan......
Jelaskan: ........................................................................................................
Masalah keperawatan: ...................................................................................

12. Daya Tilik Diri:


Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Lain-lain, jelaskan:....................................................................................
Masalah Keperawatan:...................................................................................
G. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan:
Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak
Makanan √
Keamanan √
Perawatan kesehatan √
Pakaian √
Transportasi √
Tempat tinggal √
Keuangan √
Lain-lain
Jelaskan : makan belepotan tampak terburu-buru,
Masalah Keperawatan:.................................................................................
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL):
a. Perawatan Diri
Kegiatan hidup sehari-hari Bantuan Total Bantuan Minimal
Mandi √
Kebersihan √
Makan √
Buang air kecil/ BAK √
Buang air besar/ BAB √
Ganti pakaian √
Jelaskan : Klien tidak dapat menjaga kebersihan diri nya
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
b. Nutrisi:
1) Apakah anda puas dengan pola makan anda? Puas Tidak puas
Bila tidak puas, jelaskan: Klien mengatakan puas
2) Apakah anda makan memisahkan diri? Ya Tidak
Bila ya, jelaskan: Klien sering makan di dalam kamarnya
3) Frekuensi makan sehari: 3-4 x (kali) dan frekuensi kudapan 1x (kali).
4) Nafsu makan: meningkat menurun
berlebihan sedikit-sedikit
5) Berat badan: meningkat menurun
Berat badan saat ini: 64 kg BB terendah: 59 kg BB tertinggi: 64 kg.
Jelaskan:................................................................................................
c. Tidur:
1) Apakah ada masalah tidur? Tidak Ada,
Jelaskan : Klien mengatakan pada saat tidur sering mendengar bisikan
2) Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
Segar tidak segar,
Jelaskan : Klien mengatakan tidak
3) Apakah ada kebiasaan tidur siang?
Ya, lamanya 2-3 jam. Tidak.
4) Apakah ada yang menolong anda mempermudah tidur?
Ada Tidak ada
Bila ada, jelaskan : Menonton TV
5) Tidur malam jam: 21.00 Bangun jam: 05.30 Rata-rata tidur malam: 8 jam.
6) Apakah ada gangguan tidur? Sulit untuk tidur
Bangun terlalu pagi Somnambulisme
Terbangun saat tidur Gelisah saat tidur
Berbicara saat tidur Lain-lain, jelaskan................
Jelaskan : Klien mengatakan saat tidur sering mendengar bisikan
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
3. Kemampuan klien dalam hal-hal berikut ini:
a. Mengantisipasi kebutuhan sendiri: Ya
Tidak
b. Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri: Ya
Tidak
c. Mengatur penggunaan obat: Ya
Tidak
d. Melakukan pemeriksaan kesehatan: Ya
Tidak
Jelaskan : Klien tidak bisa merawat dirinya, masih dibantu oleh anaknya
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
4. Klien memiliki sistem pendukung:
a. Keluarga Ya Tidak
b. Terapis Ya Tidak
c. Teman sejawat Ya Tidak
d. Kelompok sosial Ya Tidak
Jelaskan:...................................................................................................
Masalah Keperawatan:.............................................................................
5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif
atau hobi?
Ya/menikmati Tidak menikmati, jelaskan............................................

H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
xBicara dengan orang lain x Minum alkohol
xMampu menyelesaikan masalah √ Reaksi lambat/ berlebihan
xTekhnik relaksasi x Bekerja berlebihan
xAktivitas konstruktif √ Menghindar
xOlah raga x Mencederai diri
Lain-lain Lain-lain
Jelaskan:...............................................................................................................
Masalah Keperawatan: ........................................................................................

I. MASALAH PSIKOSOSIAL & LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya Klien mengatakan tidak ada
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya: Klien suka mengambil
rokok orang
Masalah dengan pendidikan, spesifiknya: Klien lulus SMA
Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya: Klien pernah bekerja di pembuatan
batako
Masalah dengan perumahan, spesifiknya: Tidak ada
Masalah dengan ekonomi, spesifiknya: Tidak ada
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya: Tidak ada
Masalah lainnya, spesifiknya: Tidak ada
Masalah Keperawatan :

J. PENGETAHUAN KURANG TENTANG:


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal: Penyakit/ gangguan jiwa lain-lain, jelaskan....
Jelaskan:...............................................................................................................
Masalah Keperawatan:.........................................................................................

K. ASPEK MEDIS
Diagnosa Medis : Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
Terapi Medis : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran

L. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
2. Defisit perawatan diri

M. Pohon Masalah

Effect Resiko tinggi perilaku kekerasan

Problem Perubahan persepsi sensori: Halusinasi

Cause Isolasi social


Sumber: Ma’rifatul (2016).
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
2. Defisit perawatan diri

Pontianak -15-januari- 2021


Perawat yang mengkaji

(KELOMPOK 10)
III. ANALISA DATA
No
Data Senjang Masalah
Dx.
1. Ds : Gangguan persepsi
- Klien mengatakan mendengar bisik-bisikan sensori: Halusinasi
- Klien mengatakan pada saat tidur sering pendengaran
terbangun mendengar bisikan
- Keluarga klien mengatakan klien sering
mengobrol sendiri dan tampak takut

Do :
- Klien berhenti bicara seolah mendengar atau
melihat sesuatu gerakan mata yang cepat dan
tampak takut
2. Ds : Defisit perawatan diri
- Keluarga mengatakan klien makan berantakan
dan tampak terburu-buru
- Keluarga mengatakan klien jarang mandi dan
gosok gigi
- Baju tidak sesuai
Do:
- Klien tampak kurang bersih
- Badan klien sedikit bau asam nyengat
- Kuku klien tampak panjang

IV. RENCANA KEPERAWATAN


Nama Pasien : Ny . B
Jenis Kelamin : P
Dx. Medis : Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
No Diagnosa Paraf &
Tujuan & Rencana Tindakan
Dx. Keperawatan Nama Prwt
1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan keperawatan
sensori: Halusinasi selama 3x pertemuan di harapkan klien
pendengaran dapat :
TUM : Klien dapat mengendalikan halusinasi

TUK :
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrol halusinasinya.
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan
baik.

Rencana tindakan :
1. Membina hubungan
saling percaya dengan klien
2. Mendorong klien
untuk mengungkapkan perasaannya
SP1 :
a. Bantu pasien
mengenal halusinasi
- Isi
- Jenis
- Frekuensi
- Waktu terjadinya
- Situasi pencetus
- Perasaan saat terjadi halusinasi
b. Latih cara
mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
- Jelaskan cara menghardik halusinasi
- Peragakan cara menghador halusinasi
- Minta pasien ulang peragakan
- Pantai penerapan cara ini
- Masukan jadwal kegian harian

Sp2 :
a. Evaluasi kegiatan yang lalu yaitu sp1
b. Latihan berbicara/bercakap-cakap dengan
orang lain saat halusinasi muncul
c. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien

Sp3 :
a. Evaluasi kegiatan yang lalu sp1 dan sp2
b. Latih kegiatan halusinasi tidak muncul
c. Pantau pelaksanan jadwal kegiatan pasien
sp4 :
a. Evaluasi kegitan yang lalu sp1,sp2,sp3,
b. Tanyakan kegiatan
c. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada
ganggua niwa
d. Jelaskan akibat bila tidak mengikuto
program
e. Jelaskan cara mendapkan obat
f. Latih pasien minum obat
g. Masukan jadwal harian
2. Defisit Perawatan Diri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x pertemuan di harapkan klien
dapat :
TUM : Klien dapat mengendalikan Defisit
perawatan diri
TUK :

1. Menjelasakan
perawatan diri
2. Mengidentifikasi
perawatan diri yang dialami
3. Mengetahui cara
perawatan diri : kebersihan diri,
berpakaian, makan dan minum, eliminasi
dan lingkungan
4. Melakukan
kebersihan diri
5. Memenuhi
kebutuhan makan dan minum
6. Melakukan
eliminasi bab bak
7. Menciptakan
lingkungan rumah yang bersih dan aman
8. Merasa nyaman
dengan perawatan diri
9. Merasakan manfaat
perawatan diri
10. Memoertahankan
perawatan diri
Rencana Tindakan :

1. Pengkajian : kaji tanda dan gejala


perawatan diri dan penyebabnya
2. Diagnosis : penjelasan proses terjadinya
masalah perawatan diri kebersihan diri,
perpakaian, makan dan minum
3. Mandi :
a. Diskusikan gunanya mandi
b. Diskusikan alat alat yang
diperlukan
c. Diskusikan jadwal mandi
d. Diskusikan langkah langkah mandi
e. Latihkan mandi sesuai dengan
langkah-langkah yang telah
dijelaskan
f. Jadwalkan mandi dengan teratur
g. Berikan pujian
V. IMPLEMENTASI & EVALUASI
Nama Pasien : Ny . B
Jenis Kelamin : P
Dx. Medis : Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
No. Paraf &
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Dx Nama
1. 1. M S:
embina hubungan saling
- klien mengatakan agak tenang tapi
percaya dengan klien
masih ada suara
2. M
- keluarga engatakan klien
endorong klien untuk
melakukan yang diajarkan
mengungkapkan
O:
perasaannya
SP1 : - klien tampak tidak fokus
a. Bantu pasien mengenal
- klien melakukan tindakan yang
halusinasi
diajarkan dengan baik
- Isi
A:
- Jenis
- tindakan berhasil
- Frekuensi
- Waktu terjadinya - lanjutkan tindakan
- Situasi pencetus P:
- Perasaan saat terjadi lanjut Sp 2 pasien yaitu brcakap-cakap
halusinasi

b. Latih cara mengontrol


halusinasi dengan cara
menghardik
- Jelaskan cara
menghardik halusinasi
- Peragakan cara
menghador halusinasi
- Minta pasien ulang
peragakan
- Pantau penerapan cara
ini
- Masukan jadwal kegian
harian
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisis Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Gangguan


Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dengan Defisit Perawatan Diri
Pada karakteristik partisipan pasien Ny. B berumur 65 tahun, jenis
kelamin perempuan, beragama islam, pendidikan terakhir SLTA, dengan
status pernikahan cerai mati, pasien dengan diagnosa keperawatan Gangguan
persepsi sensori: Halusinasi pendengaran.
Data pengkajian yang didapatkan pada pasien Ny. B mengatakan
sering mendengar suara bisikan suami yang telah meninggal, suara itu muncul
jika pasien sedang sendiri dan paling sering ketika malam hari ketika saat
tidur. Hasil observasi didapatkan pasien tampak berbicara sendiri dan tampak
takut. Kontak mata pasien kurang, berhenti berbicara seolah-olah mendengar
atau melihat sesuatu dengan gerakan bola mata yang cepat.
Kondisi ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Rosyard (2020)
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa
melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada
sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut. Hal ini sejalan dengan
menurut Dermawan (2017) menyebutkan bahwa pasien halusinasi mengalami
ketidakmampuan membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dari luar), pasien memberikan persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa objek atau rangsangan yang nyata seperti mendengar
padahal tidak ada yang sedang berbicara atau mendengar suara tersebut.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi
adalah adanya gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran sering terjadi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan dengan persepsi yang salah
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata.
Rencana keperawatan yang dilakukan pada Ny. B meliputi tujuan dan
tindakan yang ingin dicapai. Tujuan umum yaitu pasien dapat mengontrol
halusinasi yang dialaminya. Tujuan khusus yaitu pasien mampu membina
hubungn saling percaya, pasien mampu mengenal halusinasi, pasien mampu
mengontrol halusinasi, pasien dapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrol halusinasinya, pasien dapat mengontrol obat dengan baik.
Saat dilakukan pengkajian mengenai perawatan diri pasien mengatakan
jarang mandi, saat mandi pasien tidak gosok gigi dan tidak menggunakan
sabun. Keluarga mengatakan klien tidak mandi jika tidak disuruh. Pakaian
pasien tampak tidak rapi dan acak-acakan, rambut tampak kotor dan kuku
tampak kotor. Berdasarkana hasil pengkajian tersebut penulis mendapatkan
diagnosa keperawatan defisit perawatan diri.
Perencanaan dari diagnosa tersebut mengacu pada tujuan. Tujuan
panjangnya adalah pasien dapat memelihara atau merawat kebersihan secara
mandiri. Tujuan pendeknya adalah pasien mampu menunjukkan tanda-tanda
percaya kepada perawat, melakukan kebersihan diri secara mandiri,
melakukan tindakan perawatan berupa berhias dan berdandan secara baik,
melakukan kegiatan makan dengan baik, melakukan BAB/BAK secara
mandiri, keluarga mampu merawat anggota keluarganya yang mengalami
masalah kurang perawatan diri. Perencanaan tindakan yang akan dilakukan
adalah bina hubungan saling percaya, identifikasi (kebersihan diri, berdandan,
makam dan BAB/BAK), jelaskan pentingnya kebersihan diri, jelaskan alat dan
cara kebersihan diri, masukkan dalam jadwal kegiatan klien sampai dengan
strategi pelaksanaan yang terakhir yaitu evaluasi strategi pelaksanaan 1, 2 dan
3, latih cara BAB/BAK yang baik.
Menurut Delia dan Mahnum (2016) menyebutkan bahwa dukungan keluarga
yang berperan dalam kesembuhan klien adalah dukungan emosional, dimana
dukungan ini merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang dapat memberikan rasa
aman, cinta kasih, membangkitkan semangat, mengurangi putus asa, rasa rendah diri,
rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik (penurunan kesehatan
dan kelainan yang dialaminya).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
halusinasi ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan
pendekatan secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang
dapat menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
yang diberikan.
2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya
dengan halusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai
sistem pendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya.
Disamping itu perawat / petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran
keluarga dalam memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama
dalam memberi perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat
menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam
proses penyembuhan klien.

B. Saran
1. Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat
melakukan pendekatan secara bertahap dan terus menerus untuk membina
hubungan saling percaya antara perawat klien sehingga tercipta suasana
terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.
2. Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien
dirumah sakit, sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi
klien dan dapat membantu perawat bekerja sama dalam pemberian asuhan
keperawatan bagi klien
REFERENSI
.
Book. Sutejo. (2016). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Budi Anna Keliat, SKP, Mapp, Se, Dkk. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: ECG.
Carpente LJ. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 6. Jakarta: ECG.
Damaiyanti, Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan kedua.Bandung;
PT. Refika Adimata.
Direja, Ade Herman S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medical
Direktorat Kesehatan Jiwa, Petunjuk klinik asuhan keperawatan pasien gangguan
jiwa Schizofrenia, 1998.
Fitria, Nita. (2012). Pinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan LP dan SP Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B. A, & Akemat (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Keliat, B.A , dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (basic
course). Jakarta: EGC
Keliat, B.A dan Pasaribu. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan
Jiwa Stuart. Singapura. Elsevier.
Keliat, Budi Ana. (2014). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC. Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
KDT.
Keliat, Budi Ana. (2014). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC. Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
KDT.
Maramis W.F. Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi VI. Surabaya : Airlangga University
Press.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Andi.
PPDEJ – III. 1998. Diagnosa gangguan jiwa. Jakarta
Prabowo, E. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa . Yogyakarta : Medikal
Putri, Dewa Ayu Hendrawathy, dan Wayan Suwardnyana. (2020). Komunikasi
Terapeutik: Strategi pemulihan Pasien Gangguan Jiwa (Skizofrenia). Bali:
Nilacakra.
Rosyad, Yafi Syabila. (2020). Keperawatan Jiwa II. Jawa Barat: Media Sains
Indonesia. Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta
Timur: CV. Trans Info Media.
Saragih, dkk. (2014). Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Keluarga
Tentang Perawatan Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di Rumah. Jurnal
Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Keperawatan. Vol 1, No. 1
Stuart G.W. and Sundeen S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan jiwa. Jakarta: ECG.
Wijayaningsih Kartika, Sari. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Medika
Wilkinson, Judith M. (2017). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Yosep, I & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.
Yusuf, Ah; PK, Rizky F & Nihayati, Hanik E.(2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai