Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1V
LOGAM/ALLOY

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial


Blok 12: Biomaterial dan Teknologi Kedokteran Gigi

Dosen Tutor : drg. Agustin Wulan Suci D, MD.Sc

Disusun oleh Kelompok Tutorial 13 :

1. Raquel Ananda Hasa (161610101100)


2. Astrid Ganadya Nurul Iffah (161610101101)
3. Pintan Qorina D. (161610101102)
4. Rizky Kurniawan (161610101103)
5. Paramadiva Zefina Putri (161610101104)
6. Ajeng Nurwahyuningtyas Anjani (161610101105)
7. Aisya Nurrachma (161610101106)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan tutorial scenario IV pada blok Biomaterial dan Teknologi Kedokteran Gigi pada
minggu keempat dengan judul Logam/Alloy. Makalah ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi
tutorial kelompok 13 pada skenario keempat.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg. Agustin Wulan Suci D, MD.Sc, selaku tutor pembimbing yang telah membimbing
jalannya diskusi tutorial kelompok 13 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan
yang telah memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah
didapatkan.
2. Teman-teman kelompok tutorial 13 dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan–perbaikan di masa
mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 25 Maret 2018

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................. 1

Kata Pengantar .................................................................................................. 2

Daftar Isi ............................................................................................................ 3

Skenario ............................................................................................................ 4

Step 1 ................................................................................................................ 5

Step 2 ................................................................................................................ 5

Step 3 ................................................................................................................ 6

Step 4 ................................................................................................................ 10

Step 5 ................................................................................................................ 11

Step 7 ................................................................................................................ 12

Kesimpulan …………………………………………………………………… 28

Daftar Pustaka .................................................................................................... 29

3
SKENARIO IV
LOGAM/ALLOY

Skill lab mahasiswa semester IV FKG UNEJ membuat bentukan setengah lingakan diameter
1 cm dngan ketebalan 2 cm dari bahan alloy. Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok,
kelompok 1 menggunakan bahan Alloy CoCr, kelompok II menggunakan alloy AgCu, dan
kelompok III menggunakan logam Ag. Pada saat casting suhu pembakaran tiap keompok
berbeda tergantung dari kompsisi dan tipe logam maupun Alloy yang dipakai. Bila
manipulasinya dilakukan dengan benar, maka hasilnya tidak porous, permukaan rata, dan
mengkilap.

4
STEP 1
CLARIFYING UNFAMILIAR TERMS

1. Casting : Proses pembuatan bahan restorasi yang terbuat dari


alloy. Proses pengecoran logam kedalam mould space
atau rongga cetakan

2. Alloy : Pencampuran beberapa jenis logam menggunakan


teknik peleburan dengan suhu yang tinggi. Campuran
antara logam, atau bisa dengan non logam.

3. Porus : Terjebaknya udara didalam sebuah campuran,


dapat merubah sifat sehingga dapat menjadi lemah
kekuatannya.

4. Logam : Elemen kimia. Dalam tabel periodik golongan IA (


kecuali hidrogen) IIA dan golongan transisi (IB-VIIIB)
yang akan bereaksi atau berikatan dengan non logam
dimana logam ini akan sebagai donatur dari elektron.
Tidak harus bereaksi dengan logam tetapi dapat
bereaksi dengan non logam.

5. Alloy CoCr : Campuran cobalt dan cromium dengan komposisi


yang spesifik. Digunakan pada gtsl dan restorasi logam
porselen.

STEP 2
IDENTIFYING PROBLEMS

1. Apa saja syarat logam pada kedokteran gigi ?


2. Bagaimana sifat sifat dari Alloy pada bidang kedokteran gigi ?
3. Klasifikasi apa sajaa yang dimiliki oleh alloy?
4. Apakah alloy memiliki sifat sendiri apakah dari sifat sifat penyusunnya?
5. Bagaimana biokompabilitas alloy didalam rongga mulut?
6. Bagaimana tahapan casting alloy?
7. Mengapa Ag dapat digunakan sendiri tanpa di campur?
8. Kelebihan dan kekurangan alloy dibanding bahan restorasi lain?

5
STEP 3
BRAINSTORMING
1. Apa saja syarat logam pada kedokteran gigi ?
- Tidak mengiritasi rongga mulut (biokompatibel)
- Tidak larut dalam saliva
- Tidak berbahaya bagi pasien dan operator
- Memberikan penampilan yang natural
- Mudah untuk dicairkan atau dicor atau dipoles
- Tidak mudah abrasi
- Tidak mudah korosi

2. Bagaimana sifat sifat dari Alloy pada bidang kedokteran gigi ?

Sifat kimia :

- Tidak larut dalam cairan rongga mulut


- Tahan terhadap korosi
- Memiliki titik leleh dan titik didih , Alloy merupakan campuran logam , maka
tidak memiliki titik point namun memiliki melting range atau rentang lebur. Pada
melting range yang tertinggi atau liquidus (akan mencair, sedangkan yang
terendah akan mengalami solidus dalam bentuk padatan.
- Konduktor yang baik, dapat menghantarkan listrik

Sifat biologis :

- Tidak mengiritasi dan tidak menghasilkan alergi


Sifat fisik :

- Berwarna kuning : mengandung emas, lebih mahal karena merupakan emas


murni
- Berwarna putih : tanpa menggunakan emas
- Hardness : logam tahan terhadap penetrasi
- Memiliki modulus elastisitas

6
Sifat mekanis :

- Kekuatan transvers yang baik, kuat terhadap tekanan. Akan dipakai untuk
mengunyah (mendapat tekanan darii pengunyahan)
- Weldability : mampu untuk dapat dilas
- Ductilitas : keuletan, mudah dibentuk saat panas.
- Machinebility : dapat dibentuk dengan mesin misalnya dengan mesin bubut.

3. Klasifikasi apa sajaa yang dimiliki oleh alloy?

Berdasarkan banyaknya campuran :

- Binary
- Tertinary
- Quarterner

Berdasarkan ADA :

- Soft : pattern
- Medium : pattern selain lingual dan bukal
- Hard : crown dan bridge
- Very hard : gigi tiruan sebagian lepasan.

Menurut kemuliaan atau nobility (ADA) :

- High nobel : Paling banyak Au sebanyak >40%, sisanya nobel


metal (Pd, Au,Pt) memiliki titik didih yang rendah
karena paling banyak Au (titik didih <950 derajat)
- Nobel metal : Paling banyak Pt dan Pd (tidak mengandung Au)
sebanyak 70% harus mengandung salah satu
diantaranya.
- Predominantly base metal : tidak mengandung nobel metal maupun Au.

4. Apakah alloy memiliki sifat sendiri atau apakah dari sifat sifat penyusunnya?

Masing masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing, bertujuan untuk
membuat sifat yang lebih baik daripada logam itu masing masing. Sehingga yang
muncul hanya sifat baiknya saja.

7
Misal Au dan Cu setelah digabung maka tensile strength nya lebih besar dari tensile
strength Au itu sendiri.

5. Bagaimana biokompabilitas alloy didalam rongga mulut?

Jika alloy sendiri bisa menyebabkan tidak biokompatibel apabila dia bersifat korosif
sehingga dapat bereaksi dengan jaringan rongga mulut dapat menyebabkan
hipersensitivitas tipe IV.

Bisa menyebabkan gigi bawah dari alloy dan beroklusi, dapat menjadi anoda dan
katoda ditambah lingkungan rongga mulut yang basah dapat menyebabkan galvanic
shock. Supaya tidak menyebabkan galvanic shock kita gunakan alloy yang memiliki
sifat inert atau tidak mudah bereaksi.

Alloy yang beramalgam dapat masuk ke pembuluh darah, dapat sebabkan gumpalan
yang hambat aliran darah dan bersifat toksik terhadap jaringan tubuh.

6. Bagaimana tahapan casting alloy?


- Pre casting
Pembuatan cetakan dengan wax sesuai bentuk yang diinginkan, Dipasangi sprue
untuk dimasukan ke dlm cetakan. Dimasukan kedalam casting ring.
- Invesment : ditanam dalam bahan tanam
- Dipanaskan :
o Pre heating : mengeringkan investment material
o Heating : burning out malam supaya cetakan yang tersisa
didalam bahan pendam
- Casting

Logam dengan alloy yang sudah diinginkan diencerkan, dimasukan ke dalam


mould space dan ditekan supaya bentuknya presisi didalam cetakan, setelah itu
didiamkan.

Suhu bahan pendam, terlalu rendah maka alloy akan memadat secara prematur.
Jika Investmen terlalu panas salah, karena dapat menyebabkan retak, alloy akan
mengisi keretakan.

Gaseous porosity, saat dipanaskan, oksigen akan cair saat dingin oksigen akan
terbebaskan dan dapat membuat porus.

8
- Pra casting
- Grinding : mencopot mahkota dari sprue
- Polishing : mengkilatkan permukaan

7. Mengapa Ag dapat digunakan sendiri tanpa di campur?

Ag masih masuk dalam nobel (referensi lama), dia bersifat lebih stabil tidak mudah
mengalami oksidasi. Ag dalam kedokteran gigi tidak masuk dalam emas murni karena
dapat mengalami korosi.

8. Kelebihan dan kekurangan alloy dibanding bahan restorasi lain?


- Kelebihan :

lebih kuat, memiliki high density sehingga mudah mengalir ke bagian yang kecil
kecil.

- Kekurangan :

dari segi aestetik kurang baik, tidak sama dengan gigi asli. Sehingga biasanya
digunakan pada gigi posterior yang lebih mementingkan kekuatan.

Bagi orang yang memiliki alergi dapat menimbulkan iritasi. Untuk pemakaian
jangka panjang kurang baik.

Harga lebih ekonomis dibanding porcelain fused to metal

9
STEP 4
MAPPING

ALLOY

SIFAT LOGAM APLIKASI DI


MANIPULASI KOROSI
PENYUSUN KEDOKTERAN GIGI

SOLDERING IMPLAN

CASTING KLAMER

AMALGAM

LAIN LAIN

10
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perbedaan Metal, Logam, dan Alloy
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Manipulasi Alloy
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Sifat macam macam jenis Alloy
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Amalgam
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Proses terjadinya korosi
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Implan dan Klamer
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Aplikasi Alloy pada bidang Kedokteran
Gigi

11
STEP 7

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perbedaan Metal, Logam, dan


Alloy

Logam
Logam merupakan unsur – unsur yang ada di lingkungan sekitar dimana dia
bertindak sebagai pendonor elektron karena memiliki elektron valensi yang tidak
berikatan. Dapat berikatan dengan anatar logam dengan membentuk ikatan kovalen
atau dengan non logam untuk membentuk ikatan ion. Terdapat 2 jenis logam pada
kedokteran gigi yaitu, noble metal dan base metal.
Noble metal memiliki elektron valensi yang berpasanagn sehingga dia tidak
mudah untuk melepaskan komponen penyusunnya yaitu partikel sehingga tidak
menyebabkan korosi. Terdapat 3 yaitu Pd,Pt,Au.
Base Metal Logam yang tidak mulia karena mudah menyebabkan korosi. Pada
casting alloy di kedokteran gigi, base metal yang sering digunakan adalah titanium
(Ti), nickel (Ni), copper (Cu), silver (Ag), cobalt (Co), and zinc (Zn).
Logam murni memiliki kegunaan terbatas di bidang gigi dan teknik aplikasi,
karena mereka terlalu lembut dan beberapa dapat menimbulkan korosi secara
berlebihan Untuk mengoptimalkan properti, sebagian besar logam yang digunakan
dalam aplikasi teknik dan gigi adalah campuran dari dua atau lebih banyak unsur
logam atau campuran dari satu atau lebih logam dan elemen non-logam. Paduan ini
umumnya disiapkan oleh perpaduan unsur-unsur di atas titik lelehnya.

Alloy
Alloy merupakan campuran dari 2 metals dan nonmetal untuk menghasilkan
sifat yang lebih baik yang dapat digunakan di kedokteran gigi. Alloy akan memiliki
sifat fisika dan kimia yang lebih baik seperti tahan korosi daripada pure metals. Alloy
sendiri lebih memiliki melting range daripada melting point karena terdiri dari
campuran 2 logam yang memiliki titik leleh berbeda – beda.

12
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Manipulasi Alloy
A. Casting
Tahap- tahap Casting:
1. Waxing
Waxing adalah cara pembuatan pola malam (wax pattern). Wax pattern
berguna untuk membentuk ruang cetak (mould space) di dalam bahan investment
setelah malam dan pola malam di dalam invesmen dihilangkan (wax elimination).
Cara pembuatan pola malam ada 3 cara :
a. Cara langsung (direct)
Cara langsung ini dibuat seluruhnya di dalam mulut pasien, sehingga tidak
memerlukan die.
b. Cara tidak langsung.
Cara tidak langsung ini pola malam dibuat seluruhnya pada die, sehingga
pembuatannya diluar mulut pasien.
c. Cara langsung tidak langsung.
Pada cara ini mula-mula sebagian pola malam dibuat di mulut pasien untuk
mendapatkan oklusi yang baik, kemudian ditransfer ke die, dan dibuat pola
malam sampai selesai, sehingga cara ini dibutuhkan die.
2. Spruing
Spruing adalah cara pembuatan sprue pin. Sprue pin ini berguna untuk
pembentukan sprue dalam invesment dan untuk pegangan pola malam pada waktu
investing.Sprues biasanya terbuat dari lilin, plastik atau bahkan logam. Jika
logam, sprue harus dilepas sebelum pengecoran karena logam tidak akan terbakar
habis. Untuk menempatkan satu atau lebih sprues ke pola lilin yang kompleks,
tergantung pada jenis restorasi, jenis bahan casting, dan pengalaman teknisi.
Dalam kasus yang paling sederhana, satu sprue ditempatkan pada salah satu cusp
dari pola lilin. Dalam kasus yang lebih kompleks, beberapa spru dapat
ditempatkan secara langsung. Untuk diameter sprue pin tidak ada ketentuan yang
pasti, tergantung pada besarnya pola malam yang dibuat dan jenis casting machine
yang digunakan untuk casting.
3. Investing
Investing adalah cara untuk menanam pola malam dalam bahan invesmen.
Yang perlu diperhatikan pada investing :
a. Letak pola malam di dalam casting ring.

13
Pola malam letaknya harus ditengah – tengah agar jarak antar pola malam
dan dinding – dinding casting ring sama.
b. Jarak pola malam dan dasar casting ring terletak antara (6 - 8 mm)
Perbandingan antara air dan puder (w/p ratio) harus tepat. W/p ratio suatu
bahan invesmen tergantung dan petunjuk pabrik yang memproduksinya.
4. Pre Heating, Wax Elimination, dan Heating
Sebelum wax elimination, dilakukan dahulu preheating pada temperatur kamar
sampai 150◦ C dalam waktu 15 menit di dalam alat pemanas yang disebut furnace,
yang dapat distel temperatur dan waktunya. Pre heating dilakukan dengan tujuan
agar adonan invesmen betul-betul kering. Masih di dalam furnace, lalu dilakukan
wax elimination dari 150◦ C dinaikkan sampai 350◦ C dengan perlahan – lahann
dalam waktu 30 menit. Pada temperature 350◦C diperkirakan seluruh malam yang
ada di dalam adonan invesmen sudah hilang tak bersisa.
Setelah wax elimination yang menghasilkan mould space di dalam invesmen,
kemudian dilakukan heating yaitu temperatur dinaikkan dan 350° C sampai 700°
C dalam waktu 30 menit. Heating ini bertujuan agar terjadi baik pemuaian
invesmen maupun pemuaian mould space dapat maksimal. Pemanasan hanya
sampai 700° C, karena stabilitas bahan invesmen jenis gypsum bonded
invesmen materials diperkirakan dalam keadaan stabil. Selanjutnya pada
temperatur 700° C didiamkan selama 30 menit, kemudian casting ring diambil
dari casting machine.
5. Melting dan Casting
Setelah didiamkan selama 30 menit pada 700° C dengan cepat dipindah ke alat
casting macnine dan selanjutnya dilakukan melting. Setelah casting dilakukan,
kemudian casting ring diambil dari casting machine dan didiamkan sampai dingin
sekali dengan sendirinya Selanjutnya hasil cor cliambil dengan merusakkan
invesmennya. Hasil casting yang terjadi ada 2 bentuk :
1. Bentuknya bersih seperti warna logam sebelum dicor. Hal ini terjadi apabila
logam yang dicor non precius, artinya logam tersebut tidak mengandung
logam mulia sebagai dasar dan logam campur / aloy. Pada bentuk ini tidak
perlu dilakukan pickling.
2. Bentuknya berubah menjadi warna hitam dan tidak sama dengan warna
sebelum dicor. Hal ini terjadi apabila logam campur / aloy yang dicor
mengandung bahan dasar logam mulia, misalnya emas atau perak. Keadaan

14
ini terjadi karena adanya peristiwa oksidasi pada permukaan logam cor
tersebut. Untuk mengembalikan warna seperti warna semula dilakukan
pickling.
6. Pickling
Pickling adalah suatu cara penghilangan / pembersihan oksidasi yang terjadi
pada permukaan logam cor yang mengandung logam mulia dengan larutan
pickling. Larutan pickling ada 2 jenis :
1. larutan asam hidro chlorida (HCl)
2. larutan asam sulfat (H2SO4)
Hasil casting logam alloy yang mengandung dasar logam mulia warnanya
hitam diikat dengan benang dan dipanasi dahulu. Sebelumnya sudah dipersiapkan
dahulu salah satu larutan pickling yang sudah diencerkan. Sesudah panas, hasil
cor dimasukkan ke dalam larutan pickling sebentar sarnpai warna hilang dan
warna semula muncul. Oleh karena larutan pickling ini sangat toksis, maka untuk
menetralisir, hasil cor dimasukkan ke dalam larutan sodium bicarbonat.
7. Finishing dan Polishing
Finishing adalah suatu cara untuk membentuk hasil casting menjadi suatu
bangunan yang diinginkan dengan jalan menghilangkan / membuang eksesekses
pada permukaan hasil casting dan logam yang tidak berguna. Setelah dilakukan
finishing maka bentuk bangunan, misalnya yang berbentuk inlay, full crown atau
bridge work, menjadi baik tetapi masih kasar. Kemudian dilakukan polishing.
Polishing adalah suatu cara untuk membuat suatu bangunan, setelah dilakukan
finishing, menjadi rata, halus dan mengkilap, sehingga bentuk bangunan tersebut
menjadi amat bagus dan indah. Dan inilah merupakan syarat utama di bidang
kedokteran gigi bahwa polishing selalu dilakukan pada alat-alat yang dipasang
dalam mulut pasien.
B. Soldering
Solder adalah alloy yang digunakan untuk bergabung dengan paduan
lainnya,paduan ini disebut sebagai alloy substrat. Solder gigi bergabung dengan
wire ortodontik untuk band dalam pembuatan surface maintainer, untuk kawat
cengkram pada frame work parsial denture, atau komponen dari implan. Solder
juga dapat digunakan untuk mengembalikan kontak proksimal yang hilang atau
memperbaiki cacat oklusal pada mahkota. Secara teknis, operasi penyolderan
terjadi di bawah 425 ° C; brazing terjadi di atas 425 ° C. Karena semua operasi

15
gigi terjadi di atas 425 ° C, prosedur gigi yang disebutkan sebelumnya harus
dipertimbangkan untuk dilakukan pematrian namun hampir serupa disebut
soldering.
Kebanyakan solder gigi adalah paduan berbasis emas atau perak yang
mengandung unsur-unsur khusus seperti timah atau fosfor untuk menurunkan
rentang leleh dan meningkatkan kemampuan mengalir ketika meleleh. Unsur-
unsur ini jarang hadir dalam paduan pengecoran gigi. Solder berbasis emas
digunakan terutama untuk restorasi pemadat solder seperti jembatan, sedangkan
solder perak digunakan lebih untuk aplikasi ortodontik. Kekuatan, kekerasan, dan
korosi dari solder gigi juga bergantung pada komposisi solder. Idealnya, solder
harus memiliki korosi rendah, kisaran lebur rendah, kekerasan dan kekuatan
tinggi. Sayangnya, solder dengan tingkat leleh yang lebih tinggi, lebih sulit untuk
digunakan, lebih kuat dan lebih sulit daripada yang titik leleh lebih rendah.
Solders memiliki properti khusus yang memungkinkan mereka berfungsi
dengan sukses. Solder harus meleleh (memiliki likuidus) di bawah solidus dari
paduan yang akan disolder (paduan substrat). Secara sederhana, jika paduan
substrat melebur pada suhu yang lebih rendah dari solder, maka penyolderan akan
menghancurkan substrat. Prajurit harus mengalir bebas melawan paduan yang
akan disolder dan harus membasahi paduan dengan baik (Gambar 11-14).
Kemampuan untuk membasahi dan mengalir ke paduan solder memastikan ikatan
yang kuat antara solder dan substrat. Pembasahan dan aliran adalah fungsi
komposisi solder dan kompatibilitas komposisi tersebut dengan paduan yang akan
disolder. Korosi dari bahan yang disolder juga menjadi perhatian. Karena
penyolderan menciptakan, menurut definisi, persimpangan antara dua atau lebih
paduan yang berbeda, risiko korosi di mulut lebih tinggi daripada jika hanya satu
paduan yang ada. Seperti dengan pembasahan, komposisi dari paduan solder dan
substrat menentukan sifat korosi dari kombinasi
Fluks hampir selalu digunakan selama proses penyolderan. Flux
membersihkan substrat dan melarutkan semua oksida permukaan. Agar paduan
berhasil disolder, oksida permukaannya harus dihilangkan untuk memungkinkan
pembasahan dan mengalirnya solder pada permukaan paduan substrat. Flux
datang dalam pasta, cairan, atau bubuk, tetapi semuanya melayani tujuan yang
sama. Fluks harus sesuai dengan paduan yang disolder. Paduan berbasis emas
umumnya menggunakan fluks yang mengandung borax, sedangkan baja tahan

16
karat atau logam dasar lainnya memerlukan fluks yang mengandung kalium
fluorida. Jenis fluks yang dibutuhkan tergantung pada metalurgi dan kimia dari
paduan substrat dan lapisan oksidanya.
Solder dimulai dengan membersihkan dan memposisikan paduan substrat.
Biasanya, potongan-potongan yang akan digabungkan diadakan di tempat
menggunakan produk gypsum yang disebut investasi penyolderan. Fluks
ditambahkan ke substrat; kemudian paduan dipanaskan secara perlahan sampai
kisaran lebur solder tercapai. Pada titik ini, solder ditambahkan, dan jika semua
kondisi benar, ia akan mengalir ke permukaan paduan substrat. Pemanasan
dilakukan menggunakan obor las (paling umum), oven yang terbakar, atau laser.
Secara teknis, solder adalah seni yang membutuhkan keahlian dan pengalaman
yang luar biasa. Peningkatan jenis dan komposisi paduan substrat sejak akhir
1990-an hanya membuat proses penyolderan lebih kompleks. Selanjutnya,
peningkatan penggunaan keramik-paduan restorasi menimbulkan tantangan yang
signifikan; padatan substrat, liquidus solder, dan suhu sintering keramik harus
seimbang. Jika substruktur logam disolder sebelum aplikasi keramik
(presoldering), maka solder tidak bisa mencair saat menembaki keramik. Jika
substruktur logam disolder setelah keramik diaplikasikan (postoldering), maka
panas yang digunakan saat penyolderan tidak boleh merusak warna atau sifat
keramik lainnya.

Perubahan Dimensi

17
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Sifat macam macam jenis Alloy
Beberapa contoh logam yang digunakan pada kedokteran gigi yaitu :
1. Titanium

Titanium mempunyai daya tahan terhadap korosi yang baik, tahan terhadap
pemakaian serta biokompailiti baik dan sifat elastisitas sebanding dengan logam
paduan emas tipe III, IV. Titanium akan membentuk lapisan Titanium oksida
yang stabil dan bersifat pasif terhadap pengaruh lingkungan. Hal ini menyebabkan
titanium memiliki daya korosi yang baik dan biokompailiti yang baik temperatur
mulut. Lapisan titanium oksida yang terbentuk memilliki ketebalan kurang dari 1
nm. Di bidang kedokteran gigi, titanium digunakan dalam perawatan implan dan
orthodonti.

2. Nikel

Pelapisan nikel pada logam digunakan untuk tujuan mencegah korosi ataupun
menambah keindahan. Nikel tahan terhadap panas dan tahan korosi, tidak rusak
oleh air kali atau alkali. Nikel bisa rusak oleh asam nitrat dan sedikit terkorosi
oleh khlor dan asam sulfat. Nikel juga memiliki kekerasan dan kekuatan yang
sedang, keuletannya baik, daya hantar listrik dan termal juga baik. Beberapa
penelitian menunjukkan adanya kenaikan kadar nikel dalam saliva dan serum
secara bermakna, nikel mrupakan logam yang sering menyebabkan dermatitis
kontak dalam bidang kedokteran gigi dibandingkan dengan logam lain. Sekali
hipersensitivitas terjadi, semua permukaan mukosa rongga mulut dapat terlibat.
Sensitivitas meningkat dengan adanya iritasi mekanik, skin lacteration atau luka
pada mukosa mulut, yang semuanya dapat terjadi selama perawatan.
3. Emas
Logam campur emas (gold alloy) yang digunakan dalam kedokteran gigi paling
sedikit mengandung 2 macam logam maksimum 7-8 logam yang dicampur.
Banyak sedikitnya logam emas yang dipergunakan akan menunjukkan tinggi
rendahnya karat logam campur mulia tersebut.
Emas murni tidak dipergunakan untuk restorasi tuangan maupun untuk peralatan
dikedokteran gigi karena bersifat lunak dan kenyal, serta harganya sangat mahal.
Untuk mengatasi hal ini gold dapat dialloykan dengan elemen-elemen tertentu

18
yang dapat memberikan sifat-sifat mekanis yang lebih baik. Logam mulia
digunakan untuk inlay, mahkota dan jembatan karena daya tahannya terhadap
karat dan korosi. Dari tujuh logam mulia yang dianggap mulia menurut standar
kegunaannya di bidang kedokteran gigi, hanya emas, palladium dan platinum
yang sekarang masih banyak digunakan didalam kedokteran gigi. Ada beberapa
jenis logam campur untuk dipergunakan di kedokteran gigi yang sekarang ini
tersedia dipasaran dunia. Sebagian logam campur ini dirancang untuk keperluan
mahkota logam penuh, jembatan, onlay dan inlay. Menurut American Dental
Association (ADA) Specification No. 5 logam emas diklasifikasikan berdasarkan
kekuatan dan kandungan emasnya ke dalam 4 tipe:
- Tipe I (Lunak)
Dental casting logam emas tipe I ini merupakan logam campur emas dengan 79-
92.5 % emas. Komposisi dari logam ini terbatas dari emas, perak, tembaga, dan
seng ditambah platinum. Titik cair logam emas tipe I ini relatif tinggi berkisar
9400C (12250 F). Logam emas tipe I memiliki kekerasan antara 40-75 Brinell
Hard Number (BHN). Logam ini pada umumnya sedikit sedikit ductil,
menunjukan proportional limit yang rendah, dengan nilai elongasi yang berkisar
25% - 30%. Yield strength dari logam emas ini berkisar antara 100-110 Mpa, yang
menunjukan bahwa aloi tipe ini dapat langsung dibentuk dengan tekanan dari
instrument kedokteran gigi
- Tipe II (Sedang)
Dental casting logam tipe II merupakan logam campur emas dengan kandungan
emas 75-78% emas. Pada aloi ini mempunyai komposisi tembaga lebih banyak
dari tipe I dengan titik cair yang berkisar antara 9000 C (16500F). Logam emas tipe
II memiliki kekerasan berkisar antara 90 -140 BHN. Logam ini memiliki nilai
elongasi hampir sama dengan alloy tipe I, yang menunjukan bahwa logam ini
mempunyai ductility yang cukup baik. Logam emas ini mempunyai yield strength
yang lebih tinggi dari logam emas tipe I. Kemampuan dari aloi tipe II ini untuk
dibentuk dan dimanipulasikan langsung dengan instrument kedokteran gigi tidak
semudah tipe I.
- Tipe III (Keras)
Dental casting logam emas tipe III merupakan logam campur emas dengan
kandungan 62-78% emas. Komposisi dari logam emas ini memiliki persentasi
yang tinggi dari elemen pengeras seperti platinum dan palladium, karena logam
19
ini memerlukan kekuatan yang besar. Logam emas tipe III ini lebih keras dari
kedua tipe di atas, sehingga dapat menggantikan penggunaan logam emas tipe I
dan tipe II. Logam emas tipe III memiliki kekerasan 90-140 BHN. Logam emas
ini memiliki titik lebur sama dengan tipe II yaitu berkisar antara 9000C (16500F).
Dengan proportional limit sebesar 290 Mpa.
- Tipe IV
Dental casting logam emas tipe IV ini merupakan logam campur emas dengan
kandungan 60 -71.5%. emas. Komposisi dari tipe IV ini mengandung jumlah
logam murni sedikit sekali. Logam campur emas ini mempunyai sifat yang sangat
keras sekali dengan kekerasan diatas 130 BHN. Titik cair dari tipe IV ini dibawah
dari tipe tipe lainnya 8700 C (16500F).

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Amalgam

Campuran dari 2 logam atau lebih dengan raksa. Amalgam adalah alloy yang
digunakan dalam restorasi yang paling tua, amalgam telah digunakan sejak tahun 618-

907 masehi pada dinasti tang yang didokumentasikan oleh Su Kun(苏恭). Amalgam

kebanyakan disusun dari 40-70% Ag(Perak), 25-29 % Sn(Timah), 2-40 %


Cu(Tembaga), dan 0-2 % Zn(Zink) dengan beberapa tambahan seperti Ir(Iridium),
Pd(Palladium), dan F(Fluoride).

Klasifikasi Berdasarkan konsentrasi tembaga

 Low Copper(~8%)
 High Copper(~13%)
High copper memiliki kelebihan seperti lebih tahan korosi, lebih tahan terhadap
creep, Strength lebih kuat, Lebih tahan terhadap tarnish, dan lebih tahan lama.
Klasifikasi Berdasarkan jumlah metal alloy:
 Binary : perak-timah
 Tertinary : perak-timah-tembaga
 Quartinary : perak-timah-tembaga-zink
Klasifikasi Berdasarkan ukuran alloy :
 Microcut : alloy ukuran kecil
 Macrocut : alloy ukuran besar
Klasifikasi Berdasarkan bentuk partikel alloy :

20
 Lathe-cut : bentuk tidak teratur
 Spherical : bentuk teratur
Manipulasi
1. Proportioning
Mengukur proporsi alloy dan raksa
2. Triturasi
Triturasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
 Secara manual (hand mixing)
Triturasi dilakukan oleh karena adanya suatu selubung tipis oksida pada aloi
yang akan menghambat berkontaknya Hg dan aloi. Oksida tersebut dapat
dihilangkan dengan jalan mengabrasi permukaan partikel aloi. Hal ini
biasanya dilakukan didalam mortar dan mengaduknya dengan pestle.
 Menggunakan amalgamator (mechanical mixing)
Mechanical amalgamator adalah alat yang digunakan untuk triturasi yang
bekerja secara otomatis. Prinsipnya sama dengan mortar dan pestle tetapi
dengan menggunakan kapsul.
3. Kondensasi
Kondensasi adonan dental amalgam didalam cavitas gigi dilakukan dengan
mempergunakan amalgam stopper. Dengan kondensasi diharapkan partikel amalgam
tetap rapat satu sama lain dan masuk kesegala arah dalam cavitas. Sehingga terdapat
kepadatan dental amalgam. Dengan demikian strength akan bertambah, flow dan
pengerutan akan berkurang. Kondensasi juga bertujuan untuk menghilangkan Hg
yang berlebihan.
4. Pengukiran dan Pemolesan
Pengukiran restorasi amalgam sesuai dengan anatomi gigi setelah dental amalgam
ditempatkan pada kavitas, biasanya dilakukan dengan menggunakan berbagai alat
secara manual seperti burnisher. Pemolesan pada amalgam umumnya dilakukan
paling sedikit 24 jam setelah penambalan. Tetapi jika high copper amalgam dengan
kekuatan yang tinggi digunakan, pemolesan dapat dilakukan pada kunjungan pertama.
Umumnya permukaan amalgam dibentuk kembali dengan menggunakan green stones,
finishing bur, atau abrasive disk. Bentuk, permukaan dan tepi amalgam diperiksa agar
benar-benar licin dan sama dengan gigi. selanjutnya digunakan bahan poles seperti
pumice atau silux pada rubber abrasive points. Tahap akhir untuk mengkilapkan
digunakan pasta abrasive yang baik. Pemolesan selalu dilakukan dengan keadaan
basah, karena memoles dalam keadaan kering memungkinkan dental amalgam
menjadi panas sehingga dapat merusak pulpa.

21
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Proses terjadinya korosi

Korosi atau berkarat adalah istilah yang secara spesifik menandai reaktivitas kimiawi
suatu metal dan aloi. Kebutuhan utama dari sejumlah material yang digunakan di
dalam mulut adalah bahwa bahan tersebut harus mempunyai daya tahan yang baik
terhadap kejadian berkarat.
Metal dan aloi adalah konduktor listrik yang baik dan banyak proses korosi meliputi
penyusunan suatu sel elektrolitik sebagai tahap pertama dalam prosesnya.
Kecenderungan suatu metal menjadi berkarat dapat diperkirakan dari potensi
elektrodanya. Material dengan nilai potensial elektroda negatif tinggi adalah lebih
reaktif, sedangkan yang mempunyai nilai positif tinggi sangat kurang reaktif, serta
sering dinyatakan sebagai suatu metal atau logam mulia. Potensi elektroda adalah
suatu ukuran dari perluasan, dengan reaksi akan terjadi.
M M+ + electron
Dalam suatu sel elektrolit yang meliputi dua metal, material yang hilang dari metal
adalah yang dengan potensi elektroda paling negatif. Jadi jika seng dan koper
menjadi berkontak dan dengan keberadaan elektrolit yang sesuai. Terjadi kehilangan
material seng dengan reaksi :
Zn Zn2+ + 2 elektron
Hydrogen dilepaskan ke koper dengan reaksi :
2H+ + 2 elektron H2
Dalam tipe sederhana dari sel elektrolitik ini, seng dinyatakan sebagai anoda. Ini
adalah elektroda tempat ion positif terbentuk dan dengan demikian pada elektroda ini
proses korosi terjadi. Koper dinyatakan sebagai katoda.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Implan dan Klamer

Dental Wire

Fungsinya untuk mengantar tekanan pada gigi dan untuk mendapatkan lengkung yang
ideal. Bahan yang akan dijadikan dental wire harus bisa menyesuaikan dengan proses
remodeling gigi. Ada beberapa sifat alloy yang harus diperhatikan untuk itu:

1. Modulus Elastisitas

22
Modulus elastisitas adalah ketahanan benda untuk mengalami deformasi elastis
ketika diterapkan atau penentu batas deformasi elastis dengan plastis.

2. Ductility

Ductility adalah derajat deformasi yang terjadi sebelum pada akhirnya putus.

3. Yield strenght

Tegangan minimum ketika suatu material kehilalangan sifat elastisnya.

4. Springback

Springback adalah gaya balik yang ditimbulkan akibat pengaruh elastisitas bahan
yang mengalami proses pembentukan.

5. Elongation

Elongation adalah oerpanjangan maksimal dari material ketika diuji tarik sampai
pada akhirnya patah.

6. Tahan terhadap korosi

Alloy yang dianggap bisa digunakan untuk dental wire antara lain:

1. Gold Alloy

Bahan alloy dari emas ini memiliki komposisi 75% emas dan sisanya adalah platina.
Memiliki yield strenght 862MPa dan elongation 15%. Bahan ini mendekati ideal
digunakan sebagai dental wire, hanya saja harganya terlalu mahal.

2. Stainless steel

Adalah campuran beberapa logam seperti besi, karbon dan Krom serta biasa
ditambahkan nikel. Memiliki keunggulan lebih kuat dalam ductility, dianggap cukup
tahan terhadap korosi, dan cocok untuk lingkungan rongga mulut dan mudah
disambung bisa menggunakan solder.

3. Co-Cr Alloy

Modulus elastisitas tinggi, tahan terhadap korosi memiliki electrical resistanceserta


mudah dibentuk karena sifat ductilitynya serta mudah disatukan.

23
4. Ni-Ti Alloy (nitinol)

Memiliki rasio 45% titanium dan 55% Nikel. Memiliki unique shape memory dimana
meterial ini dapat dikembalikan ke bentunya yang semula dengan beberapa
pemanasan.

5. Beta titanium alloy

Titanium dalam alloy ini akan distabilkan dangan 11% Mo, 6% Zicronium, 4%tin.
Memiliki springback yang besar, modulus elastisitas yang intermediet, high yield
streght. Alloy ini sangat reaktif sehingga penyambungan harus dengan teknik welding
dan sangat tidak disarankan dengan teknik solder.

6. Ni-Co-Cr Alloy

Memiliki ketahanan tinggi terhadap tarnish dan korosi dalam lingkungan rongga
mulut. Dapat disambungkan dengan teknik solder ataupun las. Memiliki 4 sifat yaitu
soft, ductil, semiresilient dan resilient.

Implan

Implan Adalah bahn yang digunakan untuk menggatikan gigi yang hilang.
Penggunaan alloy melihat dari kekuatan fisik dan mekanikalnya dianggap bisa
menggantikan gigi yang hilang. Penggunaan metal implan harus melalui beberapa
modifikasi seperti passivation, ion implanation, anodization dan yang pasti harus
memiliki sifat biokompability. Bahan metal implan yang paling sering digunakan
sekarang adalah Titanium, titanium alloy dan Calcium-Phosphate-coated material.
Titanium yang paling sering digunakan adalah titanium grade 1 dan grade 4.

1. Titanium alloy

Jenis yang sering digunakan adalah Ti-6Al-4V dan Ti-6Al-7Nb yang digunakan
sebagai extralow interstitial atau (ELI). Ti-6Al-4V lebih sering digunakan di
Amerika dengan aluminium berperan sebagai alfa stabilizer yang bertujuan untuk
meningkatkan kekuatan dan menurunkan densitas. Vanadium adalah stabilizer
fase beta yang digunakan untuk mengurangi kelemahan dan meningkatkan
ketahanan terhadap korosi. Bahan ini dianggap paling mirip dengan tulang
dibanding jenis metall implan yang lainnya.

24
2. Stainless Steel

Stainless steel adalah bahan lain yang digunakan sebagai surgarical implant.
Stainless steel yang digunakan memiliki 18% Krom untuk meingkatkan ketahanan
dari korosi dan 8% nikel untul menstabilkan struktur. Walaupun murah dan
mudah dibentuk, namun bahan ini jarang dipakai karena kandungan nikel
didalamya memiliki kemungkinan besar terjadinya alergi.

3. Co-Cr-Mo Alloy

Terdiri dari 63% cobalt yang memberikan sifat keras, 30% sebagai passiviting
untuk ketahanan dari korosi dan 5% Mo sebagai stabilizer. Bahan ini memiliki
modulus elastisitas yang tinggi dan tahan terhadap korosi. Cobalt menunjukan low
ductility. Bahan ini masih digunakan sebagai implan karena mechanical properties
dan harganya murah.

7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Aplikasi Alloy pada bidang


Kedokteran Gigi
1. Kerangka Logam Gigi Tiruan
Dalam bidang kedokteran gigi, logam dapat digunakan sebagai kerangka logam
gigi tiruan (frame metal denture). Jenis logam yang biasa digunakan untuk
kerangka logam gigi tiruan adalah alloy emas, Alloy Ni - Cr, alloy Co – Cr, alloy
Ag – Pd, palladium dan titanium.

2. Mahkota
Dalam bidang kedokteran gigi, logam dapat juga digunakan sebagaimahkota
tiruan. Dan logam yang sering digunakan adalah logam jenis baja atau stainless

25
steel. Namun selain itu alloy emas, alloy Ag – Pd, dan alloy Ni – Cu juga
digunakan untuk pembuatan mahkota

3. Dental Impant
Logam dapat juga digunakan sebagai dental implant dan jenis logam yang bisa
digunakan adalah titanium. Selain itu dapat juga digunakan alloy Co - Cr, yang
berkomposisi :
a. Cobalt: 35 – 65 %
b. Crom: 20 – 35%
c. Nikel: 0 – 30%
d. Mo: 0 – 7 %
e. Carbon: 0 – 0,4 %

4. Restorasi Mahkota Inlay dan Onlay


Logam juga dipergunakan sebagai inlay dan onlay, yang dipergunakan antara lain
alloy emas, alloy Ag – Pd, dan alloy Ni – Cu.

26
5. Klamer

Klamer merupakan kawat yang digunakan di kedokteran gigi dalam berbagai


bidang (prosthodonsia, orthodonsia dan periodonsia) yang secara umum berfungsi
membantu proses perawatan.Alloy yang dipergunakan untuk klamer yaitu Alloy
Ag – Pd, yang berkomposisi :

a. Ag 45 %
b. Pd 24 %
c. Au 15 %
d. Cu 15 %
e. Zn 1 %

6. Amalgam
Amalgam merupakan bahan tambal gigi pada daerah yang mengalami abrasi yang
kuat. Amalgam merupakan alloy campuran dari liquid, yaitu logam mercury, dan
powder, yaitu logam paduan; perak timah; dan lain-lain. Rasio dari campuran
tersebut yaitu mercury 40% dan powder 60%.

27
KESIMPULAN

Alloy merupakan campuran dari 2 metals dan nonmetal untuk menghasilkan sifat
yang lebih baik yang dapat digunakan di kedokteran gigi. Alloy akan memiliki
sifat fisika dan kimia yang lebih baik seperti tahan korosi daripada pure metals.
Korosi atau berkarat adalah istilah yang secara spesifik menandai reaktivitas
kimiawi suatu metal dan aloi. Kebutuhan utama dari sejumlah material yang
digunakan di dalam mulut adalah bahwa bahan tersebut harus mempunyai daya
tahan yang baik terhadap kejadian berkarat. Alloy dapat dimanipulasi dengan
beberapa cara seperti casting dan soldering. Dalam bidang kedokteran gigi, logam
dapat digunakan sebagai kerangka logam gigi tiruan (frame metal denture), dental
implant, Restorasi Mahkota Inlay dan Onlay, Klamer dalam bidang orthodonsia da
prostodonsia, dan amalgam sebagai bahan tumpatan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K. J., 2013, Phillip's Science of Dental Materials, 12th ed., Elsevier Saunders,
Missouri.
Anusavice, Kenneth J., Shen, Chiayi., and Rawls, H. Ralph. 2012. Philips Science of Dental
Materials ed 12ͭ ͪ. China : Elsevier.
Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta:
EGC

Armila, 2017. Perbandingan Jumlah Ion Kromium (Cr) Dan Nikel (Ni) Yang Terlepas Dari
Kawat Ortodonti Stainless Steel Dalam Perendaman Berbagai Macam Komposisi
Bahan Pasta Gigi. Fakultas Kedokterangigi Universitas Hasanuddin

Craig, Robert George anf Powers. 2002. Restorative Dental Materials . Houghton : Mosby
Czarnetzki, A.; Ehrhardt S. (1990). "Re-dating the Chinese amalgam-filling of teeth in
Europe". International Journal of Anthropology. 5 (4): 325–332.
Hatrick, Carol Dixon. 2003. Dental Material : clinical application for dental assistants and
dental hygienist. Philadelphia : Saunders

Powers, John M and Wataha, John C. 2016. Dental Materials Foundations and Applications
ed 11ͭ ͪ. Mosby: Elsevier

Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar Ilmu Material
dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed, Medan. USU Press, 2011: 191-20
Williams, 1990, Concise Encyclopedia of Medical and Dental Materials, Pergamon Press,
Missouri.

29

Anda mungkin juga menyukai