Anda di halaman 1dari 20

fBLOK 10

LAPORAN TUGAS KELOMPOK


KELENJAR SALIVA SUBLINGUALIS

OLEH:

KELOMPOK A3
Penanggung Jawab : Yumi Lindawati, drg., MDSc

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
TIM PENYUSUN
MIFTAHUSSAKINAH R (140600114) JULIANA FANG (140600137)

NICOLE ROSE MARVE (140600115) KHAIRUN NISAH (140600138)

SABRINA ALLY (140600116) THERESIA RETTA D R (140600139)

GIAN MUBARANI (140600117) JASMINE (140600140)

GRATIA LUMANTOBING (140600118) LADY ADE IRIMA (140600141)

ALIF FITRA ARIELA (140600119) DESSY APRILIANA HRP (140600142)

RAHMA (140600120) BERNARD (140600143)

THESYA AULIA G (140600121) CALVINA WINARTA (140600144)

CUT RINI RAUDHA (140600122) MICHELLE NATHALIE G (140600145)

DESY JESRYANTI A (140600123)

RAY OLOAN (140600124)

DAVID J H SITOMPUL (140600125)

ALFATH NUGROHO I S (140600126)

SASHA A TIFFANY (140600127)

MARSHALL G SITORUS (140600128)

TIARA PRIMA SARI (140600129)

ACTARA RAHMADITA (140600132)

JESSLYN OKTO G (140600133)

RICHARD AUSTEEN H (140600135)

KARISHA HANNA S (140600136)


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kelembaban rongga mulut terus-menerus dijaga oleh cairan yang disebut saliva yang
berperan dalam melapisi gigi dan mukosa rongga mulut, , terus-menerus menghasilkan aliran
konstan saliva yang ditelan, dan memulai proses pencernaan makanan. Saliva merupakan cairan
yang kompleks, dihasilkan oleh kelenjar yang disebut sebagai kelenjar saliva (salivary gland),
yang memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan dalam rongga mulut. Kerusakan
gigi dapat terjadi dengan cepat ketika seseorang mengalami defisiensi dari sekresi saliva, hal
yang dapat terjadi apabila seseorang kekurangan volume saliva, yaitu makanan menjadi susah
untuk makan dan ditelan, sulit berbicara, infeksi pada mukosa mulut dan dapat menyebabkan
karies. Hal ini juga diamati pada orang yang menjalani radioterapi untuk pengobatan kanker
mulut atau tenggorokan, di mana dampak radioterapi hilangnya fungsi saliva dan kekeringan
permanen mulut. Mereka harus tetap merawat gigi sangat intens dengan sering mengunjungi
dokter gigi untuk menjaga gigi mereka agar tetap sehat. Kehilangan salah satu kelenjar saliva
tidak akan memberikan kerugian yang signifikan atau penurunan produksi saliva, akan tetapi
fungsi dari saliva itu sendiri pastinya tidak akan sama dengan orang yang normal. Penggunaan
radioterapi untuk berbagai tumor di daerah kepala dan leher memerlukan upaya untuk membuat
cadangan kelenjar ludah besar.

Di dalam tubuh manusia, terdapat 3 pasang kelenjar saliva utama/besar/mayor (sepasang


kelenjar parotis, sepasang kelenjar submandibula, dan sepasang kelenjar sublingual). Kelenjar
saliva ini, terletak di dalam rongga mulut yaitu pada masing-masing pipi, di bagian bawah mulut
dan dekat bagian depan gigi di daerah tulang rahang. Selain kelenjar saliva mayor, juga terdapat
ratusan kelenjar saliva tambahan/kecil/minor yang berlokasi didalam dari hampir seluruh mukosa
rongga mulut.

Dalam keadaan normal, tubuh memproduksi saliva sekitar 1-1,5 liter dalam sehari, paling
banyak biasanya diproduksi saat siang hari dan paling sedikit diproduksi saat malam hari.
Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar dan menghasilkan 25% volume saliva,
kelenjar submandibular yang terletak pada rahang bawah merupakan kelenjar terbesar kedua
yang menghasilkan 70% volume saliva, sedangkan kelenjar sublingual merupakan kelenjar
terbesar ketiga serta menghasilkan 5% volume saliva. Di dalam makalah ini akan membahas
mengenai kelenjar sublingual dimulai dari embriologi hingga fisiologinya.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah embriologi kelenjar sublingual ?


2. Bagaimanakah histology kelenjar sublingual ?
3. Bagaimanakah anatomi kelenjar sublingual ?
4. Bagaimanakah fisiologi (komposisi dan fungsi) kelenjar sublingual?
BAB II
ISI & PEMBAHASAN

A.Urutan/Tahap-Tahap Embriologi Saliva (Intra-Uterin) hingga Proses


Saliva ke Rongga Mulut

Perkembangan embrionik kelenjar saliva, baik sublingual, submandibula, maupun parotid


mengikuti morfogenesis yang serupa, walaupun ketiga kelenjar ini berkembang pada waktu yang
berbeda.1 Pada manusia, kelenjar saliva sublingual berkembang pada sekitar minggu ke-8
prenatal.1,2Asalnya dari ketiga kelenjar ini belum diketahui. Kelenjar parotid diduga berasal dari
ektoderm, sedangkan kelenjar submandibula dan sublingual diduga berasal dari endoderm.3

Perkembangan kelenjar saliva berlangsung dalam beberapa tahap :

1. Placode atau Prebud Stage.2


Tahap ini merupakan awal perkembangan kelenjar saliva, yang ditandai dengan adanya
penebalan epitel oral yang disebut placode atau anlagen.

Gambar 1. Posisi anlagen kelenjar saliva mayor dan gambaran tahap prebud

2. Initial Bud Stage.1,2,4


Pada tahap ini, epitel yang menebal di tahap prebud akan mengalami invaginasi
(downward growth) ke jaringan mesenkim dibawahnya, membentuk kuncup bulat yang
terhubung ke epitel oral melalui epithelial stalk (struktur berbentuk batang). Pada perkembangan
selanjutnya, epithelial stalk akan menjadi duktus utama kelenjar saliva. Bersamaan dengan
invaginasi epitel, sel-sel mesenchymal disekitar kuncup tersusun semakin rapat dan
berkondensasi.
Kuncup epitel yang terbentuk dikelilingi dan dipisahkan dari mesenkim oleh lapisan tebal
matriks ekstraseluler yang disebut basement membrane. Basement membrane ini berfungsi
sebagai penyokong struktural dan reservoar growth factor bagi kuncup epitel.

Gambar 2. Peralihan prebud stage menjadi initial bud stage. Ada kondendasi sel-sel
mesenchymal disekitar bud. Epithelial stalk terbentuk.

3. Pseudoglandular Stage.1,2,4
Tahap ini merupakan periode terjadinya branching morphogenesis.1,4 Selama tahap ini,
celah kecil akan terbentu di ujung kuncup primer.1,2,4 Celah ini akan tumbuh masuk semakin
dalam dan membagi kuncup primer menjadi dua atau tiga kuncup baru sehingga turut
membentuk suatu titik percabangan. Pembentukan celah (clefting) pada kuncup primer tersebut
diikuti dengan pemanjangan epithelial stalk serta clefting di ujung kuncup yang baru.1,4 Proses
inilah yang disebut branching morphogenesis.2 Branching morphogenesis akan membentuk
struktur “pohon” yang besar yang kompleks.
Selama proses ini berlangsung, sel-sel mesenchymal yang tadinya terkondensasi di sekita
kuncup epitel primer akan merenggang, terpisahkan oleh banyaknya matriks ekstraseluler
(basement membranei).1
Gambar 3. Branching morphogenesis : celah muncul di ujung kuncup, dan membagi kuncup primer
menjadi 2 atau 3 bagian; epithelial stalk memanjang; clefting terjadi lagi di kuncup yang baru.
Terbentuk struktur seperti pohon

4. Canalicular Stage.1,2,4

“Pohon” epitel yang terbentuk pada tahap sebelumnya terdiri dari sel-sel epitel yang
tersusun rapat atau solid. Pada tahap ini, akan terbentuk rongga pada susunan epitel tersebut. 2
Proses kanalisasi ini diperantarai oleh apoptosis sel-sel epitel yang berada ditengah. 1,2 Bagian
tepi tidak mengalami kanalisasi karena sel-selnya dilindungi oleh survivin (inhibitor apoptosis).
Selanjutya, suatu lumen akan terbentuk pada kuncup terminal (terminal bud). Nantinya, lumen
ini akan menjadi acini sekretorik kelenjar saliva. Pada manusia, proses kavitasi ini berlangsung
pada minggu ke 14-16 periode prenatal (untuk kelenjar saliva sublingual).2

Gambar. 4 Terjadi kanalisasi pada struktur epitel yang sebelumnya solid/padat

5. Terminal Bud Stage.1,2,4

Pada tahap ini, sel-sel epitel akan mengalami diferensiasi, baik secara morfologi maupun
fungsional. Duktus-duktus disepanjang kelenjar akan berdiferensiasi menjadi tipe ekskretorik,
striated, dan intercalated. Sementara itu, sel-sel yang ada di dalam acini akan berdiferensiasi
menjadi sel-sel sekretorik serous atau mucous, dan juga sel-sel myoepitel.2
Gambar. 5 (A) Struktur kelenjar saliva dengan sel-sel yang sudah berdiferensiasi. (B) Tipe-tipe duktus
dan sel sekretorik serta lokasinya
Selanjutnya, sel-sel sekretorik akan memulai pembuatan protein sekretorik. Kemudian,
granul-granul sekretorik akan terakumulasi di sitoplasma. Dengan adanya autonomic nervous
system dan perkembangan fungsi reseptor neurotransmitter, sel-sel sekretorik mendapatkan
kemampuan untuk mensekresikan saliva. Maturasi duktus dan sel-sel sekretorik terjadi selama 2
bulan terakhir kehamilan.5

Sekresi Saliva ke Rongga Mulut

Sel-sel sekretorik ujung dan duktus interkalaris memproduksi saliva primer yang bersifat
isotonik, dan mengandung sebagaan besar komponen organik dan air yang disekresikan oleh
kelenjar saliva. Tahap selanjutnya, saliva primer dimodifikasi saat melalui duktus striata dan
duktus ekskretorik. Modifikasi yang terjadi adalah reabsorpsi dan sekresi elektrolit, sehingga
saliva yang mencapai rongga mulut bersifat hipotonik.

Sekresi saliva ke rongga mulut dapat terjadi karena :

a. Refleks liur sederhana, terjadi ketika kemoreseptor dan reseptor tekanan didalam rongga
mulut berespon terhadap keberadaan makanan.
b. Refleks terkondisi atau didapat, terjadi tanpa stimulasi oral, melainkan hanya dengan
berpikir, melihat, mencium atau mendengar pembuatan makanan.
c. Pengaruh saraf otonom. Untuk kelenjar saliva sublingual, sekresinya dipengaruhi oleh
sistem saraf simpatik. Sistem saraf simpatik merangsang pengeluaran saliva dalam
volume terbatas, kental, dan kaya mukus.

B. Histologi

Secara histologi, struktur kelenjar saliva mirip dengan kelenjar eksokrin. Tiap kelenjar
saliva dibangun oleh lobus yang terdiri atas kompartemen yaitu, asinus, duktus interkalata, dan
duktus striata.6

Tiap-tiap kelenjar saliva sebagai suatu organ terdiri dari:

1. Parenkim, yaitu bagian kelenjar yang terdiri dari asinus-asinus dan duktus-duktus
bercabang.
2. Stroma/ jaringan ikat interstisial yang merupakan jaringan antara asinus dan duktus
tersebut. Jaringan ikat ini membungkus organ (kapsul) dan masuk kedalam organ dan
membagi organ tersebut menjadi beberapa kompartemen.

Kelenjar saliva mayor terdiri dari beberapa unit:

1. Unit sekretori

1.1. Sel-sel sekretorik

1.1.1. Sel-sel serosa


merupakan sel penghasil protein terpolarisasi, biasanya berbentuk piramid dengan dasar
lebar yang berada di lamina basal dan permukaan apikal yang sempit dan menghadap lumen.
Sel-sel sekresi di dekatnya diikat oleh kompleks tautan dan biasanya membentuk massa sferis
yang disebut suatu asinus, dengan lumen yang sangat kecil di pusat. Asinus dan sistem
salurannya menyerupai anggur yang melekat pada tangkainya, sel asinar serosa terutama
menghasilkan enzim digestif dan protein lainnya.6,7

1.1.2. Sel-sel mukosa


agak berbentuk kuboid atau kolumnar sampai silindris dengan inti yang terdesak ke basal
sel, sel-sel ini menunjukkan sifat-sifat sel penghasil mukus, yang mengandung musin
glikoprotein hidrofilik yang penting untuk fungsi liur yaitu membasahi dan melumasi. Sel-sel
mukosa paling sering tersusun sebagai tubulus dan memproduksi sebagian besar musin. Asinus
glandula sublingual manusia di sekitar sel asinar mucus masih memiliki sel sekresi serus yang
disebut sel-sel bulan sabit (Demilun serosa). 6,7

1.2. Duktus Interkalaris


Saluran ini terdapat diantara asinus/tubular dan duktus striata, duktus ini dilapisi oleh sel-
sel epitel kuboid dan sel mioepitel pada bagian tepi, dan menerima saliva primer secara langsung
dari asinus. 6,7

1.3. Duktus Striata


Bagian
khusus dari sistem
duktus yang
berfungsi sekresi dan
resorpsi elektrolit
yang di transport
secara langsung
antara lumen
duktus dan ruang

ekstraseluler. Sel epitel kolumnar melapisi duktus striata dan sering memperlihatkan penjuluran
striata radial dari bagian basal ke tingkat inti. Secara ultrastruktural, stria tersebut terdiri atas
lipatan membrane plasma basal. Sejumlah besar mitokondria tersusun paralel terhadap lipatan
membrane yang memiliki tranpor ion. Lipatan semacam itu sangat menambah luas permukaan
sel, yang mempermudah absorbsi ion dan khas untuk sel yang di khususkan untuk tranpor ion. 6,7

1.4. Duktus Ekskretori Utama


Duktus striata setiap lobulus berkonvergensi dan mencurahkan isinya ke dalam duktus
yang terdapat di jaringan ikat septa pemisah lobulus, tempat duktus ini berubah menjadi duktus
intralobularis dan duktus ekskretorius. Mula-mula duktus ini dilapisi epitel berlapis kuboid,
tetapi semkin ke distal duktus tersebut dilapisi epitel silindris berlapis yang mengandung sedikit
sel mukosa. Duktus utama di setiap kelenjar liur besar akhirnya mencurahkan isinya kedalam
rongga mulut dan dilapisi epitel berlapis pipih non keratinized. 6,7
Gambar 6. Komponen unit kelenjar saliva mayor

2. Unit non sekretori

2.1. Sel Mioepitel


Sel-sel mioepitel, ditemukan dibagian dalam lamina basal unit sekretorik dan (lebih
sedikit) bagian awal sistem duktus. Sel-sel mioepitel yang mengelilingi bagian sekresi
berkembang baik dan bercabang, sedangkan yang berhubungan dengan duktus awal berbentuk
gelondong dang terletak paralel dengan sumbu panjang duktus. Sel-sel miopitel mencegah
pelebaran bagian ujung ketika lumen terisi saliva dan kontraksinya mempercepat sekresi produk
kelenjar. 6,7

2.2. Pembuluh darah dan Saraf


Pembuluh dan saraf memasuki kelenjar saliva mayor di hilus dan semakin bercabang ke
dalam lobulus. Pembuluh-pembuluh dalah dan pleksus saraf mengelilingi komponen sekresi dan
duktus di setiap lobulus. Kapiler-kapiler yang mengelilingi ujung sekresi sangat penting untuk
sekresi liur yang dirangsang oleh sistem saraf autonom. Rangsangan parasimpatis, biasanya oleh
bau dan rasa makanan. Rangsangan simpatis menghambat sekresi tersebut dan berpotensi
menimbulkan kekeringan mulut. 6,7
HISTOLOGI KELENJAR SUBLINGUAL

Kelenjar sublingual adalah kelenjar tubuloasinar bercabang yang terdiri atas sel-sel serosa dan
mukosa. Pada kelenjar ini, sel mukosa mendominasi, dan sel serosa hanya terdapat di demilun
pada tubulus mukosa. Produk saliva utama adalah mukus, tetapi sel demilun serosa di kelenjar
ini menyekresi amilase dan lisozim.7

Gambar 7. Kelenjar Sublingual, kiri, M; sel mukosa,


SM; otot lidah, ID; duktus interkalaris, 140x (H&E),
kanan atas, panah kecil; sel mukosa, panah besar
paling kanan; lumen, 200x (H&E), kanan bawah micrograph light, sel mukosa dan demilun serosa.
C. Anatomi

Glandula sublingualis terletak antara dasar mulut dan muskulus. yaitu anterior terhadap
glandula submandibularis.8,9

Gambar 8. Anatomi kelenjar ludah I

Kelenjar sublingualis menempati rongga sublingualis bagian anterior dan area itu hampir
memenuhi dasar mulut. Aliran dari sublingualis memasuki rongga mulut melalui sejumlah muara
yang terdapat sepanjang plica sublingualis, yaitu suatu linger mukosa anteroposterior di dasar
mulut yang menunjukkan alur dari ductus utama (yaitu ductus bartholin) yang berhubungan
dengan ductus mandibularis.8,9

Duktus utama yang membantu sekresi disebut duktus Bhartolin yang terletak berdekatan
dengan duktus mandibular dan duktus Rivinus yang berjumlah 8-20 buah. Kelenjar ini tidak
memiliki kapsul yang dapat melindunginya.9

Vaskularisasi

Suplai darah pada kelenjar sublingual adalah melalui sublingual artery yang mana
merupakan cabang dari lingual artery dan submental artery darifacial artery. Kedua arteri ini
berasal dari external carotid artery.

Drainase vena adalah melalui sublingual vein dari lingual vein dan submental vein dari facial
vein. Baik kedua vena ini mengalir ke internal jugular vein.9
Innervation

Kelenjar sublingual dipersyarafi oleh system saraf otonom yakni saraf simpatis dan
parasimpatis. Serat presinaptik parasimpatik dari saraf fasial yang dibawa oleh saraf chorda
tympani untuk di sinaps ke ganglion submandibular. Serat post ganglion kemudian keluar dari
ganglion submandibular dan bergabung dengan saraf lingual untuk menyuplai kelenjar
sublingual. Saraf parasimpatis bekerja memperbanyak produksi air liur sedangkan saraf simpatis
yang menginvervasi kelenjar sublingual yang berjalan dari ganglion cervical melalui arteri fasial,
bekerja mengurangi produksi air liur.9
D. Fisiologi (Komposisi Dan Fungsi)

Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga mulut karena
mempunyai huubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam rongga mulut. Secara
umumnya saliva berperan dalam proses perlindungan pada permukaan mulut, pengaturan
kandungan air, pengeluaran virus-virus dan produk metabolisme organisme sendiri dan mikro-
organisme, pencernaan makanan dan pengecapan serta diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel
kulit, epitel dan saraf.10

Umumnya, saliva disekresi di dalam asini mungkin bersifat isotonic dengan


konsentrasi Na +, K+, Cl-, dan HCO3- yang mirip dengan plasma. Duktus ekskretoris dan
mungkin duktus interkalarus memodifikasi kompisisi saliva yang mengalir dengan
mengambil ion Na+ dan Cl- dan menambahkan ion K+ dan HCO3-. Duktus
tersebut membuat saliva menjadi hipotonik. Maka aliran saliva yang lambat akan hipotonik,
alkali dan kaya akan ion K+ tetapi relative kurang ion Na+ dan Cl- saat sampai di mulut. Jika
aliran salivanya cepat maka saliva akan bersifat isotonic dengan konsentrasi ion Na+ dan Cl-
yang lebih tinggi.10

Pada keadaan istirahat yaitu dengan stimulasi yang sangat minimal, kelenjar
submandibular merupakan kelenjar yang paling aktif dalam memproduksi saliva yaitu 65% dari
keseluruhan saliva di mulut. Sedangkan kelenjar sublingual hanya memproduksi 7-8% dari
keseluruhan. Pada tahap ini, semua saliva kaya akan mucin yang dihasilkan oleh sel mucous pada
kelenjar subingual, submandibular, dan kelenjar-kelenjar minor.
Setelah adanya stimulasi dari rasa, bau, atau gerakan mengunyah rahang, kelenjar parotis
akan meningkatkan produksi air liur sehingga menciptakan sejumlah besar air liur yang
mengandung α-amilase dan lipase. Peningkatan aliran ini membantu mengunyah dan juga
memulai proses pencernaan. Sebagai hasil dari peningkatan aliran parotis, konsentrasi mucins
akan berkurang di seluruh air liur.10
Komponen-komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar saliva,
dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih
terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva bahan utamanya adalah air yaitu
sekitar 99.5%.11
Komponen anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium,
Bikarbonat, Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat, Potassium dan Nitrat. Komponen
Anorganik dari kation-kation, Sodium (Na+) dan Kalium (K+) mempunyai konsentrasi tertinggi
dalam saliva. Disebabkan perubahan di dalam muara pembuangan, Na+ menjadi jauh lebih
rendah di dalam cairan mulut daripada di dalam serum dan K+ jauh lebih tinggi. Ion Khlorida
merupakan unsur penting untuk aktifitas enzimatik α-amilase. Kadar Kalsium dan Fosfat dalam
saliva sangat penting untuk faktor anti solubilitas dan memodulasi remineralisasi email dan
berperan penting pada pembentukan karang gigi dan plak bakteri. Kadar Fluorida di dalam saliva
sedikit dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida dalam air minum dan makanan. Rodanida dan
Thiosianat (CNS-) adalah penting sebagai agen antibakterial yang bekerja dengan sisitem
laktoperosidase. Bikarbonat adalah ion buffer terpenting dalam saliva yang menghasilkan 85%
dari kapasitas buffer. Bikarbonat juga berfungsi untuk memodulasi pH.

Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase
maltase, serum albumin, asamurat, kretinin, musin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim,
laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol.11

Komponen Organik

Komponen organik dalam saliva yang utama adalah protein. Protein yang secara
kuantitatif penting adalah α-Amilase, protein kaya prolin, musin dan imunoglobulin. Berikut
adalah fungsi protein-protein dalam saliva:

1. α-Amilase mengubah tepung kanji dan glikogen menjadi kesatuan karbohidrat


yang kecil. Juga karena pengaruh α-Amilase, polisakarida mudah dicernakan.
2. Lisozim mampu membunuh bakteri tertentu sehingga berperan dalam sistem
penolakan bakterial.
3. Kalikren dapat merusak sebagian protein tertentu, di antaranya faktor pembekuan
darah XII, dan dengan demikian berguna bagi proses pembekuan darah.
4. Laktoperosidase mengkatalisis oksidasi CNS (thiosianat) menjadi OSCN
(hypothio) yang mampu menghambat pertukaran zat bakteri dan pertumbuhannya.
5. Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi
penting: membentuk bagian utama pelikel muda pada email gigi.
6. Musin membuat saliva menjadi pekat sehingga tidak mengalir seperti air
disebabkan musin mempunyai selubung air dan terdapat pada semua permukaan
mulut maka dapat melindungi jaringan mulut terhadap kekeringan. Musin juga
berfungsi untuk membersihkan, mengagregasi, dan / atau melekatkan
mikroorganisme oral dan berperan dalam metabolisme plak

Air liur yang dihasilkan kelenjar sublingual bersifat kental. Hal ini disebakan oleh
konsentrasi yang tinggi dari glikoprotein dikenal sebagai mucin serta kadar enzim lisozim
(menghidrolisis dinding bakteri) yang tinggi.10 Sekresi ini penting dalam pelumas makanan ,
menjaga mukosa mulut lembab dan pencernaan awal.11
BAB III

KESIMPULAN

Tahap perkembangan embriologi kelenjar sublingual terbagi atas 5 tahap yaitu placode
atau prebud stage, initial bud stage, pseudoglandular stage, canalicular stage, dan terminal bud
stage. Sel-sel sekretorik akan memulai pembuatan protein sekretorik setelah terminal bud stage
diikuti oleh granul-granul sekretorik yang akan terakumulasi di sitoplasma dan dengan adanya
autonomic nervous system serta perkembangan fungsi reseptor neurotransmitter, sel-sel
sekretorik menjadi mampu dalam melakukan sekresikan saliva.

Tiap-tiap kelenjar saliva sebagai suatu organ terdiri dari jaringan parenkim dan stroma
(jaringan ikat interstisial). Kelenjar sublingual terdiri atas sel-sel serosa dan mukosa di mana sel
mukosa mendominasi, dan sel serosa hanya terdapat di demilun pada tubulus mukosa dengan
produk saliva utama berupa mukus, tetapi sel demilun serosa di kelenjar ini menyekresi amilase
dan lisozim.

Kelenjar sublingualis terletak di antara dasar mulut dan muskulus. yaitu anterior terhadap
glandula submandibularis yaitu tepatnya menempati rongga sublingualis bagian anterior dan area
itu hampir memenuhi dasar mulut. Aliran dari sublingualis memasuki rongga mulut melalui
sejumlah muara yang terdapat sepanjang plica sublingualis, yaitu suatu linger mukosa
anteroposterior di dasar mulut yang menunjukkan alur dari ductus utama (yaitu ductus bartholin)
yang berhubungan dengan ductus mandibularis.

Saliva berperan dalam proses perlindungan pada permukaan mulut, pengaturan


kandungan air, pengeluaran virus-virus dan produk metabolisme organisme sendiri dan mikro-
organisme, pencernaan makanan dan pengecapan serta diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel
kulit, epitel dan saraf. Air liur yang dihasilkan kelenjar sublingual bersifat kental. Hal ini
disebakan oleh konsentrasi yang tinggi dari glikoprotein dikenal sebagai mucin serta kadar enzim
lisozim (menghidrolisis dinding bakteri) yang tinggi. Sekresi ini penting dalam pelumas
makanan, menjaga mukosa mulut lembab dan pencernaan awal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tucker AS, Miletich I. Introduction to salivary glands: structure, function, and
embryonic development. Front Oral Biol, 2010; 14 : 1-20.
2. Som PM, Miletich I. The embryology of the salivary glands: an update.
Neurographics, 2015; 5(4) : 167-177.
3. Carlson, Bruce M. Human embryology and developmental biology. 5th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders, 2013:307.
4. Okumura K, Shinohara M, Endo F. Capability of tissue stem cells to organize
salivary rudiments. Stem Cells Int, 2012; 2012(502136).
5. Hand AR, Frank ME. Fundamentals of oral histology and physiology. Oxford:
Wiley & Sons, 2014:230.
6. Mescher AL. histologi dasar Junqueira: teks & atlas, ed 12. alih bahasa, Frans Dany.
Jakarta: EGC, 2011: 276-280.
7. Amano O, Mizobe K, Bando Y, Sakiyama K. anatomy and histology of rodent and
human major salivary glands. acta histochem. cytochem 2012; 45(5):241-250.
8. The Sublingual Gland. 25 Maret 2015 http://teachmeanatomy.info/head/organs/salivary-
glands/sublingual/#Clinical_Relevance_Ranula. 25 Oktober 2015.
9. Hassan, Hatta S. 1 April 2009, “Detonfasial Jurnal Kedokteran Gigi”. Vol 8. No 3.
10. Nater, U.M., Rohleder, N. (2009). Salivary alpha-amylase as a non-invasive biomarker
for the sympathetic nervous system: Current state of research.
Psychoneuroendocrinology, 34(4), 486-96.
11. Ibrahim, D. Anatomi, histologi dan fisiologi kelenjar saliva.
https://www.academia.edu/8070702/anatomi_histologi_dan_fisiologi_dari_kelenjar_saliv
a. 22 Oktober 2015.
12. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 6. Alih bahasa, Pendit BU.
Jakarta: EGC, 2012: 667-668.
13. Nanci A. Ten cate’s oral histology: development, structure, and function. 7th ed. Missouri:
Mosby Elsevier, 2008: 300.

Anda mungkin juga menyukai