Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTEK KEPERAWATAN JIWA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh

Rizka Yuliana Putri

202207018

UNIVERSITAS ICHSAN SATYA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

I. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan sensori persepsi adalah suatu kondisi dimana individu atau kelompok
menjalani atau beresiko mengalami perubahan dalam jumlah dan pola atau interprestasi
terhadap stimulus yang masuk (Carpenito Lynda Juall, 2002).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien dengan gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihaan,
pengecapan, perabaan, atau penghidupan tanpa stimulus nyata (Budi Anna Keliat,
2011).
Halusinasi adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau
persepsi sensori yang tidak sesuai dengan relitas/kenyataan seperrti melihat bayangan
atau suara-suara yang sebenarnya tidak ada. Pencerapan tanpa adanya rangsang apapun
dari panca indra, dimana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang
disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organic atau histerik. (Wijayaningsih,
2015)

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah: Dari
faktor biologis abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami,ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut: Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan
keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada
daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia. Dan pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien
dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak
tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem). Dari faktor psikologis yaitu keluarga,
pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien,salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien. Dari faktor sosial budaya dapat mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

B. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping
dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

C. Jenis – jenis Halusinasi


1. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara-suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa
yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidung
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau harum.
Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

D. Fase-fase Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia (2001), terdiri dari 4 fase :
Fase I:
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik
sendiri.
Fase II :
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan
tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
untuk membedakan halusinasi dengan realita.
Fase III :
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat,
tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi
yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
Fase IV :
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi.
Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.
Kondisi klien sangat membahayakan.
E. Klasifikasi Jenis dan Sifat Masalah
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi dengar (klien - Bicara atau tertawa sendiri - Mendengar suara atau
mendengar suara.bunyi, yang tidak - Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
ada hubungannya dengan stimulus - Mendekatkan telingan kearah - Mendengar suara yang
yang nyata/ lingkungan tertentu mengajak bercakap-cakap
- Menutup telinga - Mendengar suara untuk
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi penglihatan (klien - Menunjuk-nunjuk kearah - Melihat bayangan sinar,
melihat gambaran yang jelas/samar tertentu bentuk geometris, kartun,
terhadap stimulus yang nyata dari - Ketakutan pada sesuatu yang melihat hantu atau monster
lingkungan dan oranglain tidak tidak jelas
melihatanya)
Halusinasi penciuman (klien - Mengendus-endus seperti sedang - Membaui bau bauan seperti
mencium bau yang muncul dari membaui bau-bauan tertentu bau darah, urine, feses dan
sumber tertentu tanpa stimulus - Menutup hidung terkadang bau-bau tersebut
yang nyata) menyenangkan bagi klien
Halusinasi pengecapan (klien - Sering meludah - merasakan rasa seperti darah,
merasakan sesuatu yang tidak - muntah urine, dan feses
nyata, biasanya merasakan rasa
makanan yang tidak enak)
Halusinasi perabaan (klien - menggaruk-garuk permukaan - Mengatakan ada serangga di
merasakan sesuatu pada kulitnya kulit permukaan kulit
tanpa ada stimulus yang nyata - merasa seperti tersengat
listrik.
Halusinasi kinestik (klien - Memegang kakinya yang - Mengatakan badannya
merasakan badannya bergerak dianggapnya bergerak sendiri melayang di udara
dalam satu ruangan atau anggota
badannya bergerak)
Halusinasi visceral (perasaan - Memegang badannya yang - Mengatakan perutnya
tertentu timbul dalam tubuhnya) dianggap berubah bentuk dan menjadi mengecil satelah
tidak normal seperti biasanya. minum soft drink.

F. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

- Pikiran logis - kadang-kadang - Gpp : Waham


- Persepsi akurat prosespikir terganggu - Halusinasi
- Emosi - Ilusi - ≠Mampu
sesuaipengalaman - Emosi berlebihan mengalami emosi
- Perilaku cocok - Perilaku yang tidak biasa

G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang dilakukan pertama regresi yaitu menjadi malas
beraktifitas sehari-hari,kedua proyeksi yaitu menjelaskan perubahan suatu persepsi
dengan berusaha untukmengalihkan tanggung jawab kepada orang lain, ketiga
menarik diri yaitu sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal(Stuart, 2007).

III. Pohon masalah dan masalah keperawatan


A. Pohon Masalah
Risiko Perilaku Kekerasan

Core problem GSP :Halusinasi

Isolasi Sosial

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
DS :
- klien mengatakan mendengar suara-suara
- klien mengatakan melihat gambaran yang tidak jelas
- klien mengatakan mencium bau, klien merasakan makan sesuatu
- klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
DO:
- klien berbicara dan tertawa sendiri, klien marah tanpa sebab
- klien menyendiri dan melamun, disorientasi

IV. Diagnosa Keperawatan


Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Terlampir

Anda mungkin juga menyukai