Disusun Oleh
202207018
B. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping
dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
D. Fase-fase Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia (2001), terdiri dari 4 fase :
Fase I:
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik
sendiri.
Fase II :
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan
tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
untuk membedakan halusinasi dengan realita.
Fase III :
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat,
tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi
yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
Fase IV :
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi.
Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.
Kondisi klien sangat membahayakan.
E. Klasifikasi Jenis dan Sifat Masalah
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi dengar (klien - Bicara atau tertawa sendiri - Mendengar suara atau
mendengar suara.bunyi, yang tidak - Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
ada hubungannya dengan stimulus - Mendekatkan telingan kearah - Mendengar suara yang
yang nyata/ lingkungan tertentu mengajak bercakap-cakap
- Menutup telinga - Mendengar suara untuk
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi penglihatan (klien - Menunjuk-nunjuk kearah - Melihat bayangan sinar,
melihat gambaran yang jelas/samar tertentu bentuk geometris, kartun,
terhadap stimulus yang nyata dari - Ketakutan pada sesuatu yang melihat hantu atau monster
lingkungan dan oranglain tidak tidak jelas
melihatanya)
Halusinasi penciuman (klien - Mengendus-endus seperti sedang - Membaui bau bauan seperti
mencium bau yang muncul dari membaui bau-bauan tertentu bau darah, urine, feses dan
sumber tertentu tanpa stimulus - Menutup hidung terkadang bau-bau tersebut
yang nyata) menyenangkan bagi klien
Halusinasi pengecapan (klien - Sering meludah - merasakan rasa seperti darah,
merasakan sesuatu yang tidak - muntah urine, dan feses
nyata, biasanya merasakan rasa
makanan yang tidak enak)
Halusinasi perabaan (klien - menggaruk-garuk permukaan - Mengatakan ada serangga di
merasakan sesuatu pada kulitnya kulit permukaan kulit
tanpa ada stimulus yang nyata - merasa seperti tersengat
listrik.
Halusinasi kinestik (klien - Memegang kakinya yang - Mengatakan badannya
merasakan badannya bergerak dianggapnya bergerak sendiri melayang di udara
dalam satu ruangan atau anggota
badannya bergerak)
Halusinasi visceral (perasaan - Memegang badannya yang - Mengatakan perutnya
tertentu timbul dalam tubuhnya) dianggap berubah bentuk dan menjadi mengecil satelah
tidak normal seperti biasanya. minum soft drink.
F. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang dilakukan pertama regresi yaitu menjadi malas
beraktifitas sehari-hari,kedua proyeksi yaitu menjelaskan perubahan suatu persepsi
dengan berusaha untukmengalihkan tanggung jawab kepada orang lain, ketiga
menarik diri yaitu sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal(Stuart, 2007).
Isolasi Sosial