Anda di halaman 1dari 3

KOREKSI CROSS BITE POSTERIOR UNILATERAL PADA GIGI DESIDUI DENGAN

EKSPANSI DENTOALVEOLAR SECARA PERLAHAN


Abstrak
Insiden terjadinya crossbite posterior pada gigi desidui dilaporkan sekitar 8-22%. Crossbite
biasanya terjadi karena konstriksi maksila bilateral dan umumnya berhubungan dengan oklusi
mandibula yang menyimpang ketika penutupan oklusi. Koreksi cross bite posterior pada gigi
desidui diindikasikan untuk membuat suatu oklusi stabil dan menghindari kemungkinan efek
yang merusak pada TMJ dan perawatan pada gigi desidui ini menghasilkan erupsi gigi gigi molar
permanen yang memiliki hubungan transversal yang normal pada 84% kasus. Tujuan dari
laporan kasus ini untuk menunjukkan manajemen dari crossbite posterior unilateral dengan
ekspansi dentoalveolar secara perlahan. Lama perawatan lebih singkat dibandingkan kasus pada
periode gigi campuran dan gigi permanen dan juga metode perawatan lebih sederhana dan pasien
berkembang dalam arah yang diinginkan.
Pendahuluan
Crossbite posterior merupakan salah satu maloklusi yang sering terjadi pada periode gigi desidui
dan campuran dan dilaporkan terjadi antara 8-22%.

1-4

Pada kebanyakan kasus, crossbite diikuti

dengan pergeseran mandibula, yang disebut juga crossbite yang dipaksakan, menyebabkan
pergeseran midline.2,5 Faktor etiologi selain keturunan, dapat berupa kebiasaan menghisap jari
dan pernafasan yang tidak baik seperti adanya pembesaran tonsil dan adenoid.7-9 Keadaan oklusi
gigi desidui yang seperti ini memengaruhi perkembangan oklusi gigi permanen.Oleh karena itu,
cross bite posterior dipercaya berasal dari keadaan gigi pada masa desidui hingga ke gigi
permanen dan cross bite posterior dapat menyebabkan efek jangka panjang pada tumbuh
kembang gigi dan rahang.10,11 Pergerakan abnormal dari rahang bawah (pergeseran mandibula)
dapat menempatkan suatu tegangan khusus pada struktur orofasial yang menyebabkan efek
buruk pada TMJ dan system mastikasi. Studi elektromiografi (EMG) menunjukkan aktivitas otot
temporal dan masseter yang terganggu pada anak dengan crossbite unilateral.12,13
Latar Belakang
Studi pada remaja dan dewasa menunjukkan bahwa pasien dengan crossbite posterior memiliki
resiko yang lebih tinggi terhadap gangguan kraniomandibula, menunjukkan tanda dan gejala
pada masalah ini.4,14-16 Oleh karena itu, perawatan dini seringkali disarankan untuk menormalkan

oklusi dan membuat keadaan pada pekembangan normal oklusi.1,10,17 Penundaan perawatan
diklaim akan menyebabkan pada perawatan yang lebih lama dengan komplesitas yang lebih
besar.1,18
Desain Alat
Spring Coffin didesain oleh Walter Coffin. Coffin ini merupakan suatu alat lepasan/cekat yang
berbentuk omega yang menghasilkan gaya ekspansi secara perlahan dan bilateral. Terdiri dari
suatu kawat berbentuk omega dengan diameter 1,25 mm yang ditempatkan di tengah regio
palatal. Ujung akhiran dari bentuk omega ini ditanamkan pada dasar akrilik atau disolder ke
permukaan palatal pada molar band. Coffin ini menghasilkan gaya ekspansi dentoalveolar.
Bagaimanapun, coffin dapat membuat perubahan skeletal ketika digunakan pada periode gigi
bercampur dengan retensi yang baik. 19
Laporan Kasus: Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dirujuk dengan keluhan utama rasa
sakit dan gigi karies pada regio kanan dan kiri rahang bawah. Riwayat medis tidak memberikan
informasi apapun, pemeriksaan intraoral menunjukkan karies oklusal yang dalam pada gigi 75
dan 85 dan lengkung maksila tidak ditemukan suatu abnormalitas (gambar 1 dan 2). Pada
pemeriksaan selanjutnya kami dapat menemukan crossbite posterior pada sisi kiri dan mesial
step pada sisi kanan dan terdapat openbite anterior (gambar 3,4,5) Orang tua pasien mengatakan
jika anak tersebut memiliki kebiasaan menghisap ibu jari yang dilakukan terus menerus dan kuat
dan pasien melakukannya bahkan ketika sedang tidur. Tidak ada gangguan dan penyimpangan
pada penutupan mandibula. Pasien melakukan pernafasan melalui mulut, inkompetensi bibir,
penelanan abnormal yang dibantu dengan otot-otot mentonian. Terapi pulpa dilakukan pada gigi
75 dan 85 dan direstorasi dengan stainless steel crown mempertimbangkan umur anak dan
lamanya gigi yang akan ada dalam rongga mulut. Rencana perawatan yang diajukan adalah
coffin spring cekat untuk ekspansi dentoalveolar pada sisi kiri. Dua molar band ditempatkan
pada gigi molar kedua desidui dan dibuat pencetakan dan dicor dengan dental stone. Spring
coffin dibuat dan disolder ke bagian palatal molar band dan disementasi ke lengkung maksila
menggunakan GIC (gambar 6). Pasien diajarkan untuk melatih lidah dan terapi untuk kebiasaan
menghisap ibu jari, pasien dikontrol setiap minggu untuk pengaktifan alat. Setelah 4 minggu
perawatan semua gigi molar maksilanya telah berada dalam oklusi yang diinginkan dan karena
monitoring dan motivasi yang terus menerus kami dapat melihat penurunan openbite anterior

(gambar 7 a,7b, 8). Pasien disarankan untuk kontrol seperti biasa. Pasien dikontrol selama 8
bulan dan tetap mempertahankan stabilitas hasil yang telah dicapain dengan ekspansi maksila
secara perlahan (gambar 8).
Diskusi
Laporan kasus ini menantang beberapa studi

5,18

yang mengatakan metode ini memiliki stabilitas

hasil yang buruk. Pada kasus ini, pasien memiliki crossbite posterior unilateral dan diindikasikan
menggunakan spring coffin cekat. Koreksi dini crossbite posterior telah direkomendasikan agar
dapat mencegah perkembangan transversal rahang yang tidak baik. Karena pada kasus ini
terdapat ekspansi dentoalveolar yang perlahan dan terus menerus, oleh karena itu kesempatan
untuk terjadinya relaps sangat kecil.
Beberapa studi mengenai perawatan dini crossbite posterior telah dilakukan selama dekade
terakhir seperti perawatan gigi desidui atau periode gigi bercampur biasanya sebelum umur 9
tahun. Bagaimanapun, berbagai macam pendekatan perawatan, desain studi, jumlah sampel, dan
pendekatan penelitian telah menghasilkan hasil yang berbeda. Berdasarkan intervensi pada gigi
campuran, angka kesuksesan yang tinggi ditemukan dan efek ekspansi substansial ditunjukkan
oleh perawatan dengan QH, plate ekspansi, dan RME. Bagaimanapun, ekspansi selanjutnya,
ekspansi setelah retensi dan kontrol sulit dianalisa dan diinterpretasikan karena waktu kontrol
yang berbeda pada studi ini.21
Studi juga menunjukkan jika 50% kasus crossbite posterior dirawat pada periode gigi desidui
harus dirawat kembali pada periode gigi bercampur

5,18

. Meskipun hasul ini mengindikasikan

insidensi relap yang tinggi terhadap perawatan dini, keuntungan lainnya dihubungkan oleh
intervensi ini. 21
Berdasarkan Harrison dan Ashby20 ekspansi maksila pada gigi desidui akan menurunkan resiko
posterior crossbite yang akan terjadi pada periode gigi permanen.
Kesimpulan
Diagnosis dini dan tepat terhadap crossbite posterior merupakan hal dasar untuk mencegah
diskrepansi oklusal yang akan terjadi pada periode gigi permanen. Pengukuran dan perawatan
kuratif yang adekuat harus disarankan untuk mengoreksi crossbite posterior.

Anda mungkin juga menyukai