PENDAHULUAN
1
kelenjar ludah, makain banyak ludah makin baik terjadinya self-cleansing dari gigi dan
seluruh kavum oris.7
1.2. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk:
1. Mengetahui embriologi kelenjar saliva parotid hingga proses sekresi saliva ke
rongga mulut.
2. Mengetahui histologi kelenjar saliva parotid
3. Mengetahui anatomi dan fisiologi kelenjar saliva parotid
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kelenjar saliva di bentuk dari sel epitel yang akan membentuk buds dan
morfogenesis percabangan. Pada tahap pertama sebagai tahap pre-bud, epitel mulut
menebal dan kemudian masuk ke dalam bawah mesenkim (tahap bud). Selama minggu
ke-6 dan minggu ke-7 kelenjar saliva mulai menjadi padatan buds epitelium dari
primordial rongga mulut. Buds tumbuh menjadi mesenkim sebagai invaginasi dan
jaringan ikat menyatu dengan kelenjar- kelenjar ini yang berasal dari sel neural crest.
Buds kemudian mengalami percabangan (fase pseudoglandular). Percabangan-
percabangan ini awalnya padat tetapi kemudian perkembangan lumen dan menjadi duktus
(tahap kanalikular).1,2
Kelenjar parotid pertama muncul pada minggu ke-6 dan berasal dari ektoderm
primitif rongga mulut. Sekitar minggu ke- 6 perkembangan kelenjar parotid dimulai dari
lapisan ektoderm mulut. Kemudian terminal buds mencekung membentuk acini (fase
terminal bud). Pada minggu 10, buds tersebut tumbuh menuju sebelah keluar telinga
yang akan menjadi kanal. Sekresi saliva tidak akan mulai sampai 18 minggu. Selanjutnya
akan terjadi pertumbuhan submandibula dan sublingual.1,2
3
mencolok pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP (vasoaktive intestine
polipeptide).
Polipeptida ini adalah co-transmitter dengan asetil kolin pada sebagian neuron
parasimpatis pascaganglion. Rangsangan saraf simpatis cenderung memperngaruhi
volume sekresinya. Saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi sedikit saliva
yang akan bahan organik dari kelenjar submandibularis. Pada kelenjar sublingual dan
kelenjar-kelenjar minor, lebih dipengaruhi oleh respons kolinergik, sedangkan pada
kelenjar lainnya cenderung ke inervasi adrenergik.1
Kelenjar saliva parotid adalah kelenjar serosa yang digolongkan sebagai kelenjar
tubuloasinar kompleks. Kelenjar parotid dikelilingi oleh kapsul yang membentuk banyak
septum jaringan ikat interlabularis yang membagi – bagi kelenjar menjadi lobus dan
lobulus. Didalam septum jaringan ikat diantara lobulus terdapat arteriol, venula, dan
duktus ekskretorius interlobularis.5
Setiap lobulus kelenjar saliva mengandung sel sekretorik yang membentuk asini
serosa yang mensekresikan protein berupa cairan isotonik dan sel-selnya yang berbentuk
piramid tersusun mengelilingi lumen. Intinya bulat terletak di bagian basal sitoplasma
yang agak basofilik. Tampaknya granula sekretorik halus di apeks sel asini serosa.
Jumlah granula sekretorik bervariasi sesuai aktivitas fungsional kelenjar. Semua asini
serosa dikelilingi oleh sel mioepitel kontraktil yang tipis, yang terletak diantara
membrana basalis dan sel serosa. Karena ukurannya kecil, hanya nukleus yang terlihat di
sel mioepitel. Sebagian lobulus lobulus kelenjar parotis mengandung banyak sel adiposa
yang tampak sebagai struktur lonjong jernih dikelilingi oleh asini serosa yang terpulas
lebih gelap.3,5,8
Asini serosa sekretorik mencurahkan produknya ke dalam saluran sempit yaitu
duktus interkalaris. Duktus interkalaris terletak antara asini serosa dan duktus striata,
memiliki lumen sempit, dibatasi epitel selapis gepeng atau low cuboidal, dan sering
dikelilingi oleh sel mioepitel. Produk sekretorik dari duktus interkalaris mengalir ke
dalam duktus striata yang lebih besar yaitu 3 – 6 kali dari asini serosa. Duktus striata
memiliki lumen lebih besar dan dilapisi oleh sel selapis silindris dengan stria basalis dan
dibentuk oleh pelipatan membran basal yang dalam.5,8
4
Duktus striata selanjutnya mencurahkan isinya ke dalam duktus ekskretorius
intralobularis yang terdapat di dalam lobulus kelenjar. Duktus – duktus ini bersatu
dengan duktus ekskretorius intralobularis yang lebih besar di septum jaringan ikat yang
mengelilingi lobulus kelenjar ini. Lumen duktus ekskretorius intralobularis secara
progresif melebar dan epitelnya makin tinggi seiring dengan makin besarnya duktus.
Epitel duktus ekskretorius dapat meningkat dari silindris sampai bertingkat semu atau
bahkan berlapis silindris pada duktus ekskretorius besar (lobus), yang mendrainase lobus
kelenjar parotid.5
6
diantara philtrum bibir atas dan tragus. Cabang bukal dari CN VII berjalan dengan duktus
parotid. Duktus berukuran panjang 4-6 cm dan diameter 5 mm.6
Aksesori kelenjar parotid dan duktusnya terlihat pada 20% orang. Kelenjar
aksesori khususnya terlihat di atas masseter dan duktus aksesori tipikal terletak kranial
dari duktus stensen. Kelenjar parotis seluruhnya serous. Konsistensi yang jernih dari
ludah normal adalah fungsi keadaan serous dari kelenjar parotis. Hilangnya fungsi serous
karena radiasi atau pemakaian obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan,
komposisi, fungsi dan konsistensi ludah.6
7
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Almeida PDV, Gregio AM, Machado MA, dkk. Saliva composition and functions : a
comprehensive review 2008 ; 9 (3) : 1-5.
2. Baylis A. Head and neck embryology : an overview og development, growth and
defect in the human fetus. University of connecticut, 2009 : 23-24.
3. Chi JG. Prenatal development of human major salivary glands. Journal of Korean
Medical Science 1996 ; 11 (3) : 203-207.
4. Dubrul EI. Oral anatomy. India: Ishiyaku EuroAmerica Inc. U.S.A; 2000: 172-3.
5. Eroschenko VP. Atlas histologi difiore dengan korelasi fungsional. Ed. 11. Jakarta :
EGC, 2010 : 263-265.
6. Lubis S, Tarigan RN, Lubis I. Penyakit-penyakit kelenjar ludah. Medan: USU Press;
2011: 1-4.
7. Mokhtar M, Soengkono I, Suryati S. Ilmu penyakit gigi dan mulut. Medan: Bina
Insani Pustaka; 2002: 14.
8. Tanakchi S. Salivary glandds normal histology. PubMed Search 2015.