Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KELOMPOK BLOK 10

KELENJAR SALIVARY MINOR

Disusun Oleh: Kelompok A4

Dosen Pembimbing:

Yumi Lindawati ,drg., MDSc.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

1
Anggota Kelompok:

1. Sherly Kurniawan 140600146


2. Nia Veronica Sipayung 140600147
3. Erlinda Agrianthy 140600148
4. Nabila 140600149
5. Istaria Iskandar 140600190
6. Dina Hudiya Nadana L 140600191
7. Rahmadita Meidina Tarigan 140600192
8. Riezky Amalia Hesy N 140600193
9. Intan Diyahtami Harahap 140600194
10. Cut Siti Rahmah F 140600195
11. Juan Putra Pratama 140600196
12. Muhammad Irsyad 140600197
13. Claudia Rebecca B R Pasaribu 140600198
14. Windy Putri Wijaya 140600201
15. Atika Azhari Siregar 140600204
16. Loshene A/P Mohan 140600205
17. Kavita A/P Gandhi 140600206
18. Sasilkala A/ Ganesan 140600208
19. Annisha Kaur Peddeh 140600209
20. Mahfira Ramadhani 140600210
21. M. Rifqi Fauzie 140600212
22. Sarmela A/P Nathan 140600213
23. Navanitha Naidu A/P B. Naidu 140600214
24. Kavitra A/P Mogana Dass 140600216
25. Amalia Syahputri 070600046

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saliva mengandung sejumlah besar unsur-unsur seperti enzimatik dan protein non–
enzimatik, kalsium, fosfor, sodium dan garam lainnya, gas yang dihancurkan seperti nitrogen,
oksigen. CO2 dan sel-sel. Kelenjar saliva utama adalah kelenjar parotid, submandibula dan
sublingual, yang bersama-sama menghasilkan lebih dari 90% air liur atau saliva. Kelenjar
parotid yang bilateral, terletak anterior dari meatus auditori eksternal, di mana saluran air liur
ke dalam rongga mulut adalah melalui saluran yang terletak bukal dari molar kedua rahang
atas. Kelenjar submandibular terletak di bawah lidah dan salurannya terletak lateral frenulum
lingual. Kelenjar sublingual juga terletak di bawah lidah, yaitu anterior dari kelenjar
submandibular; saluran air liur ke dalam rongga mulut melalui saluran yang berakhir pada
baris lubang minor.

Pemeriksaan mikroskopis seluruh saliva ditemukan dalam mulut selalu menunjukkan


adanya sel-sel epitel mulut yang mati seperti lekosit (polimorfonuklear lekosit) yang masuk
dari sulkus gingiva

Meskipun terdapat perbedaan struktur dan fungsi, jaringan lunak baik kelenjar
saliva, saliva dan tonsil memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kesehatan mulut.
Saliva merupakan sekresi seimbang yang dihasilkan dari (1) komposisi dari sekresi dan
(2) lokasi dari kelenjar saliva yannd disekresi pada rongga mulut. Dua tipe sel dari
kelenjar saliva ialah sel serosa, yang kaya akan protein dan sedikit karbohidrat dan
mukus, yang mempunyai sedikit protein dan kaya karbohidrat . Kelenjar dari bibir, pipi,
dan anterior dasar mulut menghasilkan campuran yang berair dari sekresi serosa dan
mukus., dimana kelenjar lainnya dari posterior palatum , faring, dan lidah berkontribusi
dalam larutan mukus kental yang melindungi membran pada regionnya. Kelenjar saliva
major berkontribusi 85 % s.d 90% saliva menuju ke bagian yang lebih anterior dari mulut.
Sebagai tambahn protein dan karbohidrat ,parotid, yang merupkan kelenjar terbesar ,
mensekresikan enzim amilase , yang berguna untuk mencerna karbohidrat. Oleh karena

1
itu, kemampuan buffer dari saliva merupakan hasil dari sekresi ionik dari kelenjar saliva.
Sekresi ini dikumpulkan dan dimodifikasi kedalam sistem duktus sekretori.
Kelenjar saliva diklasifikasikan menjadi major atau minor tergantung dari ukurannya
dan jumlah sekresinya. Kelenjar major membawa sekresinya memiliki jarak dari rongga
mulut dengan saluran utama. Kelenjar minor yang kecil mengosongkan produknya
langsung menuju mulut dengan saluran pendek . Keduanya memiliki komposisi tipe sel
yang sama , baik serosa , sel mukus maupun keduanya yang dinamakan serous
demilunes.1

1.2. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui kelenjar saliva minor.
2. Mengetahui proses pembentukan kelenjar saliva minor berdasarkan ilmu embryologi.
3. Mengetahui anatomi kelenjar saliva minor.
4. Mengetahui kelenjar saliva minor secara histologis.
5. Mengetahui kelenjar saliva minor secara fisiologis.
6.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Embryologi Kelenjar Saliva Minor
Kelenjar saliva terbentuk pada masa embriologi yang merupakan hasil perkembangan
dari ektoderm. Perkembangan kelenjar saliva dimulai dengan pembentukan kelenjar
submandibula dan diikuti oleh kelenjar sublingual yang belum terlihat jelas. Tanda pertama
dari terbentukanya kelenjar saliva adalah pada saat munculnya epithelial bud dengan
berproliferasi sebagai suatu jalur sel yang padat kedalam ectomesenchyme dibawahnya.
Kemuadian, sel yang awalnya tidak bercabang menjadi sel berjalur yang bercabang banyak.
Pada ujung jalur tersebut menunjukkan perkembangan membengkak seperti berry di
beberapa kelenjar dan merupakan bakal asini sekretori. Jalur sel ini segera bercabang
berdekatan dengan ujung-ujung sekretorinya hasil degenerasi sel-sel sentral sehingga
berbentuk suatu sistem duktus.
Ectomesenchyme oral mempunyai peranan esensial dalam differensiasi
kelenjar saliva, sehingga membentuk jaringan ikat sokongan seperti kapsul fibrosa dan septa,
yang memisahkan kelenjar menjadi lobus dan lobulus serta mengangkut duktus, pembuluh
darah, limfatikus dan nervus.
Pada embrio sekitar minggu ke-5 dibentuk bud kelenjar parotis yang berasal dari
jaringan ektodermal berlokasi di tepi stomodeum. Sel-sel berpoliferasi membentuk tali padat
dan ujung bulat. Tali tersebut berkembang membentuk tumen dan selanjutnya terbentuk
duktus, sedangkan ujung yang bulat berdiferensiasi membentuk acini (khusus menghasilkan
saliva) yang akan mengeluarkan secret.
Perkembangan selanjutnya diikuti oleh terbentuknya glandula submandibularis yang
berasal dari jaringan endodermal berlokasi di dasar mulut di latero-caudal lidah. Cara
pembentukannya sama dengan GI. Parotis. Glandula sublingualis berkembang agak akhir,
juga berasal dari jaringan endodermal sebagai multiple buds yang nantinya membentuk lobus
mayor dan lobus minor. Lokasinya di latero-caudal lidah.
Kelenjar saliva minor dan kelenjar sublingualis muncul pada minggu ke-10.
Sementara, asini tidak berdifferensiasi dengan lengkap sebelum kelahiran, namun fetus sudah
mampu mensekresikan amylase.

3
Sekresi saliva normal berkisar 800 sampai 1500 mililiter per hari, dengan nilai rata-
rata 1000 mililiter. Saliva mengandung dua tipe sekresi protein utama, yaitu sekresi serosa
dan sekresi mukus. Sekresi serosa berguna untuk mencernakan karbohidrat sedangkan sekresi
mukus berguna untuk tujuan pelumasan dan perlindungan permukaan. Saliva mempunyai pH
yang menguntungkan untuk kerja pencernaan dari ptialin, yang berkisar dari 6,0 hingga 7,0.
Saliva mengandung sejumlah besar ion kalium dan ion bikarbonat, sedangkan ion
natrium dan klorida dijumpai dengan konsentrasi tinggi di dalam plasma dan lebih rendah di
saliva. Sekresi saliva terjadi melalui dua tahap, yaitu tahap yang melibatkan asinus dan tahap
yang melibatkan duktus salivarius. Sel asinus menyekresi sekresi primer yang mengandung
ptialin dan/ atau musin dalam larutan ion yang konsentrasinya tidak jauh berbeda dengan
cairan ekstrasel biasa. Ketika sekresi primer mengalir nelalui duktus, terjadi dua proses
transpor aktif utama.
Pertama, ion-ion natrium secara aktif direabsorbsi dari semua duktus
salivarius, dan ion-ion kalium disekresi secara aktif sebagai pengganti natrium. Oleh karena
itu, konsentrasi ion natrium berkurang dan konsentrasi ion kalium meningkat. Reabsorpsi ion
natrium yang melebihi sekresi ion kalium dapat menyebabkan kenegatifan listrik sekitar -70
milivolt di dalam duktus salivarius, dan menyebabkan konsentrasi ion klorida pada saliva
menurun sekali karena direabsorpsi secara pasif.

4
Kedua, ion-ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus.
Hal ini disebabkan oleh pertukaran pasif ion bikarbonat dengan ion klorida, tetapi mungkin
juga sebagian hasil dari proses sekresi aktif.
Hasil akhir dari proses transpor ini adalah bahwa pada kondisi istirahat,
konsentrasi ion natrium dalam saliva hanya sekitar 15 mEq/L, sekitar sepertujuh sampai
sepersepuluh konsentrasinya dalam plasma, sedangkan konsentrasi ion kalium adalah sekitar
30mEq/L, tujuh kali lebih besar dari konsentrasinya dalam plasma, dan konsentrasi ion
bikarbonat adalah 50 sampai 70 mEq/L, sekitar dua sampai tiga kali lebih besar dari
konsentrasinya dalam plasma.
Pada kondisi saat seseorang terjaga, sekitar 0,5 mililiter saliva disekresikan setiap
menit; tetapi selama tidur, sekresi menjadi sangat sedikit. Sekresi ini sangat berperan untuk
menjaga kesehatan jaringan rongga mulut karena dapat membantu mencegah proses
kerusakan melalui beberapa cara.
Pertama, aliran saliva membantu membuang bakteri patogen dan partikel-
partikel makanan yang memberi dukungan metabolik bagi bakteri.
Kedua, saliva mengandung ion tiosinat dan beberapa enzim proteolitik,
terutama lisozim yang berguna untuk menyerang bakteri, membantu ion tiosinat memasuki
bakteri dan kemudian menjadi bakterisid, dan mencerna partikel-partikel makanan sehingga
membantu menghilangkan pendukung metabolisme bakteri lebih lanjut.
Ketiga, saliva mengandung antibodi protein yang dapat menghancurkan
bakteri rongga mulut, termasuk beberapa yang menyebabkan karies gigi. Pada keadaan tidak
ada saliva, jaringan rongga mulut sering mengalami ulserasi dan sebaliknya menjadi
terinfeksi, dan karies gigi dapat meluas.
Kelenjar saliva dikontrol oleh sinyal parasimpatis sepanjang jalan dari nukleus
salivatorius superior dan inferior pada batang otak. Nukelus salivatorius terletak kira-kira
pada pertengahan antara medula dan pons dan akan terkeksitasi oleh rangsangan taktil dan
pengecapan dari lidah dan daerah-daerah rongga mulut dan faring lainnya. Beberapa
rangsangan pengecapan, terutama rasa asam, merangsang sekresi saliva dalam jumlah sangat
banyak, yaitu 8 sampai 20 kali kecepatan sekresi basal.
Salivasi juga dapat dirangsang atau dihambat oleh sinyal-sinyal saraf yang tiba
pada nukleus salivatorius dari pusat-pusat sistem saraf pusat yang lebih tinggi. Salivasi juga
dapat terjadi sebagai respons terhadap refleks yang berasal dari lambung dan usus halus
bagian atas khususnya saat menelan makanan yang sangat mengiritasi, saliva dapat

5
membantu menghilangkan faktor iritan pada traktus gastrointestinal dengan cara
mengencerkan atau menetralkan zat iritan.
Suplai darah ke kelenjar juga memengaruhi sekresi saliva karena sekresi selalu
membutuhkan nutrisi yang adekuat dari darah. Sinyal-sinyal saraf parasimpatis yang sangat
merangsang salivasi, dalam derajat sedang juga melebarkan pembuluh-pembuluh darah,
sehingga menyediakan peningkatan nutrisi kelenjar saliva seperti yang juga dibutuhkan sel
penyekresi.

Selain stimulasi sekresi yang bersifat konstan, sekresi saliva dapat


ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda, yaitu:

1) Refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi


Refleks saliva sederhana terjadi saat baroreseptor di dalam rongga mulut
merespons adanya makanan. Saat diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai
impuls di serabut saraf afferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula
spinalis. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke
kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Gerakan gigi juga mendorong
sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap
baroreseptor yang terdapat di mulut.
2) Refleks saliva didapat, atau terkondisi.
Pada refleks saliva didapat, sekresi saliva dihasilkan tanpa rangsangan oral. Hanya
dengan berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu
pengeluaran saliva melalui refleks ini.

6
Pusat saliva di medula mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf-saraf
otonom. Baik stimulasi simpatis maupun parasimpatis berfungsi meningkatkan sekresi saliva,
tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Stimulasi parasimpatis
berperan dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah
besar dan kaya enzim, sedangkan stimulasi simpatis menghasilkan volume saliva yang jauh
lebih sedikit dengan konsistensi kental dan kaya mukous.
Volume saliva yang diproduksi setiap individu pada setiap harinya sulit ditentukan
karena ada beberapa faktor yang dapat memperngaruhi laju aliran saliva, yaitu:

1. Derajat hidrasi
Derajat hidrasi atau cairan tubuh merupakan faktor yang paling penting karena
apabila cairan tubuh berkurang 8% maka kecepatan aliran saliva berkurang hingga
mencapai nol. Sebaliknya hiperhidrasi akan meningkatkan kecepatan aliran saliva.
Pada keadaan dehidrasi, saliva menurun hingga mencapai nol.

2. Posisi tubuh
Posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan kecepatan aliran
saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk dan berbaring. Pada posisi
berdiri, laju aliran saliva mencapai 100%, pada posisi duduk 69% dan pada posisi
berbaring 25%.

7
3. Paparan cahaya
Paparan cahaya mempengaruhi laju aliran saliva. Dalam keadaan gelap, laju
aliran saliva mengalami penurunan sebanyak 30-40%.

4. Irama siang dan malam


Laju aliran saliva memperlihatkan irama yang dapat mencapai puncaknya
pada siang hari dan menurun saat malam hari.

5. Obat
Penggunaan atropin dan obat kolinergik seperti antidepresan trisiklik,
antipsikotik, benzodiazepin, atropin, β-blocker dan antihistamin dapat menurunkan
laju aliran saliva

6. Usia
Laju aliran saliva pada usia lebih tua mengalami penurunan, sedangkan pada
anak dan dewasa laju aliran saliva meningkat.

7. Efek psikis
Efek psikis seperti berbicara tentang makanan dan melihat makanan dapat
meningkatkan laju aliran saliva. Sebaliknya, berfikir makanan yang tidak disukai
dapat menurunkan sekresi saliva.

8. Jenis Kelamin
Laju aliran saliva pada pria lebih tinggi daripada wanita meskipun keduanya
mengalami penurunan setelah radioterapi. Perbedaan ini disebabkan oleh karena
ukuran kelenjar saliva pria lebih besar daripada kelenjar saliva wanita.2,3,4

2.2. Anatomi Kelenjar Saliva Minor

Kelenjar saliva minor, juga disebut kelenjar mukosa, terletak pada labial, bukal,
palatal dan lingual daerah rongga mulut dan mensekresikan 7-8 persen dari total volume
air liur. Kelenjar saliva minor dikelilingi oleh pembuluh darah, saraf dan otot serat. Setiap

8
kelenjar individu terdiri dari sekelompok sel dihubungkan dengan saluran untuk rongga
mulut. Kelenjar eksokrin minor ditemukan pada sebagian besar mukosa permukaan tubuh
manusia yaitu mata dan pernapasan, rahim, saluran kemih dan saluran pencernaan.

Kelenjar saliva minor diklasifikasikan sebagai serosa, mukosa, dan jenis campuran,
sama seperti kelenjar saliva mayor. Kelenjar ini tersebar di seluruh rongga mulut dan
diberi nama sesuai lokasi mereka. Kelenjar dari pipi dan bibir disebut kelenjar bukal dan
labial. Kelenjar bukal dan labial mengandung kombinasi sekresi serosa dan mukosa dan
dengan demikian dikenal sebagai kelenjar campuran. Kedua kelenjar di palatum keras
posterior dan palatum lunak disebut kelenjar palatina, dan kelenjar-kelenjar dari lipatan
tonsil adalah kelenjar glossopalatine. Kelenjar ini disebut kelenjar lendir murni. Lidah
mengandung kelenjar lingual, yang merupakan kelenjar campuran di ujung lidah.
Kelenjar serous terletak di junction tubuh lidah dan dasar lidah, di mana sekresi tersebut
membasahi taste bud dari papila sirkumvalata. Lidah juga memiliki kelenjar lendir di
daerah posterior di bawah jaringan tonsil lingual. Setiap kelenjar saliva minor memiliki
ukuran kecil, yang terdiri dari sekelompok acini, dan masing-masing dikeringkan oleh
ductus yang pendek.1

9
Kelenjar saliva minor secara luas tersebar di seluruh aerodigestive atas submukosa
(yaitu palatum, bibir, orofaring, laring, parapharyngeal). Kelenjar saliva minor
heterotropic juga dapat terjadi di tempat tak terduga, termasuk kelenjar getah bening,
kapsul kelenjar tiroid, wajah tulang, dan hipofisis tersebut.

Unit sekretori dasar dari kelenjar saliva terdiri dari spherical acinus, myoephitelial
cell, intercalated duct, striated duct, dan excretory duct. Sekresi utama diproduksi di
acinus dan sistem duktus akan membawa saliva menuju rongga mulut. Myoephitelial cell
merangkul acinus sekretorik dan intercalated duct, sedangkan striated duct dan bagian
conducting selanjutnya didukung oleh sel basal. Unit sekretori dibagi menjadi tiga jenis:
(1) serosa (tipis, berair, protein, amilase disekresi), (2) mukosa (kental, kaya glikoprotein,
sialomucins disekresi) dan (3) campuran

Tabel 1.1. Kelenjar Saliva Minor

Nama Lokasi Tipe sekresi


Labial Bibir Campuran
Bukal Pipi Campuran
Palatina Durum dan Molle Murni mukus
Lingual Anterior Campuran
Tengah Serosa
Posterior Murni mukus

Myoepithelial cell terletak antara membran basal dan plasma basal dari sel acinar.
Selain kelenjar saliva, sel-sel ini juga ditemukan pada payudara, keringat, air mata dan
sel-sel kelenjar mioepitel. Sel-sel mioepitel datar, namun dalam morfologi, tidak dapat
diidentifikasi dengan mikroskop cahaya. Mereka memiliki proses dendritik yang
memperpanjang di atas permukaan epitel dan merangkul asinus sekretori. Karakteristik
yang paling mendalam dari sel-sel ini adalah basal ganda epithelial-myoid. Selain
ekspresi cytokeratin basal, ael-sel mioepitel juga mengandung myofilaments sitoplasma,
termasuk aktin, tropomiosin, dan myosin. Fitur otot polos memberikan kontraktilitas ke

10
sel mioepitel, yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan tekanan pada sel
sekretorik dan untuk mempercepat arus keluar dari air liur.5

Kelenjar saliva minor tersebar pada area kepala dan leher.6 Kelenjar saliva
minor terdiri dari sekitar 600 – 1000 kelenjar dengan ukuran 1-5 mm . Kebanyakan
kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil – kecil yang terletak di dalam mukosa
atau submukosa. 70-90% dari kelenjar saliva minor berlokasi pada rongga mulut,
oropharynx, termasuk batas lateral lidah, bibir, mukosa bukal, palatum,
glossopharyngeal, dan retromolar trigone. Selain itu kelenjar saliva minor terdapat
juga pada hidung, sinus paranasal, faring, dan laring.6

Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat


dengan ujungnya dan terbagi menjdai kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran
posterior. Kelenjar lingualis posterior berubungan dengan tonsil , lidah, dan margin
lateral lidah. kelenjar ini bersifat murni mukus. kelenjar lingual Van Ebner, kelenjar
ini dapat ditemukn pada papila sirkumvalata.

Kelenjar bukal dan kelenjar labial terletak pipi dan bibir. kelenjar ini bersifat
mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunal
dan uvula serta regio poterolateral dari palatum durum. Kelenjar glassopalatinal
memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan
terletak di lipatan glassopalatinal.

Kebanyakan kelenjar saliva minor menerima inervasi parasimpatis dari saraf


lingual, kecuali saliva minor di palatum yang menerima inervasi parasimpatis dari
saraf palatin yang berasal dari sphenopalatine ganglion .6

2.3. Histologi Kelenjar Saliva Minor

Kelenjar saliva minor terletak di bawah epitel di hampir seluruh bagian cavum
oral. Kelenjar saliva minor terdiri dari agregasi bagian ujung sekretori dan duktus,
disusun dalam struktur kecil berbentuk seperti lobul yang terletak di submukosa atau
diantara serat otot lidah. Duktus yang mengosongkan agregrasi tiap kelenjar biasanya
terbuka langsung sampai ke permukaan mukosa. Rata-rata bagian ujung sekretori
kelenjar saliva minor adalah mukosa atau bagian serosa kecil yang disusun demilune .
2

11
Duktus interkalaktus biasanya kurang berkembang dengan baik, dan saluran-
saluran yang lebih besar mungkin tidak memiliki membran basolateral yang khas
pada striated ducts dari kelenjar saliva major. Kelenjar saliva minor mengandung
banyak musin, berbagai macam protein antibakteri, dan sekretori Ig. Kelenjar minor
menunjukkan aktivitas sekretori yang lambat dan berkesinambungan, maka
menjadikannya peran penting dalam melindungi dan melembabkan mukosa oral,
terlebih pada malam hari ketika kelenjar saliva major tidak aktif.

Gambar 11.19 Mikrograf elektron sel serosa pada kelenjar submandibular manusia, terlihat
granul sekretori dengan inti padat. Granul muda dengan inti yang mirip dengan daerah golgi.
Beberapa kanalikuli interselular dipotong melintang, sel lateral membran yang melipat secara
ekstensif antara sel yang berdekatan. Terdapat prosesus sel myoepitel pada dasar sel.

12
Gambar 11.20 Kelenjar saliva sublingual dibawah mukosa oral menunjukkan pewarnaan
acini mukosa pucat dengan serosa demilunes

Ada sekitar 600 hingga 1000 kelenjar saliva minor terletak pada cavum oral
dan orofaring. Kelenjar saliva minor diklasifikasikan berdasarkan letak anatominya
seperti, kelenjar labial, kelenjar buccal, kelenjar lingual, palatin dan glossopalatin.
Kelenjar ini tidak terdapat pada gingiva, region raphe anterior pada palate keras atau
dua per tiga anterior pada dorsum lidah.

Klasifikasi kelenjar saliva minor :


1. Kelenjar labia dan bukal
Kelenjar pada bibir dan pipi dideskripsikan sebagai kelenjar yang bercampur,
berisikan tubulus mukosa dengan demilune serosa. Namun, studi pada kelenjar labia
telah menunjukan keberadaan sel-sel mukosa saja. Canaliculi intracellular juga telah
diteliti di antara sel-sel mukosa tersebut. Duktus-duktus yang ada memiliki panjang
yang bervariasi dan duktus intralobular hanya memiliki beberapa sel dengan basal
stria. Meskipun kelenjar bukal belum diteliti menggunakan mikroskop elektron,
biasanya kelenjar tersebut disebut sebagai kelanjutan dari kelenjar labia dengan
struktur yang serupa.

13
2. Kelenjar glossopatine
Kelenjar glossopatine hanya terdiri dari kelenjar mukosa. Kelenjar ini
terutama terletak pada region isthmus pada lipatan glosspalatine namun dapat melebar
dari ekstensi posterior kelenjar sublingual menuju kelenjar pada palatum lunak.

3. Kelenjar palatine
Kelenjar palatine juga hanya terdiri atas sel-sel mukosa saja. Kelenjar ini terdiri atas
ratusan agregasi kelenjar di lamina propria pada region posterolateral palate keras dan di
dalam submukosa palatum lunak dan uvula. Duktus eksretori memiliki kontur ireguler
dengan distensi yang besar karena melewati lamina propria. Awal dari duktus pada mukosa
palatal biasanya besar dan mudah dikenali.

4. Kelenjar lingual
Kelenjar pada lidah biasanya dapat dibagi dalam beberapa kelompok. Kelenjar
lingual anterior (kelenjar Blandin dan Nuhn) terletak pada sekitar apex lidah. Regio
anterior pada kelenjar dominan merupakan mukosa sementara pada bagian posterior
terdapat variasi. Duktus terbuka pada permukaan ventral lidah di sekitar frenum
lingualis. Kelenjar mukosa lingual posterior (Fig 11.21) terletak pada posisi lateral
dan posterior papillae valate dan terasosiasi dengan tonsil lingual. Kelenjar ini hanya
berisikan mukosa-mukosa dan duktusnya terbuka menuju permukan dorsal pada lidah.
Kelenjar serosa lingual posterior (kelenjar von Ebner) merupakan kelompok lain yang
hanya terdiri atas kelenjar serosa terletak antara serat otot pada lidah di bawah
papillae valate (Fig 11.21). Duktusnya terbuka melewati papillae valate dan
rudimenter papillae foliate pada sisi lidah.

5. Kelenjar von Ebner


Dari seluruh kelenjar saliva minor, kelenjar serosa lingual posterior (kelenjar
von Ebner) merupakan yang paling menarik. Klasiknya, sekresi kelenjar ini
dideskripsikan sebagai pembersih dan mempersiapkan reseptor perasa (terletak pada
epitel) untuk stimulus yang baru. Meskipun ini merupakan bagian dari fungsinya,
penelitian menunjukkan bahwa kelenjar-kelenjar ini memiliki fungsi perlindungan
dan pencernaan yang signifikan. Studi histokemikal telah melokalisasi enzim
peroksidase dan lisozim antibakterial di kelenjar ini pada manusia. Studi biokimia

14
pada kelenjar serosa lingual telah mendemonstrasikan keberadaan enzim dengan
aktifitas lipolisis; aktifitas serupa juga telah ditemukan pada aspirasi dari esophagus
dan gastrik. Enzim lipase lingual ini memiliki pH asam yang optimal sehingga
mampu menghidrolisis trigliserida di dalam perut. Asam lemak, monogliserida dan
digliserida diproduksi oleh enzim lipase lingual membantu mengemulsikan sisa lemak
dan meningkatkan efisiensi dari kerja enzim lipase pankreas di usus. Pada bayi yang
baru lahir, saat pengambilan lemak tinggi dan tingkat lipase pankreas rendah, lipase
lingual kemungkinan memiliki tugas yang signifikan dalam pencernaan lipid.
Aktifitas amilase juga telah ditemukan di kelenjar serosa lingual pada beberapa
spesies.2,7

Gambar 11.21 Mikrograf cahaya kelenjar saliva minor dari lidah tikus. Kelenjar serosa
lingual (Kelenjar Von Ebner) terdapat diantara fiber otot lidah dibawah papilla vallata.
Kelenjar mukosa posterior/ lingual terletak lateral dari kelenjar serosa. Duktus terbuka
sampai permukaan lidah.

2.4. Fisiologi Kelenjar Saliva Minor

Kondisi fisiologis saliva secara keseluruhan mempunyai peran penting dalam


kehidupan manusia. Perubahan yang terjadi pada usia, kondisi lingkungan, kehidupan
dan pola makan mempengaruhi ada atau tidaknya gangguan fungsi saliva. Saliva

15
berperan dalam menentukan pola pertumbuhan dan kesehatan gigi dalam rongga
mulut. Saliva merupakan cairan unik yang berfungsi dalam mekanisme pertahanan
utama mikroorganisme yang ada di dalam rongga mulut.8

Kelenjar saliva hampir seluruhnya mengandung air (mencapai 99% dari volume
keseluruhan saliva), yang berfungsi sebagai pelarut komponen organik dan inorganik.
Dua unsur yang ada pada saliva yaitu amilase dan mucin. Kelenjar saliva minor
memproduksi lebih dari 70% mucin.9

Sekitar 600-1000 kelenjar saliva minor, dengan besar berkisar 1 sampai 5 mm


disepanjang rongga mulut sama orofaring. Jumlah kelenjar ini paling banyak terdapat
di daerah bibir, lidah, mukosa bukal, dan palatum, walaupun ada juga di temukan di
tonsil, supraglotis, dan sinus-sinus paranasal. Setiap kelenjar memiliki satu saluran
yang mensekresi langsung ke rongga mulut, saliva yang bisa berupa serosa, mukosa,
atau gabungan keduanya.10

Kelenjar saliva minor didistribusikan secara luas di dalam rongga mulut dan
orofaring. Kelenjar ini di kelompokkan sebagai kelenjar labial, bukal, palatoglossal,
palatal, dan lingual. Pada kelenjar labial dan bukal mengandung baik mukus dan juga
sinus serosa, sedangkan kelenjar palatoglossal mensekresi mukus. Kelenjar palatal
yang juga mensekresi mukus, berada di kedua palatum keras dan palatum lunak. Pada
anterior dan posterior kelenjar lingual, keduanya mensekresi mukus. Kelenjar
tambahan serosa (dari Von Ebner) berada di sekitar papila sirkumpalatal pada dorsum
lidah. Sekresinya yang mengandung air diperkirakan sangat penting dalam
penyebaran stimulus rasa pada indra pengecapan.11

SEKRESI SALIVA

Keseluruhan saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama:

1. Sekresi serous yang mengandung ptyalin (suatu α-amilase), yang merupakan enzim untuk
mencernakan serat, dan
2. Sekresi mucus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan dan perlindungan
permukaan.

Kelenjar parotis seluruhnya menyekresi tipe serous, dan kelenjar sublingualis dan
submandibularis menyekresi tipe mucus maupun serous. Pada saliva minor, hanya

16
kelenjar bukalis yang menyekresi mukus. Saliva mempunyai pH antara 6,0 dan 7,4,
suatu kisaran yang menguntungkan untuk kerja pencernaan dan ptyalin.12

FUNGSI KELENJAR SALIVA MINOR

Walaupun hanya memproduksi saliva dalam jumlah yang sedikit, kelenjar minor
mensekresi hampir secara terus menerus, dan karena itu mempunyai peran yang
penting dalam melembabkan, melumasi dan melindungi mukosa mulut dan gigi saat
tidur.13 Saliva membentuk pembungkus seromukosal yang melumasi dan melindungi
jaringan mulut dari agen-agen pengiritasi karena adanya peran mucin (protein dengan
kandungan karbohidrat tinggi) yang bertanggung jawab dalam pelumasan,
perlindungan terhadap dehidrasi dan pemeliharaan visco-elastisitas saliva.

Kelenjar ini juga secara selektif mempercepat adhesi mikroorganisme pada


permukaan jaringan mulut, yang berperan dalam mengontrol kolonisasi bakteri dan
jamur. Selain itu, kandungan dari saliva tersebut juga memproteksi jaringan mulut
dari serangan proteolitik dari mikroorganisme. Proses pengunyahan, kemampuan
berbicara, dan penelanan dibantu oleh efek dari lubrikasi dari pretein-protein ini. 14

Pada kondisi basal, sekitar 0,5 mililiter saliva, hampir seluruhnya dari tipe mukus,
disekresikan setiap detik sepanjang waktu kecuali selama tidur, saat sekresi menjadi
sangat sedikit. Sekresi ini sangat berperan penting dalam mempertahankan kesehatan
jaringan rongga mulut. Saliva membantu mencegah proses kerusakan jaringan mulut
yang dapat disebabkan oleh bakteri dengan cara membantu membuang bakteri
pathogen juga partikel-partikel makanan yang memberi dukungan metabolic bagi
bakteri dan saliva juga mengandung beberapa factor yang menghancurkan bakteri,
salah satunya adalah ion tiosianat dan lainnya adalah enzim proteolitik terutama
lizozim.12

Lisozim menyebabkan aglutinasi bakteri dan aktivasi autolisin untuk


mendegradasi dinding sel bakteri terutama bakteri Gram-positif. Lactoferin
menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan zat besi dengan cara berikatan
pada elemen tersebut, contohnya yaitu Streptococcus Mutans10 Kelenjar saliva minor
juga menghasilkan Kallikrein dan lipase. Kallikrein berperan dalam aktivasi hormon
polipeptida.15

KOMPONEN PROTEKTIF PADA KELENJAR SALIVA MINOR

17
Komponen adaptif dari sistem imun pada saliva terdiri dari beberapa kelas
immunoglobulin yang berbeda (IgA, IgE, IgG, IgM), umumnya adlah
immunoglobulin A (IgA). Kelenjar bukal dilaporkan mengandung konsentrasi IgA
yang tinggi. Perlindungan innate immune atau imun bawaan sering sekali diperantarai
oleh berbagai mucin atau glikoprotein lain, yang mengikat dan mengaglutinasi
bakteri, khususnya pada gugus karbohidrat bakteri. Glikoprotein mengandung
oligosakarida dengan jumlah besar dan berikatan secara kovalen dengan inti protein,
sering sekali menunjukkan asam sialic sebagai struktur akhir. Glikoprotein 340 (gp-
340), juga disebut sebagai aglutinin saliva, adalah salah satu glikoprotein pengikat
bakteri dan telah terbukti dapat mengikat Streptococcus oral.16

Mucins (glikoprotein) merupakan komponen esensial dalam saliva terutama dalam


saliva minor. Ada dua tipe mucins dalam kelenjar saliva, dinamakan MG1 (MUC5B)
yang memiliki berat melekul yang tinggi dan MG2 (MUC7) yang memiliki berat
melekul rendah. Mucins bersifat hidrofilik dan mampu dalam menyerap dan menahan
jumlah air yang besar karena konten dari karbohidrat yang tinggi, dan karena hal
tersebut, mucin dapat melindungi rongga mulut dari dehidrasi.16

SIFAT MUCUS DALAM LUBRIKASI DAN PROTEKSI DAN PENTINGNYA MUCUS


DALAM SALURAN PENCERNAAN

Mucus atau lendir adalah sekresi tebal yang terdiri dari kandungan utama yaitu
air, elektrolit-elektrolit, dan gabungan dari beberapa glikoprotein yang komposisinya
adalah polisakarida besar yang berikatan dengan kuatitas protein yang jauh lebih
kecil. Mukus mempunyai sedikit perbedaan di beberapa daerah pada jalur
pencernaan, tetapi di semua lokasi dia memiliki beberapa karakter penting yang
membuatnya baik sebagai lubrikator yang baik dan sebagai pelindung pada dinding
usus.11

Beberapa fungsi mukus dalam saluran pencernaan yaitu,

1. Pertama, mukus memiliki kualitas yang sangat baik sehingga dapat mengikat partikel
seperti makanan dan lainnya dengan sangat kuat dan menyebar diseluruh permukaan
sebagai lapisan tipis
2. Melapisi dinding usus dan mencegah kontak langsung dengan partikel makanan yang
melewatinya

18
3. Mukus memilki resistensi perentasi kelicianan yang rendah, sehingga partikel dapat
meluncur atau melewati jaringan epitel dengan sangat mudah
4. Mukus ini juga membuat partikel kotoran mengikat kuat satu sama lain dan
membentuk feses yang dikeluarkan dalam waktu pergerakan usus
5. Sangat resisten terhadap enzim-enzim saluran pencernaan
6. Glikoprotein dari mukus ini bersifat amfoter, yang berarti mereka mampu menjadi
buffer baik asam maupun alkali dalam jumlah sedikit; juga, mukus mengandung ion
bikarbonat dalam jumlah sedang, yang secara spesifik menetralkan asam, sehingga
mencegah kerusakan epitelium.12

Persarafan parasimpatik postganglionik utama berasal dari lingual nerve. Nervus


palatinus, keluar dari sphenopalatine ganglion untuk mempersarafi kelenjar palatal
superior. Daerah dari rongga mulut yang menentukan aliran darah dan vena juga
limpatik dari kelenjar-kelenjar yang ada.

Kandungan kelenjar saliva minor memfasilitasi proses pengunyahan, penelanan


dan proses berbicara dengan meminimalisir gesekan antara gigi dan mukosa oral.
Fungsi dari kelenjar saliva minor ini secara keseluruhan mungkin lebih besar
dibandingan jumlah yang dihasilkan.17

Kandungan dari saliva minor menjadi physical barrier bagi iritan ank ; melubrikasi
dan membersihkan jaringan oral; membantu perbaikan kelenjar; dan menjaga kestabilan Ph
rongga mulut dan elektrolit. Fungsi-fungsi dari kelenjar saliva minor ini adalah dalam hal
proteksi, ank arena ar, dan buffer. Xerostomia atau mulut kering, yang diakibatkan
kurangnya pengeluaran saliva, dapat menyebabkan infeksi mukosa bukal yang kronis atau
karies dental. 10

19
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
 Kelenjar saliva terbentuk pada masa embriologi yang merupakan hasil perkembangan
dari ektoderm. Perkembangan kelenjar saliva dimulai dengan pembentukan kelenjar
submandibula dan diikuti oleh kelenjar sublingual yang belum terlihat jelas. Tanda
pertama dari terbentukanya kelenjar saliva adalah pada saat munculnya epithelial bud
dengan berproliferasi sebagai suatu jalur sel yang padat kedalam ectomesenchyme
dibawahnya. Kemuadian, sel yang awalnya tidak bercabang menjadi sel berjalur yang
bercabang banyak. Pada ujung jalur tersebut menunjukkan perkembangan membengkak
seperti berry di beberapa kelenjar dan merupakan bakal asini sekretori. Jalur sel ini
segera bercabang berdekatan dengan ujung-ujung sekretorinya hasil degenerasi sel-sel
sentral sehingga berbentuk suatu sistem duktus.
 Kelenjar saliva minor diklasifikasikan sebagai serosa, mukosa, dan jenis campuran, sama
seperti kelenjar saliva mayor. Kelenjar ini tersebar di seluruh rongga mulut dan diberi
nama sesuai lokasi mereka. Kelenjar dari pipi dan bibir disebut kelenjar bukal dan labial.
Kelenjar bukal dan labial mengandung kombinasi sekresi serosa dan mukosa dan dengan
demikian dikenal sebagai kelenjar campuran. Kedua kelenjar di palatum keras posterior
dan palatum lunak disebut kelenjar palatina, dan kelenjar-kelenjar dari lipatan tonsil
adalah kelenjar glossopalatine. Kelenjar ini disebut kelenjar lendir murni. Lidah
mengandung kelenjar lingual, yang merupakan kelenjar campuran di ujung lidah.
Kelenjar serous terletak di junction tubuh lidah dan dasar lidah, di mana sekresi tersebut
membasahi taste bud dari papila sirkumvalata. Lidah juga memiliki kelenjar lendir di
daerah posterior di bawah jaringan tonsil lingual. Setiap kelenjar saliva minor memiliki
ukuran kecil, yang terdiri dari sekelompok acini, dan masing-masing dikeringkan oleh
ductus yang pendek
 Kelenjar saliva minor terletak di bawah epitel di hampir seluruh bagian cavum oral.
Kelenjar saliva minor terdiri dari agregasi bagian ujung sekretori dan duktus, disusun
dalam struktur kecil berbentuk seperti lobul yang terletak di submukosa atau diantara
serat otot lidah. Duktus yang mengosongkan agregrasi tiap kelenjar biasanya terbuka
langsung sampai ke permukaan mukosa. Rata-rata bagian ujung sekretori kelenjar saliva
minor adalah mukosa atau bagian serosa kecil yang disusun demilune . dengan klasifikasi

20
kelenjar labial dan bukal;kelenjar glossopatine;kelenjar palatine;kelenjar lingual;kelenjar
von ebner.

 Kondisi fisiologis saliva secara keseluruhan mempunyai peran penting dalam kehidupan
manusia. Perubahan yang terjadi pada usia, kondisi lingkungan, kehidupan dan pola
makan mempengaruhi ada atau tidaknya gangguan fungsi saliva. Saliva berperan dalam
menentukan pola pertumbuhan dan kesehatan gigi dalam rongga mulut. Saliva
merupakan cairan unik yang berfungsi dalam mekanisme pertahanan utama
mikroorganisme yang ada di dalam rongga mulut
4.2. Saran
 Kepada mahasiswa dan pembaca agar dapat lebih memahami kelenjar saliva
minor dalam berbagai aspek ilmu baik embryologi hingga fisiologinya.
 Kepada peneliti dan akademisi agar lebih mengkaji kelenjar saliva minor
sehingga dapat lebih jelas perbedaan spesifik kelenjar saliva minor terhadap
kelenjar saliva lainnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Avery J K, Chiego D J Jr. Essential of Oral Histology And Embryology A Clinical


Approach .Missouri: Mosby Elsevier, 2006: 195-205.
2. Kumar G S. Orban’s Oral Histology and Embryology. 13th Edition. India: Reed
Elsevier India Privatec Limited. 2011: 291-308.
3. Sonesson M. On Minor Salivary Gland Secretion in Chlindren, Adolescents and
Adults. Swedish Dental Journal. Supplement 215. 2011, MS 14-17.
4. Guyton AC, Hall JE. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. 2011: 835-836.
5. Hedvig Vékony. Salivary Gland Tumors with Myoepithelial Differentiation:
Immunoprofiling and Genomic Analysis. Tesis. Amsterdam: Interuniversity
Research School (IOT),2008: 9-11.
6. Nanci , Antonio. Ten Cate’s Oreal Histologi: development , structure and function.
Missouri : Mosby Elsevier, 2008.
7. Salivary Gland disorders, Eugene N. Myers, Robert L. Ferris, 2007, Brooklyn, NY,
USA, hal 9, 324.
8. Pandey AK. Physiology of saliva : An overview. Journal of dentistry Indonesia,
Vol.21. No.1, 2014 : 32.
9. Schuster C, Geza TT. Saliva: Liquid magic. Continuing Education Course. ADA
CERP, 2013: 2-4.
10. Holsinger FC, Dana TB. Anatomy, function, and evaluation of the salivary glands.
9-11
11. Carlson ER, Ord RA. Surgical anatomy, embryology, ang physiology of the
salivary glands. Textbook and color atlas of salivary gland pathology. Singapore:
Wiley-Blackwell, 2008: 3-15.
12. Guyton, Hall JE. Secretory function of the allmentary track. Text book of medical
physiology. Ed.13. Philadephia : ELSEVIER, 2016: 819-20.
13. Hand RA, Frank ME. Salivary glands, salivary secretion, and saliva. Fundamentals
of oral histology ang physiology. India: Wiley Blackwell, 2014: 235-6.
14. Patricia DV, Ana MTG, Machado MAN. Saliva Composition and functions: A
comprehensive review. The journal of contemporary dental practice. Vol 9. No.3,
2008 :2-3.

22
15. Gibson J, Beeley JA. Natural and synthetic saliva: A stimulating subject.
Biotechnology and genetic engineering review. UK: Departement of Oral Surgery
and Oral Science University of Glasgow Dental Hospital and School, 1996: 43-4.
16. Sonesson M. Minor salivary gland secretion in children, adolescents and adults.
Swedish Dental Journal. Holmbergs: Malmo University, 2011:16-18.
17. Pederson AML. Saliva. Institute of Odontology. Copenhagen : University of
Copenhegen, 2007:2.

23

Anda mungkin juga menyukai