Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Rongga mulut merupakan anggota tubuh yang memiliki peranan cukup penting
dan terdiri dari jaringan keras dan jaringan mukosa labial, lidah, palatum, gingiva, dan
juga kelenjar ludah. Rongga mulut yang sehat dan dapat berfungsi secara normal sangat
tergantung pada jumlah ludah yang dihasilkan oleh kelenjar ludah baik mayor ataupun
minor.6
Kelenjar ludah terdiri dari 3 pasang kelenjar mayor simetris yang berada
berdekatan dengan rahang bawah yang mengeluarkan ludah melalui cabang sistem duktus
yaitu:
a. Kelenjar parotid
b. Kelenjar submandibularis
c. Kelenjar sublingualis
Selain itu terdapat ribuan kelenjar ludah minor diseluruh rongga mulut yang
namanya sesuai dengan lokasi anatomisnya yaitu: labial, palatal, bukal dan lain-lain.
Kelenjar ludah minor ini berada tepat dibawah permukaan mukosa dan berhubungan
dengan rongga mulut dengan duktus-duktus pendek.6
Ludah adalah produk dari kelenjar ludah mayor dan minor yang dikeluarkan
melalui rongga mulut. Ludah adalah campuran yang sangat komplek dari air, komponen
organik dan non organik.7
Sekresi ludah diatur oleh serabut-serabut secretomotor dari sistem otonom yang
simpatis dan parasimpatis. Sifat ludah ini, bertambah encer atau bertambah kental, mukus
atau serus, bertambah banyak atau bertambah sedikit, dipengaruhi oleh saraf dan rasa dari
makanan yang ada di mulut dan juga dipengaruhi oleh penglihatan, bau atau pengecapan.7
Produksi ludah dapat berkurang karena rasa takut, demam atau haus atau lidah
banyak bergerak. Jika mulut kering maka sel-sel yang mati akan bercampur dengan sisa
makanan dan melekat pada gigi yang menyebabkan hygiene mulut yang tidak baik yang
dapat menyebabkan gigi rusak dan inflamasi gusi.7
Ludah membuat makanan bisa ditelan dan menolong pencernaan karbohidrat
dengan adanya enzim ptyalin yang terdapat dalam ludah. Selain itu ludah bersifat
melindungi membrana mukosa itu sendiri. Hygiene mulut amat tergantung pada sekresi

1
kelenjar ludah, makain banyak ludah makin baik terjadinya self-cleansing dari gigi dan
seluruh kavum oris.7

1.2. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk:
1. Mengetahui embriologi kelenjar saliva parotid hingga proses sekresi saliva ke
rongga mulut.
2. Mengetahui histologi kelenjar saliva parotid
3. Mengetahui anatomi dan fisiologi kelenjar saliva parotid

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Embriologi kelenjar saliva parotid

Kelenjar saliva di bentuk dari sel epitel yang akan membentuk buds dan
morfogenesis percabangan. Pada tahap pertama sebagai tahap pre-bud, epitel mulut
menebal dan kemudian masuk ke dalam bawah mesenkim (tahap bud). Selama minggu
ke-6 dan minggu ke-7 kelenjar saliva mulai menjadi padatan buds epitelium dari
primordial rongga mulut. Buds tumbuh menjadi mesenkim sebagai invaginasi dan
jaringan ikat menyatu dengan kelenjar- kelenjar ini yang berasal dari sel neural crest.
Buds kemudian mengalami percabangan (fase pseudoglandular). Percabangan-
percabangan ini awalnya padat tetapi kemudian perkembangan lumen dan menjadi duktus
(tahap kanalikular).1,2
Kelenjar parotid pertama muncul pada minggu ke-6 dan berasal dari ektoderm
primitif rongga mulut. Sekitar minggu ke- 6 perkembangan kelenjar parotid dimulai dari
lapisan ektoderm mulut. Kemudian terminal buds mencekung membentuk acini (fase
terminal bud). Pada minggu 10, buds tersebut tumbuh menuju sebelah keluar telinga
yang akan menjadi kanal. Sekresi saliva tidak akan mulai sampai 18 minggu. Selanjutnya
akan terjadi pertumbuhan submandibula dan sublingual.1,2

Mekanisme sekresi saliva


Kelenjar parotid menghasilkan saliva yang serus sedangkan kelenjar
submandibularis dan kelenjar sublingualis menghasilkan saliva yang bercampur yaitu
mukus dan serus. Kelenjar saliva terdiri dari 2 kelenjar sekresi utama yaitu sel serus dan
sel mukus. Umumnya sel serus menghasilkan protein dan glikoprotein, sejumlah enzim,
antimikroba, ikatan kalsium, dan lainnya.
Sekresi saliva berada dibawah kontrol saraf. Rangsangan berupa rangsangan
mekanis, kimiawi, neuronal, psikis, dan rangsangan rasa sakit pada inervasi saraf
parasimpatik memegang peran utama stimulus sekresi saliva, dan berpengaruh terhadap
komposisinya. Saraf parasimpatis dari nukleus salivatorius superior (bagian dari nervus
fasialis dan berlokasi di pontine tegmentum) menyebabkan sekresi liur cair dalam jumlah
besar dengan kandungan bahan organik yang rendah. Sekresi in disertai oleh vasodilatsi

3
mencolok pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP (vasoaktive intestine
polipeptide).
Polipeptida ini adalah co-transmitter dengan asetil kolin pada sebagian neuron
parasimpatis pascaganglion. Rangsangan saraf simpatis cenderung memperngaruhi
volume sekresinya. Saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi sedikit saliva
yang akan bahan organik dari kelenjar submandibularis. Pada kelenjar sublingual dan
kelenjar-kelenjar minor, lebih dipengaruhi oleh respons kolinergik, sedangkan pada
kelenjar lainnya cenderung ke inervasi adrenergik.1

2.2. Histologi kelenjar saliva parotid

Kelenjar saliva parotid adalah kelenjar serosa yang digolongkan sebagai kelenjar
tubuloasinar kompleks. Kelenjar parotid dikelilingi oleh kapsul yang membentuk banyak
septum jaringan ikat interlabularis yang membagi – bagi kelenjar menjadi lobus dan
lobulus. Didalam septum jaringan ikat diantara lobulus terdapat arteriol, venula, dan
duktus ekskretorius interlobularis.5
Setiap lobulus kelenjar saliva mengandung sel sekretorik yang membentuk asini
serosa yang mensekresikan protein berupa cairan isotonik dan sel-selnya yang berbentuk
piramid tersusun mengelilingi lumen. Intinya bulat terletak di bagian basal sitoplasma
yang agak basofilik. Tampaknya granula sekretorik halus di apeks sel asini serosa.
Jumlah granula sekretorik bervariasi sesuai aktivitas fungsional kelenjar. Semua asini
serosa dikelilingi oleh sel mioepitel kontraktil yang tipis, yang terletak diantara
membrana basalis dan sel serosa. Karena ukurannya kecil, hanya nukleus yang terlihat di
sel mioepitel. Sebagian lobulus lobulus kelenjar parotis mengandung banyak sel adiposa
yang tampak sebagai struktur lonjong jernih dikelilingi oleh asini serosa yang terpulas
lebih gelap.3,5,8
Asini serosa sekretorik mencurahkan produknya ke dalam saluran sempit yaitu
duktus interkalaris. Duktus interkalaris terletak antara asini serosa dan duktus striata,
memiliki lumen sempit, dibatasi epitel selapis gepeng atau low cuboidal, dan sering
dikelilingi oleh sel mioepitel. Produk sekretorik dari duktus interkalaris mengalir ke
dalam duktus striata yang lebih besar yaitu 3 – 6 kali dari asini serosa. Duktus striata
memiliki lumen lebih besar dan dilapisi oleh sel selapis silindris dengan stria basalis dan
dibentuk oleh pelipatan membran basal yang dalam.5,8

4
Duktus striata selanjutnya mencurahkan isinya ke dalam duktus ekskretorius
intralobularis yang terdapat di dalam lobulus kelenjar. Duktus – duktus ini bersatu
dengan duktus ekskretorius intralobularis yang lebih besar di septum jaringan ikat yang
mengelilingi lobulus kelenjar ini. Lumen duktus ekskretorius intralobularis secara
progresif melebar dan epitelnya makin tinggi seiring dengan makin besarnya duktus.
Epitel duktus ekskretorius dapat meningkat dari silindris sampai bertingkat semu atau
bahkan berlapis silindris pada duktus ekskretorius besar (lobus), yang mendrainase lobus
kelenjar parotid.5

2.3. Anatomi dan fisiologi kelenjar saliva parotid

Kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva terbesar dibandingkan dengan kelenjar


saliva lainnya dengan berat sekitar 15-30 gram.4 Bentuk tidak teratur seperti baji dan
unilobular.6 Terletak di lateral wajah, yaitu di preaurikula, sampai ke posterior mandibula
dan berada dalam jaringan subkutis.4
Kelenjar parotid mempunyai 5 prosesus (3 di permukaan dan 2 di dalam) sehingga
sangat sulit untuk mengambil semua jaringan parotis secara bedah. Terletak pada bagian
parotis. Suatu ruang trianguler, yang juga berisi cranial nerve (CN) VII dan cabang-
5
cabangnya, saraf sensori dan otonom, arteri karotis eksternal dan cabang-cabangnya, vena
retromandibular (fasial posterior) dan limfatik parotis.6 Berikut adalah batas-batas bagian
parotis:
a. Tepi superior – Zygoma
b. Tepi posterior – Kanal auditori eksternal (EAC)
c. Tepi inferior – Prosesus stiloideus, prosesus muskulatur, arteri karotis interna, vena
jugularis.
d. Tepi anterior – Garis diagonal yang ditarik dari akar zygomatikus ke EAC.
Delapan puluh persen dari kelenjar terletak pada daerah masseter dan mandibula,
20% sisanya (bagian retromolar) meluas ke medial melalui tunnel stilomandibular yang
dibentuk oleh tepi posterior dari ramus mandibula (ventral) dan posterior belly dari
digastrik (dorsal). Selain itu ligamen submandibular memisahkan parotid dari kelenjar
submandibular. Bagian dari kelenjar ini terletak pada bagian prestiloid dari ruang
parafaringeal. Jadi, suatu tumor parotis yang dalam, dapat menekan fossa tonsillar dan
palatum lunak ke anteromedial. Isthmus dari kelenjar parotis berjalan diantara ramus
mandibula dan posterior belly dari digastrik untuk menghubungkan bagian
retreomandibular ke bagian lain dari kelenjar selebihnya.6
Kelenjar parotis dibatasi oleh nervus fasialis yang dibagi menjadi dua lobus, yaitu
lobus profunda dan lobus superficial. Lobus superficial lebih besar, bentuk tidak
beraturan, terletak di superficial dari bagian superior otot masseter, ke atas, hingga ke
arkus zigomatik, ke bawah mencapai margo inferior os mandibular. Lobus profunda lebih
kecil, ke atas berbatasan dengan kartilago meatus akustikus eksternal, mengitari posterior
ramus assendens os mandibular menjulur ke dalam, bersebelahan dengan celah
parafaring. Produk dari kelenjar saliva disalurkan melalui duktus primer kelenjar parotid
yang terletak di superficial fasia otot masseter hampir tegak lurus menuju ke dalam otot
buccinator dan memuara ke daerah mukosa bukal, dekat gigi Molar 2 atas dan disebut
duktus Stensen.6
Suktus stensen (duktus parotis) timbul dari tepi anterior parotid dan paralel
dengan arkus zygomatikus 1,5 cm (kira-kira seluas 1 jari) inferior dari teoi inferior arkus
tersebut. Duktus stensen berjalan superfisial ke otot masseter, kemudian berbelok ke
medial 90 derajat menembus otot buccinator pada level molar kedua maksila yang
terbuka ke luar ke rongga mulut. Dengan menggunakan tanda bahwa duktus stensen
terletak di tengah diantara arkus zygomatikus dan sudut mulut sepanjang suatu garis

6
diantara philtrum bibir atas dan tragus. Cabang bukal dari CN VII berjalan dengan duktus
parotid. Duktus berukuran panjang 4-6 cm dan diameter 5 mm.6
Aksesori kelenjar parotid dan duktusnya terlihat pada 20% orang. Kelenjar
aksesori khususnya terlihat di atas masseter dan duktus aksesori tipikal terletak kranial
dari duktus stensen. Kelenjar parotis seluruhnya serous. Konsistensi yang jernih dari
ludah normal adalah fungsi keadaan serous dari kelenjar parotis. Hilangnya fungsi serous
karena radiasi atau pemakaian obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan,
komposisi, fungsi dan konsistensi ludah.6

7
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva terbesar dibandingkan dengan kelenjar


saliva lainnya dengan berat sekitar 15-30 gram. Bentuk tidak teratur seperti baji dan
unilobular. Terletak di lateral wajah, yaitu di preaurikula, sampai ke posterior mandibula
dan berada dalam jaringan subkutis.
Kelenjar parotid seluruhnya serous. Konsistensi yang jernih dari ludah normal
adalah fungsi keadaan serous dari kelenjar parotis. Hilangnya fungsi serous karena radiasi
atau pemakaian obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan, komposisi, fungsi
dan konsistensi ludah.
Kelenjar parotid pertama muncul pada minggu ke-6 dan berasal dari ektoderm
primitif rongga mulut. Sekitar minggu ke- 6 perkembangan kelenjar parotis dimulai dari
lapisan ektoderm mulut. Kemudian terminal buds mencekung membentuk acini (fase
terminal bud). Pada sepuluh minggu, buds tersebut tumbuh menuju sebelah keluar telinga
yang akan menjadi kanal. Sekresi saliva tidak akan mulai sampai 18 minggu. Selanjutnya
akan terjadi pertumbuhan submandibula dan sublingual.
Sekresi saliva dari kelenjar saliva ke rongga mulut, berada dibawah kontrol saraf.
Rangsangan pada inervasi saraf parasimpatik memegang peran utama stimulus sekresi
saliva, dan berpengaruh terhadap komposisinya. Saraf parasimpatis dari nukleus
salivatorius superior (bagian dari nervus fasialis dan berlokasi di pontine tegmentum)
menyebabkan sekresi liur cair dalam jumlah besar dengan kandungan bahan organik yang
rendah.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Almeida PDV, Gregio AM, Machado MA, dkk. Saliva composition and functions : a
comprehensive review 2008 ; 9 (3) : 1-5.
2. Baylis A. Head and neck embryology : an overview og development, growth and
defect in the human fetus. University of connecticut, 2009 : 23-24.
3. Chi JG. Prenatal development of human major salivary glands. Journal of Korean
Medical Science 1996 ; 11 (3) : 203-207.
4. Dubrul EI. Oral anatomy. India: Ishiyaku EuroAmerica Inc. U.S.A; 2000: 172-3.
5. Eroschenko VP. Atlas histologi difiore dengan korelasi fungsional. Ed. 11. Jakarta :
EGC, 2010 : 263-265.
6. Lubis S, Tarigan RN, Lubis I. Penyakit-penyakit kelenjar ludah. Medan: USU Press;
2011: 1-4.
7. Mokhtar M, Soengkono I, Suryati S. Ilmu penyakit gigi dan mulut. Medan: Bina
Insani Pustaka; 2002: 14.
8. Tanakchi S. Salivary glandds normal histology. PubMed Search 2015.

Anda mungkin juga menyukai