Disusun Oleh :
NIM : P27901121097
b. Fase-fase
Halusinasi berkembang melalui empat fase menurut (Kusumawati,
2012) yaitu sebagai berikut:
1. Fase Pertama
Disebut juga dengan fase Comporting yaitu fase yang
menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristiknya : Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan,
rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan.
Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan,
cara ini hanya menolong sementara. Perilaku klien : tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakkan
mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua
Disebut dengan fase Condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi
menjadi menjijikkan , termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik :
pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai
dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu,
dan ia tetap dapat mengontrolnya. Perilaku klien : meningkatnya tanda-
tanda system syaraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan
tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan realitas.
3. Fase Ketiga
Adalah fase Controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak
berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku Klien : Kemauan dikendalikan
halusinasi , rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-
tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu
mematuhi perintah.
4. Fase Keempat
Adalah fase Conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam,
memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya,
hilang control, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang
lain di lingkungan. Perilaku Klien : perilaku terror akibat panik, potensi
bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik,
tidak mampu merespons terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu
berespons lebih dari satu orang.
c. Rentang Respon
Trimelia (2011) menyatakan bahwa berbagai respon perilaku klien
yang terkait dengan fungsi otak disebut dengan respon neurobiologist.
Gangguan respons neurobiologist ditandai dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi. Gangguan respons neurobiologist atau respons
neurobiologist yang maladatif ini terjadi karena adanya :
1. Lesi pada area frontal, temporal, dan limbik sehingga mengakibatkan
terjadinya gangguan pada otak dalam memproses informasi.
2. Ketidakmampuan otak untuk menyeleksi stimulus
3. Ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmitter lainnya.
Data Objektif :
- Pasien tampak menyendiri
- Pasien mau berjabat tangan
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan Sensori Persepsi (Pendengaran) : Halusinasi
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
N Diagnosis Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
o
1. GANGGUAN PESEPSI Setelah dilakukan tindakan SP I pasien
SENSORI : HALUSINASI keperawatan selama 3 x24 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
(D.0085) jam didapat persepsi sensori 2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
membaik dengan kriteria 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
Data mayor hasil (L.09083) 4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pa
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulk
Subjektif : 1. Verbalisasi mendengar
6. Mengidentifikasi respons pasien terhad
1. Mendengar suara bisikan bisikan menurun (5) 7. Mengajarkan pasien menghardik halusin
atau melihat bayangan 2. verbalisasi melihat 8. Menganjurkan pasien memasukkan cara
2. merasakan sesuatu bayangan menunurn (5) halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
melalui indera perabaan, 3. verbalisasi merasakan SP II p
penciuman, perabaan, sesuatu melalui indra 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pa
atau pengecapan perabaan (menurun) 2. Memberikan pendidikan kesehatan
4. verbalisasi merasakan tentang penggunaan obat secara teratu
Objektif : sesuatu melalui indra 3. Menganjurkan pasien memasukkan
1. distorsi sensori penciuman (menurun) dalam jadwal kegiatan harian
2. respons tidak sesuai 5. verbalisasi merasakan SP III p
3. bersikap seolah melihat sesuatu melalui indra 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pa
2. Melatih pasien mengendalikan halusinas
mendengar, mengecap, pengecapan menurun
dengan cara bercakap-cakap dengan ora
meraba, atau mencium (5) 3. Menganjurkan pasien memasukkan dala
sesuatu 6. distorsi sensori menurun jadwal kegiatan harian
(5) SP IV P
7. perilaku haliusinasi 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pa
Data minor menurun (5) 2. Melatih pasien mengendalikan halusinas
Subjektif 8. menarik diri menurun (5) melakukan
9. melamun menurun(5) kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan
1. menyatakan kesal 3. Menganjurkan pasien memasukkan dala
10. curiga menurun (5)
11. mondar mandir menurun kegiatan harian
Objektif
(5)
1. menyendiri SP I keluarga
2. melamun 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
3. konsentrasi buruk merawat pasien
4. disorientasi waktu, 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan geja
tempat, orang atau situasi jenis halusinasi yang dialami pasien bes
terjadinya
5. curiga
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien h
6. melihat kesatu arah SP II k
7. mondar mandir 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara m
8. bicara sendiri dengan Halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara meraw
kepada pasien Halusinasi
SP III K
1. Membantu keluarga membuat jadual akt
di rumah termasuk minum obat (dischar
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pu
REFERENSI